Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Keajaiban

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
bobi bobi bobi
keajaiban apa ya?

ayo update lagi
:beer:
 
Aduh Bobi koq jadi Bocah Bingung. Sia Sia kan kesempatan yg Ada. Thanks hu udah update
Ditunggu lanjutannya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
terima kasih udah mau meluangkan waktunya untuk membaca karyaku suhu:ampun:

diharapkan kritik dan sarannya :kk:
Kritik ? Dh hbs tak mkn sndri hu. Mantep critany, hrs smpe tamat.
 
mantap hu ceritanya

ane tunggu lanjutannya ...

... sampai tamat dan hapy ending ....
jangan kaya arimbi
 
Lho lsg terlelap? Apakabar laporan praktikum yg masi sisa 150 lebih lembar n harus tulis tangan? Apes beneran kaya nya si bobi. Hehehehe..
 
Tegas dong bro jadi cowok, biar gak dibuat maenan sama cewek...
 
Cerita seperti ini yg lama di tunggu2 koplak dan ngereall
 
Chapter 6
Kok Bisa Keceplosan Gini

"Laporan kamu sudah tidak ada yang perlu di revisi lagi", ucap pria di depanku.

"Setelah dapat tanda tangan dari kepala Lap dan Kaprodi kumpulkan ke saya", lanjutnya.

Akhirnya aku bebas.

Setelah satu minggu berteman sama yang namanya si bangsat laporan. Hari ini merdeka juga hidupku. Nggak kebayang kalau harus berurusan sama itu bansat lebih lama lagi. Bukan hanya tangan yang lemes tapi ini kepala bisa-bisa pecah. Tapi ya sudahlah, itu masa lalu. Yang penting sekarang udah bisa santai.

"Terima kasih waktunya Pak. Kalau begitu saya permisi"

Setelah keluar dari ruang dosen, aku langsung menuju ke tukang fotokopi terdekat buat jilid laporan. Untungnya sepi jadi nggak lama sudah laporanku sudah jadi. Kemudian aku langsung menuju kekantor kepala Lap. Semoga saja masih diruangan.

Tapi setelah sampai sana cuma ketemu sama penjaga Lap dan dia ngasih tau kalau beliau nggak ada hadir hari ini. Tapi nggak apa-apa lah. Besok juga masih bisa. Besok aja kesini lagi, tapi sebelum itu kayaknya harus buat janji dulu. Lalu aku langsung mengeluarkan hpku untuk hubingi beliau.

Whatsapp said:
To: Pak muji KaLap
Assalamuaikum pak.
Mohon maaf menyita waktunya. Saya Bobi Putra Samudra dari kelas teknik mesin 4A. Saya ingin menanyakan kapan kiranya bapak ada waktu untuk bertemu mengenai tanda tangan laporan praktikum. Terimakasih pak.
Wassalamuaikum.

Yosh. Sekarang tinggal nunggu balesan. Semoga bisa besok, makin cepet makin baik.

Ceklung ceklung

Whatsapp said:
From: Pak muji KaLap
Saya sedang di luar kota. Temui saya satu minggu lagi

"JUAAANGKRIK"

Santai banget ini orang nyuruh nemuin satu minggu lagi. Pakek alesan keluar kota segala. Bilang aja, saya lagi males ke kampus mau bobok cantik di rumah. Sok itu orang emang. Lama-lama aku sentil juga itu kepalanya yang kayak kelereng. Bikin orang emosi aja. Kalau gini ceritanya kapan bisa bener-bener bebas dari ini kertas bangsat. Padahal tiga hari lagi itu hari yang spesial.

Karena masih kesel sama dan mikir tentang tiga hari lagi. Nggak terasa aku sudah berada di sekretariat ukm. Keadaan kali ini sepi cuma aku sediri. Tidak seperti biasanya. Biasanya si Roy selalu hadir di sini. Nggak tau kenapa aku sekarang jadi kepikiran sama roy, dimana dia sekarang?

"Telpon aja kayaknya", gumanku.

Tut tut tut. Tut tut tut

"Halo"

"Halo, assalamualikum Roy"

"Waalaikumsalam. Ada apa Bob?"

"Kamu dimana?"

"Dirumah ini. Kamu?"

"Sekret ini, gak kesini su?"

"Gak bisa ini. Suruh jaga rumah, ortu kondangan"

"Owalah. Lawu gimana?"

"Udah siap ini. Anak-anak juga udah, tinggal nunggu kabar dari kamu ini"

"Ya udah. Gimana kalau tiga hari lagi?"

"Bolehlah, aku kabari anak-anak kalau gitu"

"Oke atur lah. Sekalian ini, ada yang mau aku omongin"

"Apaan bro?"

"Gini, bla bla bla"

"Bisakan? Kasih tau anak-anak juga"

"Siplah. Bisa diatur bisa di atur"

"Thank ya bro"

"Halah, kayak sama siapa aja"

"Hehe. Ya udah kalau gitu. Pulsa mahal, rugi kalau buat telpon kamu lama-lama"

"Anjing, dasar pelit"

"Oh iya satu lagi"

"Apaan lagi?"

"Aku tau rumahmu lagi sepi. Jadi, jangan dipakek buat coli"

"Anjrit. Emang situ jones. Orang ganteng kayak aku gini rugi kalau coli. Udah ada yang nampung"

"Tapi gantengmu itu masih gantengan monyet loh"

"Asu. Mat..."

Tut

Oke. Satu clear, tinggal telpon Anas.

Tut tut tut

"Halo. Ngapain sih Bob, siang-siang telpon ganggu orang lagi tidur aja"

"Assalamualaikum"

"Eh iya. Waalaikumsalam"

"Makanya jangan marah-marah terus. Jadi lupa salam kan"

"Biarin wek. Siap suruh ganggu cewek cantik tidur siang"

"Iya iya maaf kalau gitu. Sabtu kamu ada acara nggak?"

"Sabtu? Hmm. Enggak ada sih. Kenapa emang?"

"Ini anak-anak ngajakin ndaki di lawu, kamu ikut gak Nas?"

"Boleh. Jam berapa berangkatnya?"

"Berangkat pagi aja. Biar nyapek atas masih bisa lihat sunset"

"okelah. Kalau gitu malemnya ke rumahku dulu"

"Loh? Ngapain?"

"Packingin barang-barangku"

"Kan kemaren udah aku ajarin caranya packing toh?"

"Aku lupa"

"Hadeehh. Ya udah setelah aku packing, aku kesana"

"hehe. Ditunggu Bobi"

"Ya udah kalau gitu Nas. Aku mau balik kampus dulu"

"He'eh Bob"

"Bye Nas, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan"

Tut

Yosh. Sementara rencana lancar.

ooOoo​

Nggak terasa hari-hari berlalu dengan cepat. Dan sekarang ini adalah malam sembelum pemberangatan kami ke lawu. Setelah tadi sudah bercengkrama dengan packing. Sekarang aku bersiap menuju rumahnya Anas sesuai janji yang kemaren.

Setelah sepuluh menit perjalanan mengunakan motor. Aku sekarang sudah tiba di depan rumahnya Anas.

Klingklung

"Assalamualaikum" ucapku.

"Waalaikumsalam. Eh mas Bobi masuk mas" jawab bulek Siti setelah membuka pintu.

Bulek Siti ini pembatu di rumahnya Anas. Umurnya sendiri 40-an lebih. Katanya sih dia udah kerja di sini semenjak Anas belum lahir.

"Anasnya ada bulek?"

"Ada mas di kamar. Tadi bulek liat non Anas lagi milih-milih baju sama makanan mas, memang mau naik gunung lagi mas?"

"Iya bulek, cuma ke lawu kok. Bapak sama ibu kemana bulek?

"Diluar kota mas, sudah satu minggu ini"

"Ya udah bulek aku ke kamar Anas dulu ya"

"Iya mas. Mau minum apa mas?"

"Bebas bulek, apa aja mau. Hehehe"

"Ya udah bulek buatin kopi"

"Iya bulek. Makasih bulek"

Rumah Anas bisa si bilang gede pakek banget. Rumah dengan 2 lantai dilengkapi dengan ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, tempat Gym, kolam renang gede di belakang, dapur, dan sekitar 20 kamar tidur yang katanya sih nyediain kalau kerabat datang.

Walaupun aku udah sering kesini, sampai sekarang aku masih kagum dengan ini rumah. Sampai-sampai sering mikir berapa biaya pembangunnya dan gimana cara bersihinnya ya.

Tok tok tok

"Siapa?" teriak Anas dari dalam kamar.

"Orang ganteng".

Ceklek ceklek

"Masuk"

"Udah lama?" lanjutnya.

"Baru saja Nas".

Kemudian aku masuk kamarnya.

"Astaufirlah"

"Ada apa Bob?"

Anjrit. Kamar dia saat ini penuh sama yang namanya cemilan sama baju. Cemilan yang hampir memenuhi hampir semua sisi lantai sang semula kosong. Baju yang berserakan di atas kasur. Bahkan pastikpun ikut bertaburan di pojok-pojokan kamar.

"Kamu yakin bawa ini semua?" tanyaku.

"Yakin lah Bob. Emang kenapa sih?"

"Kita cuma tiga hari dua malem loh di sana"

"Iya tau. La terus?"

'Yang akan kamu bawa ini terlalu berlebih loh", ucapku mengingatkan.

"Biarin toh"

"Emang nanti bakal kuat bawanya?"

"Gampang lah itu. Kalau gak kuat suruh kamu bawain aja"

Selalu dan selalu seperti ini. Bukan Anas kalau nggak seenakya sendiri. Akhirnya setelah tiga puluh menit selesai juga ngepacking semua barang yang akan dia bawa dalam carrier.

"Ini udah selesai. Kamu cobain dulu" Ucapku.

"Kayaknya terlalu berat Bob" ucapnya setelah mencoba memakai carriernya

"Ya mau gimana lagi"

"Emang gak bisa lebih ringan?" tanyanya.

"Bisa lah. Tapi ngurangin barang bawaan dan itu bongkar muat lagi".

"Ya udah kamu bongkar lagi kalau gitu"

Duh gusti wolo-wolo kuato. Kok yo enek wong koyo ngene. Haddehh, harus ekstra sabar ngadepin kayak Anas gini. Dan akhirnya, dari pada nambah aku kesel sama dia kau cuma diem terus bongkar lagi semua barang-barangnya.

Kali ini butuh 3 jam untuk nyelesain packing yang sesuai dengan keinginan dia. Bahkan aku sampek bongkar muat 4 kali lagi. Ada aja hal yang menurutku gak penting dia repotin. Dari mulai baju kesayanganya kelupan gak ke packing, cemilan yang sama merek tapi cuma beda rasa ketuker suruh nuker, suruh masukin boneka kesayangnya yang katanya buat temen tidur, dan karena bonekanya itu barang lain yang sudah dia pilih gak bisa masuk semua jadi nyuruh ngeluarin lagi.

"Udah selesai. Aku pulang dulu" ucapku.

"Nggak nginep?" tanyanya

"Nggal usah. Bolak balik ntar"

"Assalamualaikum Nas" lanjutku.

"Ya udah kalau gitu. Waalaikumsalam. Makasih ya Bob, hati-hati"

Setelah pamitan sama Anas dan bulek siti. Aku langsung keluar rumah, kemudian meluncur pulang.

ooOoo​

"Aku berangkat dulu buk. Assalamuaikum"

"Waalaimumsalam. Hati-hati dan jaga kesehatan".

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Setelah tadi pamitan sama ibuku dan tidak lupa cium tangan, aku langsung meluncur untuk jemput Anas.

Tiba disana aku lihat Anas sudah bersiap di depan rumah di temani bulek Siti. Baguslah pikirku, jadi gak harus nunggu lagi bisa langsung berangkat.

"Assalamualikum Nas, Bulek" ucapku memberi salam.

"Waalaikum salam" jawab mereka berdua kompak.

"Ayok, langsung berangkat Nas" ajakku.

"Ayok"

"Kami berangkat bulek", aku pamit sama bulek siti.

Di awal perjalanan kami cuma diem. Aku fokus kejalan sedangkan dia fokus ke Hp.

"Udah ijin sama bapak ibuk?" tanyaku membuka obrolan.

"Udah kok, tadi malem aku udah telpon mereka"

"Baguslah. Kita langsung ke lokasi"

"Loh, nggak bareng anak-anak?" tanyanya.

"Enggak. Tadi aku dah bilang ke mereka, suruh tunggu di depan loket masuk. Jadi kita bisa lewat jalan pintas"

"Hmm. Ya udah aku ngikut aja".

2 jam kemudian kami sudah tiba di lokasi. Aku lihat temen-temenku sudah berada disana. Aku langsung bersalaman sama mereka.

"Lama banget?" tanya Roy.

"Naik motor itu nggak boleh kenceng-kenceng, utamakan selamat" jawabku.

"Halllah, bilang aja biar lama berduaanya. Iya kan iya kan?" Intan menimpali.

"Ngaco"

"Udah daftar?" lanjutku bertanya.

"Udah Bob, kamu dan anas juga udah aku daftarin. Tinggal jalan" jawab Roy.

"Ya udah ayo jalan".

Kami berdelapan; aku, Anas, Intan, Roy, Betty, Indra, Hendrik, dan Santi memulai perdakian. Komposisi empat cewek dan empat cowok. Jangan pernah mengira kalau mereka itu berpasangan, soalnya mereka semua kecuali Anas itu satu organisasi denganku dan ada peraturan tidak tertulis di organisasiku bahwa tidak boleh ada kisah asmara diantara anggota.

Egois memang. Tapi menurutku dengan adanya itu bisa mencegah masuknya masalah pribadi ke dalam organisasi. Kan bisa profesional? Dan menurutku lagi, nggak ada yang namanya profesional kalau udah menyangkut masalah hati.

Pendakian kali ini memakan waktu 5 jam. Sebenarnya ini waktu terlama yang kami tempuh disini, biasanya cuma 3-4 jam kami sudah nyampek atas. Ya mungkin karena mengimbangi Anas yang belum terbiasa dengan hal seperti ini.

Setelah mendirikan tenda, kami membagi jobs masing-masing. Para cowok mengambil air yang nggak jauh dari tempat Camp, sedangkan yang cewek bikin kopi dan masak.

Cukup melelahkan memang. Tapi ini menyenangkan. Di sinilah kerja sama terasa. Berbagi canda dan tawa tanpa ada yang namanya gensi. Dan dengan hal inilah aku berlatih untuk menekan ego. Karena menurut pengalaman yang aku dapatkan, bahwa sifat asli dari sebuah individu akan terlihat jelas ketika menghadapi yang namanya lelah dan lapar

Setelah semua pekerjaan selesai, kami lanjutkan dengan mengobrol. Banyak hal yang kami bicarakan sambil ditemani dinginnya suhu dan hangatnya kopi dan tidak lupa untuk para cowok yaitu nikmatnya rokok.

"Aku mau keliling, siapa yang mau ikut?" tanya Roy

"Aku", jawab Intan, Santi, Hendrik, Indra, Betty, dan Anas kompak.

"Aku nggak iku", jawabku.

"Loh, kenapa Bob?" tanya Anas.

"Aku jaga disini aja, sambil tiduran".

"Aku temenin kalau gitu" ucap Anas lagi.

"Nggak usah entar kamu malah gangguin aku tiduran. Kamu ikut mereka aja. Hahaha".

"Huh, nyebelin".

"Kalau gitu kita pergi dulu ya bro" ucap Roy.

"Yoi, hati-hati".

Setelah mereka pergi dan sudah nggak terlihat, aku buru-buru masuk ke dalam tenda. Kemudian membongkar semua isi carrierku untuk mencari barang yang udah aku siapkan dari kemaren. Setelah ketemu aku langsung mengecek keadaan barang tersebut.

"Hmm, rusak dikit. Mungkin goyang waktu dibawa naik tadi. Weslah nggak apa-apa," gumanku.

Kemudian aku langsung menuju ke suatu tempat sambil membawa barang tersebut. Tiba disana, aku memeriksa keadaan sekitar. Setelah yakin kalau keadaan yang sepi, aku meletakkan barang tersebut di antara semak-semak kemudian kembali ke tempat camp.

Aku lanjutkan merokok di depan tenda sambil menikmati hawa dingin ini. Hawa dingin yang selalu menyejukan. Setelah 30 menit disini akhirnya mereka datang juga.

"Dari mana saja tadi?" tanyaku.

"Cuman jalan-jalan nyampek Pos 5, sambil foto-foto tadi", jawab Roy.

Kami melanjutkan mengobrol lagi. Saking asiknya sambek nggak sadar kalau matahari sudah hampir tenggelam.

"Kayaknya udah waktunya", batinku.

"Nas ikut aku yuk, aku mau nunjukin suatu tempat" ajakku ke Anas.

"Kemana?" tanyanya.

"Ada lah, entar juga tau. Heheh".

"Kalian ikut kan?" tanyanya pada yang lain.

"Kami disini aja. Gantian jaga", jawab intan.

"Ya udah".

"Ayok kalau gitu Bob" lanjut Anas.

Kami berdua menuju tempat yang aku maksud tadi. Ini adalah tempat favoritku.

"Wow, ini indah banget Bob"

Memang indah, ditempat inilah kami bisa melihat matahari terbenam, selain itu pemandangan di sekitarnya sangat mempesona. Bahkan setiap ndaki lawu aku selalu ke tempat ini. Dan aku bersyukur cuaca hari ini mendukung.

"Bob, apa kita bisa gini terus?" tanyanya tiba-tiba.

"Maksudnya Nas?"

"Ya gini terus, kita berdua bareng-bareng terus. Selamanya"

"Entah lah Nas. Aku sih berharapnya bisa begitu. Tapi mungkin saja suatu saat kita bakal pisah"

"Iya sih, mungkin".

"Oh iya aku punya satu hal lagi yang mau aku tunjukin. Tapi kamu berbalik dulu dan tutup mata" ucapku.

"Apaan sih emang? Pakek tutup mata segala" tanyanya protes.

"Udah cepet berbalik dan tutup mata. Jangan ngintip".

Setelah dia berbalik, kemudian aku mengambil barang yang sudah aku siapkan tadi.

"Udah, sekarang boleh liat" ucapku.

"I-ini?" tanyanya kaget.

"Hehehe. Selamat ulang tahun ke 20 Anas", ucapku sambil membawa kue ulang tahun dengan lilin berbentukkan angka 20 yang sudah menyala.

"Semoga panjang umur, makin dewasa, nggak sering-sering gangguin aku, makin banyak temen, makin di sayang orang tua, makin cantik, dan yang lain lain lah. Yang penting makin makin pokoknya. Hehehe"

"Kamu yang nyiapin ini semua?" tanyanya.

"Hehehe. Iya Nas".

"Makasih banget Bob" ucapnya lirih.

"Udah nyiapin ini semua, rela-rela sampek begini. Emang kamu yang paling ngertiin aku, hik hik hik. Ka-kamu yang selalu di sampingku, hik hik hik. Bahkan disaat orang tuaku lupa dihari ulang tahunku. Ka-kamu selalu inget, hik hik hik. Ak-aku, aku sayang kamu Bob, hik hik hik" lanjutnya.

Dia sayang aku? Aku udah tau itu semua. Bahkan udah lama taunya. Akupun memiliki perasaan yang sama dengan dia. Tapi dengan keadaan kami ini yang membuatku ragu dari dulu. Aku cuma gak ingin kalau sampai keluargaku direndahkan sama keluarganya. Bukan ayah sama ibunya, aku tau kalau mereka gak bakal begitu. Mereka orang yang baik banget. Tapi keluarga besarnya, apalagi pamannya dan kakeknya.

Pernah dulu waktu aku hadir pertama dan terakhir di acara ulang tahunya. Waktu itu kami masih berumur 14 tahun. Disana semua kerabatnya datang. Dan saat itu dengan sangat jelas dia menyindir keluargaku. Aku masih ingat apa yang dia katakan.

"Nduk Anas, hati-hati ya kalau sama orang lain. Kalau kamu mau berteman lihat dulu latar belakang keluarganya, kalau bisa yang sebanding sama keluarga kita. Jangan seperti sekarang".

Dan itu dia bilang saat aku berada disamping Anas. Mulai saat itu aku nggak pernah mau dateng saat di undang ke acara ulang tahunnya. Dan tahun berikutnya aku mengajak dia merayakan acara ulang tahunnya berdua saja satu hari setelahnya. Dan itu sudah lama sekali. Terakhir di saat dia ulang tahun ke 17. Karena itu dia minta kalau saat itu terakhir dirayakannya pesta ulangtahunnya.

"Kok malah bengong Bob" ucap anas menyadarkanku dari lamunan.

"Hehehe. Maaf Nas" jawabku sambil garuk-garuk kepala.

"Aku juga sayang kamu Nas".

Waduhh, Kok Bisa Keceplosan Gini

Terus ini gimana??

Pertama beta mengenalmu
Rasanya biasa – biasa saja
Kedua berteman denganmu
Lama – lama ku jatuh hati padamu

Bercanda tawa bersama
Bahagia karna saling suka
Kadang cemburu mewarnai hari – hari
Kita berdua

Witteng tresno jalaran soko kulino
kata orang jawa

Witteng tresno jalaran soko kulino
kata orang jawa

Witteng tresno jalaran soko kulino
jarene wong jowo

Ditunggu Lanjutannya
 
Sikat aja anas nya bob... Lampu hijau tuh... nyesel ntar kalau anas di embat cowok lain...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd