Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KALA SENJA MENDEKAT

Status
Please reply by conversation.
Terima kasih buat ceritanya, sedikit logat semarangan membuat kangen pulang kampung halaman yang skrg belum bisa dikunjungi karena situasi skrg.
 
++++++++++

BAB V - Que Sera Sera

"Saya terima nikah dan kawinnya Devina Mahadevi binti muhammad Iddris dengan mas kawin tersebut dibayar Tunai" suara mas Yoyo menggelegar di ruangan utama masjid ini. Yang kemudian disambut pertanyaan penghulu kepada para saksi
"Bagaimana? Sah?"

"Sah.... " teriak para saksi bebarengan

"Alhamdulillah" teriak semua yang hadir di acara Akad nikah mas yoyo hari ini di masjid babussalam, dikomplek perumahan tempat acara pernikahan mas yoyo diadakan, disebuah kota yang menjadi tujuan wisata baik lokal maupun mancanegara katena situs kunonya yang masuk salah satu 7 keajaiban dunia.

Hari ini, 1 bulan setelah kelulusan mas yoyo dan mas dodi - ya.. mereka akhirnya lulus juga, tepat 6 bulan setelah kejadian ku bersama sherly, yang berakhir tanpa komitmen apapun. Dan hei.. kami tetap berteman baik sampai saat ini, dan kadangkala mengulang kembali kejadian seperti malam itu, walaupin tahu itu berdosa. Ya... Dosa Termanis.

Aku masih ingat saat hari kelulusan mereka. Selamat atas kelulusan Duo Mahasiswa Abadi "Yoga Mandala Bakti, ST" dan "FX. Dodi Kristanto, ST", begitu tertulis dikarangan bunga yang sengaja kami pesan untuk merayakan kelulusan duo dedengkot kost, yang entah kenapa beberapa bulan terakhir ini mereka begitu terpacu untuk menyelesaikan studi. Didepan karangan bunga itu, semua anak kost menyalami mas yoyo dan mas dodi, serta keluarga mereka yang datang dari kota tempat mereka berasal. Kami masih terkaget kaget dengan kejadian luar biasa itu. Kami tidak pernah membayangkan mereka mengejar tugas Akhirnya nya yang sudah beberapa semester terbengkalai dan lulus secepat itu, ketika tiba tiba mas yoyo memberikan sebuah undangan yang ditujukan untuk anak Kos B-36. Nama kos kami.

Ketika kami membukanya, kami benar benar kaget, karena itu merupakan undangan pernikahan mas yoyo dengan mbak Devi, pacar mas yoyo yang merupakan Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat, 3 tahun diatasku dan 2 tahun dibawah mas Yoyo, yang sudah diwisuda 1 periode sebelumnya.

Ayah mas Yoyo menjelaskan, ternyata beberapa bulan lalu, mas Yoyo dan Mas Dodi mendapatkan tawaran dari kakak tingkatnya untuk bekerja diperusahaan tempatnya bekerja, yang berpusat di Busan, Korea. Namun, kakak tingkatnya mensyaratkan mereka harus lulus dalam waktu 3 bulan. Dan ternyata mereka bisa memenuhi persyaratan tersebut. Rencananya 2 bulan lagi mereka akan terbang ke sana, oleh karena itu bulan depan mas Yoyo berencana mempersunting pujaan hatinya agar bisa ikut ke Korea sana.

Ya pada akhirnya, hari ini aku, bang Adit, mas Dodi, bagong, adrian, paijo beserta Bapak dan Ibukost, yang membawa serta Tina, anak semata wayang mereka, sengaja datang untuk memenuhi undangan itu, menggunakan 3 mobil.

Bapak kosku, istrinya dan Tina menggunakan mobil bapak kos. Mas Dodi, adrian, paijo, dan mas adit menggunakan mobil sewaan, sedangkan aku bersama mbak Vina menggunakan mobilnya. Sebenarnya aku tidak kepikiran untuk mengajak mbak Vina. Awalnya aku berencana berangkat menggunakan mobil sewaan bersama anak anak kos. Namun tiba tiba, malam sebelum kami berangkat, mbak vina datang kekosku, meminta tolong diantar survei ke tempat PKL nya, di kota Gudeg.

Sangat kebetulan, pikirku, karena acara temoat pernikahan mas Yoyo berdampingan dengan Kota Gudeg. Sehingga akhirnya aku mengiyakan permintaan mbak vina, hingga akhirnya sekarang kami berada disini.

Setelah menikmati makanan dan berbasa basi kepada mas yoyo, mbak devi, teman teman kuliah mas yoyo, yang kebetulan kami juga kenal, serta keluarga mas yoyo, kamipun pamit kepada mereka. Mas Yoyo sempat menawari kami untuk menginap, yang segera kami tolak dengan halus, selain karena besok Tina anak bapak kos harus kembali bersekolah, anak anak yang lain pun sudah memiliki rencana untuk ikut ke kota gudeg.

Mobil kami dan bapak kos pun berpisah ketika sampai di alun alun kota ini. Bapak kos dan keluarga mengambil jarur kiri kembali ke kota propinsi, sedangkan 2 mobil lain mengambil jalur kanan menuju propinsi sebelah. Kami berkonvoi menyusuri jalan utama kota ini menuju kota gudeg.

Tidak sampai 1 jam perjalanan, tampak gerbang selamat datang propinsi menyambut kami. Setelah menyempatkan diri mampir SPBU untuk mengisi bahan bakar, sholat ashar, dan sekedar menminum segelas kopi dan beberapa batang rokok, kamipun melanjutkan perjalanan kearah selatan menuju pusat kota gudeg.

++++++++++


1912_benteng-vredeburg.jpg

Sesampainya dipusat kota, kami memarkirkan kendaraan di sehuah benteng yang terletak persisi di ujung jalan paling terkenal di kota ini, tepat sisi seberang sebuah Bank BUMN. Anak anak kosku langsung liar berlarian menyusuri sepanjang jalan yang menjadi pusat perbelanjaan kaki lima ini, sementara aki dan mbak devi mengikiti mereka dari belakang sambil tertawa geli. Kami berjalan santai menyusuri jalan ini sambil sesekali berhenti melihat barang barang yang dijajakan sepanjang jalan. Mulai dari pakaian, kain, aksesories, alat musik, sampai dengan benda benda klenik. Semua tersedia disini.

Kami terus menyusur jalan ini sampai tiba di ujung jalan yang berlawanan dengan banteng tempat kami memarkirkan kendaraan. Mas dodi tiba tiba menepuk pundakku.

"Kita ke kiri khan dhab. Wisata malam kita..." Katanya sambil tertawa dan mengedipkan satu matanya.

Wasyuuu... ogak, kesana aja ke belakang stasiun mas" ujarku sambil misuh, karena mengetahui arti kedipan mata mas dodi. Sementara bang Adit hanya terkekeh dibelakang mas dodi.

"Emang ke kiri ada apaan tam? Wisata malam tu maksutnya pasar malam?" Tanya mbak devi yang
Membuatku salah tingkah.

"Eee... enggak mbak. Itu.. biasa, pusat kuliner malam gitu mbak" jelasku mengelak sambil menginjak kaki mas dody yang diam diam membuat simbol jempol diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.

"O.. ya udah kita kesana aja, kebetulan aku lapar" lanjut mbak vina bersemangat

"Ee... jangan mbak, kurang enak tempatnya, mending kita ke kopi joss aja belakang stasiun, ucapku sambil menggandeng tangan mvak devi dan mwngajaknya menyebrangi jalan, menuju arah belakang stasiun.

"Kwapokmu kapaaannn dhaaab" teriak mas dodi dan bang adit bersamaan.

sepanjang-jalan-malioboro.jpg

++++++++++

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu

Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna

Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja

Di persimpangan langkahku terhenti

Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila

Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu

Tak terobati

Musisi jalanan mulai beraksi
Merintih sendiri
Ditelan deru

Walau kini kau t'lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk s'lalu, untuk s'lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Namun kotamu hadirkan senyummu yang abadi
Ijinkanlah aku untuk s'lalu, selalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Walau kini engkau telah tiada, tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu, senyummu abadi
Abadi


++++++++++


++++++++++

Suara pengamen jalanan mwmbawakan lagu Yogjakarta milik KLA-Project membuat kami terdiam dalam lamunan masing masing di emperan tenda Kopi belakang stasiun. Walaupun sejatinya kami bukan penghuni tetap kota ini, namun masing masing mempunyai kenangan yang berbeda tentang kota ini.

Aku memandang wajah mbak vina yang entah mengapa malam ini, dibawah temaram lamlu jalanan, memaksimalkan kecantikannya. Wajahnya yang ayu, lesung pipitnya yang mempesona, rambut hitamnya, membuatku terpana. Aku melihatnya dalam tatapan kosong, seraya benakku berkelana ke sejuta tanya yang tak sempat terucap. Beberapa misteri tentang dirinya yang samapai sekarang terpendam dalam pikiranku, tak mampu sekedar merangkai kata untuk bertanya.

Memori lama mulai bermunculan di otakku, mulai dari pertemuan pertama ketika aku kelas 1 SMA, ketika kami berdua berbagi bangku yang sama ketika ujian Tes Sumatif Cawu, lalu berpindah ke kejadian didepan perpustakaan yang berakhir dengan surat bukti pembayaran BP3, pertemuan kembali dengannya di Toko buku, kejadian di penginapan, hingga pertemuan pertemuanku selanjutnya yang selalu menimbulkan kesan dan banyak pertanyaan yang sampai sekarang tak terjawab.

Terbayang kembali kejadian di penginapan itu

"Maafkan aku tam. Kamu mungkin tahu, dari jaman kita SMA, bagaimana aku mengagumimu, bagaimana aku selalu memperhatikan mu, sampai kini rasa itu tak juga bisa hilang. Aku bukan orang munafik tam. Aku juga menikmati rasa ini. Aku juga merasakan hal yang sama seperti yang kamu rasakan" mbak vina berbicara dalam isak tangis dan suara terbata bata, ketika aku selesai mengutarakan perasaanku dan memintanya menjadi pacarku.

"Aku tidak bisa membohongi perasaanku, Wijaya Adhitama Prayoga. Bahkan sejak pertemuan pertama kita aku selalu memperhatikanmu, selalu, walau kadang gengsiku sebagai kakak kelas membuatku hanya bisa mengagumimu dari jauh. Kamu ga tau betapa berbunga nya hatiku saat aku menemukanmu kembali di kota ini, namun aku harus menghadapi kenyataan. Aku tak bisa menerima rasa itu. Aku harus membuang nauh jauh semua rasa ini. Lanjutnya lagi

"Kenapa mbak? Teriakku pelan
"Kalau memang mbak vina merasakan hal sama, kenapa kita ga bisa?" Lanjutku lagi merasa frustasi dengan jawaban yang dilontarkan mbak vina, yang masih terisak pelan, membelakangiku.

Aku membelai lembut rambutnya, membuatnya menoleh dan menatap kepadaku. Mata itu. Ya Mata itu. Bagaimana mata itu menyiratkan sesuatu yang meyakinkanku bahwa dia pun merasakan hal yang sama.

"Kenapa mbak" tanyaku lagi untuk ketiga kalinya. Yang tidak segera dijawabnya, malah mendekatkan wajahnya kepadaku, untuk kemudian mengecup lembut pipiku, dan bergeser ke bibirku. Aku merasakan bibirnya terasa getir dan asin karena air matanya. Namun aku sangatbmenikmati couman kali ini. Bukan sekedar ciuman nafsu, namun benar benar ciuman penih perasaan, yang meyakinkanku bahwa perempuan ini memiliki rasa sayang yang sama besar dengan sayangku padanya.

Perlajan dia melepaskan ciumannya dibibirku. Menyenderkan kepalanya di dadaku, sambil tangannya membelai lembut lenganku.

"Maafkan aku!!. Aku tak bisa mengatakan alasannya kepadamu saat ini. Aku harap kamu bisa mengerti tama" katanya lembut masih dalam isak yang semakin memelan.

"Gimana mbak vina bisa mengharap aku mengerti. Mbak vina ga jelasin apa apa ke tama. Mbak vina ga jujur dengan perasaan mbak vina sendiri, bagaimana aku bisa mengerti mbak?" Ujarku setengah berteriak, merasa semakin frustasi dengan penjelasanku.

"Aku mohon tam, kamu boleh marah. Kamu boleh membenciku, namun aku mohon, mengertilah, walaupun kamu tak tahu apa yang kudu kamu mengerti. Tapi aku mohon. Relakan rasa itu. Kikis rasa itu, seperti aku akan memendam perasaan ini. Aku tau itu bakal sangat berat untuk kita. Kamu boleh memusuhiku, tapi aku cuma mohon satuhal. Tolong hargai keputusanku saat ini. " ujarnya swmakin terisak.

Aku menarik nafas dalam dalam, melepaskannya perlahan sambil memeluknya semakin erat. Mengelus lembut rambutnya. Dan terus diam tak menjawab.

++++++++++

"Tolong keluarkan aku... aku dijebak" pikirku ketika wanita itu mulai mempreteli pakaianku satu persatu dikamar sempit ini.

Beberapa saat sebelumnya, ketika aku sedang menyelonjorkan kakiku dipenginapan, mas adit tiba tiba mengirimiku pesan.


Bang Adit
Cuk, minta tolong jemput dong, dompet abang hilang.

Aku
Bang adit dimana emangnya

Bang Adit
Di Pasar Bunga cuk, di wisma Barbara, dari pintu masuk sekutar 100 m sebelah kiri. Abang ga bisa bayar nih.

Aku
Oke bang, aku kesana

"Sial" pikirku, baru aja mau selonjoran malah kudu meng evakuasi bang adit. Tadi memang sesampainya dipenginapan, dan memesan 3 kamar untuk kami, 2 kamar untuk aku dan teman teman kosku, dan 1 kamar untuk mbak vina, mas dodi yang sejak balik dari Kopi Joss sudah kasak kusuk dengan bang adit, langsung pamit cari angin. Walau sebenarnya aku tau mereka ingin buang tai macan di lokalisasi paling terkenal di kota ini, pasar bunga.

Akupun segera memesan ojek, dan berangkat menuju pasar bunga, karena malas menyetir sendirian. Lagipula aku berfikir, parkiran disana agak rawan malam malam begini. Tak berapa lama, akupun sampai ditempat wisma yang dimaksut bang adit.

Setelah bertanya ke penjaga wisma yang ternyata sudah diberi tahu bang adit kalau temannya mau datang menyusul, akuoun masuk kedalam wisma dan mengetuk kamar yang ditunjukka oleh penjaga wisma.

Tiba tiba sebuah tangan menarikku lembut kedalam kamar. Aku terpana melihat seorang gadis berusia sekitar 25 tahun, dengan wajah manis, mengunci pintu kamar yang baru saja kumasuki, dan perlahan mendekatiku.

Dari luar, bang adit dan mas dodi berteriak...
"Nilmati hadiah dari kami cuuukkk...."

Dan kini, aku sudah telanjang bulat. Dan diatasku, wanita muda itu mulai memasukkan kemaluanku yang dibungkus kondom entah darimana kedalam vaginanya, sementara hapeku yang kuletakkan di sebelah tempat tidur terus bergetar. Aku melirik hapeku yang bertuliskan : Mbak Vina Calling.

Ah.... Que sera sera....

Aku membalikkan hapeku dan mulai menngoyangkan pinggulku mengikuti irama wanita muda itu

++++++++++

Bersambung Ke BAB VII - Kepingan Masa Lalu
 
Terakhir diubah:
Dapet hadiah ena-ena mantab nh tam.. 😆

Vina nolak karna udah dijodohin nh jangan2.. 🧐
 
Wah2 sangat beruntung dapat hadiah hihihi tapi bisa terjadi penjebakan
 
++++++++++

BAB V - Que Sera Sera

"Saya terima nikah dan kawinnya Devina Mahadevi binti muhammad Iddris dengan mas kawin tersebut dibayar Tunai" suara mas Yoyo menggelegar di ruangan utama masjid ini. Yang kemudian disambut pertanyaan penghulu kepada para saksi
"Bagaimana? Sah?"

"Sah.... " teriak para saksi bebarengan

"Alhamdulillah" teriak semua yang hadir di acara Akad nikah mas yoyo hari ini di masjid babussalam, dikomplek perumahan tempat acara pernikahan mas yoyo diadakan, disebuah kota yang menjadi tujuan wisata baik lokal maupun mancanegara katena situs kunonya yang masuk salah satu 7 keajaiban dunia.

Hari ini, 1 bulan setelah kelulusan mas yoyo dan mas dodi - ya.. mereka akhirnya lulus juga, tepat 6 bulan setelah kejadian ku bersama sherly, yang berakhir tanpa komitmen apapun. Dan hei.. kami tetap berteman baik sampai saat ini, dan kadangkala mengulang kembali kejadian seperti malam itu, walaupin tahu itu berdosa. Ya... Dosa Termanis.

Aku masih ingat saat hari kelulusan mereka. Selamat atas kelulusan Duo Mahasiswa Abadi "Yoga Mandala Bakti, ST" dan "FX. Dodi Kristanto, ST", begitu tertulis dikarangan bunga yang sengaja kami pesan untuk merayakan kelulusan duo dedengkot kost, yang entah kenapa beberapa bulan terakhir ini mereka begitu terpacu untuk menyelesaikan studi. Didepan karangan bunga itu, semua anak kost menyalami mas yoyo dan mas dodi, serta keluarga mereka yang datang dari kota tempat mereka berasal. Kami masih terkaget kaget dengan kejadian luar biasa itu. Kami tidak pernah membayangkan mereka mengejar tugas Akhirnya nya yang sudah beberapa semester terbengkalai dan lulus secepat itu, ketika tiba tiba mas yoyo memberikan sebuah undangan yang ditujukan untuk anak Kos B-36. Nama kos kami.

Ketika kami membukanya, kami benar benar kaget, karena itu merupakan undangan pernikahan mas yoyo dengan mbak Devi, pacar mas yoyo yang merupakan Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat, 3 tahun diatasku dan 2 tahun dibawah mas Yoyo, yang sudah diwisuda 1 periode sebelumnya.

Ayah mas Yoyo menjelaskan, ternyata beberapa bulan lalu, mas Yoyo dan Mas Dodi mendapatkan tawaran dari kakak tingkatnya untuk bekerja diperusahaan tempatnya bekerja, yang berpusat di Busan, Korea. Namun, kakak tingkatnya mensyaratkan mereka harus lulus dalam waktu 3 bulan. Dan ternyata mereka bisa memenuhi persyaratan tersebut. Rencananya 2 bulan lagi mereka akan terbang ke sana, oleh karena itu bulan depan mas Yoyo berencana mempersunting pujaan hatinya agar bisa ikut ke Korea sana.

Ya pada akhirnya, hari ini aku, bang Adit, mas Dodi, bagong, adrian, paijo beserta Bapak dan Ibukost, yang membawa serta Tina, anak semata wayang mereka, sengaja datang untuk memenuhi undangan itu, menggunakan 3 mobil.

Bapak kosku, istrinya dan Tina menggunakan mobil bapak kos. Mas Dodi, adrian, paijo, dan mas adit menggunakan mobil sewaan, sedangkan aku bersama mbak Vina menggunakan mobilnya. Sebenarnya aku tidak kepikiran untuk mengajak mbak Vina. Awalnya aku berencana berangkat menggunakan mobil sewaan bersama anak anak kos. Namun tiba tiba, malam sebelum kami berangkat, mbak vina datang kekosku, meminta tolong diantar survei ke tempat PKL nya, di kota Gudeg.

Sangat kebetulan, pikirku, karena acara temoat pernikahan mas Yoyo berdampingan dengan Kota Gudeg. Sehingga akhirnya aku mengiyakan permintaan mbak vina, hingga akhirnya sekarang kami berada disini.

Setelah menikmati makanan dan berbasa basi kepada mas yoyo, mbak devi, teman teman kuliah mas yoyo, yang kebetulan kami juga kenal, serta keluarga mas yoyo, kamipun pamit kepada mereka. Mas Yoyo sempat menawari kami untuk menginap, yang segera kami tolak dengan halus, selain karena besok Tina anak bapak kos harus kembali bersekolah, anak anak yang lain pun sudah memiliki rencana untuk ikut ke kota gudeg.

Mobil kami dan bapak kos pun berpisah ketika sampai di alun alun kota ini. Bapak kos dan keluarga mengambil jarur kiri kembali ke kota propinsi, sedangkan 2 mobil lain mengambil jalur kanan menuju propinsi sebelah. Kami berkonvoi menyusuri jalan utama kota ini menuju kota gudeg.

Tidak sampai 1 jam perjalanan, tampak gerbang selamat datang propinsi menyambut kami. Setelah menyempatkan diri mampir SPBU untuk mengisi bahan bakar, sholat ashar, dan sekedar menminum segelas kopi dan beberapa batang rokok, kamipun melanjutkan perjalanan kearah selatan menuju pusat kota gudeg.

++++++++++


1912_benteng-vredeburg.jpg

Sesampainya dipusat kota, kami memarkirkan kendaraan di sehuah benteng yang terletak persisi di ujung jalan paling terkenal di kota ini, tepat sisi seberang sebuah Bank BUMN. Anak anak kosku langsung liar berlarian menyusuri sepanjang jalan yang menjadi pusat perbelanjaan kaki lima ini, sementara aki dan mbak devi mengikiti mereka dari belakang sambil tertawa geli. Kami berjalan santai menyusuri jalan ini sambil sesekali berhenti melihat barang barang yang dijajakan sepanjang jalan. Mulai dari pakaian, kain, aksesories, alat musik, sampai dengan benda benda klenik. Semua tersedia disini.

Kami terus menyusur jalan ini sampai tiba di ujung jalan yang berlawanan dengan banteng tempat kami memarkirkan kendaraan. Mas dodi tiba tiba menepuk pundakku.

"Kita ke kiri khan dhab. Wisata malam kita..." Katanya sambil tertawa dan mengedipkan satu matanya.

Wasyuuu... ogak, kesana aja ke belakang stasiun mas" ujarku sambil misuh, karena mengetahui arti kedipan mata mas dodi. Sementara bang Adit hanya terkekeh dibelakang mas dodi.

"Emang ke kiri ada apaan tam? Wisata malam tu maksutnya pasar malam?" Tanya mbak devi yang
Membuatku salah tingkah.

"Eee... enggak mbak. Itu.. biasa, pusat kuliner malam gitu mbak" jelasku mengelak sambil menginjak kaki mas dody yang diam diam membuat simbol jempol diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.

"O.. ya udah kita kesana aja, kebetulan aku lapar" lanjut mbak vina bersemangat

"Ee... jangan mbak, kurang enak tempatnya, mending kita ke kopi joss aja belakang stasiun, ucapku sambil menggandeng tangan mvak devi dan mwngajaknya menyebrangi jalan, menuju arah belakang stasiun.

"Kwapokmu kapaaannn dhaaab" teriak mas dodi dan bang adit bersamaan.

sepanjang-jalan-malioboro.jpg

++++++++++

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu

Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna

Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja

Di persimpangan langkahku terhenti

Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila

Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu

Tak terobati

Musisi jalanan mulai beraksi
Merintih sendiri
Ditelan deru

Walau kini kau t'lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk s'lalu, untuk s'lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Namun kotamu hadirkan senyummu yang abadi
Ijinkanlah aku untuk s'lalu, selalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Walau kini engkau telah tiada, tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu, senyummu abadi
Abadi


++++++++++


++++++++++

Suara pengamen jalanan mwmbawakan lagu Yogjakarta milik KLA-Project membuat kami terdiam dalam lamunan masing masing di emperan tenda Kopi belakang stasiun. Walaupun sejatinya kami bukan penghuni tetap kota ini, namun masing masing mempunyai kenangan yang berbeda tentang kota ini.

Aku memandang wajah mbak vina yang entah mengapa malam ini, dibawah temaram lamlu jalanan, memaksimalkan kecantikannya. Wajahnya yang ayu, lesung pipitnya yang mempesona, rambut hitamnya, membuatku terpana. Aku melihatnya dalam tatapan kosong, seraya benakku berkelana ke sejuta tanya yang tak sempat terucap. Beberapa misteri tentang dirinya yang samapai sekarang terpendam dalam pikiranku, tak mampu sekedar merangkai kata untuk bertanya.

Memori lama mulai bermunculan di otakku, mulai dari pertemuan pertama ketika aku kelas 1 SMA, ketika kami berdua berbagi bangku yang sama ketika ujian Tes Sumatif Cawu, lalu berpindah ke kejadian didepan perpustakaan yang berakhir dengan surat bukti pembayaran BP3, pertemuan kembali dengannya di Toko buku, kejadian di penginapan, hingga pertemuan pertemuanku selanjutnya yang selalu menimbulkan kesan dan banyak pertanyaan yang sampai sekarang tak terjawab.

Terbayang kembali kejadian di penginapan itu



++++++++++

"Tolong keluarkan aku... aku dijebak" pikirku ketika wanita itu mulai mempreteli pakaianku satu persatu dikamar sempit ini.

Beberapa saat sebelumnya, ketika aku sedang menyelonjorkan kakiku dipenginapan, mas adit tiba tiba mengirimiku pesan.




"Sial" pikirku, baru aja mau selonjoran malah kudu meng evakuasi bang adit. Tadi memang sesampainya dipenginapan, dan memesan 3 kamar untuk kami, 2 kamar untuk aku dan teman teman kosku, dan 1 kamar untuk mbak vina, mas dodi yang sejak balik dari Kopi Joss sudah kasak kusuk dengan bang adit, langsung pamit cari angin. Walau sebenarnya aku tau mereka ingin buang tai macan di lokalisasi paling terkenal di kota ini, pasar bunga.

Akupun segera memesan ojek, dan berangkat menuju pasar bunga, karena malas menyetir sendirian. Lagipula aku berfikir, parkiran disana agak rawan malam malam begini. Tak berapa lama, akupun sampai ditempat wisma yang dimaksut bang adit.

Setelah bertanya ke penjaga wisma yang ternyata sudah diberi tahu bang adit kalau temannya mau datang menyusul, akuoun masuk kedalam wisma dan mengetuk kamar yang ditunjukka oleh penjaga wisma.

Tiba tiba sebuah tangan menarikku lembut kedalam kamar. Aku terpana melihat seorang gadis berusia sekitar 25 tahun, dengan wajah manis, mengunci pintu kamar yang baru saja kumasuki, dan perlahan mendekatiku.

Dari luar, bang adit dan mas dodi berteriak...
"Nilmati hadiah dari kami cuuukkk...."

Dan kini, aku sudah telanjang bulat. Dan diatasku, wanita muda itu mulai memasukkan kemaluanku yang dibungkus kondom entah darimana kedalam vaginanya, sementara hapeku yang kuletakkan di sebelah tempat tidur terus bergetar. Aku melirik hapeku yang bertuliskan : Mbak Vina Calling.

Ah.... Que sera sera....

Aku membalikkan hapeku dan mulai menngoyangkan pinggulku mengikuti irama wanita muda itu

++++++++++

Bersambung Ke BAB VII - Kepingan Masa Lalu
Ceritax enak dibaca...update lagi suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd