Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Di Pernikahan Adik Iparku



Tetapi selesai mandi setelah aku ML dengan Susan, aku tidak menyangka akan diberi kesempatan untuk menguping pembicaraan Indri dengan bapaknya sambil ia memijit punggung bapaknya di kamar, yaitu mengenai warisan tanah yang menjadi haknya.

Aku pernah mendengar dari Noni, tanah sekitar 1 hektar itu akan dibagi 3 bagian, sedangkan adik lakinya mendapat rumah yang didiami sekarang dan 2 rumah yang disewakan.

Setelah aku mendapat kabar itu dari Noni, aku dan Noni tidak pernah memikirkan warisan itu lagi, bahkan Noni mengirim uang pulang untuk kedua orangtuanya.

Maka itu bapaknya menuntut Indri yang membuat aku mendengarnya lebih terkejut lagi. Aku berharap tidak ada seorangpun yang mendekati aku saat itu.

Kata bapaknya, "Kalau kamu ingin menuntut bagianmu, kamu harus memberikan tubuhmu pada Papa!"

Tetapi Indri menghasut bapaknya. "Iya..." jawab Indri. "Kalau Papa mau tubuhku, Papa harus memberikan seluruh tanah itu padaku, Noni tidak mendapat bagian, Susan juga tidak. Bagaimana, Pa...? Papa bebas memakai tubuhku sepuas Papa..."

Saat itu rasanya aku ingin memanggil ibu mertuaku. Tetapi tidak, aku harus melihat ayah dan anaknya itu ngentot.

Itu baru seru!

Ngapain aku pikirin warisan? Ayahku juga punya tanah di kampungku sana.

Lalu apakah bapaknya mau memenuhi tuntutan Indri?

Ternyata bapak mertuaku melepaskan celana pendeknya. Wawww... kontol pria berumur 55 tahun ini panjang juga.

Berbeda dengan aku sewaktu Indri ML dengan aku, Indri memasukkan kontol bapaknya ke dalam mulutnya.

Rasanya begitu nikmat saat Indri mengulum kontol bapaknya.

Setelah kontol bapaknya cukup tegang dan sudah berdiri mengangguk-angguk, Indripun melepaskan semua pakaiannya, lalu dengan telanjang bulat Indri naik ke atas tubuh bapaknya yang berbaring terlentang di ranjang.

Indri menancapkan kontol bapaknya ke lobang memeknya dengan mengangkang di atas pangkal paha bapaknya.

Selanjutnya Indri memacu kontol bapaknya dengan menggoyang pantatnya maju-mundur.

Tidak sampai 10 menit Indri menggoyang, bapaknya sudah mendengus-dengus seperti suara kerbau yang mau dibawa ke pejangalan sambil kedua tangannya mencengkeram kedua tetek Indri yang menggelantung itu.

Indri tersenyum penuh kemenangan beranjak turun dari tubuh ayahnya.

Tubuhku menggigil, dan amarahku melonjak naik sampai ke ubun-ubunku sewaktu aku melihat Indri pergi ke depan rumah menemui suaminya yang sedang duduk merokok.

"Berhasil...?" tanya Iwan.

"Ya dong..." jawab Indri.

Astagaaa.... ternyata Indri sama bajing@n dengan suaminya.

Bangs*at....!!!

*****

Amarahku bisa jadi tidak bakal selesai dan aku bisa saling nonjok dengan Iwan kalau aku tidak bertemu dengan ibu mertuaku pada siang harinya.
 

"Kamu jadi pulang nanti malam?" tanya ibu mertuaku.

"Jadi, Mah..."

"Duduk, Mama pengen ngomong sama kamu."

"Ya Mah, mengenai apa, Mah...?"

"Tanah itu..."

Deg...

"Tanah apa...?"

"Tapi kamu jangan cerita sama Indri, ya. Indri sama suaminya itu... huu...uuhh..." ibu mertuaku menghela napas panjang. "...mengharapkan Papa sama Mama cepat mati...!!! Tapi papamu bukan orang yang bodoh. Tanah itu sudah papamu bikin sertifikatnya atas nama Budi sama kamu... jadi kalau tanah itu mau dijual Iwan sudah tidak bisa...!!"

Jgerrrr... aku seperti disambar geledek mendengarnya.

Aku memeluk ibu mertuaku tanpa aku menceritakan peristiwa tadi pagi Indri ngentot dengan papanya, aku menciumi bibir ibu mertuaku.

"...mmpphh... mmphh..." ibu mertuaku mendesah. "Jangan di sini..." katanya.

Aku menariknya ke lantai atas. Kasur tidak ada, tikar tidak ada, di atas keramikpun jadi aku bercinta dengan ibu mertuaku tercinta.

Keramik yang keras dan dingin serasa kasur empuk di hotel sewaktu aku dan ibu mertuaku saling melumat bibir.

Tenda biru yang masih terpasang serasa kami adalah pengantinnya sewaktu aku berhasil menelanjangi dada ibu mertuaku, satu teteknya aku remas-remas sepenuh napsu dan sepenuh gelora jiwa, sedangkan sebelahnya aku jilat putingnya, karena putingnya terlalu kecil tidak bisa dihisap.

"Ooooo... akkkhhh... Ron... Roniii...iii... ahhh..." rintih ibu mertuaku dengan wajah terdongak menghadap langit-langit kamar sedangkan dadanya membusung.

Aku seperti mendapatkan permainan baru. Aku menggarap buah dada ibu mertuaku yang putih mulus itu sampai penuh noda merah bekas cipokan bibirku.

Dari buah dada mulutku merambat ke keteknya. Keteknya kujilat meski basah berkeringat. Justru keringat dari keteknya itu seperti suplemen birahi bagiku.

Setelah itu celananya aku tarik lepas bersama celana dalamnya. Di celana dalamnya menempel pembalut.

"Mamah masih datang bulan?" tanyaku.

"Masih..." jawabnya malu. "Tapi sudah gak lancar, bulan ini datang, bulan akan datang nggak... dua bulan yang lalu Mama copot spiral..."

"Mamah masih sama Papah...?"

"Ngg...ngg...ng..***k..."

"Kok Mamah mau sama aku...?"

"Kamu sih..."

"Tergila-gila sama Mamah, ya....?"

Lalu kucium jembutnya yang lebat. "Mmmm..... nggak....!" tolaknya merapatkan pahanya.

Kujilat pahanya. Seiring dengan itu jepitan pahanyapun merenggang, sehingga tampak belahan vaginanya yang tertutup rapat oleh sepasang bibir vaginanya yang tebal berwarna kecoklatan.

Jari telunjukku mulai mengelus-elus belahan vaginanya. "Ihhh... ahhh... ooohh..." ia berusaha menahan geli tanpa ia sadari jariku mulai melebarkan bibir vaginanya.

Setelah itu secepatnya mulutku mengeksekusi vaginanya yang berbau asem amis bercampur bau kencing yang menyengat, tapi bau itu bak multivitamin bagi libidoku.

Bibirku melumat dibantu oleh lidahku yang menusuk-nusuk lubangnya. Akibatnya tangan ibu mertuakupun mencengkeram rambuku, "Aaaaakkkhhhh..." jeritnya tertahan membuat aku semakin bersemangat.

Kini kelentitnya yang kuperkosa dengan mulut dan lidahku.

"@Ggghhh... @@hhhh.. @@@hhhh.... @@@hhh..." ibu mertuaku semakin merintih sampai akhirnya tubuhnya mengejang hebat, "Ooooooogggggggg...." lenguhnya seperti lehernya tercekik, matanya terbelalak lebar dan napasnya mendengus-dengus sebelum ia tergolek lemas di atas lantai keramik itu.

Akupun mendorong penisku yang mengacung tegang ke lubang vaginanya yang menganga siap menelan penisku.

Slurrpp.... blleessss.... biji pelerku sampai menempel di bibir vaginanya sedangkan kepala penisku tertahan di depan mulut rahimnya.

Nyut... nyut... nyut... terasa dinding vagina ibu mertuaku meremas penisku.

Kuterkam lehernya dan kuhisap sambil kupacu lubang vaginanya yang hangat-hangat basah itu.

Kami berdua benar-benar seperti sepasang pengantin baru, meskipun tubuh kami bercucuran keringat, kami terus berpacu.

Hampir 20 menit, aku baru melepaskan air maniku di depan mulut rahimnya.

Jika aku tidak mengejar waktu ingin pulang, rasanya aku ingin sekali lagi.

*****

Tak habis-habisnya aku berpikir sebenar yang menikah itu aku atau Susan?
 

Setiba di rumah, aku segera melupakan peristiwa yang terjadi di pernikahan Susan di samping kesibukanku di kantor juga.

Tetapi aku masih punya waktu untuk pulang ke rumah lebih awal pada hari itu setelah selesai meeting di luar kantor, aku langsung pulang ke rumah.

Aku ingin telepon Indri.

Saat mobilku hampir sampai di rumah, aku melihat sebuah mobil diparkir di tepi jalan depan rumahku.

Masa jam segini Noni sudah pulang dari kantor mengajak temannya ngobrol di rumah, tanyaku dalam hati, apalagi aku temukan pintu pagar tidak terkunci.

Aku lalu melangkah masuk ke halaman rumah dan sebelum kakiku melangkah sampai ke teras naluriku berkata lain, bahwa telah terjadi peristiwa khusus di dalam rumahku.

Apa yang terjadi aku tidak tahu.

Sewaktu kakiku menapak di teras secara samar aku mendengar suara yang mencurigakan aku.

Benar saja!

Di ruang tengah, dari sedikit kain gordin yang tersibak, aku melihat Noni sedang nungging telanjang bulat dengan batang penis terkubur di dalam lubang anusnya.

Batang penis itu adalah batang penis milik... SONI.

"Oh bangs*at...!" pekikku dalam hati.

Hatiku remuk saat aku melihat Soni menjambak rambut Noni dan menyebutnya "kamu pelacur".

Dan hampir saja aku muntah melihat Noni mengulum penis Soni di dalam mulutnya dan menelan sperma yang menyembur dari penis Soni.

Terus terang aku mengatakan pada Noni bahwa aku ingin menceraikannya saat itu juga.

Ternyata perceraian itu tidak mudah dan memakan waktu berbulan-bulan karena pengadilan memberikan waktu pada kedua pihak untuk cooling down dan melakukan mediasi, tetapi aku tetap ingin menceraikan Noni.

Akhirnya perceraian kami diketok-palu oleh pengadilan. Aku tidak pernah menyesali perceraian itu. Aku kembalikan Noni pada Soni.

Tetapi melalui perceraianku itu justru terbuka aib antara Indri dengan bapaknya, dimana ibu mertuaku menangkap basah keduanya bersetubuh di kamar.

Sementara hidup Susan terkatung-katung di lautan bersama Budi yang berlayar berbulan-bulan tidak pulang ke rumah.

Akupun minta izin dengan ibu mertuaku untuk menikahi Susan. Ibu mertuaku mengizinkan.

Indri diusir pergi dari rumah dan ibu mertuaku menerima kembali kehadiran suaminya di rumah setelah ia mengetahui akal bulus Indri dan suaminya yang ingin merebut harta bapaknya dengan memperdaya bapaknya dengan seks.

Noni juga tidak pernah balik ke rumah orangtuanya setelah kuceraikan. Dengar-dengar ia dibawa Soni ke Singapura.

Tetapi saat di suatu sore aku sedang duduk di foodcourd makan dengan Susan sambil membawa perutnya yang sedang hamil 7 bulan, secara tidak sengaja aku melihat Noni.

Susan juga tidak menampik bahwa itu kakaknya yang sedang hamil juga, namun bukan berjalan dengan Soni, melainkan seorang pria bule.

Kini aku hidup bahagia dengan Susan bersama 2 orang anak kami yang lucu-lucu, seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Indri kemudian juga hadir dalam kehidupanku setelah ia sadar akan kesalahannya dan berbaikan dengan kedua orangtuanya.

Iwan aku memberikannya pekerjaan sebagai kurier pengantar paket.

Kadang-kadang ibu mertuaku juga mampir dalam kehidupanku. Masa aku nolak?

Tetapi yang paling mengejutkan aku dari ketiga wanita itu adalah suatu siang Noni berdiri di depan pintu rumah menggendong seorang anak yang mirip wajahnya dengan aku.

Beruntung Budi mau menerima kembali Susan setelah sekian tahun ditinggalkan.

Susan membawa kedua anaknya hidup bersama Budi di Taman Harapan, sebuah real estate mewah.

Sehingga akhirnya aku menerima kembali Noni sebagai istriku.

Indri juga hidup tidak berkekurangan dengan Iwan bersama 2 orang anak mereka, satu asli anak mereka, sedangkan satu lagi tanda tanya.

Anakkukah atau anak bapaknya?

Warisan tanah itu kemudian dibagi rata oleh bapak mertuaku pada ketiga anak perempuannya. END. (@begawan_cinta_012024)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd