Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Conny Wanita ku pilih (sekuel Gairah Guru BK)

Bimabet
Masih menunggu konflik jangan terlalu datar hu cuma saran
 
Lanjutan

Bagian 1 dari 2

4 tahun berlalu sejak kami menikah dan Istriku melahirkan anak. Putri nama anak kami, usianya empat tahun. Bagi Istriku kehamilan dulu adalah punya ia sebagai Perempuan yang sempurna.bahkan Mantan Suaminya pun memberi Selamat, ia juga sudah memiliki istri dan anak. Mungkin saja pernikahan sebelumnya karena belum waktunya memiliki anak. Aku sudah menyelesaikan perkuliahan dan kini bekerja di Perusahaan Istriku sebagai staf. Aku memilihnya karena agar tidak menimbulkan kecurigaan tentang siapa suami Istriku sebenarnya. Meski sudah menikah, aku memilih untuk tidak mengumbar berita. Satu hal karena usia kami cukup terpaut jauh dan banyak rahasia kami harus kami tutupi. Itulah hidup yang aku harus ambil.

Sebetulnya Perusahaan Mbak Conny perusahaan yang tidak memiliki uang yang melimpah namun cukup sukses. Hanya saja, banyak anak perusahaan yang memiliki pendapatan yang mesti mengirimkan uang untung yang membuat perusahaan. Namun dibalik semua hal itu, aku mendapatkan kosenkuensi yang tidak mengenakan. Keluargaku menilai aku tidak menghargai bantuan keluaraga Isrtiku hingga menikahi dan memiliki anak. Hal itu bahkan sempat membuat Ayah dan Ibu tidak mau datang ke pernikahanku yang cukup privasi itu. Aku menerima saja, bahkan aku tetap mengirimkan bantuan uang saat aku sudah berkerja. Selabihnya pernikahanku berjalan cukup lancar. Kami masih tinggal dirumah perusahaan dan cukup harmonis untuk dilihat banyak orang.

Berbeda dengan kehidupan seksku yang menjadi cerita lain. Sejak melahirkan dan Putri lahir. Perlahan kami tidak memiliki hasrat untuk berhubungan. Bahkan sudah dua tahun kami tidak pernah berhubungan walaupun kami sudah mencoba mengatasinya, namun tetap saja berakhir tidak nyaman bagi kami berdua. Akhirnya semua kami alihkan untuk memersakan hubungan kami, untuk Putri dan pekerjaaan kami. “Ton, besok kamu kamu lembur atau gak?” tanya Istriku di Ruang Makan pada hari itu, “Iya Mbak, banyak laporan harus selesai besok?” kataku. Aku memilih berkerja dikantor Adik Istriku, sedang Istriku masih menjadi Pimpinan Perusahaan yang dulu. “Susah ya, Mbak mau ajak kamu liburan Sabtu dan Minggu?” katanya.

“Ya mbak, Putri dimana Mbak?” kataku mencari anakku itu, ia tidak ada diruang makan. “Putri sedang sama Bi Ijah dan Baby Sisternya. Maklum ton, anakmu itu gak mau makan kalo belum jalan-jalan di taman depan,” kata Istriku. “Oh gitu ya, memang Putri rada rewel jika harus makan di Meja Makan,” kataku. Istriku tersenyum, wajah masih canti meski usianya sudah mencapai 32 tahun. Kecantikannya, tidak mencerminkan usianya. Jika dulu usianya 28 tahun menyiratkan usia 24 tahun, kini ia terlihat pada usia 28 tahun. Tidak lama, Putri datang dan langsung memeluk Istriku. “Hai sayang, kamu sudah selesai makan?” kata Istriku.

“Cudah mama,” katanya dengan bahasa masih cukup cadel khas anak kecil. Istriku amat bahagia memiliki anak dariku. Walaupun terkadang ia memiliki pertanyaan yang kadang membuat kami terkejut. “Papa, Mama, Kapan Putli (Putri) punya dedek?” katanya ketika Istriku memangkunya. Pertanyaan ini membuat kami berdua terkejut. Aku memberi kode alis untuk Istriku dan ia tersenyum. “Nanti Papa sama Mama cari waktu ya?” kata Istriku menjawab sekenanya, rupanya anakku mengharapkan ia memiliki adik. Secara usia, Istriku masih dapat memiliki 1 atau 2 anak lagi namun kondisi ranjang kami yang menjadi masalah. Aku mengikuti perkataan Istriku dan mengiyakan. Putri berhenti menanyakan itu, ia pergi ke Kamarnya untuk bermain.

Setelah Putri masuk kamar, kami saling memandang. “Mbak, beneran Putri mau adik bayi?” tanyaku dengan jelas. Istriku tersenyum, “Iya, kamu dengarkan Ton. Sebetulnya Mbak mau sih hamil lagi, namun kita lagi gak bisa melakukannya cukup lama. Kamu mau punya anak lagi?” kata Istriku. Aku sebetulnya mau menghamili Istriku itu, namun masalah memang ada diantara kami. “Aku sih mau aja Mbak, tapi maslahnya…” kataku. “yah sudah nanti Mbak pikirin gimana solusinya,” katanya sambil tersenyum. Pembicaraan kami tidak lagi membicarakan anak ataupun masalah Sex. Hanya masalah keluarga kami, juga perkerjaan. Dua hari kemudian kami pergi ke Dokter untuk memeriksakan kesehataan kami, kami ingin mempunyai anak kembali.

Dari hasil pemeriksaan kami, sangat biak dan kami masih memiliki harapan besar untuk memiliki anak. “Hasil pemeriksaan cukup baik Pak Anton dan Bu Conny cukup baik dan jika mau memiliki anak mungkin memperbesar waktu bertemu dan bersama,” kata Dokter itu dengan membaca hasil pemeriksaan. “Tapi Dok, udah cukup lama saya dan Suami gagal berhubungan badan. Kami jadi Khawatir,” jawab Istriku. “Jika begitu, saya kan membuat surat pengantar ke ahli bagimana?” tawar Dokter. “Oke Dok, dibuat saja nanti kami kesana,” kataku. Istriku tersenyum mendengar keputusanku untuk menyetujui hal itu. Akhirnya dua minggu kedepan kami pergi ke Seksolog dan Pskiolog untuk menyelesaikan masalah kami.

Namun pemeriksaan sama aja, satu saran yang mungkin membatu. Mereka mengatakan mencoba hal yang baru untuk mengharmoniskan hubungan kami. Awalnya kami memikirkan liburan, namun kami merasa itu akan sulit untuk menemukan hari yang tepat juga bagimana kami membiarkan anak kami. Ditengah masalah kami, kami juga mesti membaginya untuk pekerjaaan kami. Istriku akan membuat sebuah proyek baru, untuk itu membutuhkan berberapa orang untuk berinvestasi. Sebetulnya proyek sederhana saja, membuat usaha baru yang bergerak dibidang binis Restoran. Namun karena tidak ingin mengeluarkan banyak modal, Mbak Conny mencari pemodal untuk berkerja sama. Seseorang itu bernama Rika, seorang Perempuan muda, yang lulusan Universitas Asing.

Ayah dari Rika adalah Pembinis yang merupakan rekan baik dari mertuaku. Sehingga cukup mudah untuk membicarakan bisnis. Sebetulnya bisnis Ayah Rika jauh memiliki nama dalam dunia usaha, bahkan jika dibandingkan Usaha yang dijalankan Mertuaku tidak bisa karena meski solid namun belum dibandingkan dengan usaha keluarga mereka. Rika adalah putri tunggal dari usaha itu, maka meski Rika tidak terlalu tertarik dengan kerajaan Bisnis Ayahnya namun ia harus datang dalam rapat-rapat Perusahaan. Maka lumrah jika Istriku terlihat begitu perhatian dengan Rika, bukan hanya mendapatkan kepastian modal dan usaha namun juga mempererat nama baik kedua Keluarga (meski aku tahu yang lebih diuntungkan adalah bisnis Mertuaku).

Akupun tidak ambil pusing, karena aku bekerja pada unit usaha yang berbeda dengan Istriku. 2 bulan kemudian, Rika datang ke rumahku untuk bertemu dan rapat secara Pribadi. Rika sosok yang cantik, berambut pendek sebahu dan sedikit lebih tinggi dari Istriku. Kami berkenalan sebentar kemudian aku meninggalkan mereka. Hari itu Putri, ingin aku untuk bermain diluar rumah maka aku membawa kesebuah tempat bermain disebuah Mall. Aku ingat itu hari Minggu, kemudian pertemuan dirumah berlanjut pada Minggu-Minggu selanjutnya. Mereka berdua bebicara kian serius, terkadang pergi kesuatu tempat; dan pulang malam harinya. Aku sebagai tuan rumah selalu menyapa dan menyalam dengan biasa, aku merasakan keanehan dengan tatapan matanya.

Terkadang Rika menatapku saat aku pergi meninggalkan mereka, hal itu sampai Istriku memanggilnya dua kali. Ia seperti melamun, untuk ku sendiri Rika adalah Perempuan Cantik, namun aku sudah memiliki Istri sehingga tidak mungkin aku mencoba mendekatinya sementara hidupku ini sudah banyak ditolong dan diberikan kemudahan oleh keluarga Istriku. Pada saat bertemu dengan Rika, aku merasakan kejutan yang bisa terjadi setiap saat untukku. Hal itu terjadi setelah 3 bulan saat kerjasama dengan Rika. Istriku tiba-tiba meneleponku, “Ton, bisa kamu ke kantor Mbak sekarang?” kata Istriku. “Iya mbak, tapi saya izin dulu sama Mas Johan dulu,” kataku. Aku mendatangi Mas Johan, yang merupakan adik dari Istriku, aku memanggil Mas karena umurnya dan rasa hormatku dengannya.

“Mas, saya izin siang ini ke Kantornya Mbak Conny. Hanya sebentar” kataku pada Mas Johan. “Oh, iya. Nanti Mbakmu aja yang jelasin. Udah berberapa hari ia ngobrol sama saya,” katanya mempesilakan aku pergi. Aku pergi mengunakan motorku, kemudian menuju kantor istriku yang cukup jauh. Setelah sampai, waktu menunjukan waktu makan siang, aku memilih makan siang dahulu, kemudian memasuki kantor. Assisten Pribadinya mengajaku masuk keruangan Istriku, akupun duduk sendiri. Istriku sepertinya masih menyelesaikan makan siang. 10 menit kemudian, pintu ruangan terbuka, Istriku muncul kedalam ruangan. “Sudah lama Anton, maaf Mbak tadi ngobrol sama Rika sekaligus makan siang,” kata Istriku memberikan alasan kenapa ia tidak ada.

“Iya,Mbak, gak papa. Gimana proyek lancar?” kataku sambil mencium keninngnya. “Biasalah, kalo bisnis ada masalah,” katanya. Sambil duduk, dan mulai merapihkan file yang dibawanya. “Ton, kamu tahu kenapa Mbak panggil kamu ke Kantor Mbak?” kata Istriku memulai pertanyaan. “Gak mbak, saya justru mau nanya kenapa?” kataku, aku bingung. Mas Johan adalah anak dari mertuaku yang menguru kontraktor. Sedangkan Mbak Conny adalah anak Perempuan yang mengurusi yayasan didaerahku dulu, kemudian mengurus kantor pusat yang mengurus pertambangan. Sedangkan 2 anak lain diberikan diberikan Bisnis Kargo dan Usaha bisnis hasil pertanian. Bisnis kali ini, membuka sebuah restoran pasti sumber investasi baru untuk keluarga Istriku.

“Begini Ton, mulai Senin depan, kamu pindah kerja ke sini. Juga masuk kedalam Tim Mbak buat urus Restoran,” kata Istriku. Aku terkejut dengan permintaannya yang mendadak ini, hal ini membuatku diam tidak mengeluarkan sepata katapun. “Bagimana Ton, kamu mau ya?” kata Istriku. Pertanyaan Mbak Conny membuatku tersadar dengan rasa terkejut. “Bagimana ya mbak? Ini kaya mendadak banget. Emang gak ada orang lain?” kataku mencari tahu. “Aduh Ton, gak ada yang mau si Ridwan, atau Marni udah banyak kerjaan. Maka aku minta Johan untuk cari orang. Namun Mbak pikir, kenapa gak kamu,” katanya menjelaskan. “Kerjanya kaya bagimana?” kataku. “Kamu catat keuangan dan jadi penyeimbang kami berdua,” kata Mbak Conny.

Mbak Conny menjelaskan, bahwa Rika adalah orang juga sama kerasnya dalam berdebat. Hal ini menimbulkan rasa kesal, kemudian Mbak Conny menjelaskan bahwa kau hanya membatu untuk Restorant tanpa membantu perusahaan ini namun harus masuk ke Perusahaan untuk admintitrasi. “Kamu kerjanya diruangan rapat atas, gak papa kan?” kata Mbak Conny. Aku mengangguk, kemudian ia menjelaskan gaji dan lainnya. Aku pun menyetujuinya. Mbak Conny tersenyum dengan kesetujuanku untuk berkerja dengannya, padahal aku setuju karena Mas Johan sudah memberikan lampu hijau. Setelah selesai aku keluar, dan menuju kantor Mas Johan kembali. Sesampai disana aku langsung menuju ruangan Mas Johan untuk mengurus kepindahanku. ‘selamat ya Anto, kerja keraas, kalo bisa punya anak lagi,” kata Mas Johan katanya mempersilakan aku pergi.

Aku tidak mempermasalahkan apapun, karena aku tetap mendapatkan penghasilan. Aku pindah dan mulai mengurus proyek Restoran. Proyek ini cukup berbeda dengan pekerjaanku sebelumnya. Jika aku hanya mengurus antara keuangan yang akan diberikan ke pekerja Proyek Mas Johan. Disini aku mempersiapkan orang yang akan mengurus Restoran sedangkan sebagai pemilik nantinya akan mengawasi perkembangan Restoran nantinya. Aku melaksanakan kewajibanku. Namun ternyata Istriku memiliki maksud kenapa mendirikan Restoran. Restoran ini yang akan dibuat dengan beberpa Ruangan Privat untuk melayani dan menyekapakati proses bisnis. Aku terkejut, karena selama 4 tahun aku kuliah dan berberapa bulan berkerja ditempat Mas Johan, aku baru mengetahui proses ini. Bahkan rungan ini harus jadi lebih awal dengan satu dapur.

“Mbak, Serius kita sedang melaksanakan konsep ini lebih dulu ?”kataku bertanya pada Istriku. “Iya Ton, Masalah Gedung sudah ada, tapi dieksekusi untuk desain dan renovasinya. Itu akan digunakan untuk tambahan dana?” kata Istriku sambil menjelaskan lebih detail tentang kosep ini. ”Emang mau dibuat kaya gimana Mbak? Kalau ada dana cukup. Saya bisa cari yang dapat melaksanakan,” kataku. “Untuk uang, yang kamu minta ada. Kamu cari dulu konsepnya yang bagus dan perhitunganya,” kata Mbak Conny. Mendengar itu, aku mencoba mencari tahu dengan obrolan berberpa rekan bisnis Mas Johan dan Istriku. Aku berusaha memberikan yang terbaik dan memuaskan Istriku dan Rika yang kini juga menjadi atasanku.

10 hari kenudian, aku memnjelaskan konsep “Kamar Deal” untuk usaha baru mereka. Konsep ini akan dibuat 6 ruangan pada Gedung Restoran dengan mengunakan lantai 3 dan 4 dari total Gedung 5 Lantai sedangkan Lantai akan dibuat Louge Indoor jika pendapata mencukupi.”Jadi Lantai Lima, kita buat 3 Ruangan, 1 Kanan, 1 Kiri, dan ! Depan. Sedangkan Lantai 4 akan digunakan lebih kecil dengan konsep 4 ruangan, dengan bisa dipelebar sesuai pesanan. 2 Kiri dan 2 Kanan,” kataku sambil menjelaskan konsep desain, anggaran juga yang lain. Istriku dan Rika saling berpandangan. “Terus dapurnya kamu buat dimana? Lantai 1 ?” kata Rika menanyakan hal itu.

“Tadi saya pikir di Lantai 1 mbak. Tapi jika dilihat urusan izin masih panjang. Sedangkan konsep ini bisa selesai 2,5 bulan lagi. Jadi saya punya ide bikin Lantai 2 dan sudah ada bisa taur yang ini,” kataku menerangkan. “Okay jika itu saya setuju. Kamu mulai kerjain ya?” katanya sambil tersenyum. Rika terlihat sangat cantik demikian Istriku. Hal itu membuatku sedikit kikuk, “Iya Mbak, saya akan lakukan dengan baik,” kataku. Setelah menjelaskan aku langsung mengadakan kordinasi untuk merealisasikan ideku. Cukup lama, sekitar 4 jam, kau pulang terakhir. Aku kira Rika dan Istriku sudah pulang lebih dulu. Ternyata mereka belum pulang namun sedang terjadi pembicaraan cukup serius.

“Pokoknya dia harus jadi bagian dari tawaran Mbak. Saya tidak tidak peduli dengan status. Papa sudah setuju,” kata Rika menekan. “Tapi dia itu, tolonglah saya butuh waktu untuk memikirkannya,” kata Istriku. “Okay jika gak mau kasih keputusan, saya akan batalkan proyek ini. Juga saya akan minta Papa untuk ambil semua usaha keluarga Mbak Conny,” kata Rika menekan lagi. “Baiklah, saya akan setuju dan melakukannya. Tapi saya kasih waktu untuk melakukannya agar bisa mencari cara,” kata Istriku. “Okay, saya setuju. Tapi ingat saya dan Papa sudah jelaskan kami memiliki masalah keluarga dan caraa ini yang kami mau,” katanya. Mendengar pembicaraan mereka berhanti aku memutuskan pergi. Aku takut jika ada disana akan terkena masalah.

Aku pulang dan melupakan masalah itu, setelah sampai rumah. Aku membersihkan badan dan bersantai dikamar Putri. 1 jam kemudian, Istriku pulang dan mengajak kekamar kami. “Ton, Kamu Sabtu gak ada acara kan?” kata Istriku. “Gak ada, kenapa Mbak? “ tanyaku. “Sabtu nanti, Rika menikah. Kita diundang?” kata Istriku. “Kok Mendadak banget, emang udah ada calon suami?’ tanyaku. “Udahlah, mereka pacaran udah lama. Hanya sama-sama orangtua pengusaha jadi menikah dice[etin,” kata Istriku. Aku tidak terkejut, ini adalah rahasia umum untuk mendealkan usaha dan menguatkan bisnis banyak penguasahaa melakukan hal yang tidak lazim untuk ukuran manusia biasa. Aku menyetujuinya, dan waktu berjalan biasa setelah kejadian itu.

Bahkan tidak ada gelagat aneh pada saat datang ke Pernikahan Rika. Aku pun melanjutkan pekerjaanku tanpa sangsi. Aku fokus mengerjakan proyek ini, dan menyelesaikan dengan waktu yang dijanjikan. “Kmar Deal,” menjadi target kami dalam 1b ulan kami memberikan promosi dan pelayanan dengan harga miring. Namun dengan pelayanin itu, promosi berjalan 1 minggu saja, pengusaha meminta aku melayani secara penuh dan itu memberikan keuntungan. Dalam tempo 3 minggu saja, kebutuhan dapur bisa dipenuhi 2 bulan. Akupun semakin bersemangat menyelesaikan proyek ini, namun pada akhirnya aku mengetahui ada makna terselubung dari ditunjuk aku menjadi penanggung jawab keuangan dan pengelola K”Kamar Deal”. Hal itu terjadi pada saat 3 bulan aku bekerja dengan Istriku.

“Ton, lagi dimana?” tanya Istriku saat menghubungiku lewat Handphone. “Saya ada dikantor, dan mau cek Restoran 1 jam dulu mbak kenapa?” tanyaku. Istriku sedang pergi dengan Rika untuk rpata didaerah Ciater Rika. di sebuah Resort milik keluarga. “Kamu bisa ke sini nanti sore? Bawa pakaian 3 hari aja buat nginap?” kata Istriku. “Aduh mba, sulit itu takutnya banyak pelanggan nanti gimana?” kataku. “Tolong Ton, ini penting laporan bulan lalu lagi dicek Rika,” kata Istriku. Aku terkejut, aku takut ada masalah dan lainnya. Buru-buru aku meminta staaf Istriku mengatur pekerjaanku 3 hari dan pulang untuk menyiapkan segala sesuatunya. Kemudian aku pergi menyusul mereka, dengan keterangan dari telepon dari Istriku aku sampai pukul 3 sore dan langsung menemui Istriku untuk ngobrol dan beristirahat.

“Mbak, sebetulnya ada masalah apa ya?” tanyaku pada istriku. Istriku terdiam dan termengun, ia memikirkan sesuatu, aku menanyakan kembali. Ia terkaget, “Ton, kamu sayang Mbak dan Putri?” tanya Istriku. “Iya Mbak, buktinya aku bertahankan. Aku sayang kalian berdua,” kataku. Aku semakin bingung kenapa Istriku menayakan hal yang semestinya sudah ia ketahui.”gini Ton, ada sesuatu yang kamu mesti tahu. Dan ingi penting kamu tahu karna kamu Suamiku dan bagian dari Keluargaku,” kata Istri sambil menunduk. “Kenapa Mbak?” kataku. “Sebetulnya gak ada masalah sama laporan kamu tadi,” kata Istriku ia membangun ceritanya namun ku yakin itu ada kenyataan. “Kamu harus tau ini berat, dan usaha keluarga bisa sulit memenuhi syarat retoran segala akses bakal dipersulit,” kata Istriku.

“Semuanya dari Pejabat Pusat, Darah, Intansi terkait dan lainnya bakal mulai dari awal. Padahal itu dibutuhkan,” kata Istriku menlajutkan. “Kenapa begitu mbak. Kayanya semua baik-baik aja?” kataku. “semua baik dan sesuai perkiraan. Namun Keluarga Rika ingin yang lain dalam bisnis ini. jika tidak mereka akan melakukan tindakan,” kata Istriku. “Syarat apa mbak, bukannya mereka bisa minta kita atau dibawah jaringan untuk lakukan proyek-proyek yang diinginkan,” kataku. “Bukan masalah itu, Rika adalah anak tunggaldari Keluarganya. Ia adalah anak yang selalu ingin mendapatkan ia mau. Ia mau kamu, menemaninya,” kata Istriku mengakhiri pernyataannya. Aku terkejut dengan pernyataannya, aku tidak mengerti apa yang dikatakan Istriku dan ia seperti sedih sekali.

“Tok…Tok,” bunyi pintu Villa diketok, aku menatap Istriku siapa yang mengetuk pintu itu. Istri bangkit menyeka wajahnya dengan tangan. Aku tahu ia menangis, namun berusaha untuk baik-baik . Ia bangkit dan membuka pintu, pintu terbuka. Rika muncul dari luar pintu dan masuk kedalam Villa. “Bagimana sudah beres?” tanyanya. Aku diam, Istriku duduk kembali,”Belum selesai, Dia baru tiba,” kata Istriku. “Tapi ia udah tahu kan?” tanya Rika menyelidik istriku, Istriku menganggukan kepala. “Ton, aku mau kamu melakukannya sama aku? Jika bersedia perusahaan Mertuamu dan Istrimu akan aman,” kata Rika. “Tapi kamu punya suami? Suamimu pasti marah dan membunuh kami jika itu aku lakukan,” kataku menolak.

“Kamu bodoh sekali, Suamiku dan aku menikah karena mempelancar usaha. Sebelum menikah kami punya kesepakatan saling menguntungkan,” kata Rika. “Maksudnya, Riza (suami Rika) kenapa? tanya Isriku. “Papa dan Ayah Riza punya kesepakatan. Mereka akan bersatu dengan menikahkan anak mereka sebagai pengikat. Sejak itu, mereka saling bantu namun tetap ada kecurigaan. Maka menikah Putri Tunggal Papa dan Anak Bungsu yaitu Riza adalah satu-satu jalan,” kata Rika. “Jika begitu apa masalah dengan keluarga kami, semua sudah ada kesepakatan,” kataku. “Apakah kamu ingat hal utama dalam bersepakat Anton?” tanya Rika. “Semua yang sudah digariskan harus terjadi,” kataku dengan mantap.

“Betul, namun jika ada sesuatu, perlu ada tindakan untuk menyelamatkan situasi agar tetap saling mengamankan,” kata Rika membalas pernyataanku. “Riza adalah orang baik, sopan dan lainnya. Namun itu ia adalah orang yang dibutuhkan keluarganya karena cara kerjanya. Namun ada masalahnya,” kata Rika mulai memasuki inti permasalah sehingga menekan kami. ‘kamu tidak mencintai Riza?” kata Istriku. “Lebih kurang begitu, kami tidak saling mencintai. Kedua, adalah masalah yang hanya diketahui oleh kami kedua keluarga. Ia adalah seorang Gay,” kata Rika. Aku dan Istriku mengetahui alasan utama itu, “Sebagai teman dan sahabat Riza. Aku akan melindungi Riza apapun resikonya termasuk kalian jika membocorkan. Tapi aku butuh lelaki dan kesepakatan baru sudah terjadi,” kata Rika.

Rika menjelaskan kembali, ia dapat melakukan hubungan badan dengan lelaki dilingkup mereka. Jika Rika melakukannya, ia tidak akan mendapatkan larangan, lebih lanjut Riza akan aman akan rahasianya karena tidak akan pernah bocor. Aku dan Istriku terdiam mendegar kesepakatan ini. Kemudian aku bertanya,”Apakah harus aku yang melakukannya?” tanyaku. “Anton, aku suka kamu. Kamu cukup menarik bagiku, jadi itu salahsatu alasannya. Kedua aku pikir kamu bukan tidak tahu hal ini. Bukannya kalian melakukannya juga dulu,” kata Rika. Ia juga tahu perjalanan kami. Hal ini cukup membuat kami terdesak jika tidak menyepakati keinginannya. Aku memikirkan kosenkuensi ini, aku menatap Rika. Ia cukup seksi dan cantik ukuran dada mungkin lebih besar dari Istriku.

Sejujurnya Rika sedikit membuatku termangun jika melihatnya, terutama ketika ia berjalan. Aku mencoba untuk fokus dalam memikirkannya. Aku bingung untuk memutuskan, tiba-tiba Istriku. “Okay, Anton akan bersedia melakukannya. Ia akan melakukannya,” kata Istriku. Aku terkejut, dan aku menoleh kearah Istriku. Wajah terlihat tegas. “Okay, nanti jam 8 kita makan malam,” kata Rika singkat kemudian ia keluar dari Villa kami. “Kenapa Mbak, saya belum setuju/” kataku kepada istriku. “Anton, pkirkan banyak hal. Perusahaan dan lainnya. Jika kita pikir kita lebih pengalaman karena Rika belum pernah disentuh Pria. “maksudnya Mbak Rika?” tanyaku. “Rika adalah orang diawasi, makanya jika ada mendekatinya. Ia akan diminta menjauh. Jadi kamu bisa manfaatkannya,” kata Istriku.
“Tok…Tok,” bunyi pintu Villa diketok, aku menatap Istriku siapa yang mengetuk pintu itu. Istri bangkit menyeka wajahnya dengan tangan. Aku tahu ia menangis, namun berusaha untuk baik-baik . Ia bangkit dan membuka pintu, pintu terbuka. Rika muncul dari luar pintu dan masuk kedalam Villa. “Bagimana sudah beres?” tanyanya. Aku diam, Istriku duduk kembali,”Belum selesai, Dia baru tiba,” kata Istriku. “Tapi ia udah tahu kan?” tanya Rika menyelidik istriku, Istriku menganggukan kepala. “Ton, aku mau kamu melakukannya sama aku? Jika bersedia perusahaan Mertuamu dan Istrimu akan aman,” kata Rika. “Tapi kamu punya suami? Suamimu pasti marah dan membunuh kami jika itu aku lakukan,” kataku menolak.

“Kamu bodoh sekali, Suamiku dan aku menikah karena mempelancar usaha. Sebelum menikah kami punya kesepakatan saling menguntungkan,” kata Rika. “Maksudnya, Riza (suami Rika) kenapa? tanya Isriku. “Papa dan Ayah Riza punya kesepakatan. Mereka akan bersatu dengan menikahkan anak mereka sebagai pengikat. Sejak itu, mereka saling bantu namun tetap ada kecurigaan. Maka menikah Putri Tunggal Papa dan Anak Bungsu yaitu Riza adalah satu-satu jalan,” kata Rika. “Jika begitu apa masalah dengan keluarga kami, semua sudah ada kesepakatan,” kataku. “Apakah kamu ingat hal utama dalam bersepakat Anton?” tanya Rika. “Semua yang sudah digariskan harus terjadi,” kataku dengan mantap.

“Betul, namun jika ada sesuatu, perlu ada tindakan untuk menyelamatkan situasi agar tetap saling mengamankan,” kata Rika membalas pernyataanku. “Riza adalah orang baik, sopan dan lainnya. Namun itu ia adalah orang yang dibutuhkan keluarganya karena cara kerjanya. Namun ada masalahnya,” kata Rika mulai memasuki inti permasalah sehingga menekan kami. ‘kamu tidak mencintai Riza?” kata Istriku. “Lebih kurang begitu, kami tidak saling mencintai. Kedua, adalah masalah yang hanya diketahui oleh kami kedua keluarga. Ia adalah seorang Gay,” kata Rika. Aku dan Istriku mengetahui alasan utama itu, “Sebagai teman dan sahabat Riza. Aku akan melindungi Riza apapun resikonya termasuk kalian jika membocorkan. Tapi aku butuh lelaki dan kesepakatan baru sudah terjadi,” kata Rika.

Rika menjelaskan kembali, ia dapat melakukan hubungan badan dengan lelaki dilingkup mereka. Jika Rika melakukannya, ia tidak akan mendapatkan larangan, lebih lanjut Riza akan aman akan rahasianya karena tidak akan pernah bocor. Aku dan Istriku terdiam mendegar kesepakatan ini. Kemudian aku bertanya,”Apakah harus aku yang melakukannya?” tanyaku. “Anton, aku suka kamu. Kamu cukup menarik bagiku, jadi itu salahsatu alasannya. Kedua aku pikir kamu bukan tidak tahu hal ini. Bukannya kalian melakukannya juga dulu,” kata Rika. Ia juga tahu perjalanan kami. Hal ini cukup membuat kami terdesak jika tidak menyepakati keinginannya. Aku memikirkan kosenkuensi ini, aku menatap Rika. Ia cukup seksi dan cantik ukuran dada mungkin lebih besar dari Istriku.

Sejujurnya Rika sedikit membuatku termangun jika melihatnya, terutama ketika ia berjalan. Aku mencoba untuk fokus dalam memikirkannya. Aku bingung untuk memutuskan, tiba-tiba Istriku. “Okay, Anton akan bersedia melakukannya. Ia akan melakukannya,” kata Istriku. Aku terkejut, dan aku menoleh kearah Istriku. Wajah terlihat tegas. “Okay, nanti jam 8 kita makan malam,” kata Rika singkat kemudian ia keluar dari Villa kami. “Kenapa Mbak, saya belum setuju/” kataku kepada istriku. “Anton, pkirkan banyak hal. Perusahaan dan lainnya. Jika kita pikir kita lebih pengalaman karena Rika belum pernah disentuh Pria. “maksudnya Mbak Rika?” tanyaku. “Rika adalah orang diawasi, makanya jika ada mendekatinya. Ia akan diminta menjauh. Jadi kamu bisa manfaatkannya,” kata Istriku.

“Maksudnya, aku dan Rika melakukanya. Kamu rela?” tanyaku pada Istriku. “Awalnya aku tidak rela, sekarang sedikit beban. Namun ada satu hal yang perlu kita tahu. Kita sulit untuk berhubungan sejak menikah,” kata Istriku. “Maksudmu, aku melakukannya dengan Rika dan kita mendapatkan keuntungan?” tanyaku. Istriku menganggukan kepalanya, “Sederhannaya, kita coba melakukan sehabis kamu melakukan seks dengan Rika mungkin nafsu kita akan semakin membaik,” kata Istriku. “Mana mungkin Mbak, Mbak hanya satu-satu saya cintai dan itu tidak akan berubah..Mph..” pendapatku terpotong. Istriku menciumku, kami berciuman sejenak. “Gunakan, nafsu Ton. Kamu akan berhasil buat dia puas lalu lakukan denganku,” kata Istriku. Aku terdiam, “Inagt Ton, kata Seksolog, kita perlu sesuatu yang baru. Dan inilah jawabannya,” kata Istriku.

Aku terdiam, masih tidak percaya, jujur aku tidak pernah melakukannya dengan perempuan lain. Hanya Istriku, aku melakukannya. Kini aku akan melakukannya dengan Rika yang merupakan seorang klien Istriku. Namun aku menyayangi Istriku, toh aku pernah melakukan hubungan ini atas permintaannya. Aku tidak memiliki masalah yang harus disalahkan, semua harus kulakukan. “Baiklah Mbak, aku bersedia. Aku berusaha untuk mewujudkan mimpi kita minimal seks,” kataku. Aku pergi mandi dan menipakan dirii, demikian dengan Istriku melakukan hal yang sama. Kami memakai pakaian yang biasa. Pukul7.30, kami sudha siap. Pintu diketuk. Aku membuka pintu, Rika sudah ada diambang pintu Villa memakai pakaian yang biasa juga, “Sudah siap? Kita makan dirungan tengah,” kata Rika singkat.

Kami berjalan santai, perjalanan kami disugguhi taman yang tampak bersih, indah dan asri. Aku mengeggam tangan Istriku. Semua terasa mersa bagiku, tiba-tiba Tangan Kiriku ada yang menyentuhnya, Tangan Kiri Rika menggenggam Tanganku dengan erat, Istriku melirik dan tersenyum datar dengan apa yang dilakukan Rika. Kami makan, Rika terus mengamati aku, dan aku sedikit tegang. Wajar saja Istrku melihatnya namun ia diam saja tidak mempedulikan Rika, terus ingin berinteraksi denganku. Saat slesai makan, kami pulang ke Villa dan Rika mengikuti kami dan saat kami sudah masuk Istriku menatap kami. “Kali boleh mulai aku akan mengunci kamarku,” kata Istriku singkat lalu masuk kamar dan menguncinya.

Aku terkejut dengan plihan yang dilakukannya., hal itu membuatku serba salah. “Ton, apakah aku cantik,” kata Rika tiba-tba. Aku menolehnya kearahnya ia menatapku. Hal itu membuatku sedikit kikuk, “Eh…, Kamu cantik Rika,” kataku singkat, setelah mengatakan hal itu aku mulai merasa seuasana semakin hangat. “Terima Kasih Ton,” jawab Rika. “Rika boleh aku bertanya, ia menganggukkan kepalanya. “Kenapa kamu memilih aku/” tanyaku. “Karena kamu sekilas mirip pacarku di Australia dulu. Kami sempat dekat sekali namun Papa menekan dia karena bukan orang kaya,” katanya. Aku terdiam, “Kini Papa kasihan sama aku kena masalah kaya gini. Riza gak bisa lakukan kewajibannya dan aku bebas melakukan hal yang kumau,” katanya.

“Lalu, kenapa kamu tidak meminta pacarmu dulu melakukannya?” kataku mencoba mencari tahu. “Dia sudah memiliki kehidupan sendiri, aku bisa saja memasukkan dia kedalam jaringan Papa. Namun, ia sudah mencintai perempuan lain. Maka aku memilih kamu. Kamu memiliki wajah yang tampan dan cukup baik,” kata Rika membalas perkataanku. Aku menjadi kikuk dengan pernyataannya. Jujur ini kali pertama aku melakukan dengan orang selain Istriku, keadaan Villa cukup sepi. Hal ini membuat jantungku semakin berdebar menanti apa yang terjadi selanjutnya. Rika pergi kesudut ruangan, tempat diatuhnya minuman-minuman, aku tahu itu minuman beralkohol. Ia menyiapkan dua gelas dan menuangkan salah satu jenis minuman itu kedalam gelas tadi.

Ia memberikan padaku, “Minumlah Ton, supaya kamu lebih tenang,” katanya. Aku pun mengambilnya dan meminumnya. Rasa hangat dari minuman itu membuatku lebih tenang, “kamu sudah lebih tenang Ton?” tanya Rika. Aku menganggukan kepala, “Dengar Ton, aku membutuhkan kepuasaan dan ketenangan jika melakukan,” kata Rika mengawali pembicaraan yang terasa semakin intens. “Aku mau kita sama-sama menikmatinya, jadi harus sama-sama memuaskan,” lanjut Rika. Kami terdiam cukup lama, entah karena minuman ini yang sudah dua kali ku minum atau karena apa. Aku semakin tenang menatap Rika. Aku yang duduk di Sofa dan ia berdiri didepanku. Aku menjadi ingin melihat wajah dari dekat, aku menarik Tangan Kanannya yang memegang gelas itu.

Minuman tumpah, namun tubuh Rika, jatuh didepanku wajah kami berhadapan dan kemudian secara naluri berciuman. Pada awalnya biasa saya, aku hanya menempelkan bibirku di bibirnya. Dalam berberapa detik, aku mulai mengerakan bibirku dan mulai menciumnya dengan lebih intens. Aku merasa tubuhku menginginkan lebih, aku mencoba melumat bibir atasnya memberikan sapuan. Tidak lama, ia telah membalas ciumanku. Entah setan apa yang merasukiku, aku melupakan istriku yang berada didekatku. Ciuman kami bertambah panas. Lidahku perlahan masuk ke dalam mulutnya, memainkan lidahnya. Rika cepat belajar rupanya, segera membelit lidahku dengan lidahnya. Decak lidah kami terdengar menggiurkan di dalam heningnya malam itu. Kami sudah memulai permainan ini.

Aku merangkulnya agar semakin dekat denganku, kemudian ada rasa panas ditubuhku dan detak jantungku bersetak cepat. Entah kenapa aku, aku hanya merasakan ini dalam berberapa perasaan seperti hal mengagetkan atau memancing perasaanku. Aku mengerakan badannya kesamping kananku. Kemudian Rika aku tidurkan, karena dia aku baringkan di Sofa secara otomatis aku berdiri. Ku lihat dia hanya memakai kaos abu-abu dengan celana sampai atas lutut. Kemudian, aku merebahkan tubuhku di atas tubuh Rika, kemudian kami berciuman kembali dengan penuh gairah. Hal membuat ruang gerak kami menjadi terbatas. Aku kemudian turun dan mencium leher dan pipinya, aku mencoba memancing nafsunya juga nafsu juga tentunya.

Pada sisi inilah adalah petaruhanku, aku ingin mengembalikan keinginanku bersetubuh untuk istriku. Disamping itu, hal ini juga untuk mengamankan posisi keluarga Istriku agar lebih baik. Sedangkan Rika membutuhkan aku hanya untuk merasakan kebutuhannya. “aahhhhh… ahhhh….,” desah Rika. Perempuan ini mulai mendesah, ia mencoba menikmati permainanku. Meski dalam permainan di Sofa aku sedikit tidak menyukainya. Kakiku akan tergantung diatas. Aku meneruskan permainanku. Menciumi bahu dan lehernya dengan lebih intens. “ah….Ton….ter…oh…..mppph…terusin…,” kembali Rika mendesah. Mendengar desah ini membuatku makin terpacu untuk terus melakukannya. Jujur saya, untuk ukuran anggota tubuhnya termasuk Tinggi, Payudara, dan Pantat Rika lebih dari istriku. Hal itu ikut memancing nafsuku pada Rika.

Jujur saja aku menjadi bernafsu untuk melakukan persetubuhan dengannya. Apalagi kondisinya sangat mendukung aku melakukannya. Aku bangkit kembali untuk melihat Rika sekali lagi, Kulihat matanya sudah mulai nanar dan sedikit berair, pandangannya mulai agak sayu, Wajah Rika menunjukan wajah yang merah, hal itu membuatnya terlihat semakin cantik. Kemudian aku kembali merebahkan diriku diatas tubuhnya, dan kembali menciumi tubuhnya. aku mulai beralih menciumi leher putihnya dan sedikit jilatan dibelakang telinga,kelihatannya salah satu titik rangsangnya ini sangat menggairahkan nafsu seks-nya, lebih kebawah lagi, kuraba dari luar bongkahan payudaranya sudah sangat mengeras dan lebih membesar dari aku pikirkan. Secara perlahan dan pelan kuangkat kaosnya.

Ketika aku membuka Kaos yang digunakannya, maka terlihat pemandangan yang cantik. Branya, payudara yang putih dan montok itupun menyembul dari dalam Bra Hitam yang dipakainya. sangat kontras sekali dengan dadanya yang sangat putih dan montok itu. Kuciumi dengan penuh nafsu Kedua Payudara montok secara bergantian. Entah kenapa akal sehatku tidak berfungsi kembali saat itu. Aku malah asyik memainkan Kedua Payudarannya lidahku. Sementara kedua tanganku menggenggam kedua Tangan Rika. Permainan berlanjut sampai akhirnya ke titik pusat dadanya, putting susunya yang sudah tegak seperti penghapus pensil di ujung, kujilati putting susunya dan ternyata titik inipun sangat mempengaruhi gairahnya, terlihat kedua tangannya dilepas dari genggamanku.

Bersamaan dengan itu, Rika kembali mendesah dengan penuh kenikmatan. Ssshhh terus Ton,” katanya. Aku semakin bersemangat, dan mempecepat tempo permainanku. Ia pun mengarahkan kedua tangannya kepuggungku ia mulai memelukku. Sementara aku menyetuh Kedua Bahu Rika dengan Kedua Tanganku. “Ssshhh terus Ton”, desisnya semakin menjadi ketika tanganku mengelus klitorisnya. Mulutku pun sibuk menciumi-kedua bukit kembarnya. Tiba-tiba tubuhnya menggelinjang kuat sekali dan memeluk tubuhku erat sekali sambil digoyang-goyangkan pantatnya diatas Penisku. Hal itu menyebabkan Penisku menegang dengan cepat. Akupun terasa dikeliilingi daging nikmat, dari sepasang dadanya yang montok dan ranum serta dibawah bongkahan pantatnya yang nggak kalah montok dan padat. Satu-satu masalah adalah permainan kami di Sofa yang memiliki keterbatasan ruang.

Aku kemudian mehentikan permainanku, kemudian terduduk. Ia bangkit dan duduk, “Kenapa Ton?” tanyanya kepadaku. “Sempit Rika, kita kekamarku yuk, takut disini ada de, lagian disana kan lebih leluasa,” ujarku padanya. “Gak mau, disni aja ada karpet itu kan. Lagian gak bakal ada yang ngitip kok,” ujarnya. Aku terkejut mendegar perkataannya tadi. “Kamu serius?” tanyaku. Ia menganggukan kepala, “Ayo lanjutin, please,” katanya memohon dengan wajah memerah seperti menahan nafsunya. Aku menciumnya kembali, pada saat yang sama ketegangan Penisku dan nafsu yang sudah naik, karena gesekan tadi. Dengan posisi sama-sama terduduk. Kucium lembut bibirnya dan seluruh wajahnya mulai dari keningnya, jidat, matanya yang terpejam, hidung dan akhirnya kukecup dan akhirnya kulumat bibir seksinya.

Tidak lama, aku mulai menguasai permainan ini. Upaya Rika menunjukan ingin mendominasi dengan ciuman mulai kalah dengan permainan Bibir dan Lidahku yang jauh menekannya. Kedua Tanganku tak tinggal diam dan menyetuh Punggung Rika dan kaitan Branya. Kubuka perlahan dan kemudian melepaskan pelukannya. Hal itu menyebabkan Bra terjatuh didepan kami. Akibatnya Payudaranya yang kira-kira berukuran 36B terlihat jelas. Aku merebahkan tubuhnya dan melepaskan Celana Pendeknya, maka Celana Dalam Hitam kecilnya terlihat. Celana Dalam yang menutupi lembah dan bulu halusnya. Aku pun melepaskan pakaianku semuanya. Maka terlihat Penisku yang sudah tegak berdiri, sehingga kita berdua telanjang bulat dan hanya Celana Dalam Rika yang masih dipakainya.

Aku bangkit berdiri kesamping Rika, dan menundukan badanku dan meyamping. Aku mencium kembali Bibir Rika, sementara Tanganku mencoba merongoh Celana Dalam Rika. Jariku dapat dengan mudah menyelusup ke Vaginanya. “Ohhh… Ton, ohhh… ah.. ahhh.. uhhhh…” Desah Rika menikmati sodokan kedua jariku didalam Vaginanya. Hal itu menimbulkan sensasi yang tiada tara untuk Rika. Lalu ketika kurasa Vagina mulai basah, sekarang jariku pun ikut memainkan Vaginanya. Saat memasuki ke belahan bibir vaginanya, aku mencoba mengaduk-aduk bagian dalamnya yang bergerinjal. Tentu saja, serbuan ganas ini membuat tubuh Rika bergetar berkelojotan dan deru nafasnya pun semakin tidak teratur. Hal ini membuat Rika semakin terlena dalam jariku di dalam kehangatan vaginanya.

“Aaghh….,Mmphh…. Ton…Uughhh” keluh Rika dari yang bibirnya yang tipis telah menceracau penuh nikmat. Aku semakin terpacu untuk menyelesaikan tugasku, semakin lama semakin Rika meracau kenikmatan. Sensasi yang diperoleh Rika pun semakin bertambah tinggi. Tubuh seksinya tersentak-sentak efek dari seranganku. Rika sudah memasrahkan diri sepenuhnya dengan membiarkan Aku untuk terus-terusan mengocok-ngocok vaginanya yang semakin basah dan memerah. Ia menyerahkan bagimana aku memainkan peranan ini. “Tonn!! Nikmat…..sshhh bahh.ngeetshh..Aaghhh,”erangan Rika. Aku akhirnya melepaskan Celana Dalamnya.Rika membantu dengan mengangkat sedikit Pantat kemudian kulepaskan Celana Dalamnya dari tubuhnya. Akhirnya aku bisa melihat tubuh Rika tanpa ada satu benangpun menutupnya. Inilah kali pertama kali aku menelanjangi Perempuan bukan Istriku yang membuatku berdebar.

Kemudian aku berpindah tepat fokus pada daerah Vaginanya, kemudian ku tundukan kepalaku depan Vaginanya. Tanpa keraguan aku menjilat-jilat bagian luar dari Vaginanya. Permainan ku semakin cepat dan menyentuh biji klitorisnya. Akibatnya Rika makin mendesah kenikmataan akibat permainan yang aku lakukan. “Oh .. Ton ….. betapa enaknya .. “ desah Rika melukiskan kenikmatan dari permainan lidahku atas Vaginanya. Rika kian mendesah dan merintih. Vaginanya yang rapat kini akan kubuka dengan jilatanku, jilatan pertama membuat Rika menaikan badanya melengkung dan kusambut dengan remasan pada Payudaranya yang kini kembali kumainkan. Sehingga kepalanya oleng ke sana kemiri, kujilati dan kumasukan lidahku ke lubang yang becek itu.

Rambutnya terurai tak beraturan, olengan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Matanya memutih menahan sensasi jilatanku pada vaginanya. Aku terus menjilati dan menyedot nyedot vaginanya, tangan Rika menggapai permukaan Sofa dan kadang menggigit bibirnya sendiri. Menit demi menit, vaginanya kian merekah dan kelentitnya aku jilati, Rika semakin menjerit penuh kenikmatan, Rika berteriak dan menahan jeritannya. 10 menit kemudian dia mencapai puncaknya, dan mengeluarkan cairan kenikmataannya. “Ah…Ton…ada…kelu..ar..ah…,” teriaknya. Aku menyedotnya. “slurrp..slurrp,” aku minum cairanya. Rika terlihat puas dengan permainanku. Setelah itu, aku memberikan waktu untuk mengambil nafas panjang. 2 menit kemudian, “Gantian aku Ton,“ ucapnya. Aku menganggukan kepala. aku ambil posisi duduk, Rika bangun dan duduk dikarpet.

Rika langsung memegang penisku, kepalanya masuk menuju ke selakanganku, Rika menjilati penisku dan juga menjilati buah zakarku, mengocok penisku naik turun. Penisku yang besar itu dijilati dengan rakus, dan pada bagian kelapanya di masukan, kemudian dikeluarkan. Kurapikan rambutnya agar tidak menganggu bermain dengan penisku. Kuremas buah dadanya yang memadat itu dengan tanganku Erangan Rika menggema dalam ruangan tengah itu dan mulai memasukan sebagian batangku dalam mulutnya,menyedot nyedot bagaikan mainan. Giginya menyentuh batang penisku dan membuat aku serasa terbang. Memang aku cukup sering melakukan dahulu dengan Istriku. Namun setelah kami mengalami perubahaan hasrat Rika mulai membangkitkan kepuasan itu. Rika mulai perlahan memainkannya.

“Mmmmph…ah….Enak..enak …terus..Rika“ desahku ketika Rika memulai permainanya. Mendengarnya Rika semakin tenggelam dalam kenikmatan mengulum penisku. Ia memulai menciumi batang penisku kemudian menjilatinya. Sehingga Penisku serasa mengkilap penuh air liur Rika, Rika seperti menganggap Penisku bagai eskrim dengan rasa yang paling disukainya. Secara perlahan Permainan Rika meningkat, demikian pula rasa nikmat yang aku rasakan. “Mmm!! Gitu Rika..oh…Uughhh….,”keluhku sambil merem-melek menikmati kuluman lembut dari bibir tipis Rika. Rika tersenyum tipis sambil terus mengulum penisku dan dengan wajah nakal menatap. Makin lama kuluman Rika semakin bertambah cepat membuatku merasakan nikmat yang sudah lama tidak kurasakan Setelah 30 menit bermain dengan kuluman, aku mencapai puncaknya. “Rik, aku sampai,” kataku dengan cepat.

“Crott…Crott..,” aku menembangkan Spermaku kedalam mulutnya, namun saking banyaknya Sperma yang kutumpahkan kemulutnya. Rika memukulkan Tangan Kanannya ke Paha Kananku pertanda ingin melepaskankan kuluman. Aku biarkan ia melepaskanya.saat Penisku keluar dari mulutnya. Dengan sigap ia menadah tumpahan Sperma yang keluar dan memasukan kedalaman mulutnya. Ia menelannya, sementara aku menumpahkan sperma yang tersisa ke wajah dan tubuhnya setelah ia berhasil menelan Sperma itu. Setelah itu, “Kita lanjutin sekarang atau sampai sini saja Rik?” tanya aku pada Rika. Mukaku masih merah nafsu bersetubuhku masih tinggi. “Lakuin aja, aku menikmatinya Ton,” katanya namun bibir bawah digigit gigit atasnya. Seakan ada keraguan padanya. “Kenapa Rik?” tanyaku.

“Aku masih perawan nih, kamu pasti punya pengalaman. Apakah enak seperti tadi Ton?” tanya Rika dengan lugas. “Rasakan aja,” kataku singkat. Aku turun untuk duduk dikarpet, dan menghadapkan diriku kehadapannya. Kemudian aku mencium kembali bibirnya, ketika bibir kami saling memagut pelan, kami merasakan kenikmatan saling beradu bibir itu, sambil tangan kananku kutarik, kuelus elus pahanya, sedang tangan kiriku tetap berada di pantatnya meremas remas dengan lembut. Kami semakin terbakar nafsu, belum lagi keringat sudah mengucur pada sekujur tubuh kami, pagutan demi pagutan sampai aku tidak tahan, kulepaskan elusan tanganku di pahanya, kemudian langsung naik memegang buah dadanya dan kuremas remas, Rika semakin tidak tahan.

Lengannya begitu kuat menopang ke pundakku dan tangannya menahan belakang kepalaku, bibir kami saling memagut, lidah kami saling bertubukan, sehingga air liur kami sampai ada yang keluar dari bibir kami, air liur itu kemudian merembes turun, perlahan air liur itu merembes ke dagu Rika dan meluncur turun, lidah kami saling bertekan dan kami kemudian saling menghisap, menghangatkan badan kami yang diburu nafsu sex semakin meninggi itu. Secara perlahan, aku mendorongnya kebelakang, dan menidurkannya. Rika akhirnya setengah terlentang dengan posisi kedua kakinya masih naik. Kemudian aku memengang kedua kakinya, dan merentangkan kedua pahanya hingga Vaginanya terlihat jelas. “Kau yakin?“ tanyaku pada Rika.
“Lakukan saja Ton,” jawabnya. Rika seakan melirik dan memperhatikan Penisku, Lubang vaginanya yang masih basah itu sedikit mengepaskan pada Penisku. Penisku akan masuk pada bagian atas batangku, serasa sangat sesak sekali, “Punyamu kebesaran .. Ton,” katanya. Aku pun penasaran, kali ini aku menyetubuhi Perawan. Tanpa basa-basi, aku menekan lagi Batang Penisku hingga sebagian besar Penisku masuk dalam Vaginanya. “Auwwwhhh...Auhhh...,Tonn...Mmmmhhh...” desah Rika mendongakkan kepalanya, lalu mengigit bibir atasnya. Bersamaan dengan itu aku memagut kembali puting susu sang gadis muda dan menjepitnya di antara gigi. Ngilu dan nyeri bercampur nikmat terasa di dada gadis putri pengusaha kelas atas itu. Bersama dengan itu aku masih memompa Vaginanya. Sehingga Rika merasakan dua sensasi berbeda dalam permainanku ini.

Aku mulai menekan penisku dengan pelan kedalam lubang Vaginanya. Rika meringis kesakitan ketika batangku mulai tenggelam sedikit demi sedikit. Perlahan aku mengenggam pingang Rika dan mengerakan badannya. Aku menaikan badannya lalu menurunkan lagi berulang ulang, mili demi mili, menit demi menit berjalan. Penisku sudah masuk sebagian kedalam Vagina Rika dan membuatku serasa diremas remas dan disedot sedot. Sensasi yang baru kunikmati, dinding Vagina seolah olah menggoyak batang Penisku yang semakin panas. “Awwww ..,Ton .. Ohh .. aaah...,“erang Rika menggelinjang sambil mengigit bibir atasnya.“Sabar Rik, oh….mpphhh….Nanti juga enak,” ujarku menanggapi desahannya itu. “Oh, lakukan Ton … beri aku kenikmatan surga,” ujar Rika sambil mendesah kenikmatan.

Aku masih memompa Vagina dengan Penisku, ada rasa yang berbeda dari Vagina Istriku. Ada yang membatasiku untuk melakukan penetrasi lebih jauh. Aku ingat ini adalah momen yang berbeda, Rika adalah Perawan sedangkan Istriku yang adalah Janda. “ahhhh... ahhhh.ahhhhh... ahhhhh..., sakitttt... Ton. ahhh... pelan-pelan dong..." erang Rika mencoba menikmati permainanku. Aku seakan tak perduli kutekan Penisku yang ada didalam Vaginanya sekali lagi. Sesuatu yang te yang membatasi. Ku tekan kuat-kuat "ahhhhhhh... aaaaaah...aaaauuuuu...,sakit... ohh... oh... Ton...," desah Rika kembali. Aku paksakan saja... akhirnya tembu Akhirnya amblas juga penisku dalam lubangnya Vagina yang mulai basah itu. “Jbles…,” bersamaan dengan itu Rika juga berteriak keras sekali. "ahhhhhhhhhh... aaaaahhhhhh... , sakitttttttt... "

Aku menyudahi permainanku pada dadanya, aku mulai fokus dalam memompa Vaginanya sekarang. Rika mulai mencoba mengikuti gerakan yang kulakukan. Aku berkuasa penuh atas tubuhnya. Aku menggenjot tubuhknya naik turun. kami kembali berciuman dan saling melumat dan dan ia memelukku, tanganku kadang meremas buah buah dadanya, bunyi keciplak memenuhi ruangan. Saat aku melepaskan ciuman, Rika berteriak. Ia menggelinjang. Tubuhnya naik turun dengan irama teratur, sementara tanganku mengelus-elus pahanya yang mulus. Bagiku permainan dengan Rika berbeda, karena untuk pertamakalinya aku memperawani seorang Gadis. Rika masih meringis menahan rasa sakit,namun berusaha menikmatinya. Mata Rika merem melek ketika penis besar nan panjangku mengaduk-aduk liang vaginanya.

Mulut Gadis anak kologmerat ini meracau sambil merintih merasakan kenikmatan yang belum pernah didapatkan seumur hidupnya dari siapa pun. Sedangkan aku makin berbebas bergerak didalam Vaginanya. “Ahh..ahh..mmpphhh..” desah Rika menggairahkan di tengah suara beradunya tubuh kami berdua. Hal ini semakin membuatku mompa Vagina lebih cepat, hal tersebut juga mengakibatkan Rika makin mendesah kenikmatan. Semakin lama aku mempompa Vaginanya, secara refleks Rika mulai menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan kontolku ini yang semakin lama semakin cepat. Rika tidak menyadari ketika kemudian kedua kaki nya ini menjepit pinggangku. Seakan tidak akan melepaskan permainanku ini, Tubuh Rika terguncang-guncang oleh gerakan ritmis dariku yang begitu bernafsu menyetubuhinya. Nafasku mendengus-dengus oleh libido sejurus dengan nafas Rika yang memburu.

Dua jam sudah berlalu dari permainan kami, Rika akan mengeluarkan cairan kewanitaannya untuk kempat kalinya. Aku merasakan akan mencapai puncak klimaksku, aku mencoba mempercepat tempoku, namun tubuh Rika sudah lemas. Alhasil aku memegang kendali kembali. “Ah….Ton, udah mau,” desah Rika, aku meminta sedikit menunggu. “Sabar Rika,ohhh….mphh…aku juga, “ kataku. Rika menganggukan kepalanya. Sekitar sepuluh menit kemudian, aku merasakan tubuhku pada puncaknya dan kemudian aku menggeram lalu mempercepat permainanku, Penis melesak dalam Vaginanya hingga ke dasar menyentuh rahimnya.“Aghhhhhhhhhhhh..” geramku sambil memeluk Rika kuat-kuat. Kemudian aku mengeluarkan Sperma dengan derasnya. “Crot…Crott…Croot…,” dan bersamaan dengan itu Rika mengeluarkan cairan kewanitaanya. Aku merasakan kepuasaan, kembali aku bersetubuh walaupun ia bukan Istriku.

Aku tidur sejenak dalam keadaan berpelukan, aku diatas tubuh Rika, 1 jam kemudian aku bangun, dan bangkit dari pelukan Rika. Gerakan tubuhku, membuat Rika terbangun”Pelan-pelan Ton, sakit,” katanya. Aku berusaha pelan, untuk bangkit dan mengeluarkan penisku dari Vaginanya. Rika mengiris kesakitan, karena aku mengeluarkan Penisku. 4 menit kemudian, Penisku berhasil dikeluarkan, hal ini menyebabkan penisku terlihat memerah. Dan dari Vagina Rika mengeluarkan cairan persetubuhan dan darah. Aku secara refleks mengambil tissue dan memberikan padanya. “Makasih Ton, udah mau lakuin. Sekarang kamu boleh sama Mbak Conny,” kata Rika. Ada sedikit kepuasan saat melihat darah dari Vagina Rika namun aku yakin itu ada bagian nafsuku.

Rika kemudian bangkit, aku mencoba membantunya untuk bangun dan masuk kamar. Saat diambang pintu, “Udah sampai disini aja, aku capai mau istirahat dulu, kamu kalo mau main lagi silakan sama Mbak Conny,” katanya. Sambil menutup pintu, aku terdiam mencerna perkataannya.

Bersambung
 
Bimabet
lengkap lah koleksi anton, bebas ngecrot lagi !!
meki janda dah didapat, meki prewi sudah dijebol dan di crot lagi sampai gempor ... masih dapat tambah lagi !!
nasibmu ton !! mujur bin bejo !!! disukai mekii tajir ....


:kretek: :kretek: :kretek:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd