“Mereka... mereka... dengan sadis mencekoki anak saya minuman keras... dan... dan... mengambil keuntungan dari situasi itu dengan memaksakan kehendak mereka pada anak perempuan saya!! Anak gadis saya jelas melawan, ingin mempertahankan mahkotanya... lantas mereka berdua memaksa dan menghajarnya...! Menghajar anak saya seperti memukuli seekor tikus got! Mereka memukuli anak gadis saya yang tercinta!
“Saya baru bisa menemuinya di rumah sakit keesokan harinya. Hidungnya sudah bengkok, rahangnya patah... kemungkinan harus dikait dengan pin. Anak gadis saya yang tercinta itu bahkan tak bisa menangis karena harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Saya lah yang menangis... saya hancur. Anak itu adalah cahaya hidup saya... anak saya yang cantik... yang tidak akan pernah lagi menjadi gadis cantik dengan cacat yang sekarang dideritanya.”