CHAPTER IV - WITHER AND HOPE
Part V
January 4th, 2017. Dusk... at Martapura Forest...
"hah...."
Langit terlihat merah... langkahku tertatih...
"Ku harap Dini segera menghampiriku..."
Ku ambil jalan setapak menuju ke arah jalan raya. Hanya Dini yang berada dibenakku. Membuatku harus tetap kuat.
"Apakah kali ini aku benar-benar akan mati?"
Langkah terhuyung dan seretan kaki kiri meninggalkan bekas darah di jalan.
"Manusia..."
Aku berhenti sejenak lalu duduk disebuah pohon yang rindang. Sebisa mungkin aku membalut luka dengan kain yang ku ambil dari robekan bajuku. Badanku sebagian mati rasa. Kembali ku pandangi langit dan ku terdiam dalam gelap.
10 Minutes Before...
Jaka mencoba menerjangku dengan kaki kanannya. aku refleks merunduk dan mendorong terjangannya kearah atas. Tanpa basa-basi aku langsung hajar penis jaka pada saat kaki jaka terpental ke atas. Aku melompat mundur dan jaka terbelalak, terhempas, memegangi pusakanya.
"Sori Jak, barusan hukuman dari Tuhan buat penis lo yang gak lo jaga... hahaha!"
"AAARRGGGHHHH.... KEPARAT KAU RAM...."
Jaka semakin beringas dan bangkit. Jaka berlari bagaikan seekor kera yang sedang mengejar buruannya. Dengan cepatnya dia mendekatiku dan menghajar kepala sebalah kananku dengan tinju cakarnya. Tubuhku terpental dan tubuhku menghantam pohon tepat dibagian perut. Darah segar mengalir dari mulutku. Begitupun dengan rasa sakit yang luar biasa.
"HAHAHA.... MAMPUS LU"
"cih...." aku membuang sisa darah yang ada di dalam mulutku.
Belum sempat aku bangkit Jaka kembali mendekatiku. Begitu tangan Jaka mengincar area fatal di bagian leher, aku terlebih dahulu menangkap tangan tersebut dengan tangan kananku. Ku pegang pergelangan tangannya dan ku remat sekuat tenaga. Jaka terlihat panik dan hilang keseimbangan. Tidak berpikir dua kali aku sapu kaki kanan Jaka dengan kaki kananku dan membanting tubuh Jaka dengan cepat. Jaka terhempas ke tanah begitu pula dengan kepalanya yang menghempas akar pohon yang timbul.
"ARGGGGGGGHHHHHHHHHHH......................" Teriakan yang lalu berubah hening.
"hah.... hah... hah... Akhirnya selesai juga." Ucapku lalu berlutut menyeka keringatku.
Ku seka keringat yang telah bercampur darah. Perutku yang memar mulai terasa sakit. Begitu pula kepala dan bagian tubuhku yang lainnya. Ku
mendekati Jaka. Ku periksa nadi dan juga bola mata Jaka.
"Masih hidup.... syukurlah paling tidak dia juga bisa bertanggung jawab atas perbuatannya..."
Ku ikat kedua kaki dan tangan mereka dengan tali senapan angin dengan sisa tenagaku. Aku terduduk dan memandang mega.
--Simponi deru angin dikala senja.
Menggores merah dilangit tua
Mengintip sinar di antara dahan
Merah menetes perlahan--
Ku beranjak meninggalkan dua orang yang telah tertelan oleh hawa nafsu. Harta, Tahta dan Wanita. 3 hal yang fatal dalam hidup ini. Mereka terlalu banyak meminum air surga dunia sehingga mereka mabuk dan tenggelam didalamnya.
Langkahku tertatih menusuri jalan setapak. Sebagian tubuh sudah mati rasa. Tangan tak sanggup lagi menggenggam lagi. Disinilah titik nadir hidup terasa kuat. Hidup atau Mati hanya Tuhan yang tau. Aku hanya berpasrah.
Aku merasa tak memiliki harapan lagi...
Segala rasa percaya diri dan keinginanku tiba-tiba menghilang.
"hahahaha... kurasa ini terakhir kalinya aku terlibat dengan masalah orang lain."
"Terlalu bodoh..." Aku mendekati batas, memegangi pohon.
"Akan tetapi, aku sedikit merasa senang dan bangga dapat melindungi orang yang aku cintai." Aku tersenyum membayangkan wajah Dini yang sedang khawatir.
Aku bersandar di sebatang pohon yang rindang dan tak sadarkan diri.
-End of Chapter IV-
next chapter... "Saturation and True Blue"
just wait for it...