Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Darah Binal yang Kental!(wild stories)

Genre apa saja selain murni incest, yang pembaca inginkan dalam cerita ini? (Dapat memilih 2)

  • BDSM (Master dan Sex Slave)

    Votes: 105 34,5%
  • NTR (Protagonis terkhianati)

    Votes: 75 24,7%
  • Romance (Melodrama)

    Votes: 102 33,6%
  • Guro ( Pembunuhan, Mutilasi, Kanibal)

    Votes: 8 2,6%
  • Magic (Sihir, Hipnotis)

    Votes: 54 17,8%
  • Scat & Urination (Feses dan Kencing)

    Votes: 27 8,9%
  • Abstain ( terserah penulis )

    Votes: 46 15,1%
  • Lainya (sampaikan dengan replay)

    Votes: 8 2,6%

  • Total voters
    304
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Chapter 3: Ambilah Milikku!

(Rini)

Perkenalkan aku Rini Setiawan, anak pertama dari keluarga kami. Ya, keluarga binal kami. Aku saat ini berusia 28 tahun tinggi tubuhku 168 cm. Setelah melahirkan 4 anak, badanku menjadi berisi dengan ukuran bra 36D lingkar pinggul 85 cm dan pantat 121 cm dan BB 65 Kg. Bisa dikatakan aku mirip ibuku.
[HIDE]
0yfi3_IMG_20170627_210632_thumb.jpg
[/HIDE]

Oh ya.. Kira2 siapakah ayah dari anak2ku? Tentu dia adalah orang yang menyayangiku .

Kalian sudah mengenal adikku Rudi yang telah bercerita kejadian 16 tahun silam. Melanjutkan cerita adiku tentang keluarga kami saat itu, aku akan menceritakan dari sudut pandangku.

___________________________________________

Heeemmmff.. Sreek sreek.. Plek..

Tubuhku yang mungil mengeliat liat di atas kasur saat menjelang pagi itu. tanganku mendarat pada sebuah bidang hangat yg terkesan akrab dan menentramkan.

Kubuka mataku perlahan dan memang demikian, tanganku mendarat di dada Rudi adikku yang saat itu masih tertidur pulas yang wajahnya menghadapku serta mulutnya terbuka meneteskan air liur dipinggiran bibirnya, dia berada disisi kiriku.

Di sisi kananku kulihat ayah dan ibu sedang tidur sambil berpelukan mesra, mereka memang pasangan kekasih sejati. Kasih mereka jugalah yang membawa kami bertiga ke dunia nyata ini.

Aku memiringkan tubuhku ke samping kiri untuk melihat adik2ku yang kusayangi. Rudi yang berada tepat dihadapanku dan Yuni yang berada dibelakangnya.

Sebagai Anak pertama, aku memiliki insting untuk menjaga mereka. Mungkin insting itu tumbuh lewat pembelajaran dari orang tuaku dan mungkin juga sudah terkode dalam darahku.

Kulihat mereka berdua begitu damai dalam tidurnya. Hatiku pun merasa tentram melihat kondisi ini.

Terngiang-ngiang olehku kenangan2 manis yang aku lalui dengan adik2ku, saat mereka memanggilku mbak, membuatku tertawa, membuatku terharu, kenakalan2 mereka yang membuatku gemas dan seluruh kebersamaan kami yang membuat darahku berdesir menghangat, mengeraskan kedua putingku, itilku, dan membasahi tempikku.

Ya begitulah aku sudah mengerti keadaan keluarga kami. Dulu aku sempat bertanya-tanya tentang semua ini, apakah ini benar atau bagaimana. Karena keadaan keluarga kami berbeda dengan keluarga lain. Perlahan mulai kupahami satu persatu bahwa motto keluarga kami tidak salah, bahkan menjadi anugerah bagiku.

"Aku adalah Milikmu, kamu adalah milikku, cukuplah kita saja yang tahu"

Motto ini yang menyatukan kami sekeluarga, menjaga satu sama lain, dan saling membahagiakan.

Teringat olehku kenangan semalam. Dimana terjadi kejadian yg kami tunggu2. Ya, kami menunggu Adik2ku untuk memasuki masa pubertas. Karena saat itu terjadi maka motto keluarga akan bisa dilaksanakan secara lebih mudah praktis dan baik.

Kami akan dapat berinteraksi secara lebih terbuka, tanpa ketakutan melukai baik secara fisik maupun psikis. Semua ada waktu tepat untuk mendapat hasil terbaik.

Ayah ibu kami memang mengajarkan keterbukaan(open minded) dan kebinalan(embracing the lust) sejak dini, karena itu insting alami kehidupan. Tanpa hal itu kehidupan tidak akan berlanjut. Tapi mereka juga tidak lupa mengajarkan tanggung jawab serta bekal ilmu pengetahuan agar semua aman terkendali. Sekedar untuk tahu, Ayah dan Ibuku lulusan S2, ayahku Master of Management, dan Ibuku Master of Science.

Saat ini aku berusia 12 tahun, sedikit penggambaran kami bertiga, sebagai tambahan informasi. aku berambut panjang lurus sepunggung sama dengan ibuku. Rudi berambut gelombang-pendek seperti ayahku. Sedangkan Yuni memiliki rambut sebahu.

Perbandingan tinggi kami saat itu adalah 150:150:120 dalam cm dan usia kami 12:9:7. Walaupun aku 3 tahun lebih tua dari Rudi kami memiliki tinggi badan yang sama, dan badanya sedikit lebih besar dariku, lebih tepatnya gemuk otot. Kulitku bisa dikatakan tergolong putih setara dengan Ibu tapi lebih gelap sedikit dibanding Yuni. Rudi sedikit lebih putih dari Ayah kami. Dan Aku lebih putih dari Rudi.

Saat itu sudah bisa kurasakan manfaat2 dari pengajaran serta motto keluargaku. Salah satunya aku bisa menjaga diri diluar sana, dari para hidung belang nakal dan tak bertanggung jawab. Memahami apa itu seks sejak dini. Aku paham mana orang2 yang menyayangiku tulus dan mana yang hanya menginginkan mengambil sesuatu, hartaku atau tubuhku dan lalu mungkin akan meninggalkanku.

Ayahku mengajarkan tentang seks sejak aku masih berusia 6 tahun, tentu hanya sebatas menjilat, menggosok, mencium dan menelan lendir2 kasih. Aku masih perawan jika kalian ingin tahu. Aku hanya meraskan sperma ayah dan peju ibuku serta liur mereka sejak itu. Kata mereka itu sumber protein berkadar tinggi dan memang demikian adanya seperti yang ada di pembelajaran IPA. Ayah dan ibuku, melatihku untuk rutin masturbasi, sehari minimal 1kali. Mereka juga melatih anusku untuk siap anal suatu hari nanti, secara bertahap dan sistematis, sekarang ini aku sudah pada tahap dapat dimasuki dan dimainkan oleh 2 jari gemuk Ayah.

Kata ayah dan ibuku pendidikan dimulai sejak masa kandungan dengan memberi stimulus2 baik langsung maupun tak langsung serta dari budaya dan contoh nyata sehari-hari. Oleh karena itu pendidikan seksual dirangsang bahkan sejak kami dalam masa kandungan.

[HIDE]
d15ud_IMG_20170627_210921_thumb.jpg
[/HIDE]

Ayahku rutin menafkahi ibuku pada saat mengandung kami masing2, dengan nafkah peju dari mulut
[HIDE]
t60t9_IMG_20170627_211239_thumb.jpg
[/HIDE]
atas maupun bawah. Memeras susu ibuku lalu meminumkannya ketika sudah hamil tua. Serta menngumpulkan cairan orgasmenya dengan jari lalu untuk dihisap oleh ibu. Memberikan nutrisi2 seperti halnya unsur senyawa zinc(seng) untuk pembentukan hormon dengan pisang dan ginseng, dan asupan gizi lainnya.

Memberikan pelatihan dan perlakuan seksual kepada ibuku disaat hamil membantu menyalurkan hasrat seksual kepada kami saat ada dalam kandungannya. Fisik dan psikis antara Ibu dan anak yang sedang berada dikandungannya itu terkoneksi erat satu sama lain. Kondisi kandungan mempengaruhi ibu dan sebaliknya kondisi Ibu mempengaruhi kandungannya. Maka memang masuk akal jika kami disebut keluarga binal.

Dan itu benar adanya. Fisik dan psikisku tumbuh lebih cepat dari teman2 sebayaku terutama tentang seksualitas dan kecerdasan. Semoga hal itu juga terjadi kepada adik2ku tercinta. Tumbuh cepat, sehat dan bernafsu kuat. Amin..

Orang tua kami memang orang2 yang pandai dan bijaksana. Itulah kenyataannya.

Kutengok jam diinding waktu menunjukan pukul 03:45

"Sik isuk" gumamku
"Masih pagi"

Hari ini hari senin, hari dimana kami kembali sibuk dengan keseharian kami. Tidak ada keluhan dalam jiwaku, karena nikmat syukur atas birahi yang aku peroleh setiap hari dari keluargaku. Kepenatan yang ku peroleh diluar sana akan sirna seketika ketika aku kembali ke sanctuary(persemayaman tentram) yaitu rumah kami.

Teringat kebinalan kami semalam membuat kami tidur tanpa busana terpakai sempurna. Ayah dan ibuku tidur telanjang, bajuku tidak dikancingkan dan tanpa seutas benangpun yang menutupi kemaluanku, Adikku Rudi hanya memakai atasan saja. Sedang Yuni, baju dan celana piyamanya hanya sebagian tersingkap memamerkan kulitnya yang putih tanpa noda, bahkan tai lalat sekalipun, akibat ulahnya sendiri ketika tidur. Kamar kami ber-AC dan tentu selimut selalu ada untuk mensuport kebiasaan kami.

Saat itu baru aku tersadar bahwa konthol Rudi, adikku sudah terupgrade 1 level. Kesadaran itu membuat aku menengok ke arah bawah dan ternyata benar kata Ayah Ibuku

"Nduk ayu.. Mbesok lak konthole Rudi wes iso ngaceng... Mben isuk mesti ngaceng... Dadi tenang ae!" Aku teringat kata2 mereka dulu
"Anak perempuanku cantik... Besok kalau penis Rudi sudah bisa ereksi... Setiap pagi pasti ereksi... Jadi tenang saja!"

"Hemmmff... Ssshhh" Desahku tanpa sadar

Melihat konthol adikku itu seolah menunjuk tegas ke arah mata nakalku. Seakan berkata "TUNDUK!" Inilah konthol yang pemiliknya akan menjadi tuanku kelak.

"Badup... badup badup badup", Jantungku berdegup kencang seketika terpikir titah orang tuaku bahwa keperawananku harus kuberikan kepada adikku yang tak kalah nakal dariku ini. Ya kami semua benar2 nakal. Aku cinta keluargaku.

"Ssshhhhh" desisku sambil membayangkan keperawananku terenggut kasar oleh konthol itu. Tempikku berkedut-kedut berair akibat bayangan itu. Nafasku yang tersengal membuat duburku berkontraksi-relaksasi bergantian. Tangan kiriku menyelip kebelakang, lalu ku suruh meladeni liang duburku yang haus belaian itu.
[HIDE]
iprj9__20170627_094738_thumb.jpg
[/HIDE]

Aku secara sadar menyuruh tangan kananku untuk mendekati tongkat daging milik si nakal Rudi. Perlahan tapi pasti mendekat ke arah bawah disertai detak jantung dan nafas memburuku. Aku ingin mengenal dan menjamahnya. Aku ingin dimasuki olehnya.

" hah hah hah... badup badup badup..."

" Jancok kon Rud.. Diluk engkas tempikke mbakmu iki bakal mbok ancuki.. Jancok kon Rud... !
"Jancok kamu Rud.. Bentar lagi Tempik mbakmu ini akan kamu seks.. Jancok kamu Rud..! "(Penjelasan:Jancok itu setara dengan Seks setara dengan Setubuh setara dengan Fuck)
Pikiranku berteriak-teriak sambil tanganku pelan bergerak ke bawah. Disertai jari telunjuk kiriku keluar masuk anusku secara kasar. entah ada apa dengan pikiranku ..
.....

"Kontholmu Rud.. Kontholmu Rud.. Kontholmu Rud.. Rudi konthole ancukan tempik"
"Rudi kontholnya penyetubuh tempik"

"Tempiku Rud.. Iyo Rud iyo tempike mbakmu.. Peken Rud.. Tempikku sing mbanyu teles iki acukono...prawanono"
"Tempiku Rud.. Iya Rud Iya tempiknya kakakmu.. Ambil Rud.. Tempikku yang berair dan basah ini setubuhilah.. Prawanilah!"

"Jfideikenwjeidkfjfj.....jdideiiekdk...........jdjjdijssjj....jdidijdj"

Entah apa yang ada dikepalaku saat itu aku tak ingat. Ini baru pertama kalinya. Aku mendekati gila seperti ini! Racauan tak jelas! Pikiran yang tak tahu kendali, bagai layangan putus tersambar puting beliung. Puting yang lebih dasyat dari puting haus belaian dan gigitan milikku.

"Hahh haah.. Hahhh..haahh" nafsuku semakin gila

Ketika jarak telapak kananku dengan kontholnya itu hanya sekitar setengah jariku. Tiba2 ia molet(menggeliat) ke atas dan...

"Nyek" daging2 kami itu bersentuhan... lalu...

"Heeeg.. Haaag...heeg.. Heg... Emmff.."

Bibir bawahku tergigit olehku, tubuh binalku menahan goyangan kejang seperti epilepsi bak cacing horny kepanasan sembari anusku mengunyah jari yang meladeninya.

Aku tahu aku sedang orgasme.. Aku tahu.. Aku sudah berulang kali mengalaminya. Yang aku tak tahu itu terjadi secara tiba2 tanpa ada jilatan atau gosokan ke tubuhku. Aku tahu aku terangsang.. Aku tahu, tapi tak pernah seperti ini.

Heg.. Heg.. Aku merem melek, tubuhku tak bisa kukendalikan...

Apa ini?.. Ini apa? Kepalaku pusing dan bingung..

Pikiranku sadar tapi tubuhku tak sadar...

"Mbok kapakne mbakmu iki Rud?" Tanyaku dalam hati..
"Kau apakan aku Rud?"

"Rudi konthole njancuk...!" Teriakku dalam hati...
"Terjemahan makna:Rudi kontholnya merangsang membuat ingin aku disetubuhi olehnya"
Sambil berusaha menenangkan tubuh binalku

"hah... hah...hah...haaah", akhirnya reda juga

kubuka mata dan kuperhatikan tanganku tanpa kusadari menggegam erat batang perkasa itu. Batang yg lebih kecil dari punya Ayahku, milik adikku... Aku bingung harus bagaimana. Aku takut, tapi anehnya aku tak mau melepasnya... Rasionalku kalah oleh Psikologisku.. Aku......... Kukeluarkan jari kiriku lalu kujilat kan ke mulut Rudi.. Dia terbangun..

" Mbaaak Riin... Wes jam piro?" (Jam berapa)Tanyanya sambil mengucek matanya dan tetap berbaring berhadapan denganku.. Dia tidak sedikitpun menolak jari kiriku yang harum itu di mulutnya, bahkan dia mengenyotnya sampi bersih. Sedang telapak kananku diam menggenggan konthol panas itu.

"Ehm ehm..ja.. Jam papat seprapat sekan"(masih jam 4:15) jawabku terbata

Tubuhku kaku tak bergerak, entah apa yang kutakutkan ataupun entah apa yang ku tunggu.

"Oh yo wes... Engko jam 5 gugahen ya, engko adus bareng!"sahutnya
Oh ya dah..nanti jam 5 bangunkan ya nanti mandi bareng!

"He emh..! Jawabku singkat-lembut mengiyakan sambil menunduk tak kuasa menghadap wajahnya.

Dia mendekat kepadaku, tanganku reflek melepas kontholnya, dia memelukku sambil terus berusaha menempelkan tubuh kami berdua sambil kaki kirinya melewati pinggangku yang istilah jawanya kelon(berpelukan sambil berbaring).

Ya dia mengeloniku. Saat itu tangan kirinya menyelimuti pipi kananku dan dagunya menempel di ubun2ku. Karena posisinya agak di atas, kepalaku sejajar dengan leher, ketiak dan dada atasnya, Aku merasa seperti mengerut mengecil dihadapannya entah apa itu istilahnya antara menyerah atau pasrah. Aku tak berani melakukan gerakan apapun untuk meresponnya, hanya mematung bagai boneka.

" Mbak Rin kok anget, ga popo ta?"

Tanpa menjawab, aku segera memeluknya erat, begitu erat, dan meneteslah air mataku namun tak terisak. Entah setan melankolis mana yang menghinggapiku.Menumbuhkan rasa haru ketika aku menerima laki2 yang kucintai dan mencintaiku ini menunjukan perhatiannya.

Dia mengusap-usap rambutku dengan lembut. Kusadari konthol hangat itu menempel diantara dada dan perutku tanpa ada kain yang menghalangi. Dan aku menerimanya, menerima konthol itu seutuhnya dengan tubuh dan jiwaku. Hanya menununggu makhluk yang bernama waktu. Ini lebih dari sekedar nafsu, ini lebih dari itu. Ini merupakan fantasi terbesarku sejak lama ketika orang tuaku bertitah sebagai tugas mutlak bagiku. Dan fantasi itu semakin dekat untuk menjadi kenyataanku. Antisipasiku untuk menerimannya sudah cukup membuat darah binalku mendidih panas dan meraih kenikmatan orgasme hanya dengan membayangkannya. Gadis lainnya mungkin akan takut menghadapi koyaknya selaput dara. Tapi itu bukan aku.

Ya! akan kuberikan kepadanya.. Daraku dan juga darahku untuk pejantan binalku. Wahai pejantanku kutunggu kejantananmu!

Dialah (Rudi) yang akan mengambil kesucianku!
Aku pun tertidur dalam pelukannnya..
(Bersambung)

[HIDE]
Klik untuk Lanjutan>>>

Next
Chapter 4: Akan Kuambil Hak-ku (Eka)

[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
semakin menarik untuk di tunggu kelanjutannya.
Ga sekedar kebinalan hasrat seks dan nafsu birahi, tapi juga ada rasa cinta dan kasih sayang.

Akankah Rudi juga mengalami atau merasakan ha yang sama dengan apa yang di rasakan oleh kakaknya.

Asek gan... Pancinganya:pandaduit:
 
Buat agan2 penggemar incest... Yang sudi mampir dan memberi apresiasi... Trims banyak... Semoga bisa sesuai dengan harapan kita bersama...

Update akan terjadi, setiap setelah ganti page, trims
 
Terakhir diubah:
lanjut....bikin rudi jagoan...dan mungkin khusus rudi jg binal nya merambah ke wanita lain selain kluarganya hu...tp bkn rudi yg minta ato kejar...tp eanita lainnya yg penasaran hehr...ibu gurunya ato ibu temannya mungkin...
 
lanjut....bikin rudi jagoan...dan mungkin khusus rudi jg binal nya merambah ke wanita lain selain kluarganya hu...tp bkn rudi yg minta ato kejar...tp eanita lainnya yg penasaran hehr...ibu gurunya ato ibu temannya mungkin...
layak untuk dipertimbangkan hu... Ttims masukannya...:beer:
 
Bimabet
Chapter 4: Akan Ku Ambil Hak-ku

(Eka)

Aku ibu mereka Eka Setiawan, saat ini status resmiku seorang janda beranak 5. Saat ini usiaku 46 tahun, mereka mengataiku sebagai MILF. Braku bertambah sejak saat itu yang sekarang menjadi 36D, pinggangku 100cm dan pinggul kebanggaanku 125 cm, salahkanlah Rudi yang memekarkan tubuhku menjadi semakin binal. Kulanjutkan cerita ini untuk kalian.

[HIDE]
aypuu_IMG_20170628_072042_thumb.jpg
[/HIDE]
___________________________________________

Aku terbangun sedikit linglung pada pukul 05:15 pagi. Kutengok semua anggota keluargaku tercinta masih terlelap. Pejantanku Mahendra Setiawan, terbaring damai disampingku. Ketiga anak hasil kebinalan kami juga masih terbaring ditempat mereka disana.

Setelah malam penuh birahi beberapa jam yang lalu, aku dan suamiku tak sempat berbenah kemudian tidur telanjang, sedang Rini tidur tanpa bawahan, Rudi pun demikian telanjang dibawah dan Yuni sudah tentu piyamamya masih utuh. Anaku Yuni masih belum waktunya menikmati ini sepenuhnya. Walaupun kami sudah mengajarinya sedikit demi sedikit. Karena memang masih ada batas psikis maupun biologis untuknya.

"Apa saja yang terjadi semalam?" gumamku lirih ingin mengingat kembali kenikmatan itu...

"Ssssshhhh.. aaahh.." desisku teringat kejadian semalam yang begitu liar. Dimana pejantanku Mahendra dengan konthol perkasanya mengobok-obok tempiku dengan binal bersamaan dengan 2 buah hatiku menonton kami. Putriku bermasturbasi menggosok-gosok dan manampar-nampar tempik polos cantiknya dibantu adik kandungnya merempon dada menggemaskan miliknya. Sungguh kejadian yang hanya orang bodoh yang tak terangsang bila menyaksikannya. Dilanjutkan dengan pertama kalinya calon pejantan keduaku Rudi berhasil membangkitkan kejantananya. Dengan konthol barunya ia memperkosa mulut terhormat seorang ibu, mulut ibu kandungnya sendiri, mulutku, mulut kotorku, tetapi juga mulut yang sama yang digunakan untuk memberikannya kasih sayang dan kebijaksanaan. Dimana kejadian itu telah lama kunanti dan kuidamkan sejak dia lahir dari rahimku.

Tempikku yang memang basah terasa semakin basah, menghangat, dan sedikit gatal pertanda ingin disentuh ketika pikiranku melayang mengingat-ingat konthol putraku semalam. Kusentuh liang peranakanku itu untuk sedikit menghiburnya...Ya! Memang demikian. Kumasukan 2 jariku ke lobang kehidupan bagi anak2ku itu, bagi putraku, calon pejantanku, yang kuharap sebentar lagi kontholnya akan masuk ke lobang itu.

"Clekec clecek clek clek" suara basah yang dihasilkannya dari setiap korekan jari2ku di dalam lobang gatal surgawiku...

"Hmmff mmff mmmf" desahku sambil menggigit bibir bawahku
Dasar tempik gatel yang tak pernah puas dan selalu ingin lagi dan lagi. Jariku kutarik lalu kulihat lendir2 yang tak asing, begitu kental dan banyak. Berwarna putih, ada yang kental ada pula yang encer menyelimuti seluruh bagian dari dua jari lentikku. Bagian yang kental berkumpul di ujung jariku bagai cream rasa vanila segar dan baru diambil dari belahan roti isi. Tepatnya roti tempik isi pejuh.
[HIDE]
szfx_images_28_thumb.jpg
[/HIDE]
Campuran antara gabungan pejuh suamiku dan maniku semalam serta cairan baru yang terbentuk dan tersiap karena keinginanku terhadap konthol putraku Rudi Setiawan... darah dagingku... Calon pejantanku.

kulumat jariku menikmati rasa asin gurih dan aroma anyir-amis lendir itu, lendir itu adalah aphrodisiac(obat perangsang) alami bagiku, yang membuat birahiku naik dengan cepat. Aku tak kuat menahan konak itu sehingga aku memutuskan bahwa aku akan melakukannya sekarang juga. Merebut keperjakaan kontholnya, konthol putraku. Aku pun segera bangun lalu menghampirinya...

"Cah ganteng tangi le!" , Gugahku lirih dan mesra
"Nak ganteng bangun nak!"

sambil menarik tangan kirinya yang saat itu mengeloni kakaknya. Kutarik tangan itu untuk mendudukannya. Mataku yang memiliki skill hebat itu langsung melirik batang itu. Batang yg gagah menantang mata binalku dalam morning wood-nya.
[HIDE]
12lbk_images_29_thumb.jpg
[/HIDE]

Batang yang aku kulum semalam, yang memperkosa mulut atasku sehingga membuat mulut bawahku iri dan tak sabar untuk menjajalnya.

"Ssssshhhh... Jancuk" Desis dan umpatku lirih dan manja yang mengisyaratkan bahwa aku ingin konthol itu secepatnya.

"Heeemmm!" responya malas persis seperti kelakuan ayahnya ketika setiap kali dibangunkan.

Dia terbangun perlahan sehingga terduduk lalu mengucek matanya.

"Jam pi...."
Kusumpal mulutnya dengan telapaku sebelum dia berhasil menyelesaikan rengekan kebiasaan yang setiap pagi ia lakukan, yaitu menanyakan jam berapa. Tentu aku hapal betul itu dan bukan hanya itu yang aku hapal.Tentu karena aku ibu yang mengandungnya, melahirkannya, menyusuinya, membesarkannya, Merawatnya, mendidiknya dan yang mempersiapkannya untuk menjadi pejantan tangguh nan binal untukku khususnya dan untuk kami pada umumnya.

"Ssssttt!...ayo melu aku le(ayo ikut aku nak).." Ajakku lirih dan mesra karena takut mengganggu kedamaian tidur anggota keluargaku tercinta yang lain.

Memang itu alasan bagus bila ada orang yang ingin penjelasan tentang kenapa aku berbisik mesra dan menyuruhnya diam.

Tetapi bila ada yang bertanya tentang mengapa aku yang telanjang membangunkan putraku yang tak memakai celana dengan kontholnya yang berdiri, secara sembunyi2 seperti maling, di pagi itu. Maka, takkan bisa kujawab dengan sama mudahnya kepada sembarang orang.

Padahal, alasannya sederhana, yang bisa kuteriakkan sekeras-kerasnya bila aku mau, yaitu....

"TEMPIKKU GATEL PENGEN KONTHOL ANAKKU LANANG SING TAS ISO NGACENG!" OJO DIGANGGU!
Vaginaku gatel ingin konthol anak laki2ku! Jangan diganggu!

Untung saja filter antara otak mesum dan mulut gatelku masih dalam kondisi baik. Walaupun mulut ini adalah mulut yang pernah mengulum puluhan konthol, tempik dan bahkan menjilat dan menyedot dubur. Jadi takkan pernah bocor rahasia keluargaku ini kepada orang diluar anggota keluarga besarku.

Ya! Filter itu bernama "wibawa seorang ibu binal yang pandai". Hihihi...

Aku menuntunnya keluar kamar, dia mengikutiku dengan patuhnya. Sengaja aku berjalan perlahan bak peragawati yang sedang fashion show untuk merebut kantuknya menggunakan pesona pantatku yang bahenol yang terlihat belahannya secara jelas tanpa penghalang.

Dia suka dan cinta terhadap bokong semoku sejak kecil. Pantatku adalah bagian favoritnya, playground-nya, yang biasa ia peluk2 dan pukul2 sambil mengendus-endus ke arah anusku. Aku yakin dia terpana kearah hal kesukaannya itu.

"Buk.. Kontholku keduten, ndelok bokonge ibuk" celothenya
"Bu.. Penisku berkedut-kedut melihat pantat ibu"

Kejujuran itu membuat senyum kemenangku berkembang. Aku tak bisa menjawab celotehnya itu. Aku terus membimbingnya menuju ke ruang tamu sambil menahan orgasmeku yang sumbunya sudah pendek dari tadi. Mengatur nafasku agar aku tidak sesak nafas, serta berkonsentrasi menjaga pandanganku yang sedikit berkunang akibat birahi. Aku juga berharap bahwa aku takkan membuat kami terpeleset oleh cairan vaginaku yang sudah menetes dan meleleh di sepanjang kakiku serta di sepanjang lantai yang kami lalui. Benar2 penuh ketegangan buatku.

"Pandang terus nak!" Ujarku dalam hati, aku melirik dengan sedikit menoleh ke belakang sesekali dan kutahu dia terhipnotis dengan keelokan bemper belakangku.
[HIDE]
skqeq_IMG_20170628_072145_thumb.jpg
[/HIDE]

Pipi2 pantatku bergoyang ke atas lalu ke bawah silih berganti, berselingan antara kiri dan kanan. Gerakan bongkahan pantat bahenolku diibaratkan sebagai lampu2 sein pada bemper itu, yang dinyalakan silih berganti, berkedip-kedip mengundang mata pengendara mobil dibelakangya untuk waspada memperhatikan disetiap pergantian kiri dan kananya agar selamat sampai tujuan.

Kamipun telah sampai di ruang keluarga. Aku mencari spasi longgar untuk eksekusi anakku terhadap belahan roti gatelku yang krimnya sudah dari tadi tumpah2. Aku memilih tempat dibelakang sofa yang menghadap TV. Kemudian, aku menghentikan langkahku diikuti pantatku yang berhenti bergerak. mungkin hal itu diartikanya sebagai lampu rem tanda untuk ikut berhenti. Aku melepaskan tanganku dari tangannya tanpa berbalik menghadapnya. Hanya menoleh sambil tersenyum nakal menggoda kepadanya.

"Badup.. Badup.. Badup.. Badup..!" Sungguh sensasi yang menegangkan bagiku.

Aku berpikir sejenak tentang apa yang akan aku lakukan. Sekejap terlintas ide bahwa badannya yang bongsor setinggi 150 cm itu sudah compatible dengan tubuh mungil berisi milikku yang hanya bertinggi 165 cm, sehingga kami dapat melakukan gaya apapun. Dan ditambah fakta dia terobsesi dengan pantatku maka sebuah keputusan telah dapat kuraih.

Aku menghadap ke TV, aku tumpangkan tanganku di atas sandaran sofa, menunduk sedikit lalu mendorong pantatku kebelakang sehingga poseku menyerupai bebek jika dilihat dari samping.
[HIDE]
iyljp__20170628_071430_thumb.jpg
[/HIDE]

lalu ku goyang-goyangkan daging2 pengundang nafsu itu meniru goyang itik zaskia gothik diselingi twerking naik turun maupun berputar.

"Aku memang binal dan cerdas!" Batinku bangga. Tak mungkin takkan berhasil!

" BADUB... BADUB... BADUB.. Kedut, kedut, kedut!"

jantungku hampir meledak menunggu reaksi darinya. Seluruh area seksualku berkedut-kedut mengantisipasi sebuah serangan kenikmatan bersetubuhan incest dari putraku yang sudah 9 tahun kunanti yang sekarang sudah di depan mata. Walaupun kenyataannya akan datang dari arah belakang. Kupejamkan mataku untuk menambah sensitifitasku. Dasar memang aku binal!

Sembari menunggunya otak mesumku membuatku meracau tak karuan mengekspresikan konaku terhadap putraku...

" Ayo le.. Ayo kenthunen ibukmu le.. Iki tempikku tak cepakne kanggo awakmu le,... iki bokong semok senenganmu le, ... endi kontholmu le?!.. Lebokno le!"
"Ayo nak... Setubuhi ibumu nak.. Ini vaginaku aku persembahkan buatmu nak.. Ini pantat bahenol favoritmu nak.. Mana kontholmu nak?!... Masukan nak!"
sambil terus meng-goyang2 otot2 dan lemak2 di pantatku berirama.. Lalu sebagai pancingan terakhir kubuka bongkahan pantatku lebar2.. Sehingga terpampang jelas semua keelokannya
[HIDE]
ygdiu_IMG_20170627_095414_thumb.jpg
[/HIDE]
Akhirnya dia merespon juga. Aku rasakan pegangan 2 tangannya di kedua bongkahan pantatku.

Dan...

"Plerkk...Slurp.. Sluprp... Surp...!"

"Asu... Jancok!" Dia menempelkan wajah mudanya erat menjilati tempik tercintanya... Dia berlutut memainkan tempik kehidupannya.

"Huah.. Huah... Hah..hah.. Hah.. "Orgasme orgasme orgasme... Kecil berantai merasuki bagai setan2 me-nari2 mengejek dikepalaku dengan lidah2 mereka..

"Setaann kau Nak...! "Aku cinta kau nak...!" Ahh.. Ahh..ahhh...ihh..uhhh..

Nafas hangat memburunya bagai hairdryer berusaha mengeringkan jembut2 basahku. Lututku bergetar kecil memprotes kenikmatan ini.

Dan

"Clepok...!" Suara akibat pantatku dan pinggangnya beradu, dia mengantamkan kontholnya secara kejam ke tempik yang pernah melahirkannya tanpa perlu mencari lubang kelahirannya terlebih dahulu.

Tidak perlu menahan diri memang, dia tahu itu karena dia anak yang binal dan cerdas seperti ibunya, yang sudah tahu bahwa ibunya sudah siap dihajar dari tadi untuk disetubuhi olehnya.

Dia berdiri membungkuk ke depan sambil berjinjit, menggunakan pinggulku sebagai kendali tarik ketika dia menghujam-hujam vaginaku. Aku agak mengangkang menyesuaikan agar dia dan kontholnya bisa mudah mengenthuku.
[HIDE]
4650__20170628_071635_thumb.jpg
[/HIDE]

Aahhhhhgg... Nafasku memekik kaget, serta kepalaku terlempar keras mendongak bersamaan. Sudah kuduga, aku begitu cepat orgasme hanya dari beberapa sodokan pertama.

"Aaaahhhh...aaah... Ah.. Ahh... Clepok.. Clepok... Clepok... Ahhh.. Clepok...clepokk.. Ah.. Ah.. ah.. ah.. Clepok. Ah.. Clepok, clepok, clepok", suara campur aduk antara desahanku, desahanya serta hantaman pinggulnya ke pantatku.

"Hah hah hah Tempike ibu enak... Nyedot nyedot kontolku..." Gumamnya

Aku tak tahu lagi apa yang terjadi... Berapa kali aku orgasme, berapa lama aku orgasme, berapa kali aku kejang, berapa kali aliran sengatan listrik birahi menjalar dari tempikku ke ujung2 tubuhku, ke otakku yang mesum, ke ujung jari2 kakiku, ke ujung jari2 tanganku. Berapa banyak lendir binalku yang muncrat kekontholnya dan berapa banyak yang membasahi kakiku dan lantai yang tepat dibawahnya. Sungguh aku tak tahu! Hanya rasa kenikmatan demi kenikmatan yang tak mau aku berhenti darinya.

Yang aku tahu kepalaku bergeleng-geleng dengan kasar mencoba untuk membuat otaku tidak menjadi gila dalam kenikmatan sedarah yang luar biasa ini. Yang aku tahu aku ingin dia dan dia ingin aku, Aku miliknya dan dia miliku.
Yang aku tahu hasil didikanku kepadanya selama ini tidak sia-sia. Ukuran kontholnya memang belum sempurna, tapi skill gerak pinggangnya tak perlu dipertanyakan... Cepat, kuat, berat dan hebat.. Yang membuatku tenggelam dalam nikmat tak berdaya.

"Terus terus, pinter anaku sayang..Kenthu ibukmu le,.. Tempike ibukmu penakno le...sing banther..., sing cepet.., peken aku le...pek en tempiku.. KONTHOLMU WEKANKU LE!"

Kalimat2 itu otomatis terlontar dari mulut kurang ajarku..

"IBUK SENOK GATEL...IBUK SENOK WEKANKU!"

Dia berteriak merespon racauanku, lalu dia menumpangkan dadanya di punggungku, memeluku di bawah payudaraku dan menggunakannya sebagai pegangan yang diremasnya erat dengan masing2 tangannya, dia menyedot dan menggigit punggungku. Dia benar benar mendekapku seolah aku adalah tangkapannya yang tidak boleh lari darinya. Sodokannya semakin efektif dan cepat bagai tanpa jeda karena jarak pinggulnya dan pantatku yang sangat dekat. Dia benar2 hanya menggunakan kekuatan otot pinggang serta punggung bawahnya untuk mengeluar masukan kontholnya ke tempiku, dia benar2 mirip anjing jantan yang mengawini betinanya yang ternyata juga sekaligus induknya. Tanpa ampun.. Tanpa ragu.. Tanpa henti..
[HIDE]
rs0g_IMG_20170628_071805_thumb.jpg
[/HIDE]
"Jancok... Jancok... Anak kurang ajar kowe... gawe ibukmu gendeng karo kontholmu.. Ngancuki ibukmu koyo kewan... Enak le...Terus le... Aku senokmu le.."
Jancok..Jancok...Anak kurang ajar kamu.. Buat ibumu gila sama kontholmu.. Menyetubuhi ibumu seperti hewan.. Enak nak.. Terus nak... Aku pelacurmu nak...

Sungguh aku bersumpah bahwa itu terucap otomatis tanpa perlu kupikirkan...

"Haaaghh.. Haaggh.. Haggghh" suaraku mulai kesulitan bernapas sebagai tanda kewalahan membendung gelombang kenikmatan bertubi-tubi penuh birahi. Darahku mendidih seolah sedang tercelup ke dalam air panas. Ya.. Air panas sedarah.

Aku seorang ibu yang binal, aku ibu haus seks, aku pingin konthol anakku, anakku sekarang mengawinku bagai binatang secara liar, binal dan brutal. Membabi buta, tepat sekali istilah itu, kami memang bagai sepasang babi horny yang buta dan sedang kawin, yang tak peduli akan apapun selain menikmati nafsu hewani kami saat itu. Benar-benar realita yang aku terima dengan sepenuh hati. Tidak ada penyesalan sedikitpun akan kenikmatan ini. Bahkan tidak sebutir atom pun. Kami berdua benar2 larut dalam alunan kenikmatan masing2 bersama-sama.

"Ibuk ibuk.. Aku arep methu buk.. Aku arep methu buk... Aku arep methu ndk tempikmu enak buk, ndek bokongmu sing semok buk.. Aku sayang IBUUUKK...!"
Ibu..Ibu.. Aku mau keluar bu.. Aku mau keluar bu... Aku mau keluar di memek enak ibu.. Di pantat bahenol ibu... Aku sayang IBUUU..!

Teriakanya hanya memperparah kenikmatan, keliaranku, dan kegilaanku. Aku menyandarkan dahiku di sandaran sofa tak kuasa, lalu menjambak-jambak rambutku.

"Hhhrrfff...hrrfff...herrrfff...hufffft... "
"Jdkissoododififjdjdkdooowowjdkddjiiwiwjdjdjddjjidiejs"

Kepalaku bergeleng-geleng tak karuan bagai kepala pelacur mabuk yang sedang menari-nari liar di diskotik sembari mengharap uang dari bos2 kaya. Aku pelacur itu, anakku sebagai bosnya, dan maninya adalah uang yang kutunggu. AKU MABUK ORGASME OLEH KONTHOL ANAK KANDUNGKU!

"Aaarrggghh aku methu Buuukk AAAAAAHHHH!!!......Crot..crot..crot...crot... " IBUUUUUKK

"Haaaahhhhggg.... haaaaagggghhhh, haaaaahhhhggg..... RUDIIII!

Nguiiiiiiiiingggggggggg..... Bruk."

(Bersambung)

[HIDE]
Klik untuk lanjutan>>

Next
Chapter 5.1: Bagaimana Mungkin Aku Bisa? (Rudi)
[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd