Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Husna dan Lily

Bimabet
Update 16

***

Hari-hari berlalu datar sejak momen terakhirku bersama Husna. Aku kembali pada kehidupanku yang biasa. Menjalani studi, menikmati hobi, menggiati kegiatan organisasi dan menemani - ditemani - Lily.

Aku dan Lily tetap bersama. Terkadang kami memang tiba pada saat-saat canggung dan kaku, saat pembicaraan kami tanpa sadar menyinggung Husna. Tetapi hal itu kami lewatkan begitu saja.

Kehidupan terlalu datar untuk dikenang, terlalu membosankan untuk diceritakan kembali. Saat ini, jika aku memaksakan diri mengingat semua yang terjadi, hanya kilasan fragmen-fragmen kecil yang dapat dipanggil kembali oleh kotak memoriku.

Ijinkan aku menceritakannya seingatku..

***

Kuliah Kerja Nyata (KKN) kuprogramkan pada semester itu. Aku ditempatkan di sebuah dusun di puncak gunung di Kabupaten Bone. Kabupaten dengan wilayah terbentang memanjang di sebelah utara Kota Makassar.

Lily melepasku dengan hangat. Pada malam sebelum pelepasan mahasiswa KKN, Aku dan Lily menyewa sebuah kamar penginapan murah - Ayahnya sedang di rumah - di sekitar wilayah bandar udara. Kami bercinta semalam penuh tanpa tertidur, seakan tidak ingin membuang waktu sedetikpun.

Pada malam itu kusadari, hanya dengan bercumbu atau bercinta, aku dan Lily dapat berkomunikasi tanpa kecanggungan. Iya, suhu sekalian, sejak hari di mana Lily menyatakan perasaan cemburunya pada Husna, kurasakan sebuah tabir menggantung di antara kami. Tabir keraguan Lily tentang perasaanku terhadapnya. Perasaan bahwa setiap kata yang kuucapkan padanya tidak lagi jujur. Keraguan yang menyiksa.

Apa yang dapat seorang pria lakukan jika gadisnya meragukannya? Ketidakpercayaan dapat dihalau dengan argumentasi, dengan diskusi logis atau pemaparan bukti empiris.

Tetapi keraguan yang tidak terucapkan adalah hal berbeda. Sebuah racun yang mengendap di dasar perasaan, menunggu riak untuk muncul ke permukaan.

Hanya dengan bercinta, aku bisa menyatakan – tanpa kata – bahwa saat itu di hatiku hanya Lily satu-satunya yang ada. Dan hanya saat bercinta, Lily bisa menatapku penuh perasaan, tanpa keraguan. Bahasa yang kami pahami berubah menjadi isyarat birahi. Bahasa paling primitif yang dikenal manusia.

***

Lily menjengukku di lokasi KKN pada minggu ke empat aku di sana. Kuatur hari di mana rekan-rekan posko sebagian besar sedang pulang ke Makassar atau ke daerah masing-masing. Lily menghabiskan malam di sebuah penginapan wisata, bersamaku, tentu saja.

Pada malam itu Lily bercerita tentang seorang pria yang datang bertamu ke rumahnya. Anak dari teman Bapaknya, yang dengan jelas menyatakan datang karena diminta ayahnya berkenalan. Kurasakan cemburu, tetapi tidak kutampakkan sedikitpun saat itu.

Lily bercerita dengan lancar. Jika tidak mengenal Lily dengan baik, maka aku akan mengira Lily jatuh hati pada pria itu. Seorang insinyur teknik yang bekerja di sebuah perusahaan mitra BUMN. Jika saja kami tidak baru saja menikmati malam panjang dengan bercinta habis-habisan, aku akan yakin, bahwa Lily akan menerima jika pria itu nanti meminangnya.

***

Aku mengenal Citra di lokasi KKN. Seorang mahasiswi dari universitas berbeda, yang saat itu juga ditempatkan di dusun yang sama. Dusun terpencil ini ditempati oleh dua kelompok mahasiswa. Enam orang dari kampusku, delapan orang dari universitas negeri yang lain.

Citra adalah mahasiswi jurusan kedokteran gigi. Kami langsung akrab pada kali pertama bercakap. Kukenali dia sebagai gadis penggila tokoh superhero Marvel Universe. Obrolan tentang personil Avengers, Fantastic Four, para mutant dari X-Men, komparasi detil komik dengan versi animasi film, selalu menjadi bumbu dalam percakapan kami.

“Kamu tahu bedanya Peter Parker dengan Spiderman?” tanyaku suatu hari.

Saat itu kami hanya berdua di beranda posko. Sebuah rumah panggung tinggi yang sengaja dikosongkan untuk dijadikan base untuk kami. Citra selalu bangun subuh, sama sepertiku. Kami selalu mendapat waktu pagi-pagi sekali untuk mengobrol berdua seperti ini, sebelum teman-teman lain terbangun.

“Kan orangnya sama?” jawab Citra, duduk di pagar pembatas beranda.

“Spiderman mendapatkan gadisnya.. Peter Parker nggak, hehe..” aku mengutip monolog terkenal Spiderman dari salah satu sekuel filmnya.

Citra tertawa keras sekali. Tawa yang sebenarnya sedikit berlebih, untuk perkataan yang tidak terlalu lucu. Tubuhnya agak condong dan terlihat akan jatuh dari posisi duduknya. Dengan cepat kutangkap tubuhnya,

“Hey, apaan sih, pegang-pegang.. Ih..” ucapan Citra mengejutkanku.

“Anu, itu.. kupikir tadi kamu bakal jatuh.. Maafkan..” kulepaskan peganganku di pinggangnya.

Saat kuangkat wajahku, aku terkejut melihatnya tertawa.

“Mukamu lucu, kalo lagi bingung begitu.. Hihi..”

Citra mengerjaiku. Kami tertawa bersama.

Sesuatu terjadi di antara kami dalam bulan-bulan yang kami lalui di desa itu. Sesuatu yang membuatku semakin layak dibungkus ragu, dari Lily, kekasihku.

***

Aku bertemu Hara seusai perpisahan mahasiswa KKN tingkat kabupaten. Kami ternyata ditempatkan di kabupaten yang sama, tetapi berbeda desa.

Aku sudah menunggangi motorku ketika itu, sedang bersiap untuk berangkat pulang seusai pelepasan oleh Bupati. Citra memelukku rapat dari belakang, condong mengikuti kontur motorku yang didesain untuk kecepatan tinggi.

Kami - aku dan Hara - bertukar pandang dan senyum dari jauh. Hara melambai. Kami tidak bertemu lagi dalam sisa tahun itu.

***

Aku belum bertemu Lily sejak tiba di Makassar malam tadi. Aku meneleponnya pagi-pagi, katanya sedang di luar, “sedang jalan dengan teman.” Begitu katanya.

Kuhabiskan hari dengan beristirahat, melepas lelah perjalanan kemarin. Teleponku baru berdering lagi tengah malam, nama Husna tertera di sana.

“Kak, aku hamil..” kalimat pertama yang terucap saat kujawab teleponnya. Suara Husna terbata-bata.

Aku jarang sekali kehabisan kata-kata seperti ini. Keheningan sesaat yang terasa berabad menggenang di udara.

Kutata kembali pikiranku, lalu bertanya,

“Adek lagi di mana?”

“Di rumah Satri, kak..” samar-samar kuingat nama itu. Salah seorang teman cewek Husna di SMA.

“Kakak ke situ sekarang..”

Husna tidak mampu menahan tangis setibanya aku di sana. Dia menghambur ke pelukanku, menangis tersedu-sedu. Rumah ini sedang sepi, kutebak hanya mereka berdua yang ada di rumah saat itu.

Kuusap kepala Husna di pelukanku. Kuajak duduk di ruang tamu yang bukan rumahku. Seperti dulu, aku tidak bicara, kutunggu sampai tangisnya mereda.

“Ini salah kak Nanta..”

Aku terhenyak. Seketika ingatanku merambah kembali ke kejadian empat bulan yang lalu. Kejadian di rumah kak Hajrah. Mungkinkah? Mataku penuh tanya saat kutatap Husna,

“Bukan, adek baru telat dua bulan. Tapi ini salah kak Nanta..” matanya kembali berurai air mata.

“Raja?”

Husna mengangguk, lalu menunduk, menutup muka.

“Ini tetap salah kak Nanta..”

Kuraih ponsel Husna di meja, mencoba mencari kontak Raja.

“Percuma, kak. Sejak adek kasihtau tadi pagi, SMS gak dibalas lagi. Nomornya gak aktif..”

Aku paham sepenuhnya kini. Bagaimanapun dewasanya Husna, dia tetaplah remaja yang rapuh. Ditinggalkan Raja pada saat seperti ini membuat pikirannya butuh sesuatu untuk disandari. Suatu jangkar untuk dilemparkan ke kedalaman agar pikirannya tetap waras di tempat. Aku adalah jangkar paling dekat.

Kurangkul bahu Husna.

“Adek maunya gimana?” tanyaku pelan, menatap sesuatu yang tidak menarik di kejauhan.

Kurasakan ponselku bergetar. Kulirik sekilas nama Lily di layar, kuabaikan.

“Gak ada jalan ini dipertahankan, kak. Harus dibuang. Tapi adek gak tau caranya..”

Kupeluk bahunya lebih rapat. Kumantapkan hati. Kusampaikan rencanaku.

***

Kuputuskan kontak dengan banyak orang selama seminggu, termasuk Lily. Kupusatkan perhatian pada Husna, yang memutuskan menggugurkan kandungannya.

*********** dosis tinggi. Alkohol. Perdarahan. Bedah pembersihan yang melibatkan identitas palsu dan ijin kegiatan fiktif.

Tidak ada yang indah dan etis untuk diceritakan.

Saat-saat paling membuat depresi yang pernah terjadi dalam hidupku.

Bagi Husna? Kalikan depresiku dengan sejuta.

***

Tahun 2009 datang tanpa terasa. Tahun bagi mereka yang seusiaku mulai mengenal facebook, haha..

Raja muncul di padepokan pada suatu hari, setelah menghilang selama berbulan-bulan. Emosi marah menguasaiku seketika, ketika dia menyapaku seakan tanpa dosa.

Kutantang dia padudung saat itu juga.

Padudung adalah latih tanding dengan kaidah dan aturan minimal. Dalam latih tanding biasa ada kaidah yang mengatur jumlah serangan dalam satu kali berjibaku. Ada kaidah melangkah dan ada area yang terlarang untuk diserang. Dalam padudung beberapa aturan dihilangkan. Beberapa aturan lagi tetap ada tetapi dilonggarkan. Titik berat latihan ini adalah pada mental dan daya tahan tubuh. Pesilat dipersiapkan menghadapi kemungkinan pertarungan sungguhan, bukan pertandingan olahraga.

Tidak perlu kugambarkan. Cukup kukatakan bahwa setelah padudung-ku melawan Raja, dewan pembina memanggil kami berdua. Konflik personal tidak dapat kusembunyikan lagi.

Raja mendapat teguran. Aku menerima surat peringatan. Kesalahan yang kulakukan dinilai lebih berat, sebab mengakibatkan kerusakan yang hampir permanen pada rekan seperguruan.

Tetapi peringatan yang kutakutkan bukan itu, melainkan dari sumber yang lebih kuhormati.

Bapakku murka mendengar berita dari teman-temannya tentang kejadian itu. Aku dipanggil pulang, perbincangan yang menyesakkan tidak terhindarkan.

“Katakan ini bukan soal perempuan,” Bapakku berbicara datar.

Bapakku adalah seorang pabbicara di lingkungan kedatuan bugis kota asalnya. Keengganannya untuk hidup dalam lingkungan feodal yang dinilainya tidak sejalan dengan ajaran agama membuatnya hijrah ke Makassar, melepaskan gelar dan hidup sebagai pegawai biasa.

Pabbicara berarti juru bicara. Di lingkungan kedatuan, jabatan ini setingkat di bawah kajao (penasihat datu). Pabbicara pada masa lalu bertugas mengajarkan baca-tulis kepada putra-putri datu dan pembesar kedatuan. Pada saat para putra-putri itu memasuki masa remaja, pabbicara jugalah yang mengajarkan keterampilan berkuda, bertarung, berpuisi dan menari.

Pada masa kini, tugas seperti itu tidak dijalankan lagi. Yang ada tinggal kebanggaan yang berlebihan. Megarah pada penyembahan manusia kepada manusia. Hal yang membuat Bapak mantap meninggalkan kehidupan yang demikian.

Para ksatria bugis selalu berprinsip, adalah siri’ ketika dua laki-laki bertarung karena memperebutkan perempuan.

“Tidak bisa, etta (bapak). Ini memang soal perempuan.” Jawabku tertunduk.

Kami hanya terdiam. Duduk berhadapan dalam hening, begitulah selalu cara Bapakku menyampaikan kemurkaannya. Menyiksa kami dengan kemarahan yang disampaikan seperti radiasi. Berjam-jam lamanya kami hanya duduk di sana, di ruang keluarga. Kebisuan yang menyiksa.

Kuterima saja kemarahan Bapak yang ditimpakan kepadaku. Tidak berani kujelaskan cerita yang mendasari tindakanku. Tidak mungkin kujelaskan, bahwa kemarahanku pada Raja dikarenakan dia tega menelantarkan Husna saat tahu kehamilannya. Kemudian muncul dan melenggang begitu saja.

Tetapi di dalam hati aku tahu, ini semua hanyalah manifestasi penyesalanku, telah mengajak Husna mengenal dunia yang seharusnya belum dia tahu.

Ini tetap salah kak Nanta..

***

“Aku hanya bingung, setelah sekian lama, kamu masih segitu care-nya pada Husna..”

Aku dan Lily berbaring dalam selimut, baru menyelesaikan satu sesi awal malam yang nikmat. Kejadian di padepokan hari sebelumnya tidak dapat kututupi, bekas lecet dan bilur di tubuhku bercerita lebih banyak dari yang seharusnya.

Aku tidak menanggapi. Tidak tahu dan merasa tidak perlu.

Lily memutar tubuhnya menghadapku,

"Nan, kamu masih ada rasa sama dia?"

Aku menggeleng mantap. Aku tidak pernah tahu nilai kebenaran dari jawabanku ini. Apakah salah, atau hanya benar sebagian? Entahlah, sebab pertanyaan selanjutnyalah yang mengejutkanku,

"Nan, setelah ada aku, kamu sama Husna.. pernah..?"

Aku tidak menjawab.

Jangan bohongi aku lagi, Nan.. plis..

Diamku menjawab semua yang Lily ingin tahu. Menggerakkan endapan ragu yang sudah lama menunggu.

Malam kami lewati tanpa bicara. Hanya diam sampai lena turun menculik kesadaran.

***

Lily semakin jarang di rumah. Lebih sering beraktifitas di luar, “dengan teman,” hanya itu katanya. Kurasakan kehadiran pribadi yang samar di antara kami, berdiri menghalangi. Aku tahu dari aktifitas sosial media, Lily sedang dekat dengan seorang rekan kerjanya. Pria bernama Nurhadi.

Kubenamkan diri pada kesibukan baruku. Aku mengajar di sebuah sekolah swasta. Jam kerja yang tidak penuh membuatku bisa menerima tawaran paruh waktu dari beberapa sekolah lain. Pada malam hari, kuterima beberapa siswa yang menginginkan jam pelajaran private.

Kealpaan Lily pada sebagian besar waktuku membuatku membuka diri pada beragam rupa kegiatan. Kudaftarkan diri pada pelatihan-pelatihan, kursus jangka panjang dan aktifitas sosial. Dua kali seminggu kuikuti kelas pajak brevert di Graha Pena. Kudaftarkan diri pada kursus akuntansi pada malam sisanya. Tahukah suhu sekalian, ada lho yang namanya “Kelas Etika Berkendara di Jalan Raya,” haha..

Aku harus fair mengakui, memudarnya perasaan di antara aku dan Lily tidak semata karena sibuknya dia dengan seorang pria lain. Aku bukan pria yang sepenuhnya setia. Tanyakan pada Citra, Hara, dan , ah, sudahlah..

***

“Nan, kita harus realistis. Aku 27 tahun ini, dan aku perempuan. Kita gak ke mana-mana saat ini..”

“Poinmu?” kuberanikan diri bertanya.

“Hadi resmi nglamar aku. Sabtu ini keluarganya datang. Aku sudah iyakan, Nan..”

Lily membelai wajahku. Pagi itu pagi yang sama, kami sarapan di beranda. Lily duduk di pangkuanku dengan selembar kaos belelnya.

“Kamu harus ingat, Nan, jangan lagi pernah jadiin cewek sebagai pilihan, ketika dia menjadikanmu satu-satunya di hatinya..”

Lily menatapku lembut. Wajah kami dekat, hampir tidak berjarak. Lily selalu menjadi dua sisi kontradiksi, dewasa dan manja kekanakan dalam satu diri.

..mantan selalu menempati tempat tersendiri di hati..

Pagi itu, kami bercinta dengan sedih..

***

Update terakhir ini sedikit menyentil sesuatu di jeroan nubi. Sesuatu yang sudah lama dilupakan, hihi..

Nubi mohon maaf, penuturan kisah yang sudah lewat kadang tidak sejalan dengan yang diinginkan pembaca, dan tidak bisa dilakukan adjustment, karena demikianlah adanya yang terjadi..
:)

Semoga masih menghibur, suhu sekalian..

:)
y
Maaf sy pembaca baru
Suka sekali dgn cerita ini, banyak hal baru yg saya dpt.
Perjalanan hidup yg berliku menjadikan kita lebih dewasa
Dlm berpikir.
Adakah sekuel dr cerita ini bang?
Trimakasih
 
What a nice story,,,
Alurnya,gaya bahasanya, pemilihan kata, pkoknya TOP dehhh,, cmn satu aja yg rada ngeganjel di typo nya hihi,,but over all 9.8/10
Ditunggu karya lanjutannya,,suhu!

Btw ente hoki banget suhu,,semoga setelah berkeluarga ga belok2 lagi kaya semasa bujangan hihi
 
dpt akses ke trit ini dari bung jay sukaporno...

nanta: nicholas saputra versi GIE the movie(kurus,putih,matanya tajam,bengongnya bikin melted cewe)

husna: chelsea islan,marshanda (tete kecil bulet)..astaga apa kabar sutradara hbungin mereka ya,,,chelsea saya ingin ajak km main di film saya..karena cocok sekali dgn salah satu karakter di film yg akan saya buat,tetenya kecil...

lily: Tara Basro,eh tetenya TaBas gede ga sih??asli apalah arti film semi porno kl ha melibatkan Dewi Persik....etapi aneh DP kl jilbab...oke Dewi Sandra aja...ahhh spertinya harus pooling

bentaran saya cari dlu ada yg mw produserin ga ya..

salute for ur story sir

Thanks, suhu..

Semoga dapat produser-nya..

:)


meleleh ...super.. istimewa suhu


:ampun:


Ga sengaja nemu thread ini, baru baca beberapa chapter aja ceritanya udah mulai ngalir.
Penggambaran lokasinya juga oke, bisa membawa pembaca (khususnya ane) bisa mengira2 view dari lokasi yang diceritakan (meskipun ane belon pernah sampe ke Makasar).
Well Done, silahkan nikmati yang seger2 dari ane.


Makasih cendolnya, suhu..

Mayan buat buka puasa..

:D


Cerita kayak gini nih yang bikin betah bukain semprot


Semoga makin betah, suhu..
:)

Makasih sudah mampir..
 
Crot gan mantap

:ampun:


ninggal sendal dulu...

Awas sendalnya ketuker, suhu…
Makasih sudah mampir…


ah si nanta nakalnya luar biasa.
ckkkckkk. hahaha

:ampun:
Makasih sudah mampir, suhu..


y
Maaf sy pembaca baru
Suka sekali dgn cerita ini, banyak hal baru yg saya dpt.
Perjalanan hidup yg berliku menjadikan kita lebih dewasa
Dlm berpikir.
Adakah sekuel dr cerita ini bang?
Trimakasih

:ampun:
Sekuelnya ada, suhu..
:)

Literally nangis baca kisah beginian.. udah siap siap nyoli malah fokus baca kisah cinta nya.. mantap suhu..

:ampun:

Makasih, suhu..

What a nice story,,,
Alurnya,gaya bahasanya, pemilihan kata, pkoknya TOP dehhh,, cmn satu aja yg rada ngeganjel di typo nya hihi,,but over all 9.8/10
Ditunggu karya lanjutannya,,suhu!

Btw ente hoki banget suhu,,semoga setelah berkeluarga ga belok2 lagi kaya semasa bujangan hihi

Gak suhu..

Gak belok2 lagi skrg..
:)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Waahh...
Ternyata setelah migrasi aplikasi, trit ini gak ada masalah dengan tanda kutip...

:D
 
ini cuma sampe chapter 16 toh. pantesan dari pertama sampe akhir di cari cari chapter 17 nya gak ada.:kacau:

suhu kalo boleh tau sekuelnya apa suhu:kk:
 
salah satu cerita terbaik di forum ini . . . ceritanya mengalir dengan penyampaian yang sangat menarik. . . terima kasih sudah berbagi. . .
 
pedih hu... pelajaran hidupnya menyayat-nyayat hati nubi....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd