PenulisKidal
Semprot Baru
March 22, 03:00pm, At Home, In My Room.
“Shit!.”
“Why she so easy left me behind!”
“Fuck up!! apa yang bagusnya dari cowok itu.”
Sejenak aku pandangi cicin pertunanganku dengan Rima. Semuanya telah berakhir ketika aku menemukan video ’miskinnya’ dengan sepupunya sendiri. Sepupu jauh yang telah mengambil dia dariku.
“Gua bunuh aja mereka!”
Akal sehatku mulai tak terkendali aku pun mengambil belati yang aku simpan di dalam lemari kamarku. Ku simpan belati itu di belakang punggung dan tertutupi baju.
“Hari ini bakal jadi hari terakhir buat kalian.”
Ku Kenakan Jaket lalu aku pacu kuda besiku ke arah jalan Soekarno Hatta menuju ke kediaman Rima. Aku sudah mati rasa kepadanya. 7 Tahun kebersamaan kami telah dibayar dengan pahit olehnya. Kebusukan yang lebih busuk dari bangkai. Kesucian yang seharusnya menjadi milikku 2 bulan kedepan kini telah hilang seketika saat aku melihat rekaman mereka, Rima dan Bajingan keparat tersebut. Bajingan yang bernama Rian, laki-laki yang dikenalkannya 6 bulan yang lalu sebagai ‘Sepupu’ jauhnya.
Aku berkendara dengan penuh amarah dan emosi. Saat teman sekantorku yang gemar menyusuri dunia bokep menemukan video tersebut. Melihat ekspresi Rima yang begitu bahagia saat berhubungan intim dengan Rian. Semakin aku teringat semakin dalam juga aku menarik pedal gas motorku. Klakson motorku tak henti-hentinya aku bunyikan dan akupun berteriak-teriak seperti orang kesetanan.
10 menit ku pacu kuda besiku kini aku pun sampai di kediaman Rima, tanpa pikir panjang aku mendobrak pagar rumahnya. Pagar terjatuh dan sontak warga yang berada disekitar rumah tersebut terkejut lalu berkumpul.
“KELUAR RIM!”
“DASAR PEREK LOE, LONTE, RENDAH BANGET LOE, MANA RIAN PASANGAN MESUM LOE! BAJINGAN LOE SEMUA!”
Seorang pria paruh baya menghampiriku lalu mencoba menenangkanku.
“Sabar nak Rama, sabar! ada apa sebenarnya?”
“DIAM PAK! GAK ADA URUSANNYA DENGAN BAPAK! PERGI SANA BAPAK!”
Aku mendorong bapak tersebut hingga terjatuh dan berguling. Warga sekitar tak ada yang berani mendekatiku lagi. Aku gedor-gedor rumah Rima namun tidak ada jawaban sama sekali. Tampak sepi tak berpenghuni.
* sfx: klakson
Sebuah mobil mendekati kediaman Rima. Aku tau mobil tersebut. Mobil miliki keluarga Rima. Segera aku menghampiri mobil tersebut lalu mengeluarkan belati dari punggungku dan lalu hunuskan kepada pengemudi mobil tersebut.
Benar saja yang membawa mobil itu adalah Rian, orang yang akan segera aku habisi.
“Eh santai Bro!” Rian keluar dari mobil dan menghampiriku.
Terlihat di dalam mobil ada wanita disebelah bangku pengemudi. Dia orang yang telah mengkhianatiku. Dia, Rima yang berada disana dan kedua orang tuanya di bangku belakang. Kedua orang tua Rima langsung turun dari mobil dan menyusul Rian.
“Ada apa ini Rama, kenapa kamu bringas seperti ini?” Ucap bapak Rima.
“OM! MULAI DETIK INI AKU BUKAN LAGI TUNANGAN RIMA! AKU GAK MAU BERHUBUNGAN LAGI DENGAN PEREK ITU!”
“Jaga mulutmu Rama. Saya juga bisa kasar!”
Aku mengeluarkan smartphoneku dan melemparkannya ke Bapak Rima.
“LIHAT DI HP ITU OM! KELAKUAN BEJAT ANAK DAN PONAKAN OM!”
Begitu aku meneriakan hal tersebut muka Rian Pucat Pasi. Rima pun yang keluar dari mobil terdiam seribu bahasa dan melihat Rian dengan penuh kekecewaan.
Alangkah terkejutnya Bapak dan Ibu Rima melihat video berdurasi 13 Menit tersebut. Rima dan Rian sedang berpelukan dipinggiran balkon hotel sembari tangan Rian mengambil gambar. Mereka mulai melucuti pakaian mereka masing-masing tampak Rima bergantian mengambil gambar dan Rian memeluknya dari belakang. Rima menikmati remasan tangan Rian di dua ”gunung kembarnya” dan sesekali menciumi leher Rima.
“Rian Mo nyusu?” ucap Rima dengan manjanya.
“Mau dong. Rima sayang.” Dengan rakusnya Rian menghisap payudara Rima. Putingnya pun mencuat dan semakin menantang untuk di hisap.
“Ah!” Rima melenguh ketika putingnya dijilat lalu tiba-tiba digigit Rian. “Uh.. Rian nakal deh. Nikmati aku Rian. Aku pengen kasih yang pertama buat kamu”.
Dalam rekaman itu Rima mengarahkan HP tepat diatas kepala mereka. Terlihat jelas bagaimana nafsunya Rian menikmati permainan itu.
Rima tampak tanpa segan mengulum penis Rian. Terdengar jelas suara kecup dan hisapan Rima di penis Rian. Tak lama berselang Rian memuntahkan laharnya ke mulut dan membasahi sebagian wajah Rima.
Kini Rian pun bergantian menjilati klistoris dan lubang vagina Rima. Rima melenguh kenikmatan merasakan sensasi yang diberikan Rian. Penis Rian pun bangkit kembali dan Rima sudah terbaring pasrah. Hingga akhirnya penis Rian memasuki vagina Rima dan mengalirlah darah keperawanan Rima.
Ibu Rima yang melihat video tersebut hiteris lalu... “Pak anak kita, Pak!” Sontak ibu Rima jatuh pingsan dan ayah Rima tak sanggup lagi menyaksikan video tersebut.
“Ibu!” Teriak Rima dari seberang mobil.
“DIAM KAMU PEREK! SALAH LOE KENAPA IBU LOE KAYAK GINI! DARI AWAL GUA NGEJAGAIN LOE TAPI APA YANG LOE PERBUAT KE GUA! HAH!?”
Rian yang awalnya terdiam langsung mencoba merampas smartphone yang sedang di pegang oleh Ayah Rima. Sebelum berhasil diraih, sebuah tamparan mendarat keras di pipi Rian. Terlihat begitu merah wajah ayah Rima. Orang tua mana yang tak terluka hatinya melihat kelukan bejat anak dan keponakannya tersebut.
“Rama, Ikut Om Kedalam. Kita selesaikan secara kekeluargaan. Om bener-bener minta maaf sama kamu. Tapi om juga benci cara kamu ini. Om sampai kehilangan muka dengan orang-orang disini. Betapa malunya om dan tante kedepannya nanti.” Ucap ayah Rima sembari memegangi ibu Rima dan menangis.
Amarahku pun hilang ketika melihat hal tersebut.
“Tidak om, Terima Kasih Banyak. Aku kira sudah cukup sampai disini. Tidak ada yang perlu dibahas lagi. Aku tidak bisa berpikir jernih lagi. Aku mendapatkan video ini dari temanku dan aku juga tau video ini sudah menyebar 2 minggu yang lalu. Shock! Pada saat berita tentang video ini masuk ke dalam berita Internet. Aku tau itu Rima saat aku melihat liontin yang ia pakai.”
“Tapi bagaimana dengan pernikahan kalian?” sergah ayah Rima.
“Aku sudah melupakannya. Akan aku batalkan seluruh persiapannya. Aku tidak akan menyusahkan keluarga om lagi.”
June 1, 08:00am, At Rama House.
“Kak bangun kak!”
Ku dengar teriakan dari balik pintu kamarku. Suara yang tak asing membangunkanku dari tari tidurku. Dia adik perempuanku. Usianya 5 tahun lebih muda dari diriku. Seharusnya kini aku tak lagi dibangunkan oleh adikku.
“cih! kenapa aku bisa urung menghabisi mereka.” ujarku menggerutu.
Aku mengambil handukku dan menuju ke kamar mandi. Ku guyuri badanku dengan air dan menyandarkan kepalaku ke dinding. ”God! Why!?” ucapku sembari menyembunyikan air mataku dibalik guyuran air. “Mulai sekarang aku gak akan percaya lagi dengan wanita. Wanita mahluk yang egois. Tidak ada cinta sejati. Hanya orang bodoh yang percaya hal tersebut. FUCK for love! BULLSHIT at all”
Hari ini aku mulai kehidupanku yang membosankan. Aku pernah berfikir apakah tujuan hidup ini. Aku kini hanya menjalaninya saja tanpa banyak berharap banyak lagi.
Seperti biasanya aku ikut keluargaku sarapan. Hanya ada aku, ibu, dan adik-adikku. Ayahku sudah pergi meninggalkan kami untuk selamanya ketika aku masih SMP dan adik-adikku masih SD. Kami masih beruntung ibuku seorang Pegawai PNS sehingga kami masih memiliki sedikit uang untuk bertahan hidup.
Kehidupanku cukuplah keras setelah ditinggal ayah. Aku menjadi anak jalanan dengan berjualan koran di persimpangan jalan. Perkelahian dengan anak jalanan lainnya kerap aku alami dan tak ayal membuat ibuku menjadi begitu khawatir. ”Apa boleh buat, inilah satu-satunya jalan agar aku bisa membiayai hidupku. Setidaknya ibu tidak perlu khawatir dengan kebutuhanku. Paling tidak itulah yang menjadi prinsip hidupku."
Aku bukanlah siswa yang pintar saat sekolah dulu. Namun aku berusaha membahagiakan orang tuaku dengan cara mencari beasiswa yang dapat aku raih hingga aku lulus perguruan tinggi tanpa membebani keluargaku sama sekali.
Monoton…
Bangun pagi, mandi, sarapan, kantor, rumah, makan malam, tidur lalu bangun lagi. Aku merasa apatis dengan orang lain sejak kejadian itu.
Aku merasa setiap orang hanya memanfaatkan orang lain demi kepentingan mereka. Walaupun hal itu memanglah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri namun aku hanya dapat memasang topeng senyuman.
Terlebih lagi, mereka akan marah apabila pekerjaan yang diserahkan kepadaku mengalami kegagalan. Terlepas dari kinerjaku atau orang yang berkaitan dengan pekerjaanku. Seperti diperbudak oleh uang dan jabatan orang lain. Orang menganggap kastanya lebih tinggi ketika berhadapan dengan ‘bawahannya’. Berlaku semena-mena tanpa memerhatikan perasaan orang lain adalah hal yang wajar bagi mereka.
“Oh God, sampai kapan kehidupanku akan seperti ini!” umpatku dalam hati.
Kejadian ini terus berlanjut hingga akhirnya aku bertemu dengan wanita yang tampak lebih muda dariku. Dalam sebuah kejadian yang sangatlah sulit. Disaat aku tidak lagi memiliki kepedulian kepada orang lain selain keluargaku. Aku menolongnya.
August 20, 01:00 pm, at BRI.
“Shit! Keterlaluan, bukankah ini kerjaan bagian keuangan untuk mencairkan cek ini.” Gerutuku.
Aku mengantri dibarisan menuju teller. Hari ini di BRI nasabah cukuplah ramai. Keadaan Bank tak ubah pasar swalayan disaat hari minggu. Walaupun ramai namun keadaan begitu tenang sampai ketika…
*sfx suara senapang serbu dan pistol
Tubuh Satpam dan beberapa karyawan laki-laki bank tersebut berjatuhan dan bersimbah darah. Tampak 5 orang turun dari mobil tepat di depan bangunan Bank. 3 orang memakai topeng ‘Vandeta’ lengkap dengan senapang serbu tipe AK 74 dan beberapa granat tangan di jaket dan 2 orang memakan topeng Badut dengan pistol jenis FN dengan pisau sangkur.
“SEMUANYA TIARAP! KELUARKAN HP KALIAN DAN TARUH DI SAMPING KEPALA KALIAN!” Ucap salah satu dari mereka diiringi oleh beberapa tembakan.
Seluruh nasabah dan karyawan bank tersebut panik. Sebagian berusaha kabur namun malah ditembak oleh sekawanan tersebut. Aku hanya bisa pasrah tiarap dan menaruh hpku disamping kepalaku. Dari cara mereka menyerang masuk aku yakin mereka bukanlah orang sembarangan. Dengan cepat mereka mengambil Handphone dan Smartphone kami lalu menghangcurkanya satu persatu.
“Tolong! Tolong lepaskan saya!” teriak wanita yang bertubuh montok dan berpakaian seksi. Perampok bertopeng Badut Pertama lalu membawanya ke balik meja teller setelah tubuhnya ditelanjangi dengan cara merobek pakaiannya dengan pisau sangkur mereka. Perampok bertopeng Badut Kedua ikut menyusul lalu membuka sebagian topengnya lalu menghisap payudara wanita tersebut lalu meninggalkan bekas 'cupangan' dibeberapa sisi.
"Ah... lepasin... ah.. ehm..." entah itu desahan atau penolakan akupun tak tau.
"AWAS KALO ADA YANG KETAUAN SANGE!! KU PECAHKAN KEPALA KALIAN!! HAHAHA" ucap perampok bertopeng Badut Pertama yang sedang asik meremas payudara wanita tersebut.
"EH PEREK HISAP PUNYA GUA? KALAU LOE MACEM-MACEM! PECAH OTAK LOE!" ucap perampok bertopeng Badut Kedua.
Suasana makin memanas. Terlihat seorang karyawan laki-laki yang berusaha mendekati alarm yang berada dekat meja CS. Terdapat jarak 5 meter dari karyawan tersebut dengan kawanan tersebut yang sedang mengancam teller untuk memasukkan uang ke dalam tas mereka.
“BOS! CEWEK INI DAH GAK PERAWAN LAGI!” teriak perampok yang memakai topeng Badut Kedua.
“UDAH LANJUTIN AJA! GUE GAK PEDULI DENGAN CEWEK!” teriak salah satu perampok yang memakai topeng Vandeta yang dipanggil Bos oleh mereka.
“YAKIN BOS!? TOKETNYA KENYEL BANGET BOS! MEKINYA TEMBEM BOS! EMPOTANYA MAUT!” sahutnya.
“TERSERAH LOE AJA. HAHAHA!”
“WUIH MANTEP BOS! DIA NIKMATIN PENIS GEDE GUA BOS. GUE TAMPAR-TAMPARIN DIA MALAH TAMBAH HOT BOS.”
“PEREK! HAHAHA! EH LOE CEPET ISI PENUH.” Ucap orang yang dipanggil Bos tadi dan menodongkan senjatannya ke arah teller yang terpucat pasih mengisi tas mereka.
“EH LOE GANTIAN, MASAK LOE TERUS YANG NIKMATIN MEMEKNYA!” Ujar Perampok Bertopeng Badut Pertama.
“YAELAH, HORNY JUGA LOE. YAUDAH SINI GUE JUGA MAU NGENTOTIN TOKETNYA YANG GEDE INI. HAHAHA. V3 KALO ADA YANG SANGE TEMBAK MATI AJA.” Ucap Perampok Bertopeng Badut Kedua.
“PARAH LOE, DIEM-DIEM UDAH NGECRET AJA DI MEMEK BETINA INI. YAUDAHLAH GUA ANAL AJA SEKALIAN” Umpat Prampok Bertopeng Pertama.
“Ampuuuuunnnnnn!!! Ma…as…!! Aku Beeee… lum… pernah… di An….. ahhhhhh” Wanita tersebut teriak keras lalu hening.
“Shit!! Kenapa aku harus terjebak dalam seperti ini!” ucapku dalam hati sembari tetap menundudukan kepala berharap mereka melepaskan kami dan pergi.
*sfx senapan serbu
Runtutan suara tembakan tiba-tiba terdengar. Jelas saja arahnya tak jauh dariku dan berdekatan dengan karyawan yang mencoba menghidupkan alarm oleh salah satu perampok bertopeng Vandeta Kedua. Entah sudah berapa banyak nyawa yang berjatuhan setelah 10 menit penyerangan para perampok ini.
“I-ini pak, sudah p-penuh isinya.” Ucap teller wanita yang tanpa sadar ngompol.
“BAGUS! 11 MENIT SESUAI JADWAL! SEMUANYA! AYO KITA PERGI!” Teriak lantang sang bos.
“YAH PEREK INI PINGSAN LAGI. YA UDAH GUE CARI YANG LAIN.”
Perampok bertopeng Badut Pertama tadipun beranjak dari wanita yang telah ia nikmati lalu pergi mencari wanita lain. Dia menarik wanita yang berada di dekatku. Wanita muda yang terlihat polos.
“BOS!! GUE AMBIL NI CEWEK BUAT SANDRA DAN SEKALIAN BUAT MALEM NANTI!
“BOLEH JUGA SELERA MU! NANTI SAYA JUGA MAU! HAHAHA” jawab bos itu dengan mudahnya.
Gadis itu pun terlihat shock bukan main. Dia melihatku dan seolah berkata. ”Tolong aku!” Entah dari mana bisikan untuk menolong itu datang. Begitu wanita itu diangkat aku langsung bangkit bersamaan. Aku lancarkan pukulan keras di ulu hati prampok bertopeng Badut Pertema tersebut. Dia terjatuh dan aku merebut pistolnya serta mengamankan wanita tersebut dibelakangku.
“Tembak kepalanya!” Terbesit ucapan di dalam hati. Dengan jarak yang sangat dekat, aku menembak kepalanya hingga isi otak Perampok Bertopeng Badut Pertama tersebut berhamburan.
Salah seorang perampok yang melihat temannya tewas langsung menghujani kami dengan peluru. Aku menarik wanita tersebut dan bersembunyi dibalik meja CS. Baku tembakpun tak terelakkan. 4 melawan 1. Seorang dari mereka melemparkan granat tangannya. Akupun secara reflek mengabil granat tersebut dan melemparkannya kembali ke arah mereka. Granat meledak menghancurkan plafon dan melukai mereka berempat dan beberapa orang disana.
Suara sirene terdengar samar dari ke jauhan. Mereka pun bergegas melarikan diri bersama uang yang mereka rampok. Aku bisa bernafas lega sekarang.
Aku berdiri dibalik meja CS dan melihat mereka telah hilang dari parkiran gedung. Tanpa sadar aku merasakan darah mulai menetes dari lengan kiriku.
“Sial.. aku tertemb...” Aku pun terjatuh dan tak sadarkan diri dipelukan gadis yang aku tolong.
to be continued...
Next Story...
CHAPTER II
CHAPTER III PART ONE
CHAPTER III PART TWO (END)
CHAPTER IV - SEDANG DALAM PENGERJAAN, TRIMS
Terakhir diubah: