Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kepolosan Erna Siswi PKL

Part 2

Suatu malam ketika aku baru selesai mandi, hapeku berbunyi. Whatsapp video call dari Erna...! Meski kami sering ngobrol melalui chat WA di luar jam kerja, baru kali ini dia meminta video call. Cepat-cepat aku mengambil kaos untuk menutupi badanku, meski aku sering godain Erna dengan memperlihatkan bagian privat ku ke dia meski tidak secara terbuka, tetap aja kepikiran gimana malunya nanti kalo ternyata Erna ga sendirian saat video call sekarang ini. Kupakai kaos untuk menutupi bagian atas badanku, bawahnya cukup pakai celana dalam boxer ku, toh ga perlu video call seluruh badan.
Setelah aku duduk di ranjangku siap menerima video call Erna, ku geser tombol terima panggilan dan munculah gambar video lawan bicara ku, ternyata bukan wajah Erna yg muncul, melainkan sebuah halaman buku.
Sepertinya Erna mengaktifkan kamera belakangnya untuk melakukan video call ini.
"Apaan nih...? " Tanyaku bingung
"Pak Nikoooo... "
"Bantuin Erna bikin laporan ini... Bab III ini Erna bingung.... "
Sebuah jari telunjuk mungil muncul di layar hape, menunjuk-nunjuk bagian tengah halaman buku yg tergeletak di ranjang.
"Pak Niko juga belum pernah ngajarin tentang ini kan.... "
"Oh.. Kalo itu sih gampang" Jawabku setelah membaca bagian yang Erna tunjuk di bukunya. Akupun menjelaskan apa yang ditanyakan Erna tentang salah satu prosedur kerja di kantorku. Setelah penjelasan panjang lebar akhirnya Erna bisa memahami persoalan yg dia hadapi. Setelah itu buku ditutup dan disingkirkan, layar hape video call tinggal menunjukkan sprei bermotif bunga-bunga warna hijau muda.
Tiba-tiba kamera bergerak-gerak acak, sepertinya Erna sedang memindahkan hapenya, terlihat beberapa sudut ruangan yg sepertinya kamar tidur.
"Kamarmu na? " Tanyaku saat kamera sudah mulai stabil.
"Iya dong.... " Wajah Erna sudah muncul di layar hapeku. Rupanya Erna mengubah kamera nya ke kamera depan. Erna mengenakan jilbab warna coklat muda yang menutupi lehernya dan sebagian bahunya. Dan di bagian bahu yg tidak tertutup jilbab tampak kulit mulusnya.
“ihhh.. Erna ga pake baju…” godaku pada Erna. Setelah selesai dengan obrolan serius, sudah saatnya aku mulai godain dia ke arah yg lebih nakal.
“Yeey.. pake lah pak… nih kalo ga percaya..” Kamera lalu bergerak agak menjauh dari wajahnya sehingga sekarang bisa terlihat sampai perutnya. Erna ternyata sedang duduk bersandar di ranjangnya.
“Cantik kan….” Lanjutnya sambil memiringkan kameranya dan membuat beberapa pose imut dan kadang alay. Erna memakai tangtop putih tipis yang biasa dipakai untuk dalaman. Aku yang tidak siap atas suguhan itu kaget dan merasa ada yg berbeda, namun belum yakin apanya.
Lalu aku sadar, dadanya. Payudaranya terlihat lebih mancung dari biasanya.
Erna tidak memakai bra…! Kontolku mulai berdenyut-denyut tanda mulai terbangun. Erna selalu sukses bikin aku ngaceng kapan aja.
“Deketin lagi dong kameranya, biar cantiknya makin terlihat”
“Emang mau liat apa sih pak?” tanya Erna sambil sedikit mendekatkan kameranya. Sekarang aku yakin, Erna tidak memakai bra.
“Kamu ga pake bra ya Na…?”
Erna tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan kirinya.
“Pak Niko tau aja… hihihi..” jawab Erna masih sambil tertawa. Tangan kirinya bergerak berusaha menutupi bagian payudaranya.
“Erna kalo tidur emang ga pake bra pak, risih soalnya. Emang kak Gita kalo tidur pake bra pak?” lanjutnya
“Kalo pas sama aku mah ga pake apa-apa, biar gampang” jawabku sekenanya
“Gampang diapain hayooo….” Tanya Erna dengan genitnya. Tangan kirinya tidak berhenti bergerak, kadang menutup mulutnya saat ketawa, kadang memperbaiki letak jilbabnya sambil sesekali mengelus-elus dadanya. Jelas Erna sudah mulai terpancing nih.
“Gampang di emut…hehe” Tangan kiriku mulai mengelus kontolku yang sudah mulai tegang sempurna dibalik celana boxerku.
“Pernah diemut belum Na..?” pancingku kembali. Dari obrolanku dengan Erna dan Rara, bisa aku ketahui kalo Erna belum pernah pacaran, meski selama di sekolah sudah ada beberapa cowok yang mendekatinya.
“Enak loh Na kalo tete diemut dan diremas-remas…”
“ih Pak Niko mesum…. Pasti kalo sama Kak Gita juga mesum melulu bawaannya” Erna sudah mulai terpancing bahas seks nih. Tingkahnya yg masih malu-malu tapi cukup vulgar dalam berbicara sangat memancing birahi ku.
“Erna mah belum pernah diapa-apain, takut pak”
“Tapi pasti udah banyak cowok yg deketin kan…? Erna kan cantik dan seksi lagi..” aku mulai ngegombal
“Halah, gombal… Erna mah biasa aja, ga seksi pak. Pak Niko aja yg berpikir seperti itu”
“Beneran kok Na, kamu tuh cantik, seneng aja aku liat kecantikan kamu, seksi juga. Kalo deket sama kamu gampang terangsang, cepet ngaceng…” sudah saatnya meningkatkan level kemesuman dalam obrolan kami. Selain karena aku sudah begitu bernafsu, Erna juga sejauh ini tidak ada kesan risih atau menolak obrolan ini.
“Dasar….! Pak Niko mesum…” Teriak Erna. Dia kemudia tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
“Pantesan Pak Niko suka pegang-pegang Erna, sama ‘itunya’ Pak Niko sering nyodok-nyodok pantat Erna”
Ah, terjawab sudah, selama ini Erna ternyata menyadari kelakuan mesumku ke dia. Fakta bahwa dia tidak pernah menolak merupakan lampu hijau buatku.
“Itu apa Erna..?” tanyaku pura-pura bego
“ihhh, itu…. kontol” ucap Erna genit sambil tertawa kecil. Dia lalu menutupi mukanya dengan boneka panda kecil yg diambilnya entah dari mana.
“Abis pantatmu semok banget sih, mana ada cowok yg tahan liatnya…”
“Halah Pak Niko aja yg mesum, kalo liat Erna pasti ngaceng… sekarang pasti kontol pak Niko ngaceng ya pak…? Hihihihi” nih anak sudah mulai berani nantangin. Kata-kata vulgarnya membuatku makin terangsang.
“Kalo kameramu diarahin ke bawah, pasti tambah ngaceng..”ucapku
‘Yeee… ga mau” jawab Erna cepat. Wajahnya lalu didekatkan ke kamera hape
“Erna ga pake celana pak…. “ lanjut Erna lirih sambil tertawa kecil dan menutupi mulutnya dengan tangan kirinya.
Duh, makin blingsatan aku membayangkannya. Segera kuubah kamera hapeku ke kamera belakang sambil kuarahkan kamera ke kontolku yg jelas sudah mulai tegang.
“Sama dong Na… heheehe” kataku sambil ketawa kecil. Sekarang kontolku yg masih ditutupi celana dalam boxer ketat namun sangat terlihat menggembung terpampang di layar hape.
“Aahhh… ngacheng… pak Niko mesum…” Erna mendekatkan kepalanya lagi ke kamera hapenya sambil ketawa.
“Buka pak kalo berani…” tantang Erna lagi.
“Kameramu arahin bawah dong...” ucapku penuh harap
Tak kusangka tanpa menjawab apa-apa tiba-tiba Erna kembali mengubah kameranya ke kamera belakang dan mengarahkannya ke bagian bawah tubuhnya. Paha mulusnya terlihat di kamera, pelan-pelan kamera mulai bergeser ke atas, lalu muncullah celana dalamnya. Memek Erna terlihat tembem dalam balutan celana dalam polos yg dia kenakan.
“Buka dong Na…, ntar punyaku aku buka juga. Ga pengen liat kontolku yg sudah ngaceng ini tho…” rayuku sambil tangan kiriku meremas dan mengocok-ngocok pelan kontolku yang masih tertutup celana dalamku.
“Udah pernah liaaaatt…. Hihihihi”
“Hah.. kapan?” tanyaku pura-pura kaget
“Di hape lama Pak Niko…”
“Oh iya ya… ada foto-foto telanjangku sama Gita di hape itu”
“Emang enak ya pak gituan…?”
“Gituan apa..?” pancingku.
“Ya itu yg kayak di video bapak sama kak Gita..”
“Seks? Ngewe..? Enak banget Erna… belum tau rasanya ya….? Mimpi basah belum pernah….?” Pancingku.
Erna tertawa kecil sambil malu-malu.
“Pernah sih pak…. “ jawab Erna sambil tertawa dan menutupi mukanya….
“Cieee…. Sama sapa gituannya di mimpimu….? Artis korea? Apa malah temen sekolah? Si Bagas itu jangan-jangan…..” selidikku.
“Mauu tauuu ajhaa….” Jawab Erna sambil memonyongkan bibir nya
“Yeey… cerita dong Na… penasaran nih… kamu diapain aja dimimpimu..?”
“Mimpinya pas kita nginep di kantor kelurahan itu loh pak…”
Loh…. Gimana ceritanya perbuatan mesumku malam itu malah dikira mimpi sama Erna…? Ingatanku langsung kembali ke kejadian di kantor kelurahan tempo hari. Waktu itu memang aku merasa Erna kadang-kadang seperti sedang tertidur, namun kadang juga seperti dalam keadaan sadar. Sampai sekarang kesimpulanku hanya bahwa Erna setengah sadar merasakan perbuatanku ke dia, dan pagi harinya ada memori yang tersisa di kepalanya. Hanya saja dia salah menerjemahkan memori kabur itu sebagai mimpi.
“Entah kenapa Erna mimpi aja kalo Pak Niko meluk Erna dari belakang trus kontol Pak Niko menggesek-gesek selangkangan…..”
“Hah… aku..?” potongku terkejut. Sebenarnya aku sudah memperkirakan ini, tapi tetap saja Erna yg keceplosan ngaku membuatku sedikit terkejut.
“Eh… eeeh… ihhhh Pak Niko….” Erna baru sadar sudah keceplosan mengaku kalo (dalam pikirannya) aku lah pasangan yg ada dalam mimpi basahnya. Dia terlihat salah tingkah. Ekspresinya yang malu-malu itu menggemaskan sekali.
“Tak disangka ternyata Erna fantasinya sama aku ya….”
“Tahu gitu malem itu aku sodokin beneran nih kontol…. “ godaku sambil mengarahkan kamera hape ke kontolku yg sedang kukocok-kocok dibalik celana boxerku.
“iihhh bapak… Erna kan jadi malu..” kata Erna
"Eh sebentaar... kalo gitu Rara tahu ga kalo kamu mimpi basah sama aku..?" tanyaku penasaran
"Erna cerita pak paginya... hihihihi... Rara malah ketawa-ketawa pak" Jawab Erna
Aaahh terjawab sudah kenapa pagi itu mereka berdua sering curi-curi pandang ke aku sambil ketawa. Ternyata mereka berdua ngerumpiin aku....

“Betewe mau nyobain ga Na..? pasti aku bikin enak deh..” rayuku pantang mundur
“Gimana caranya pak? Masih takut Erna”
Yeees… akhirnya kecantol juga dia…
“Gini aja Na, besok Jumat kan kantor sepi, pada cuti. Tinggal aku sama mba Hani. Biasanya kan dia ngajakin kalian olah raga sama belanja-belanja kan, nah kamu bilang aja ga ikut karena lagi ga enak badan atau mau bersih-bersih kantor aja, tapi kamu pastiin Rara ngikut mba Hani. Jadi kita ada waktu buat yg enak-enak deh..”
“Terserah Pak Niko deh…..” sahut Erna
Sip, membayangkan besok aku bakal menikmati Erna sekali lagi membuat kontolku kembali berkedut.
“Trus sekarang gimana nih Na, aku udah ga tahan nih” Tanyaku sambil terus mengocok kontolku yang sudah tegang maksimal
“Gimana apanya pak..?” tanya Erna bingung
Langsung aja kulepaskan celana dalam boxerku sehingga terpampanglah kontolku yg tegak sempurna
“iiihhh….. Pak Niko…, kok dikeluarin sih….” Lagi-lagi Erna menyembunyikan wajahnya dengan boneka panda itu lagi, namun matanya tidak tertutup sehingga aku yakin sekali dia masih memandang kontolku yg masih terus kukocok.
“Kamera mu jauhin dong Na, biar keliatan semua cantik dan seksinya…” rayuku
Tanpa menjawab, kamera Erna terlihat bergerak-gerak lalu terlihat Erna sedang mengatur posisi kamera agar pas menyorot tempat tidurnya.
“Gini pak..?” tanya Erna setelah merasa kamera sudah cukup menyorot sebagian tempat tidurnya tepat di bagian dia sedang berbaring . Celana dalam polos warna abu-abu muda yang ketat membuat selangkangannya terlihat membukit, sungguh sangat mengunggah birahiku. Paha mulusnya terlihat padat berisi.
“Wow Erna kamu seksi banget….”
“Gombal….” Sahut Erna genit sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya pelan
“Buka dong Na celananya… bentaaar aja..” rayuku
“Ga mauu…. malu pak..” Kata Erna sambil kedua tangannya menutupi celana dalamnya tepat di bagian memek yang membukit itu.
“Yah kok malah ditutupin….. buka dikit aja Na, setengahnya ga pa pa….. keliatan rambutnya aja ga pa pa…”
Tak kusangka, tangan Erna mulai bergerak pelan menurunkan celana dalamnya, pelan-pelan dia mengangkat pantatnya dan menurunkan celana dalamnya, bayang gelap rambut kemaluannya mulai terlihat meski kurang begitu jelas karena letak kamera yang agak jauh. Namun sudut pandang kamera yg luas menyebabkan aku bisa melihat adegan ini sambil memandang ekspresi Erna. Dia tersenyum-senyum sambil kadang sedikit menggigit bibir bawahnya. Ini anak memang penggoda tulen. Erna hanya menurunkan celana dalamnya sebatas memperlihatkan rambut kemaluan bagian atasnya. Tangan kirinya lalu mempermainkan rambut kemaluannya sambil kadang memasukan tangannya ke celana dalamnya.
Erna kembali menggigit bibir bawahnya, matanya terpejam dengan kepala bergerak-gerak pelan. Kombinasi gerakan tangannya yang meraba memeknya dan muka terangsangnya membuat gairahku mulai memuncak.
“Ooh Erna… gila kamu seksi banget… “ucapku sambil mempercepat kocokanku, terasa spermaku sudah hampir keluar, mendesak-desak dari pangkal kontolku.
“Ooohhh… Erna….besok aku sodok-sodok kontol ini ke selangkanganmu… aku remas-remas pantatmu yang bahenol itu Na.. Ough… memekmu yang tembem itu bakal aku jilat-jilat sampe kamu orgasme Na…” aku mulai meracau ..
“ ogh.. ahk… akh…aku keluar Na…. aghhhh….”
Tubuhku menegang seiring denyutan demi denyutan di kontolku
Croot.. crooot… croooot spermaku muncrat dengan kencangnya, beberapa sampai mendarat di wajahku sendiri
Ahhh nikmat sekali rasanya…
“aahhhh……. Enak sekali Na… “
Terdengar tawa panjang Erna, sialan nih anak.

#####​



Keesokan harinya, seperti biasa, Erna dan Rara sampai di kantor pada pukul 7 pagi. Mereka berdua memakai kaos olahraga seragam sekolah mereka yg berwarna abu-abu muda dengan garis merah di kaki dan lengannya. Namun tidak seperti Rara, Erna tidak memakai celana training seragam sekolah, melainkan legging panjang ketat yg juga berwarna abu-abu muda. Legging ini benar-benar menunjukkan lekuk tubuh Erna. Kaos seragam mereka yg panjangnya hanya sampai setengah pantat membuat pantat dan paha Erna yg semok itu terlihat jelas. Dan yg paling membuatku menelan ludah adalah gundukan selangkangannya. Pemandangan yg semalam cuman kulihat dari layar hape, sekarang bisa kunikmati dengan mata langsung. Ingin ku segera menjalankan rencanaku, namun aku harus bersabar menunggu Rara dan mba Hani pergi olahraga dulu.
Sekitar 10 menit kemudian Rara dan mba Hani pamitan untuk olahraga, biasanya mba Hani baru pulang olahraga sekitar jam 10 siang karena sekalian belanja-belanja di bazaar yg selalu ada pada Jumat pagi di alun-alun. Setelah yakin Rara dan mba Hani sudah keluar dari kantor, segera kupeluk dari belakang Erna yg dari tadi ada di sampingku. Tanpa menunggu reaksi Erna langsung kugesek-gesekan kontolku ke pantat Erna yg bahenol itu. Celana training tipis yg kukenakan dan legging ketat yg Erna kenakan membuat sensasi pada setiap gesekan kontolku ke pantatnya menjadi sangat nikmat. Empuk sekali. Saat kuselipkan kontolku ke belahan pantatnya, bisa kurasakan kehangatannya. Kedua tanganku lalu meremas pelan kedua payudaranya. Erna makin menggelinjang.
" ih bapak nakal... geli pak..."
Tangannya memegang tanganku, berusaha melepaskan pelukanku dan remasan tanganku di payudaranya.
"Paak, ough.. nanti ada yg liat... awgh...."
"Kita ke ruangan kepala kantor aja, ada sofa besar di dalam" ajakku sambil melepaskan pelukanku pada Erna.
"Terserah Pak Niko ajha.." ucap Erna lirih sambil agak terengah-engah. Segera kugandeng tangannya untuk segera mengikutiku.
Setelah kami masuk ruang kakap, tak lupa pintu ku kunci dari dalam untuk mencegah orang lain yag mungkin tidak sengaja membukanya. Aku segera berbalik untuk memeluk Erna kembali, namun kali ini dia berhasil berontak dan lari menghindar sambil ketawa-ketawa.
"Ah... Pak Niko mesum.. Erna mau diapain pak..."
Usaha melarikan dirinya yg sangat tidak serius itupun kandas, Erna bisa dengan cepat kutangkap dan kembali ku peluk, kali ini dari depan. Kucium bibir mungilnya itu.
“mmmphhh… sllurrppp”
Sambil terus melumat bibir mungilnya, tangan kananku bergerak ke bawah. Jilbabnya kusibakkan ke pundak dan kuremas-remas kedua payudaranya bergantian. Erna menggelinjang. Tangannya menggapai-gapai ke samping. Kakinya tak mampu lagi menahan tubuhnya sehingga aku harus memeluk dan menahan pinggangnya agar tubuhnya tidak merosot ke bawah.
“ouggghh… mmmhhhh….gheeeeli phaaaak….” Desah Erna disela ciuman kami
Karena saking gemesnya aku dengan tingkah Erna itu, kupeluk dan kuangkat tubuh Erna. Erna kembali berontak mencoba melepaskan diri. Dalam usahanya itu, gerakannya justru membuat kontolku mulai menggesek2 selangkangannya, darahku berdesir kencang ke kontolku yang makin tegang. Erna bisa merasakan itu.
"Eugh... kontol Pak Niko gede banget…" Erna mulai melenguh. Sekarang justru Erna yg memelukku semakin erat, kedua kakinya disilangkan melingkari pinggulku. Pinggulnya mulai bergerak maju mundur dan naik turun. Ini memberi irama gesekan antara selangkangannya ke kontolku.
"Akgh... Erna kenapa ini pak, geli tapi enak pak….."
Kugendong tubuh Erna lalu kuturunkan di sofa. Erna masih bergerak2 pelan, terutama pinggulnya. Kakinya dirapatkan namun tangan kanannya diselipkan di selangkangannya yg merapat sambil mengelus lembut gundukan memeknya...
Tanpa menunggu lama kucoba melepas leggingnya ke bawah. Namun cengkeraman tangan Erna ke selangkangannya membuat usahaku terhalang.
"Jangan dilepas pak, Erna malu" kata Erna diantara desahannya.
"Ga pa pa Na, pokoknya nanti pasti enak.." rayuku sambil berusaha menyingkirkan tangannya dari selangkangannya. Sepertiya usahaku berhasil, Erna mulai melepaskan cengkeramannya pada celananya. Aku lalu menarik legingnya pelan-pelan sampai terlepas seluruhnya. Terpampanglah bagian bawah tubuh Erna yg sangat seksi. Pahanya kencang dan sangat mulus, pinggulnya lebar dan yg paling menarik perhatianku adalah gundukan memeknya yg sekarang hanya tertutupi celana dalam tipis. Celana dalamnya berwarna krem polos dengan gambar kelinci kecil di bagian depan. Untuk sesaat aku kembali tersadar kalau Erna ini sebernya masih anak bau kencur meski tubuhnya sudah menunjukkan lekak-lekuknya.
Saking gemesnya aku melihat memek tembemnya aku langsung mengelus-elus dari luar celana dalamnya,
Terasa lembab dan makin basah setelah aku elus-elus memeknya.
“udah basah aja Na..”
“Pak Niko sih…. grepe-grepe Erna….” jawab Erna sambil pura-pura kesal
“Tapi enak kan Na…?”
Erna hanya tersenyum sambil tertunduk malu.
Kembali ku elus-elus gundukan memeknya tepat di bagian yang basah,
“Aaahh.. sshh.. geli pak… terusin pak..” dua jariku kugunakan untuk sedikit menggaruk memeknya yg tembem itu, kucari-cari bagian klitorisnya dengan rabaan lembut.
"Ehhhmmm paaak… Agh... ! " Erna menjerit, sepertinya aku mengenai klitorisnya. Jeritannya cukup keras sehingga kalau ada orang di balik pintu keluar ruangan ini pasti akan mendengar jeritannya.
"Paak, Erna diapain pak... enak banget pak.... auuuhh.. aaahhh " Erna terus meracau dan mendesah setiap kali aku menggesek-gesek klitorisnya dengan jariku meskipun masih tertutup celana dalamnya. Tangannya mencengkeram sofa, kepalanya bergeleng-geleng ke kiri dan ke kanan, pinggulnya terus naik turun seirama denga rangsanganku pada memek dan litorisnya.
Celana dalamnya makin basah. Pada saat Erna menaikkan pinggulnya sambil mendesah2, segera kuambil kesempatan ini untuk menarik lepas celana dalamnya. Terpampanglah memek Erna yg tembem itu, memeknya masih sangat rapat dengan dihiasi rambut halus di bagian atasnya. Memeknya yg masih bersih mulus dan berwarna cerah itu meyakinkanku kalau daerah ini memang belum pernah dijamah cowok. Kecuali perbuatan cabulku malam itu tentunya. Pahanya yg putih bersih dan mulus segera kuelus dan kuremas pelan. Pahanya terasa padat berisi. Kuciumi dan kujilat kedua pahanya bergantian sampai ke pangkal pahanya.
“Aaang…. “ Erna kembali mendesah kegelian sambil kedua pahanya bergerak-gerak menghindari jilatanku.
Ah, aku sudah tak tahan lagi, segera kuarahkan bibirku ke memek Erna.
“Memekmu cantik sekali Na, tembem dan imut-imut….” Kataku sebelum ku kecup dan kujilat-jilat memek nya.
“ahh… Pak Nikooo, auuuhh… “
Kucoba menyelipkan lidahku ke belahan memeknya, namun agak susah karena masih rapat sekali. Lidahku bergerak ke atas mencari klitorisnya, lalu kujilat-jilat klitorisnya sambil sesekali kusedot. Erna makin blingsatan. Dia mendesis dan mendesah setiap kali kujilat klitorisnya.
"Mmhh... paaak..ssshhh…paaak.... "
Tangannya mulai bergerak ke sana ke mari, tak berapa lama tangannya sampai dirambutku dan seketika dia menjambak ku. Namun tangan itu tidak berusaha menjauhkan kepalaku dari selangkangannya, namun justru tangannya menahan kepalaku untuk tetap di memeknya. Memek Erna yg tebal membukit sungguh menggugah birahiku, kuselipkan lidahku di belahan memeknya yg sudah mulai membuka.
"Paak, ghellih phaak, ough.. pak Erna mo pipissh pak..."
"Akhgg... aaaaaaaargh....."
Erna mencengeram rambutku kencang, kakinya mengapit kuat kepalaku, dan tiba2 punggungnya melengkung ke atas lalu terjatuh ke bawah lagi. Erna terdiam, kepalanya menengadah dengan mulut terbuka, pinggulnya kembali tersentak-sentak ke atas beberapa kali.
Erna orgasme.
“Enak kan Na..” tanyaku sambil mengusap-usap wajahnya. Erna masih tersengal-sengal.
“Enak banget pak.”
“Mau lagi ga..?” tanyaku sambil tanganku meremas lembut payudara nya.
“Mauu….” Jawab Erna tersipu.
Kukecup bibirnya pelan, sambil tanganku terus meremas-remas payudaranya
“Buka kaosnya ya…”
Lalu kutarik ke atas kaos seragam olahraga yg Erna kenakan. Erna tidak menolak bahkan dia mulai melepas jilbab yang masih dia kenakan sehingga memudahkanku melepas kaos nya.
Terpampanglah tubuh telanjang Erna di depanku, pinggulnya yg lebar dengan dengan pinggang ramping mempertegas lekuk tubuhnya.
“Masa Erna aja yg telanjang pak…, Pak Niko juga buka dong…”
“Nih kamu aja yg bukain..” jawabku sambil berdiri dan melepas kaos yang kukenakan. Erna lalu duduk dan mulai melepaskan celana training yg kukenakan. Entah sengaja atau tidak, sambil membuka ikatan tali karet celana training ku, tangan Erna berkali-kali menyenggol kontolku yg sudah tegang dari luar celana.
“hihihi… ini kenapa Pak…? “ katanya sambil menggenggam dan sedikit meremas kontolku.
“Buka aja Na, biar bisa pegang langsung…”
Erna langsung menarik celana trainingku hingga terlepas seluruhnya
“Woow… gede banget pak..” ucap Erna sambil kembali mengelus dan menggenggam kontolku yg masih tertutup celana dalamku. Lalu dipelorotkanlah celana dalamku dengan cepat, kontolku yang sudah tegak sempurna langsung mendongak ke atas dengan gagahnya. Langsung aja kontolku dielus dari bagian kepala sampai pangkalnya.
“emmhh… “ tangan mungilnya memberi sensasi sengatan listrik setiap kali menyentuh kontolku. Erna mulai berani memenuhi rasa penasarannya dengan mempermainkan kontolku, kadang dielus, diremas, digoyang-goyangkan ke kanan dan kiri. Kuarahkan tangan Erna untuk menggenggam batang kontolku dan menaik-turunkan genggamannya pelan-pelan.
“Dikocokin gini Na, pelan-pelan aja, enak banget Na..”
“Ough… “ desahku merasakan kenikmatan kontolku dikocokin abg cantik dan bahenol ini.
Erna kini makin asyik mengocok kontolku sambil kadang memencet-mencet kepala kontolku dengan gemasnya.
“Mau ngemut kontolku ga Na..?” tanyaku penuh harap
“Jangan pak, Erna takut… gede banget…” Raut wajahnya terlihat berubah. Sepertinya dia benar-benar menolak. Untuk saat ini memang aku ga berniat memaksa Erna melakukan yang tidak dia inginkan. Tujuanku kali ini hanya memperkenalkan Erna pada kenikmatan hubungan seks. Kesannya tentang seks itu harus nikmat, dia tidak boleh sampai trauma dengan seks apabila merasa terlalu dipaksa.
“Ya udah, aku aja yg ngemut tete kamu itu….” Kataku sambil menyergap Erna dan mendorongnya sampai terbaring di sofa
“Aw… Pak Nikooo….“ ucap Erna sambil tertawa manja
Kuposisikan Erna berbaring disofa dengan kaki ditekuk dan aku di atasnya diantara kedua kakinya dengan posisi misionaris, aku mulai dengan menciumi dan menjilati perutnya yang mulus itu lalu bergerak ke atas. Kedua tanganku meremas kedua payudara Erna dengan kadang memilin-milin putingnya.
“Mmmhh…. mmmpphhhh….” Erna mulai mengerang tertahan
Kuemut dan kujilat-jilat puting kirinya yang sudah mengeras. Tangan kananku bergerilya ke seluruh tubuh Erna. Dari pinggang lalu bongkahan pantat dan ke paha Erna, sungguh mulus dan padat berisi. Kuremas-remas pantat bahenol Erna yg tak pernah membuatku bosan.
“aaakh… “ pekik Erna pelan.
Pantat Erna terangkat setiap kali aku meremasnya. Ini membuat memeknya bergesekan dengan batang kontolku yg sudah berada tepat di atas memeknya Aku mulai menggesekkan pelan kontolku setiap kali memeknya terangkat. Terasa memek Erna yg sudah basah sekali setelah orgasme pertamanya.
“mmpphh… pak.. kontol…aaakhh…”
“Kontolnya kenapa Erna…?” tanyaku sambil mulai menciumi bibirnya…
“Ngooummhh… mmh… kontolnya enak banget pak… “ jawab Erna di sela-sela ciumanku.
“Enak gimana Erna….?” Godaku. Aku sengaja menghentikan gesekan kontolku ke memek Erna. Aku ingin dia bisa proaktif dan terbuka untuk mengutarakan perasaan dan keinginannya selama berhubungan seks.
“Phaak… jangan berhenti… lagi pak… ayooo… “ pinta Erna manja. Badan Erna kembali menggeliat-geliat, pinggangnya bergerak-gerak sehingga memeknya kembali menggesek-gesek kontolku.
“Harus gimana Erna, bilang dong…. “godaku
“lagi… kontol Pak Niko gesekin lagi ke memek Erna…. cepetan pak”
Kedua tangannya lalu mencengkeram pantatku dan menariknya ke bawah yang membuat kontolku kembali menekan memeknya. Tujuanku membuat Erna proaktif sepertinya sudah berhasil, dan aku juga udah ga tahan untuk memasukkan kontolku ke memek Erna. Kuarahkan kontolku ke bibir memeknya dan kugesekan kepala kontolku sambil kusodokkan pelan-pelan. Kepala kontolku sudah mulai tenggelam di bibir memek tembem Erna.
“akkh…. “ Erna berteriak
“Jangan dimasukin pak….” Tangannya mencoba mendorong perutku ke belakang.
“Erna takut….” Ekspresi wajahnya menunjukkan penolakannya. Aku jadi tidak tega memaksanya meski birahiku sudah memuncak. Aku lalu menarik badan Erna yg terbaring menjadi memeluk ku.
“Kamu kupangku aja Na, biar lebih nikmat. Janji deh ga bakal kumasukin”
Aku lalu duduk bersanda pada sofa dan kuarahkan Erna untuk kupangku menghadapku. Posisi memeknya tepat menindih kontolku. Tanganku meremas kedua bongkah pantatnya.
“nggaaahhh…. Oouhh…” Desah Erna. Pinggulnya mulai bergerak liar, memek tembemnya menggesek-gesek kontol tegangku. Erna sudah mengerti apa yang bisa membuatnya merasakan kenikmatan di selangkangannya. Dengan posisi di atas, dia bisa memegang kendali tubuhnya. Namun gerakannya yang terlalu liar kadang membuat kontolku terasa agak sakit bila tergencet. Tanganku yg masih meremas pantatnya mulai mengarahkan gerakan pinggulnya untuk bergoyang ke depan dan ke belakang. Erna sepertinya langsung paham, gerakannya mulai teratur, pelan tapi sangat bertenaga menggesekkan memeknya ke batang kontolku.
“sshhss…. Agghhh…. Hemmph…” Erna mulai meracau seiring dengan goyangannya.
Memeknya sudah sangat licin dan mulai membuka, batang kontolku sudah bisa melesak ke dalam bibir memeknya yang semakin licin karena cairan pelumasnya dan kepala kontolku juga sudah mulai menyentuh klitorisnya.
Tanganku mulai lagi bergerilya ke seluruh lekuk tubuh Erna. Dari paha mulusnya lalu naik ke perutnya yg ramping dan minim lipatan. Sesekali kuremas kedua payudara Erna yang bergoyang-goyang seirama gerakan pinggulnya, kadang sambil kujilati putingnya bergantian.
“ooohhh...aaaaccchhh....aaaaaaaahhhhh...paaak ...! Erna lalu memelukku erat, goyangan pinggulnya makin cepat dan makin menekan kontolku. Payudaranya menempel tepat di mukaku. Kuemut putingnya dan kusedot-sedot tanpa ampun.
“Oouuugh… enak banget Na…..mmmphhh… “ aku juga merasakan mulai mendesak-desak dari pangkal kontolku. Kuremas kedua bongkah pantat Erna sambil kugerakkan pinggulnya maju mundur semakin cepat karena aku merasakan sperma ku sudah mulai bergulung-gulung menuju kepala kontolku siap untuk meledak.
“Paaak… Erna pipis lagi paak…. aaahhh”
Mendengar erangan Erna membuat pertahananku jebol,
cccrrrooootttt.......ccccrrrroooot......ccccrrrroooot.... spermaku mucrat dengan kencangnya ke perutku dan dadaku. Aku yakin ada sebagian spermaku yang menyembur ke bibir memek Erna. Nafasku tersengal-sengal merasakan kenikmatan ini.
“Aaagghhh….. aagghhh…. Paaak….“ Hampir bersamaan, pinggul Erna tersentak-sentak, punggungnya melengkung dan kepalanya menengadah dan terayun ke belakang. Kedua tangannya mencengkeram erat pundak ku. Tubuh Erna seakan kaku, hanya pinggulnya yang masih tersentak-sentak. Lalu Erna menjatuhkan tubuhnya ke pelukanku. Nafasnya juga tersengal-sengal pelan. Tanpa suara, hanya gerakan pinggulnya yg sesekali masih tersentak pelan.
“Erna, kamu ga pa pa…? “ tanyaku pelan, repot juga kalo sampe pingsan nih anak.
“Enak banget pak… “ Jawab Erna pelan masih dalam pelukanku.
“Masih mau lagi…?” Ucapku
“Udah ga kuat pak…. Erna capek banget…”
Kubiarkan Erna di posisi ini sampai dia bisa mengumpulkan kembali tenaganya. Erna bener-bener kelelahan, setelah membersihkan diri di kamar mandi di dalam ruangan kepala kantor dan memakai kembali pakaiannya, dia meminta izin untuk istirahat di tempat tidur darurat di pojok ruangan belakang. Ruangan itu memang biasa digunakan mba Hani dan Bu Nur untuk istirahat singkat.
Sampai akhir masa PKL mereka, aku masih sekali lagi berbagi kenikmatan dengan Erna, dan lagi-lagi, Erna masih menolak untuk penetrasi.

Akhir dari bagian 1

Next Part di Page 15
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd