Kisah Sedih
“ Kepada pembunuh ayah kami , ingat , ada ibu yang kau buat janda , ada anak yang kau buat yatim. Semoga Dewa Agung membalas perbuatan Anda!!”
Keluarga PangDam bertingkah seolah mereka adalah korban. Padahal sudah jadi rahasia umum , seberapa banyak orang yang menghilang karena beliau. Membunuh Pangdam sebenarnya tidak akan mengakhiri perselisihan ini , justru hanya membuat semuanya menjadi rumit. Untuk berjaga-jaga , mungkin akan lebih baik jika mulai hari ini , aku menyiagakan senjata kapan saja.
Bona masih bermain seolah tidak terjadi apa-apa. Belajar dari kasus Xiao-xiao , aku takut , aku takut ia lah yang melakukan pembunuhan itu. Hanya saja , kali ini , ia berurusan langsung dengan Aparat Militer. Dan kita semua telah mendengar hal buruk , tentang siapa saja yang berani macam-macam dengan mereka. Ada alasan , kenapa beberapa TNI yang bergeriliya , sampai menyerahkan diri kepada legiun AD. Sudah pasti mereka akan mengincar orang-orang terdekat kami , karena itu , aku takut dengan keselamatan Luna dan Jinny , serta anak-anak yang lainnya.
Sore hari pun datang. Anak-anak itu pulang , lalu aku dan Bona mengantar Luna ke tempat kerjanya. Ketika Bona mulai bekerja , giliran waktuku berdua saja dengan Bona. Lagi-lagi kami duduk di bangku itu , hanya saja , kali ini Bona membeli es krim untuk kami berdua.
“ Kamu dulu suka es krim ? “ tanya Bona iseng.
“ Suka kalo dibeliin “ sahutku
“ gak modal.... “ lalu ia menoyor kepalaku. Ketika es krim itu habis , ia menyandarkan kepalanya ke pundakku.
“ kau sudah lihat pesan Luna di Handphone itu ? “ aku menggeleng kepala
“ lihatlah sebentar , aku akan ke pojok sana , membelikan es krim wafel , buat kamu “ Lalu Bona meninggalkanku. Kurogoh telepon itu dari kantungku. Lalu kubuka , dan langsung menuju Galeri. Ada ratusan foto selfie Luna dan ratusan foto pemandangan . Lalu aku menemukan sekumpulan video di dalamnya.
“ Edi malam ini , ga ada kamu. Aku.... aku dimarahin Bibi , karena ngobrol ama Adipati itu. Aku akui aku salah , gak seharusnya aku ngomong ama bajingan itu. Aku... aku ingin kamu pulang. Aku kangen... aku kangen muka mesum kamu “ muka mesum? Meskipun di video itu ia menangis , aku justru tertawa terbahak-bahak.
“ Edi... hari ini aku minum Whisky sendirian , kita belum pernah kan minum Whisky bareng? Aku denger kamu suka banget Whisky. Lucu ya , baru jadian berapa hari kita udah pisah. Aku ingin... aku ingin kamu pulang “ dan di video selanjutnya , ia mabuk berat di kamarnya. Video-video selanjutnya berisi tentang curhatannya dan ia selalu menangis hampir di setiap video.
“ Edi ... hari ini bibi aku pindah. Aku sendirian sekarang. Coba ada kamu ... kamu kapan pulang , kamu mau marah , mau ngamuk , mau ngambek , terserah. Aku cuma mau kamu. “
“ Edi sayang , hari ini aku audisi di Theater , dan aku di terima!!! Aku seneng banget! Kamu tahu kan aku dari dulu pengen banget tampil di musikal! Kamu mau denger gak aku nyanyi lagu apa di audisi ? “
” Jangan berakhir aku tak ingin berakhir
Satu jam saja kuingin diam berdua
Mengenang yang pernah ada “
“ Jangan berakhir karena esok takkan lagi
Satu jam saja hingga kurasa bahagia
Mengakhiri segalanya “
“ Tapi kini tak mungkin lagi
Katamu semua sudah tak berarti
Satu jam saja Itupun tak mungkin
Tak mungkin lagi “
Satu jam saja – Audi Item
Lagu yang indah. Aku dapat merasakan penyesalan , kesedihannya yang ia sampaikan lewat lagu itu. Suaranya memang indah. Saat aku melihatnya di theater hari itu , aku tak menyangka , ia tidak menikah dengan Adipati itu. Kukira ia masih menyukai cinta lamanya, namun ternyata aku salah
“ BUK!! “
Dan tiba-tiba sebuah benda keras menghantam kepalaku. Sebuah kantong tiba-tiba menutupi kepalaku dan sekelompok orang menarikku ke dalam mobil. Handphone itu terjatuh. Aku tak mampu melawan. Mereka berulang kali memukuliku , sampai aku kehilangan kesadaranku.
“ BODOH!” “ BUK!! BUK!! “
Ketika aku sadar , aku sudah digantung seperti babi di sebuah gubuk , dengan kaki diatas , kepala di bawah. Mereka berulang kali menendangku , meninju perut dan wajahku , dan memukuliku dengan baton. Kepalaku bocor , sekujur tubuhku memar , mereka benar-benar membuatku babak belur. Lalu komandan mereka , menodongkan pistolnya ke kepalaku. Pistol yang tidak biasa dan sangat asing di masa itu. Sig Sauer p320. Tidak salah lagi , mereka Legiun Salju Putih . Lalu tiba-tiba , bajingan itu menyarungan kembali pistolnya .
“ tidak , enak sekali kalau matinya cuma di dor. Gak ada gregetnya. “
“ hahahahahaha “ ada enam orang di sana. Dan mereka semua tertawa ketika komandan mereka berkata seperti itu.
“ kebiri aja Dan! Potong!! Potong!!! Paksa makan!!!” Mereka berencana mengebiriku sang komandan sudah mengeluarkan belatinya dan belati itu sudah menyentuh buah zakarku. Kupejamkan mata , bersiap untuk sesuatu yang terburuk.
“ Beruang satu , masuk beruang satu! “
Dan radio di dadanya itu berbunyi. Aku tak menyangka mereka memiliki radio yang masih berfungsi. Dan Penisku pun terselamatkan. Komandan memberi aba-aba dan mereka semua pun keluar.
“ Jangan ada yang macam-macam dengan anak ingusan ini. Cuma saya yang boleh menyiksanya. “
“ Siap Dan! “
Legiun Salju putih adalah pasukan elite paling mematikan bahkan disebut-sebut setara dengan kopassus di masa lalu. Perlengkapan mereka kurang lebih seperti tentara di abad 21 , dengan rompi anti peluru berteknologi tinggi , helm kombat , kaca mata balistik , bisa dibilang perlengkapan mereka sangat canggih di zaman ini. Jika dibandingkan Laskar Kerajaan tampak seperti tentara zaman kolonial , Legiun AD tampak seperti tentara pada zaman perang dingin , dan Legiun Salju putih tampak seperti tentara-tentara elite di abad 21. Aku beruntung , sang komandan menunda niat untuk mengebiriku , dan meninggalkan pisau belati itu , di meja tak jauh dari tempat aku digantung.
“ Aku.... aku pasti bisa!!!”
Aku berayun-ayun mencoba meraih pisau itu. Waktuku sangat sempit, dan semua ini terasa sulit karena tubuhku sangat lemah. Namun akhirnya setelah berusaha keras, aku berhasil meraih pisau itu. Sekuat tenaga , kuangat tubuhku , hingga pisauku meraih tali itu. Kuiris-iris tali itu dan tak lama
“ Bruk!!!” Aku terjatuh ke lantai. Kuiris tali yang mengikat kakiku , dan tak lama aku mendengar suara sang komandan.
“ Naga betina itu. Sayang sekali , ia sangat cantik , tapi juga sangat berbahaya. Bunuh saja. Bila perlu , gunakan senapan runduk “
Cantik? Naga betina ? Bajingan ini berencana untuk membunuh Bona dengan senapan runduk. Aku hanya bisa berdoa keajaiban akan terjadi , karena berbeda dengan TNI , Legiun salju putih menggunakan senapan XM500 yang dapat menembak sasaran dari jarak 4 km. Sedangkan dengan ilmu menembaknya yang luar biasa , Bona barang kali hanya bisa menembak sejauh 900 meter dengan senjata biasa , itu pun jikalau ia beruntung.
“ sekarang , saya sendiri yang akan buat perhitungan ke anak ingusan itu!! “
Tak lama aku mendengar suara mobil pergi menjauh dari gubuk ini. Dan ketika bajingan itu masuk , kuterbab ia dari belakang lalu kugorok lehernya tanpa ampun. Kurebut pistol p320 dari sarung pistolnya lalu aku keluar dan
“ DOR!DOR!!” kutembak dua legiun yang berjaga di luar gubuk. Tiga prajurit langsung menodongkan senapan mereka dan aku langsung melompat ke arah kiri
“ DOR!DOR!! “ Dua prajurit mati di tempat sebelum ia sempat menembak namun prajurit yang terakhir sempat menembakkan senapannya
“ RRRT ! BRRT “
Aku tertembak di paha kiri, dan dua peluru menyerempet lengan bahkan kepalaku. Saat aku mendarat di lantai , kutembak ia tepat di wajahnya. Prajurit itu mati di tempat. Aku segera maju , karena aku yakin masih banyak prajurit yang berjaga dalam jarak 500 meter. Kuambil senapan ACR mereka dan merogoh amunisi sebanyak-banyaknya. Kutelanjangi salah satu mayat mereka dan menutupi sekujur tubuhku dengan pakaian mereka. Ditanganku , sudah kupegang senapan remington ACR , senapan tercangggih milik Kerajaan. Aku bersandar di sebuah pohon , lalu kukeker musuh yang perlahan mendekat ke posisiku.
“ RRTT! RRRT ! RRRT!! “
Kuhujankan peluru ke posisi mereka dan membunuh dua prajurit sekaligus. Mereka membalas tembakan dan aku kembali bersembunyi di pohon itu. Mereka perlahan maju dan tak lama , mereka menghujani posisiku dengan rentetan peluru dari senapan mesin , M249
“BRRRT!! BRRRRT!!! “
Aku segera tiarap dan terpaksa mundur sampai 10 meter. Mereka terus maju dan disela kepungan itu , aku sempat melepas tembakan balasan dan menembak mati tiga orang. Tapi tekanan mereka semakin menggila. Mereka mampu menguasai lingkungan dan mempersempit ruang untuk melarikan diri. Aku menggunakan pohon untuk berlindung dari rentetan peluru itu dan mundur meter demi meter. Sadar mereka butuh sesuatu yang lebih besar untuk membunuhku, mereka berbaris dan bersiaga menembakkan peluru granad dari peluncur m320 . Jika bukan karena kali di dekatku itu waktu itu , tubuhku mungkin sudah hancur berkeping-keping
“Gelegar!!!”
Ledakan terjadi. Aku melompat ke kali itu dan lagi-lagi kehilangan kesadaranku. Aku beruntung tidak ada penembak runduk diantara mereka. Aku beruntung mereka tidak menggunakan rantis untuk menghabisiku. Aku terbangun di tepi kali , dengan senapan yang tergeletak tak jauh dari posisiku. Kuambil kembali senapan itu , dan berjalan mencari pemukiman terkedat.