Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Bimabet
Episode 10: You cannot escape Vegas Lust (Part 2)

POV Cherry

“Aku nyampee….aahhhh Aaarrrrgggghhhhhh!” Sebuah teriakan kuat tak mampu ku bendung. Kembali tubuhku kelojotan mencengkram batang yang masih terus keluar masuk itu…

Untung aja dia juga nyampe… kontol keras itu terasa menyemburkan cairan hangat ke dalam memekku… terasa beberapa semprotannya sampai ke mulut rahim. Aku menarik tubuhnya jatuh menimpaku dan menyatukan bibirku dengan bibirnya dalam ciuman nafsu yang sangat kuat.

Orgasme yang sempurna.

Begitu plong… lepas.… Apalagi karena kami berdua mendapatkannya secara bersamaan. Dan alat kelamin itu terus aja menyatu seakan enggan berpisah, masih terus tertanam, saling mengait… dan membetot dalam nafsu. Tak ingin lepas…

Kok aku jadi begini?

Akhirnya gelombang kesadaran itu datang juga. Rasanya malu sekali sudah membiarkan tubuhku menyatu dengan orang yang belum lama aku kenal. Cukup lama aku memeluk kepalanya dan menutup mata dalam diamku… tak ingin semuanya berlalu, biarlah terus begini sebelum kita kembali ke dunia nyata.

“Makasih” Sebuah bisikan keluar juga.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan suara seorang gadis terdengar.

“Eh apa yang kalian lakukan? Astaga!” Gadis itu menyalakan lampu kamar dan memaksa aku membuka mata.

“Astaga!” Aku memandang horor kepada sosok yang aku peluk, sementara ia juga masih menatapku dengan tak kalah kagetnya.

Dia bukan Shaun!

(Sambungan)

-----


POV Ryno

“Astaga Cherry?”

Aku kaget sekali, ternyata yang aku setubuhi dari tadi adalah Cherry… padahal itu kupikir adik ipar yang satunya lagi. Eh, ternyata yang menjadi targetku lagi berada diluar, dan tiba-tiba ia masuk memergoki kami.

Cherry masih menatapku terbelalak, mungkin sekali ia juga gak menyangka kalo lagi ML denganku. Kek-nya baru sadar kalo punya kakak ipar se mesum ini, hehehe…

“Kak Ryno, astaga?” Cherry akhirnya membuka mulut.

“Maaf Princess, aku lupa kalo kamu juga tidur disini.”

“Astaga Kak, jadi kita sudah…?” Cherry menutup mukanya dengan kedua tangannya menahan malu. Ia bahkan tidak dapat melanjutkan omongannya.

‘Keknya Cherry tambah cantik aja waktu di-entot… Hahaha….’ Aku menaruh tangan kiriku di belakang kepalanya setengah memeluk gadis cantik itu.

Cherry menarik nafas panjang.

“Udah, gak usah malu kek gitu. Kamu juga menikmatinya kan?” Aku membelai rambut yang lurus sepanjang bahu, sementara Cherry masih mengintip malu-malu di balik jari-jarinya. Tapi aku tahu ia gak menolakku, buktinya ia masih membiarka. kontolku tercolok didalam.

Wajah Cherry merenggut seakan gak suka, tapi jelas ia hanya main-main.

“Iya kan, Princess? Kamu gak marah kan?” Aku bertanya sementara kedua tanganku turun ke bawah lalu mengelitik pinggangnya. Gemes liat dia malu-malu.

“Aduh… eh…geli, ampun... udah ding, Kak! Ahahaha”

“Jawab dulu! Cepat...”

Iya...Iya kak gak apa-apa. Hahhh, ampun deh” Cherry akhirnya menarik tanganku dan menaruh dibelakang tubuhnya. Ia kemudian memelukku menumpahkan rasa malunya dengan memeluk kepalaku kuat-kuat…

“Hahaha... Kak Ryno menang banyak sama adik-adik iparnya” Suara ketawa Deyara terdengar membuat kami sadar akan keadaan. Dengan segera pelukan kami terlepas! Ia masih di pintu memandang kemesraan kami.

“Udah terusin aja, kak!” kata Deyara sebelum kami dapat bereaksi.

“Eh bukan Deya, ini salah paham” Kata Cherry.

“Iya, aku ngerti kok! Hehehe…” Kata Deyara sambil berjalan keluar dan menutup pintu tak mau mengganggu kami. Lampu yang sudah pasang tadi dibiarkan hidup terus, membuat aku dapat mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang ada didepan mataku. Sudah cantik, eh ternyata tubuhnya bisa juga semenarik ini.

Selepas kepergian Deyara, tanpa sadar aku masih terusmenatap Cherry. Rasanya sulit dibayangkan kalo aku sudah ML dengan adik iparku yang anggun ini.

“Sampe segitunya, Kak? Awas lho, nanti jatuh cinta beneran!” Cherry meledekku yang masih terpesona.

“Siapa suruh kamu cantik sekali” Aku mengaguminya.

Cherry tersenyum lalu mengangkat wajahnya menatapku sehingga kami saling bertatapan, saling mengagumi. Akhirnya ia yang pertama gak tahan dan memalingkan wajah.

“Apa lagi kalo lagi tersipu gitu” Lanjut ku

“Gombal” Cherry tertawa lepas.

“Bener loh pasti banyak cowok tergila-gila”

“Hahaha... apa gak kebalik, Kak! Kemarin aja ada temanku sampai tergila-gila minta berfoto dengan kak Ryno” Cherry membalikkan perkataanku.

“Hahaha iya yah”

“Malah sampe ada yang ingin ajak cek in” Cherry kini meledekku.

“Hahaha... tapi kalo dengan kamu, aku mau kok diajak cek in” Aku mencium dan membelai rambutnya membuat ia merasa nyaman.

“Eh haha... gak kebalik Kay Ryno yang mestinya ajak aku!” Cherry jual mahal.

“Iya deh aku ajak cek in sekarang yah!”

“Ihhh tumben pake tanya. Tadi aja udah nyosor masuk gak pake bilang-bilang!” Cherry meledekku. Kayaknya udah gak semalu tadi. Buktinya udah bisa meledekku.

“Tapi kamu juga kan yang buka paha lebar-lebar?” Aku menggodanya lagi. Tanpa sadar aku mendapati kalo kontolku mulai mengeras lagi. Gadis ini sangat cantik, apa lagi ia masih terus melayani gombalanku.

“Enggak… ihhh, adanya aku diperkosa” Cherry tertawa.

“Ala... bilang aja kalo kamu masih mau?” Aku menggerakkan pinggul perlahan, kontolku terjepit enak.

“Enggaki!” Cherry merasakan gerakanku. Ia membiarkan aja.

“Masak?” Aku bergerak lagi! Makin terasa kalo kontolku masih mau.

“Ihh, dibilangin” Cherry memutar pinggul menyambut gerakanku… Cherry mungkin baru sadar kalo milikku masih tercolok.

“Yakin?” Aku menusuk lagi, kali ini gak pake tahan-tahan lagi. Tusukanmu membuat kontol yang sudah tegang itu makin tertancap dalam.

“Ehhh!” Cherry tertawa…

“Tuhkan langsung mau” Aku mulai memompa sementara Cherry menatapku tersenyum.

“Baru digoyang dikit udah senyum-senyum!”

“Ihhhh gak banget!” Cherry tersipu lagi, ia memalingkan wajah malu-malu sambil mencubit lenganku. Tapi jelas dari gerakannya terlihat kalo ia masih mau.

“Ala alasan saja, buktinya pahamu sekarang sudah terbuka lagi" Kali ini pompaanku makin cepat.

“Eh…” Kali ini ia gak bisa mungkir. Walaupun Cherry berusaha menutupinya, tapi sebuah desahan pelan terlepas dari mulutnya. Cherry menutup mulut.

“Oke lah kalo kamu gak mau…” Aku pura-pura menghentikan pompaanku sambil memperhatikan air mukannya.

Cherry menatapku dalam-dalam, dibalik tatapannya ada nafsu yang besar, pandangan yang meminta… tak mau melepaskan! Dan garis mulutnya kini membentuk senyum mengejek…

“Tuh kan, Cuma bikin kentang orang sih!” Cherry tertawa tersipu. Ia mengeluarkan lidah dengan nakalnya.

“Dasar gadis nakal!” Aku berbisik pelan di telinganya.

Cherry masih memalingkan muka, tapi kini ia menggoyang pinggulnya perlahan…

“Eh katanya tadi gak mau” Aku meledeknya.

“Weekkk” Cherry menjulurkan lidahnya lagi…

“Ihhh anak ini banyak maunya” Gemes juga melihat kelakuannya, dengan segera kedua tanganku mampir diatas bongkahan dadanya yang padat, dan langsung memijat.

“Shut up and pump me, Kak!” Cherry menjepitkan kakinya ke pinggulku, tak mau terlepas lagi. Sementara itu aku kembali mendekati wajahnya…

Kembali ciuman panjang menodai bibirnya… dan Cherry membalasnya dengan ganas… penuh nafsu. Gadis ini ternyata liar banget di ranjang.

“Kak!”

“Kenapa?”

“Gantian, aku yang diatas!” Ia meminta gaya WOT.

“Tumben!”

Anak ini nafsuin banget, dengan tergesa-gesa ia memutar tubuhku dan naik keatas. Tanpa buang-buang waktu, ia menghempaskan pinggulnya sehingga batang yang sudah keras itu terhujam masuk… tanpa memperdulikan vaginanya yang masih sangat sempit… ataupun ukuran batangku.

“Aahhh…. sakit!”

“Makanya pelan-pelan!”

“Auwww”

“Masih sakit?”

“Tapi enak!” Cherry mulai memompa dengan cepat… kembali lidahnya keluar.

Edan, cewek ini ternyata liar banget!

“Plok plok plok…!” Bunyi pertemuan pinggul kami terdengar nyaring, pertanda kalo kontolku udah masuk maksimal. Gadis itu terus bergerak liar sampai ia kecapean…

“Uuuhhhh…!” Kami berdua sempat mengeluh bersamaan… Waktu untuk tarik nafas sedikit.

Cherry kembali menggerakkan pinggulnya dengan lincah, naik-turun, maju mundur ataupun melingkar, memberi efek yang sangat nikmat pada batangku yang terus tergilas oleh vagina yang lembut tapi menjepit…

“Plok plok plok!”

Gila, ini benar-benar liar… Cherry menggerakkan pinggulnya sehingga tubuhnya menari diatas tubuhku. Cowgirlnya semangat sekali…

“Gimana Kak Ryno? Enak kan goyanganku!” Cherry menatapku tersenyum sementara ia terus memamerkan ulekannya yang liar.

“Wah… aku gak nyangka kamu seliar ini, Princess!”

“Plok plok plok…”

Kata-kataku makin aja memicu semangatnya untuk bergerak memanjakan batangku, efeknya langsung terasa. Dan hanya dalam beberapa menit saja aku dapat merasakan ujung kontolku mulai berkedut…

‘Astaga! Bisa-bisa aku nyampe di bawah tujuh menit! Hebat juga cewek ini!’

“Ayo Kak, keluarkan aja! Udah gak tahan kan?” Cherry menatapku tersenyum binal. Ia dapat melihat kalo aku udah keenakan.

Aku harus membalas. Kalo begini terus aku gak mampu bertahan… memeknya benar-benar enak sekali, sementara putaran pinggulnya membuat aku hanyut dalam irama kenikmatan.

Bahaya ini, bisa-bisa aku gak bisa bertahan lama. Aku harus fokus.

Setelah mempelajari iramanya, aku mencoba mengimbangi gerakannya dari bawah. Cherry mulai melambat, mungkin tenaganya sudah terkuras. Ini adalah saatku… dan ketika aku menyodok kuat adari bawah, keadaan mulai berbalik berpihak kepadaku.

“Aha... sekarang kamu yang rasakan sodokanku!”

Cherry kini terpengaruh dengan gerakanku dan ia mulai terperangkap dalam gelombang kenikmatan…

“Ahhh… aduh Kak, enak banget!”

Aku mulai tersenyum, untunglah aku bisa membalikan keadaan. Kali ini Cherry mulai kewalahan ketika aku mempercepat dan memperkuat tusukanku dari bawah. Gadis itu kini mengangkat sedikit pinggulnya sementara dihujami pompaan yang cepat dan bertubi-tubi dari bawah. Mana bisa ia bertahan melawan jurus pamungkasku…

“Aahhhh… Kak… aku gak kuat… kontolnya terasa banget!” Cherry kembali mengakui keperkasaanku..

“Gak usah tahan-tahan, sayang!”

Aku mempercepat serangan, sementara tanganku makin aktif menjamah dan membelai kedua pentil yang terletak di tengah-tengah bongkahan padat di dadanya. Cherry udah gak bisa bertahan. Bagaimana mungkin ia bisa melawan serangan dahsyat dari Dewa ngentot ini?

“Aahhh… aduh… ampun Kak… terus…ahhh!” Cherry makin kuat mendesah dan merintih.

Aku terus menusuk, sementara tubuh Cherry kelojotan hebat. Otot-otot perutnya terlihat jelas menegang membuat bagian bawah tubuhnya kejang-kejang. Sementara itu pinggulnya terangkat tinggi membentuk suatu lengkungan yang indah.

“Aaaaarrrrggggghhhhhhh! ahh… aduhhhh…..” Cherry mengedan kuat ditandai dengan suatu jeritan. Sementara itu aku merasakan kontolku disirami dengan cairan hangat.

Cherry sudah sampai…

Aku terus memeluk tubuh lungkai ini dan membiarkan ia terhempas jatuh terlentang ke tempat tidur. Nafasnya terengah-engah, dan tangan serta kakinya tidak kuat lagi menahan beban, seakan-akan tulang-tulangnya lepas.

Cherry menutup mata menghayati suatu perasaan nikmat yang membawanya terbang tinggi… sementara wajah yang merah merona itu terus dihiasi dengan senyuman yang menawan pertanda dahsyatnya orgasme yang baru ia raih.

Aku gak tahan langsung mencium bibir merah yang masih aja tersenyum. Sementara menunggu ia kuat, aku menatap wajah yang sangat cantik serta membelai rambutnya yang indah. Cherry masih belum bergerak…

Pandanganku turun memandang dada yang sedang naik-turun mencari nafas seperti baru menyelesaikan lomba lari. Kedua bongkahan kecil itu nampak sangat serasi, eh gak kecil-kecil amat sih, mungkin sama dengan Naya. Tubuhnya juga agak mungil tapi membentuk suatu karya seni yang indah yang diinginkan laki-laki.

Pandanganku terus turun melewati perut rata dan melihat bentuk kemaluan yang indah. Benar-benar cantik rupawan…Pantesan Doni sangat mencintainya, sehingga bela-belain berubah gara-gara gadis ini. Doni pasti sangat beruntung bisa mencicipi tubuhnya… eh aku juga sih.

“Kak Ryno kuat sekali!” Sebuah pujian kembali terucap menguatkan posisiku sebagai Dewa ngentot.

“Kak, apa lihat-lihat?” Cherry menatapku tersenyum. “Udah jatuh cinta?”

“Iya, aku udah benar-benar jatuh cinta!” Aku balas meledeknya.

“Hahaha…! Nakal…”

“Kamu juga nakal, mau aja dientot Kakak ipar sendiri!”

“Eeeh, gak terbalik yah? Yang ganggu aku lagi tiduran siapa? hayo?” Cherry membalas lagi. Aku gak tahan dan langsung mencubit pipinya yang merona.

“Eh… kok pake gemes?” Cherry kaget, tapi kita berdua langsung tertawa lagi.

“GImana? Udah mau lanjut? Kamu tahu kan kalo aku belum keluar” Aku masih mau.

“Huh?” Cherry kaget.

“Sini aku rangsang kamu lagi…”

Aku gak mau kentang dan segera mengatur posisi. Tapi kali ini aku bermaksud mengoralnya dulu. Pelan-pelan aku menarik keluar kontolku sampai berbunyi. Cherry secara otomatis melirik kontolku yang baru keluar dari memeknya…

“Ihhh gila besar sekali… pantesan terasa penuh sekali” Cherry baru melihat kontolku, dan tercengang.

Kontol dewa itu langsung digenggamnya sambil terkagum-kagum. Aku memberikan waktu ia bersosialisasi dengan mainan baru yang baru saja membuat ia melayang.

“Kak, bisa-bisa memekku jadi dower yah!” Ia tampak ketakutan menyadari apa yang akan ku lakukan. Cherry menggeleng kepala.

“Kak, ngeri… kita gak usah ngentot lagi yah!” Cherry memelas, tapi aku tahu ia pura-pura.

“Kayaknya aku akan mengentotmu sepanjang malam, sampai kamu gak bisa bangun lagi” Aku menuntut, membuat Cherry menepok jidat.

“Ihhh gak kuat” ia tertawa lagi.

“Bener loh!”

“Hahaha…. Nanti lihat aja siapa yang gak bisa berdiri lagi besok pagi!” Cherry meledekku lagi, dan mengeluarkan lidahnya sekali lagi. Tuh kan kelihatan aslinya. Berani-beraninya cewek ini menantangku.

“Berani nantang yah! Nanti kamu rasakan sendiri akibatnya. Siapa suruh main-main dengan Romeo”

Aku membelai bagian kewanitaannya dan membuka kakinya lebar-lebar. Cherry kelihatan tegang, tapi membiarkan vagina indah itu terekspose bebas. Aku menatap lagi liang nikmat itu sekali lagi, sebelum memberikan oral khas Ryno yang sudah diakui banyak gadis pilihan. Selain itu kedua jariku turut membantu dari bawah…

“Aaahhhhhh!”

Cherry belum tahu apa yang dihadapinya…

——

Skip-skip lima jam kemudian

“Kak… bangun, cepat!” Suara Deyara menyadarkanku dari dunia mimpi.

Masih pagi-pagi sekali, mungkin jam lima subuh aku sudah di paksa bagun oleh gadis tomboy itu. Pas waktu membuka mata, aku melirik tubuh telanjang Cherry masih tidur kepayahan… eh, gimana gak loyo, gadis itu hampir pingsan digilir orgasme berulang kali.

Ternyata selain binal dan liar, adik iparku yang satu ini ternyata mudah sekali sange. Dan tadi malam ia gak bisa melawan rangsanganku. Walaupun mulutnya berkali-kali minta ampun setiap selesai ronde, dengan mudah ia terangsang lagi untuk main di ronde berikutnya.

Bahaya sekali… bisa kering pasokan spermaku dikuras cewek ini. Tadi malam aja aku sempat nyemprot sampai tiga ato empat kali. Ini benar-benar bercinta habis-habisan. Kapan lagi?

Cepat-cepat aku memalingkan muka, kalo tidak bisa-bisa aku menggarapnya lagi. Apalagi mengingat kebinalannya tadi malam. Siapa suruh tidur telanjang… eh.. iya, aku juga masih bugil sih.

“Kak, ayo dong, cepat!” Deya menarik tanganku sehingga aku terpaksa mengikutinya. Entah apa maunya!

Biasanya aku tidak bisa bangun secepat ini. Dengan pikiran yang masih di awan-awan, aku melangkah ke kamar yang masih remang-remang. Sayup-sayup aku mendengar suara air di kamar mandi… tapi aku tak perduli… yah, aku butuh tidur, tak perduli lagi ini kamar siapa, dan begitu melihat kasur aku langsung membaringkan diri disamping seseorang yang masih terlelap.

Ahhh… aku memeluk tubuh yang masih tidur disampingku. Ia juga kayaknya telanjang seperti aku, tapi aku tak hiraukan lagi siapa itu.

“Eh… jangan disitu!” Aku masih sempat mendengar suara Deya, tapi tak kuhiraukan lagi. Mata ini masih terlalu berat. Dan dalam hitungan detik aku kembali melayang ke pulau kapuk.

“Eh Kak” Deya protes lagi.

“Hahaha…. pasti rame kalo Kak Naya lihat!” Aku masih mendengar suara tawa Deyara, dan merasa ia memegang tanganku dan menaruh ke tempat lain. Tapi aku tak perduli lagi.

Tak lama kemudian sementara di alam tidur aku mendengar suara-suara perempuan tertawa. Tapi aku terlalu lelap untuk memperhatikannya. Biar aja mereka terus tertawa…

“Kak Titien, lihat dulu, ini lucu sekali!”

“Iya Kak, lihat dulu…!”

“Apa itu Nay? Ih…kalian berdua rese, bangunkan aku yang masih ngantuk!”

“Pasti Kak Titien rugi kalo gak lihat!”

“Iya… iya,.. eh.. Astaga? Hahaha…”

“GImana kak, lucu kan?”

“Hahahaha… astaga… kok bisanya mereka berdua tidur seperti ini!”

“Hahaha, kita foto yuk?”

“Eh, kamu mau apa, Deya?”

“Mau atur tangan mereka… kapan lagi aku bisa melihat seperti ini!”

“Hahaha… nakal kamu!”

“Klik… klik… klik… klik…”

“Coba kak, atur tangan Shaun kayak ini…”

“Huh?”

“Iya… bikin saling genggam…!”

“Ahahahaha… ini lucu sekali, pasti rame kalo mereka bangun!”

“Sayang yah Kak Cherry gak liat!”

“Eh mana Cherry!”

“Masih tidur Kak, gak mau bangun!”

“Wah rugi dia… hahaha!”

Suara mereka makin ribut, penuh canda dan tawa. Aku jadi penasaran apa yang membuat heboh pagi-pagi. Terpaksalah aku memicingkan mataku…

Ternyata aku tertidur sementara memeluk seseorang yang juga telanjang. Ada apa ini? Aku membuka mata lebar-lebar ingin mencari tahu siapa orang itu. Dan ketika aku menarik kepalanya supaya dapat melihat wajahnya, ternyata ia juga sudah bangun dan menatapku dengan horor!

Astaga! Aku kaget sekali…

“Dickhead what are you doing?”

“Shit Romeo? What’s fucking wrong with you!”

“Astaga kenapa kamu disini? kenapa kamu telanjang?” Kami tak tahu apa yang terjadi.

Begitu merasa sesuatu, kami sama-sama melihat ke bawah!

“Aaaagggghhhh!”

“Kenapa kamu pegang kontolku?”

Kami berdua menanyakan pertanyaan yang sama tapi tidak ada yang bisa memberi jawabannya.

“Eh, dasar… kenapa kontol kamu membesar?”

“Eh, kontol kamu yang tegang duluan!”

Setelah itu kami berdua langsung saling membagi makian! Cowok ini benar-benar bego, masak ia gak tahu kalo lagi telanjang bersamaku.

“Astaga!” Aku baru menyadari kalo ini kamar Shaun. Keknya tadi pagi aku tidur di kasur milik cowok itu.

Aku malu sekali, sementara itu Titien, Naya dan Deya terus menerus menertawai kami yang masih kebingungan. Parahnya lagi, Deyara merekam kejadian itu dengan hape-nya…

“Aaahhhhhh!”

——


POV Titien

Wah beruntung sekali Doni punya pacar secantik ini.

Gadis yang aku kagumi masih tertidur pulas, tak menyadari kalo aku sudah dari tadi tidur disampingnya. Padahal sudah hampir jam delapan pagi… Naya sudah pergi dari ke kantor tadi diantar oleh Dickhead, sedangkan Ryno dan Deya baru saja selesai sarapan dan siap berangkat ke studio. Sedangkan si sleeping beautyini masih aja tidur dengan pulasnya.

“Princess…!”

Pulas sekali sampai ia gak dengar canda dan tawa kami yang sangat kuat waktu sarapan tadi. Padahal kami tertawa kuat-kuat sampai ngakak. Gimana tidak, baru sekarang suamiku mati kutu setelah diserang dengan candaan ala Deyara. Naya sendiri sampe hampir terlambat ke meeting pagi karena harus berjibaku menahan tawa. Aku juga masih tertawa-tawa sendiri seusai makan, membayangkan waktu mereka bangun dan sadar kalo lagi tidur bersama.

Terngiang lagi percakapan kami di meja makan…

“Kayaknya pagi ini ada yang kurang…”

“Iya, Shaun malu-malu, biasanya gak pake malu”

“Karena kemaluannya udah dielus-elus tadi pagi kali…”

“Hahahaha…!”

Shaun langsung terbatuk karena ulah mereka. Ia hanya mengambil makanan seadanya, mungkin seleranya sudah hilang.

“Tumben Kak Shaun gak mau makan? Udah kenyang sosis yah?”

“Hahaha…”

“Sosis apa, adanya pisang busuk yang sudah lembek, hahaha.” Akhirnya Shaun membalas. Ia ikutan tertawa.

“Minum susu dulu sana, kan sudah cape main pedang-pedangan?”

“Hahahaha”

“Tapi jujur ada satu yg aku heran dari kamu, waktu tidur kecil lembek, tapi waktu dipegang Ryno langsung tegang…” Naya turut meledek tunangannya.

“Eh Nay, sempat di cek gak, jangan-jangan sempat crot?”

“Hahaha…!”

“Eh, dari tadi aku terus yang diejek, padahal kamu tahu sendiri kan, yang datang ke kamarku telanjang itu Romeo!” Shaun membela diri.

“Sudahlah Dickhead. Semua orang sudah tahu kalo kamu biasa main dengan bencong, ingat gak Tien, Nay?” Ryno balas menyerang temannya.

“Hahaha iya yah!” Naya tertawa.

“Huh Shaun pernah?” Aku kaget, mungkin sekali sudah lupa.

“Kamu lupa yah sampe aku menang taruhan sampai dapat oral dari Naya?” Ryno mengingatkanku peristiwa itu. Deya sampe bingung mendengarnya.

“Astaga!”

“Aku ingat, menurut Kak Titien bencong itu wanita spesial, hahaha!” Naya kembali mengingatkanku.

“Aha… iya yah, ternyata Shaun ada bakat jadi maho!”

“Kamu lupa lagi kalo ia sempat minta dikocokin ke Edo?” Ryno terus mengingat masa lalu, sehingga Shaun makin tersudut.

“Hahaha”

“Dasar Shaun, ada bakat maho"

Shaun hanya bisa ikutan tertawa... ia gak bisa lagi membalas ledekan mereka. Bahkan makan pun hanya sedikit. Aku jadi kasihan melihatnya.

“Eh, tunggu. Pertanyaannya kenapa Ryno tidur disitu?” Aku bertanya.

“Kak Ryno aku paksa bangun pagi-pagi suruh pindah kamar…” Deya menjawabku.

“Astaga Deya kamu apain anak orang sampe linglung gitu” Aku langsung ingat kalo ia ke kamar Deya tadi malam.

“Eh bukan aku... tanya ke Cherry” Deya membela diri.

“Astaga, Cherry?” Kami semua kaget…

“Astaga Romeo, kamu apain Cherry? Ia masih perawan lho?” Shaun kayak gak terima.

“Astaga?” Aku melihat wajah Ryno kini berubah menjadi pucat karena gugup. Pasti ada apa-apanya, aku ingat sekali kelakuan suamiku.

Dasar Romeo bego-nya gak ilang-ilang… Aku menabok suamiku lagi, pura-pura gak tahu.

’Duhai Cherry, kau buat apa sampe Romeo jadi linglung seperti itu?’

Aku menutup tubuh telanjang gadis itu dengan selimut lalu membaringkan tubuhku disamping gadis itu. Cherry masih tidur dengan damai… wajahnya bercahaya, sementara segurat senyum membayang di wajah cantik itu. Tanganku gak tahan untuk membelai rambutnya.

Tak lama kemudian Cherry mulai membuka mata…

“Kak Titien…!” Ia menyapaku dengan wajah yang penuh dengan aura kedamaian.

“Mat pagi Cherry, apa kabar?”

“Eh udah terang kak, aku terlambat bangun yah?” Cherry melihat jam dinding.

“Kamu ngapain semalam sampai tertidur pulas gini?”

“Gak kok, aku tiduran aja!” Cherry mengatur rambutnya yang masih berantakan.

“Hahaha… Cher, ngaku aja. Aku sudah tahu kok!” Aku menatapnya, sementara Cherry kelihatan menatap keatas seakan mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam.

“Eh… astaga!” Ia langsung tahu. Cherry menutup wajahnya dengan telapak tangan, gaya khasnya kalo lagi malu.

“Aku gak nyangka kamu bisa senakal itu, Princess!”

“Uhhhuuhhhh… aku malu.. ahhh… Kak Titien tahu?” Cherry mengintip di balik jemarinya. Wajahnya merona kelihatan tambah menarik.

“Tahu apa?” Aku pura-pura bertanya.

“Eh.. gak kok!”

“Kalo gitu, terus ini apa?” Aku menyingkapkan selimut dan menunjuk ke cupang merah yang ada di toket kirinya. Cherry baru sadar kalo ia masih telanjang bulat.

“Astaga! ehh… aduhhhh…!” Cherry malu sekali.

“Hahaha… ngaku aja, Princess!” Aku memeluk gadis itu dengan erat dan memintanya menceritakan dengan sejujur-jujurnya.

“Tapi Kak!” Tatapan mata Cherry masih ada keraguan.

“Tenang aja, aku gak akan marah kok. Aku hanya penasaran apa yang sebenarnya terjadi.” Duh, beruntung sekali Romeo bisa mencicipi tubuh gadis yang ranum ini!

Akhirnya Cherry mengaku juga. Dengan polos ia menceritakan bagaimana Ryno masuk ke kamar diam-diam dan mulai mengrepenya waktu tidur. Dengan malu-malu ia juga menceritakan apa yang terjadi ketika Deyara memergoki mereka.

Setelah itu ia menceritakan bagaimana ia menantang cowok itu, dan dibuktikan dengan kehebatan Romeo yang telah membuat ia orgasme berkali-kali sampai kecapean. Tanpa menyembunyikan apapun Cherry memuji-muji onderdil suamiku yang menurutnya gak ada duanya di dunia.

“Aku jadi penasaran bagaimana Kak Titien bisa menghadapi Kak Ryno tiap malam?”

“Kalo itu sih rahasia dapur, hahaha. Makanya di kasih gilir ke adik ipar. Eh, sekarang tambah satu!” Aku main mata menggodanya.

“Jadi aku dijebak yah?”

“Bukannya kamu yang ngaku-ngaku adik ipar?”

“Astaga!” Cherry tepok jidat lagi. Ia tahu kalo aku bercanda.

“Hahaha!”

“Serius kak, Kak Titien gak marah kan?… aku minta maaf yah!”

“Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat!”

“Eh, apa itu kak?”

“Nanti aku bilang sebentar. Tapi kamu harus setuju dulu!”

“Iya Kak, aku setuju. Apapun yang Kak Titien suruh aku akan lakukan”

“Ok, deal?”

“Deal!” Cherry menjabat tanganku.

“Dasar Romeo, akhirnya semua adik iparnya sudah dicicipinya..!”

“Eh… iya, nakal banget Kak… harus dihukum tuh!” Cherry memanas-manasiku.

“Iya juga sih!”

“Hukum dia seberat-beratnya…”

“Iya, akan ku hukum dia semalaman tidur denganmu lagi!”

“Apa?” Cherry langsung teriak kaget…

“Hahaha... gimana, mau?”

“Aduh ampun kak, bisa-bisa aku gak bisa bangun lagi!”

“Hahaha!”

——

Satu jam kemudian kami semua sudah siap jalan.

“Ayo Shaun cepat!” Aku dan Cherry memanggil cowok itu supaya bergegas.

“Tumben cowok kok lama ganti baju”

“Eh Cherry udah tahu meledek yah?” Shaun yang baru keluar dari kamar langsung membalas.

“Hahaha maklum aja dia kan keluarga juga, adik ipar gitu” Aku menjawab ledekan Shaun sambil melirik ke Cherry.

“Kita mau kemana kak?” Cherry buru-buru mengalihkan cerita.

“Pasti kamu akan kaget, kita akan pergi ke Grand Canyon dan Hover Dam!” Aku menjawab pertanyaan Cherry.

“Apa gak kejauhan? Perjalanan kesana kan jauh sekali?” Keluh Shaun. Minggu lalu kita berenam sudah mengunjungi Grand Canyon lalu tour seharian disana.

“Kan waktu itu Cherry belum ada, jadi kita akan mengantarnya jalan!” Yang lalu kita pergi dengan Keia.

“Masak kita cuma bertiga?”

“Sebentar Naya akan ikut bersama kita…”

“Wah pasti capek enam jam pulang pergi hanya lihat lapisan batu” Shaun mengeluh, ia tahu kalo ia yang akan disuruh menyetir.

“Kali ini lain, ada hadiah khusus dari orang tua Naya, katanya servicedari salah satu Clientnya.” Aku menyampaikan kembali perkataan Naya tadi.

“Pantesan aku disuruh pake baju ini” penampilan cowok itu pake jeans dan kaos, terus rompi dan sandal gunung kelihatan sangat rapi untuk ukuran Shaun. Tumben, biasanya cuma pake sandal jempit dan celana basket.

Memang sih perjalanan ke dua tempat itu paling kurang ditempuh dalam waktu enam jam dengan mobil, tapi menurut Naya kita tidak berencana naik mobil.

“Eh kita naik apa sih?” Shaun bingung dengan arahnya, karena kita sudah memasuki sebuah di private airport, tepatnya di depan hangar.

“Tuh!” Aku menunjuk ke samping kanan...

“Astaga kak!”

“Wow keren!”

Kedua orang itu ternyata baru sekarang mengendarai helicopter!

Kedua orang itu sampe melongo melihat Naya sudah berada ditangga helicopter milik sebuah perusahan tour yang akan membawa kami.

“Titien, ayo naik!” Aku terkejut, ternyata orang tua Naya juga ikut dengan kami. Pantesan Shain disuruh rapi.

Mereka memeluk dan menciumku ketika naik ke tangga helikopter. Aku langsung basa-basi sejenak dengan kedua orang-tua angkatku. Lalu dengan ramahnya mereka mempersilahkan kami duduk saling berhadapan.

Aku juga memperkenalkan Cherry kepada kedua orang tua Naya. Gadis itu hampir mati kesenangan, sampai gak percaya keberuntungannya, bertemu dengan sosok pebisnis legendaris Indonesia. Ia menggunakan kesempatan tanya-tanya sebelum helicopter take-offmengantar kami ke dua tujuan wisata tersebut. Pake foto selfie lagi.

Di atas helikopter kami tidak banyak bicara karena agak bising. Sedangkan orang tua Naya juga cukup sibuk dengan gadget mereka. Namun demikian, sepanjang jalan tak henti-hentinya Cherry dan Shaun mengungkap kekaguman mereka dengan pemandangan di bawah. Suatu pengalaman yang pertama bagi mereka. Aku sih sudah pernah bersama Ryno di New York, biar baru sekali. Dan Naya pasti udah beberapa kali, kelihatan dari tingkahnya yang gak kampungan kayak dua orang ini.

Aku mulai berpikir-pikir skenario apa yang harus ku buat supaya orang tua Naya akan semakin kagum terhadap Shaun. Minggu lalu waktu mempersiapkan sarapan, Naya sempat berbicara kepadaku tentang keraguannya atas kemampuan Shaun. Mungkin aku bisa berbuat sesuatu didepan orang tuanya.

Naya sendiri agaknya masih belum yakin kalo Shaun bisa berhasil di tempat kerja. Memang sih tingkah lakunya sudah banyak berubah, terutama tidak lagi ngomong mesum sembarangan, dan mulai menggunakan tata krama. Tapi tetap aja kelakuan dari dulu tak berubah. Sukar bangun pagi, kurang mampu berkomunikasi, apalagi debat… padahal itu adalah tuntutan umum di dunia kerja. Mungkin aja Shaun banyak mengenal soal monyet dan habitatnya, tapi apa Shaun mampu mengkomunikasikannya?

“Apa dia bisa yah?” Pertanyaan Naya masih terngiang terus.

Waktu itu aku gak bisa menjawabnya, terpaksa aku memberikan jawaban klise. “Kamu harus melihat kelebihan Shaun, jangan pada kekurangannya aja.”

Naya langsung berpikir.

“Apa kelebihannya Shaun, Nay?” Aku bertanya supaya Naya mencarinya sendiri.

“Shaun gak bisa lihat cewek cantik, gak pake neko-neko langsung main selangkangan.” Naya tertawa.

“Hahaha, bilang aja kalo cowok mu itu mesum level dewa dan jago menggaet cewek"

“Haha… kalo itu benar-benar kelebihannya, Kak” Naya ikutan tertawa.

“Tuh kan!”

Tak lama kemudian kami berdiam lagi seakan banyak pikiran.

“Apa kak Titien yakin ia bisa mengendalikan nafsu?” Suatu pertanyaan lain.

“Gini Nay, aku jawab nanti yah?”

Sejak saat itu aku mencari-cari kesempatan untuk menjawab keraguan Naya tentang tunangannya di depan orang tuanya.

——

Helikopter itupun mendarat di titik pendaratan pertama, the eagle point grand canyon. Sebagaimana namanya, anjungan yang agak menjorok ini memungkinkan para tourist memandang dan memperkirakan luas grand canyon dari sudut tempat yang tinggi. Birdeye!

Kami berlima berada di beranda sewaan yang ada shade-nya sehingga tidak terlalu panas. Dasar orang kaya, maunya cari gampang, padahal harga sewanya cukup mahal. Tapi aku juga ngerti karena jalan dengan orang tua berbeda kecepatannya gak seperti jalan dengan teman sebaya.

Dan seperti sudah diatur, Disitu aku memulaikan narasiku sebagai tour guide. Orang tua Naya ikutan mendengar ketika aku menceritakan tentang ukuran dan topografi tempat itu serta lapisan-lapisan tanah yang kelihatan. Selain itu aku juga teori-teori terbentuknya grand canyon, termasuk dari sudut pandang evolusionists dan creationists.

Aku sengaja menonjolkan teori creationist—teori yang menyatakan kalo dunia ini diciptakan oleh Tuhan, karena aku ingin berdebat dengan Shaun.

Benar aja, sebagai seorang biologist yang dididik dalam aliran evolusi, Shaun menunjuk kepada bukti-bukti bahwa grand canyon tercipta dalam kurun waktu yang samgat lama... miliaran tahun. Shaun merujuk ke bukti erosi sungai colorado yang mengikis lapisan-2 tanah yang menurutnya berdasarkan periodik ratusan ribu tahun.

Sedangkan aku membantahnya dengan teori air bah sambil menunjuk kepada bukti-bukti alamiah bahwa erosi sebesar itu juga bisa terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan, melihat fosil pohon yang berdiri vertikal melewati beberapa lapisan tanah, serta endapan sungai yang berlawanan arah dengan muaranya.

Shaun makin terpancing berdebat dan terus mengadu argumen serta teori-teori pendukung, dan aku melayaninya selama hampir 15 menit. Begitu banyak fakta-fakta ilimah yang terungkap, sehingga debat kecil kami kelihatan sangat akademik. Untunglah cowok itu bersikap gentlemen dan tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan. Tapi dari penyampaiannya, jelas kelihatan daya logis dan kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi. Sampai-sampai Naya dan Cherry melongo mendengar perdebatan kami, dan bagaimana Shaun bisa mengimbangi bahkan membalas argumen aku.

Setelah merasa cukup, aku memandang Naya sambil berkata

“Gimana Nay? Kamu masih meragukan kemampuan tunanganmu ini? Aku sepanjang minggu belajar tentang hal ini dan ia mampu berdebat denganku on the spot!”

Shaun jadi kaget! Ia baru sadar kalo ini adalah bagian dari ujian.

“My hero!” Naya gak bisa lagi membendung kata hatinya.

Naya mencium cowok itu, wajahnya nampak kebanggaan yang tak terlukiskan. Sedangkan kedua orang tuanya hanya menatap dengan tersenyum. Mereka pasti kagum atas kemampuan Shaun.

——-

Tak lama kemudian kami kembali berada di atas helikopter yang menuju ke dam yang menyandang nama salah satu presiden Amerika yang cukup terkenal, Herbert Hoover.

Rencananya kami akan makan siang dulu di sebuah restoran di atas danau Mead, danau yang tercipta karena bendungan tersebut. Setelah makan barulah kami diantar ke Hoover Dam menggunakan taksi.

Kemegahan bendungan raksasa yang tingginya hampir 300 meter itu nanti tampak jelas setelah kami menginjakkan kaki diatasnya. Tadi dari ketinggian di atas helikopter tampak kecil, tetapi ternyata besar sekali. lebarnya aja hampir setengah kilo, terus ada empat terowongan air yang digunakan sebagai pembangkit listrik.

Seperti biasa mereka meminta aku menjelaskan mengenai keberadaan dam itu. Selain membandingkan jenis-jenis bendungan serta tujuan pendirian dam. Selain pembangkit listrik, dam ini juga digunakan oleh perusahan air sebagai tempat penampungan air tawar untuk disalurkan ke beberapa kota sekitar. Danau Mead kini menjadi salah satu tujuan wisata. Aku juga membahas mengenai bagaimana bendungan ini banyak menginspirasi pembuatan film alien, termasuk transformer.

Sebagai penutup, kembali aku membahas mengenai pro-kontra pembuatan dam yang bukan hanya menelan dana raksasa di masa resesi, tapi juga sempat menelan ratusan nyawa waktu pembuatan. Aku memberikan sedikit penekanan kepada efek lingkungan yang terjadi, khususnya karena memutuskan aliran sungai Colorado selama enam tahun.

Kali ini Shaun menyambung penjelasanku, dengan beberapa dampak ekologi, seperti hilangnya beberapa spesies ikan air tawar yang hidup di sungai Colorado, naiknya kadar garam sungai, serta berubahnya struktur endapan yang membawa perubahan signifikan pada lingkungan.

Kelihatan jelas kalo orang tua Naya mengangguk puas mendengar penjelasan dari Shaun. Akhirnya misiku berhasil juga, Naya sendiri datang dan berbisik di telingaku.

“Makasih banyak Kak Titien, aku lihat pandangan mama papa jadi lain terhadap Shaun!”

“No worries, Nay.”

“Kak Titien mau hadiah apa?”

“Eh gak usah”

“Tapi aku mau kasih hadiah… bilang aja apa, nanti Naya kasih!”

“Bener?” Aku menatapnya sambil tersenyum, lalu mengangkat tanganku serta menggoyangkan jariku seperti meremas sesuatu.

“Hahaha… asal gak disuruh pijat lagi!”

“Ok deh kalo gak boleh, kalo gitu Naya yang masak mulai besok yah!”

“Ihhhh…!” Naya tertawa lalu mencubitku. Ia tahu kalo aku cuma bercanda.

——-

Tak lama kemudian, helikopter yang kami tumpangi kembali mendarat di private airport di tengah kota Las Vegas. Untunglah pesawat itu berhenti tak jauh dari parkiran mobil kami.

“Titien, kamu disini dulu, papa dan mama mau bicara!” Ibu Naya menahanku sejenak waktu kami turun dari tangga.

“Eh, ada apa, Ma?”

“Kamu ada waktu sebentar?”

Aku mengangguk, gak mungkin kan aku menolak. Terpaksa aku ikutan ke mobil mereka untuk berbicara disana.

“Gini, Papa dan Mama mau kamu yang mengatur perkawinan Naya secepatnya.” Ibunya ngomong to the point.

“Oh… kapan?”

“Rencananya tiga atau empat bulan depan, kamu atur aja tanggal yang tepat. Keinginan kami kalo bisa Naya akan menikah di Los Angeles, dan setelah itu pesta lagi di Manado. Tolong kamu yang atur yah, tanya sendiri ke Naya dan Shaun kalo mau theme yang bagaimana.”

“Apa gak sebaiknya pake EO aja, Mama?”

“Mana ada EO yang sebaik kamu?” Ayah Naya langsung memotong.

“Maksudnya, terserah sih kalo kamu mau pake EO pun, tapi tetap aja mereka di bawah kamu.” Ibunya menjelaskan.

“Kamu mau kan?”

“Iya Mama Papa, pasti Titien akan buat yang terbaik!” Aku tersenyum. Mana bisa aku menolak?

Ayah dan Ibu Naya sempat memelukku kembali waktu berpisah. Mereka kembali menitip Naya kepadaku, dan menyuruhku datang berkunjung kerumah mereka week-end depan untuk membicarakan konsep perkawinan yang akan dipilih.

Ahhh… tambah lagi kesibukanku.

Setelah aku tiba di mobil, Naya dan Shaun langsung tanya-tanya. Naya penasaran apa yang diminta oleh Ayah dan Ibunya. Tapi aku gak mau bicara, ini akan jadi surprise bagi mereka.

Di mobil kembali kami membahas hasil perjalanan kami, terutama reaksi orang tuanya waktu mendengar Shaun ngomong tadi. Dan Naya memuji-muji cowok itu yang menurutnya telah mengalahkan aku waktu berdebat.

“Eh, tunggu dulu Nay, aku sengaja mengalah tadi supaya Shaun kelihatan hebat!” Aku meledeknya lagi.

“Dasar wanita yang gak mau kalah... sampe diranjang aja gak mau kalah!” Ujar Shaun membuat aku tersipu, Cherry serta Naya langsung menyambutnya dengan tertawa.

“Huh pikirannya cuma ranjang terus dasar Dickhead! Kontol aja yang besar, tapi digoyang sedikit langsung ngecrot!” Aku balas ejekannya.

“Eh! Kamu mau aku buat terkentut-kantut lagi kayak kemarin?” Shaun gak mau kalah, ego laki-lakinya naik lagi.

“Hush sudah-sudah... kalo kalian mau berantem, nanti sebentar aja di tempat tidur!” Naya memelukku sambil tertawa-tawa. Terpaksa aku hanya diam...

Ihhh malu sekali diledek di depan Cherry yang lagi senyum-senyum.

Dasar Dickhead!

—-

“Nay, ikut aku dong kita pergi belanja sebentar” Aku memanggil gadis itu keluar, sehingga praktisnya hanya Cherry dan Shaun di apartemen.

“Iya kak!” Naya bergegas ikut denganku. Kami hanya jalan kaki aja, karena tempat yang dituju cuma dekat.

Sementara memilih barang belanjaan, aku mengambil telpon dan telpon ke Cherry. Sengaja aku menjauh supaya tidak terdengar oleh Naya.

Benar aja, setelah ku sampaikan keinginanku, Cherry langsung protes.

“Astaga kak? Apa harus begitu?” Terdengar suaranya yang panik mendengar permintaanku.

“Iya, kamu sudah janji tadi pagi kan?” Aku menuntut.

“Tapi kak?”

“Udah, gak ada alasan. Kamu harus melaksanakannya, Princess. Kamu sudah janji…”

“Aku malu kak…”

“Makanya aku sengaja biarkan kalian berdua aja di apartemen. Ato kamu mau kami nonton?”

“Yah… cape deh. Terus Kak! aku harus bilang apa?”

“Bilang aja kamu rela ia perawani, biarkan cowok itu pikir kamu masih perawan…”

“Tapi, Kak! Cara mulainya gimana?” Ia masih gugup.

“Langsung aja pergi didepan dia, lalu putar musik terus striptease. Pasti ia langsung respons kok!” Aku mengingat kenakalan ku dulu.

“Eh, tapi? Kalo ia gak mau?”

“Kalo Dickhead gak mau, itu artinya kamu lolos dari hukuman!”

“Jadi sekarang kak?” Cherry masih ragu.

“Boleh aja… atau kalu kamu mau, aku kasih 15 menit kamu siap-siap!”

“Apa harus cara itu, kak?”

“Iya, kalo tidak aku tak akan maafkan, titik!”

“Iya deh, Kak…” Cherry menyerah.

Sekarang tinggal Naya yang perlu dibilangin.

——

Skip… skip…

“Jadi ingat yah, jangan berisik… kita masuk pelan-pelan lalu ngintip!” Aku memberikan instruksi kepada Naya. Ia sangat bersemangat mendengar rencanaku.

Kami membuka pintu depan pelan-pelan supaya tidak bersuara. Selanjutnya pintu kamar. Benar aja, Cherry sudah siap.

“Ssstttt!”

Tak lama kemudian terdengar suatu lagu romantis yang diputar, membuat Shaun terpana. Ia makin kaget melihat seorang gadis cantik lagi melenggak-lenggokkan tubuhnya dengan seksi didepannya. Dan tubuh yang sempurna itu kini hanya berbalut pakaian yang minim.

Dari celah pintu kami melihat bagaimana Shaun sementara duduk di tempat tidur menatap kearah Cherry yang mulai striping Lagu romantis, Shaun duduk di kursi… Cherry lagi stripping didepannya, goyangannya sangat membangkitkan gairah sehigga cowok itu hanya bisa menatapnya terpana.

Sementara Cherry menari, Shaun perlahan-lahan membuka celana basketnya, lalu mengekuarkan kontolnya yang sudah tegang.

Chery hanya tersenyum, tanpa memperdulikan bahaya ia makin semangat. Gerakannya sangat erotis membuat cowok itu cenat-cenut. Shaun udah gak tahan…

Ketika Shaun hendak berdiri mendekat, Cherry menahan tubuh cowok itu dengan kakinya. Menyuruh Shaun duduk kembali… seksi banget. Begitu terjadi beberapa kali…

Tubuh Cherry yang tinggal mengenakan sepotong kain berbentuk segitiga tak dapat menyembunyikan pesonanya. Gundukan dada yang disajikan memang gak sebesar milik aku, tapi tampak padat dan bulat. Sementara pinggul itu masih terus bermain.

Shaun benar-benar gak tahan, tanpa dapat dicegah lagi cowok itu langsung berdiri lalu menangkap tubuh indah itu serta melemparkannya di tempat tidur.

“Aduh… pelan-pelan dong!” Cherry mengeluh dengan manja, di tempat tidur ia justru menunjukan suatu pose yang menantang.

Dengan bergegas Shaun membuka kaosnya, serta tubuh kekar cowok itu langsung naik keatas gadis itu dan menindihnya. Dengan cepat mulutnya dilabuhkan di atas bongkahan dada, tepat di sebua aerola kecil yang berwarna merah muda yang sudah tegak menantang.

Pastilah setelah striptease, Cherry juga udah terangsang.

Aku dan Naya hanya bisa menahan nafas melihat percumbuan yang panas… dan Shaun dengan ganasnya menjilat dan menciumi tubuh telanjang yang sudah ada didepan matanya.

Permainan yang benar-benar panas.

Tak lama kemudian mereka berdua saling mengisap, mengunci dan membelai. Dan dengan tergesa-gesa kedua tangan cowok itu menyusur tubuh ramping milik gadis itu, dan terus kebawah mencari buka sepotong kain penutup tubuh. Dan dengan cekatan, cowok itu bergerak efektif menelanjangi tubuh putih dan mulus.

“Ahhh… nakal” Gadis itu makin binal aja.

Cukup lama Shaun merenggangkan paha gadis itu untuk dapat melihat dengan jelas apa yang tersimpan di selangkangannya. Dan kembali cowok itu dibuat kagum dengan bentuknya.

“Heh, Dickhead… jangan!” Cherry terlihat malu, tapi ia membiarkan cowok itu mencium belahan kecil di bawah sana.

“Aduhhh… ahhh!” Dengan segera mulut dan lidah Shaun memanjakan libido gadis itu. Ternyata tubuhnya sangat sensitif dan mudah sekali dirangsang. Tubuh Cherry makin apik meliuk dengan indahnya menahan geli. Pasti ia sudah merasakan teknik oral Shaun yang melegenda.

Genap sudah…Aku, Naya, Deya, dan sekarang Cherry… Enaknya jadi cowok ganteng dan macho.

Cherry membalas, ia menggenggam kontol yang sudah sangat tegang itu lalu mengocoknya sedikit. Tak lama kemudian Cherri sudah terbaring merintih, ketika Shaun balas meraba memiau gadis dari luar.

Shaun gak puas hanya meraba, kali ini ia sudah membuka lebar selangkangan gadis itu. Setelah memperhatikan dengan seksama, ia langsung menyerang dengan mulutnya. Lidah dan bibir itu dengan ahlinya menyeruput seakan mengisap habis semua lendir yang keluar, dan jarinya menggesek di klitoris. Gadis itu diserang dengan buasnya. Mana tahan?

“Aduh Shaun… terus... ahhhh!” Cherry keenakan dengan teknik oral cowok itu. Shaun memang jagoannya memuaskan wanita.

Benar aja, tak lama kemudian Cherry udah mau menyerah. Pinggulnya bergerak-gerak, seakan menari dengan indah.

“Dickhead… ayo… cepat, masukin!”

“Masukin apa sayang?”

“Masukin kontolmu disitu?” Cherry udah gak tahan.

“Tapi kamu kan masih perawan?”

“Gak apa-apa, masukan aja”

“Tapi nanti kamu gak perawan lagi"

“Aku rela kasih perawan ku untuk kamu” Cherry gak mampu berpikir lagi. Apa pun akan dibuatnya agar bisa merasakan kontol dewa itu.

“Aku gak bisa Cher”

“Tapi Shaun, aku mau banget, aku gak peduli” Cherry sudah pasrah, ia berbaring dengan posisi menantang, sehingga Shaun harus memalingkan muka.

“Maaf Cher, aku juga udah nafsu tapi aku gak bisa. kita main oral aja yah!”

“Gak mau!” Cherry masih menuntut.

“Maaf Cher, aku gak bisa. Memang aku mesum, tapi aku tidak akan merusakkan seorang gadis” Kata-kata Shaun membuat Naya mengeluarkan air mata.

“Tapi aku gak tahan lagi”

“Ini aku jilatin aja yah?” Shaun menolak ML. Dan akhirnya ia pun memberikan oral terbaiknya kepada gadis yang sudah pasrah itu.

Lidah dan jari Shaun menari dengan lincahnya diatas gundukan kecil sambil mengobel-ngobel selaput luarnya. Shan memang jagoan.

Aku teringat kembali betapa ganasnya serangan lidah dan jari cowok itu, yang telah berulang kali sukses mengantar aku ke puncak kenikmatan.

Cherry makin merintih... malah pake jeritan kecil yang seirama dengan kobelan dua jari cowok itu, sementara itu mulutnya mengisap dengan kuat, menyeruput cairan cinta yang keluar malu-malu.

“Aduh Dickhead!!! Aaahhh”

Tubuh gadis itu mulai menegang, sampai gemetaran menahan geli. Dada dan lehernya sudah berputar kekana dan kekiri mencari jalan keluar, tapi dekapan tangan Shaun di paha yang sudah terpentang lebar tak mampu ia gerakan.

“Aaarrrrggghhh!”

Perut rata dan indah milih Cherry berkelojotan ketika memprokamasikan orgasmenya. Sementara tubuhnya kelihatan melengkung ketika ia mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Sungguh panas… setelah itu tubuhnya lunglai kelelahan dan terjatuh ditempat tidur.

“Plok plok plok… wah mantap sekali dramanya” Aku dan Naya masuk kekamar itu sambil tepuk tangan. Benar-benar suatu show yang sangat berkualitas.

“Kak?” Suara Cherry terdengar pelan.

“Dickhead, ngapain sih?” Naya menertawakan cowoknya, tapi kemudian memeluk cowok itu dengan mesra. Shaun masih aja menyembunyikan tubuhnya yang telanjang bulat pake selimut. Tapi Naya tak perduli.

“Maaf Nay, kamu ngintip dari tadi?”

“Iya, aku sampai cemburu lho. Tapi gak apa-apa, kamu hebat!” Naya memujinya lagi.

“Gimana Nay, hebat kan cowokmu, biar udah nafsu banget tetap aja gak mau merusak anak orang.” Aku menyadarkan Naya kalo yang tadi itu hanya rekayasa.

“Iya, aku bangga lho Dickhead.”

Kami masih diam sejenak, memberikan kesempatan kepada Shaun dan Cherry mengumpulkan tenaga.

“Eh, tunggu. Dickhead, masih kentang yah?”

“Hahaha... Dickhead masih stress dikentangin Kak Ryno tadi subuh!” Ledek Cherry yang juga sudah menutup diri pake selimut.

Mau gak mau aku jadi tertawa mendengarnya.

“Mau ku panggilkan Ryno? supaya gak kentang lagi?” Tanya aku. Mendengarnya langsung aja kontol Shaun jadi loyo.

“Eh.. gak! Mending aku self service aja…”

“Dasar cowok maho, dikasih cewek cantik, malah pilih coli..” Aku meledeknya lagi.

“Dasar bego, dia pikir Cherry masih perawan.” Naya keceplos.

“Mana ada perawan yang bisa striptease sehebat ini. Cherry udah mau beneran, eh Shaun yang gak berani. Hahaha…”

Coba kalo Ryno, pasti udah disikat… kayak tadi malam…”

“Kak Titien… Ihhh!” Cherry teriak, ia memotong supaya aku jangan membocorkan kejadian tadi malam.

“Hahaha… Jadi tadi malam Romeo udah em el dengan Cherry yah? Dasar Romeo, semua adik iparnya dihajar!”

“Jadi Cherry udah gak segel?” Shaun kebingungan.

“Dasar bego!”

“Hahaha…!”

“Tapi kan kemarin…” Shaun protes lagi.

“Iya, aku sengaja bilang begitu supaya gak diganggu!”

“Astaga!” Shaun memukul jidatnya baru sadar.

“Tuh kan!”

“Hahaha!” Cherry langsung ngakak.

“Kamu sih gak bilang-bilang! Kamu sendiri kan yang rugi, gak merasakan senjataku.” Shaun berpaling ke Cherry.

“Ih… maunya! Udah nikmati aja kentang mu!” Cherry balas meledek.

“Benar kamu gak mau? Kan masih ada waktu, kita masih bisa main sekarang!” Shaun menawarkan gadis itu.

“Enggak…”

“Benar, kamu gak mau rasa kontol besar?” Shaun keluar dari selimut dan memamerkan kontolnya didepan gadis itu.

“Hahaha… ukuran aja yang besar, digoyang dikit langsung ngecrot, iya kan Kak?” Cherry balas meledek. Nakal juga cewek itu… Apa gak belajar dari pengalaman tadi malam?

“Apa?” Shaun kaget.

“Hahaha…!” Kami tertawa lagi.

“Aku akan buat kamu tiga kali orgasme dalam 10 menit” Sesumbar cowok itu.

“Aha… adanya kamu yang ngecrot duluan kalo aku goyang!” Cherry benar-benar membuat ego cowok itu terpancing.

“Eh?”

“Kamu lihat sendiri kan Nay, cewek itu yang menantangku.” Shaun berbalik.

“Jadi kamu mau apa?” Naya tahu sekali kalo pacarnya gak mau kalah.

Tapi Shaun makin nekad, ia mendekat ke arah Cherry lalu menyibakkan selimutnya.

“Eh, jangan…! Ada kak Naya” Cherry mengelak menjauh.

“Dickhead, mau ngapain?” Tanya Naya.

“Buat ia tahu kehebatanku di ranjang!” Kata Shaun bernafsu.

Cherry langsung tertawa tapi kini berlindung di belakang Naya

“Gimana Kak Tien, kita kasih aja kesempatan ia main dengan Shaun?” Naya bertanya kepadaku.

“Terserah kamu Nay, kita lihat apa benar Dickhead bisa mengatasi liarnya goyangan Princess”

“Eh?” Cherry kaget.

“Ok deh…!” Naya pura-pura setuju.

“Eh, Kak… tunggu, Kak Titien Bilang tadi kalo Shaun gak mau, aku bebas” Cherry langsung protes.

“Iya, tapi kamu lupa yah. Deal-nya kan harus buat Shaun ngecrot! Dia kan masih kentang.” Aku mendesaknya.

“Berarti gak harus ML kan?”

“Terserah kamu!”

——

“Dickhead, masih lama?”

Cherry mengocok kontol cowok itu dengan tangannya yang lembut. Shaun balas mengrepe gadis yang masih telanjang itu. Sedangkan aku dan Naya memperhatikan mereka dari dekat.

“Sudah kubilang, aku susah nge-crot kalo cuma pake tangan!”

“Eh, masak harus oral!” Cherry stress. Ia menatapku minta perlindungan.

Aku mendekatinya dan berbisik… Cherry nyengir mengiyakan rencanaku. Aku juga berbisik ke Naya yang ikutan nyengir mendengarnya.

“Dickhead, Cherry gak mau oral kalo kontolmu tidak dibotakin dulu, rambutnya terlalu rimbun bikin rasa gak enak di hidung!”

“Eh jangan…”

“Yah kalo gitu selamat menikmati kentang goreng kamu… Yuk Cher!” Aku pura-pura memanggil gadis itu dan membebaskannya dari hukuman.

“Eh tunggu…”

“Kamu mau?”

“Aku bersedia dibotakin, tapi harus ngentot. Masak cuma nyempong aja? Rugi dong!” Tawar Shaun.

“Eh, aku gak mau!” Jawab Cherry.

“Gini aja, Kamu oral dia selama lina menit, kalo belum keluar terpaksa harus ML, gimana?”

“Ok, iya…”

“Ok, deal” Keduanya setuju.

Dengan cepat aku mengambil gunting dan cukur kumis milik cowok itu. Ia melirik dengan pandangan yang setengah hati, seakan enggan berpisah dari gumpalan rambut yang sudah lama menghiasi kejantanannya. Apa kontolnya masih kelihatan garang yah kalo dibotakin?

“Gimana Dickhead, siap?”

Shaun kelihatan ragu, ia melirik aku dan Naya, dan ketika ia melihat Cherry, cewek itu mengeluarkan lidah meledeknya!

“Botakin aja!” Shaun pasrah.

Aku mulai bekerja menggunduli hutan rimba yang sangat rimbun. Cherry hanya senyum-senyum melihat hasil perbuatanku. Ia berbisik kepadaku dan kami cekikikan karena lucu. Sementara itu Shaun yang tidur membiarkan senjatanya digundulin.

“Eh, masih lama?”

“Gak, dua menit lagi… Aku ada sisain rambut sedikit, yah!”

“Terserah kamu lah!”

Naya langsung mendekat, dan berbicara dengan Shaun, sengaja mengalihkan perhatian cowok itu. Tak lama kemudian mereka berdua sudah saling berciuman. Mereka sudah melupakan kami.

Diam-diam Cherry beranjak dan segera mengenakan kembali pakaiannya satu per satu. Mumpung Shaun gak lihat. Begitu selesai, aku menarik tangan Cherry keluar dari kamar cowok itu dengan mengendap-endap.

“Barang-barangmu sudah siap?” Aku bertanya begitu keluar kamar.

“Sudah kak, semuanya sudah dipak!”

Cherry mengambil koper dari kamarnya, sementara aku mengambil sesuatu di kamar.

“Ini untuk kamu, dari Naya!” Aku memberikan sebuah tas merek Michael Kors kepada gadis itu, hadiah dari adik angkatku.

“Wah, keren sekali… terima kasih banyak yah kak, bilangin Kak Naya, yah!”

“Iya, jangan lupa telpon kami kalo sudah di sampai!”

“Iya kak”

Kami berdua kembali tertawa ketika sudah lolos di pintu luar, dan segera pergi ke halaman sambil membawa koper milik cewek itu. Kami membayangkan cowok itu merasakan kembali krupuk kentangnya.

Aldo sudah menunggu Cherry di sana.

Yah, Cherry akan nginap di tempat Aldo malam ini, karena subuh sudah akan berangkat bersama teman-temannya kembali ke Toronto. Ia akan nginap bersama Juwita bersama beberapa gadis lain di rumah Aldo, yang menjadi base-camp mereka.

Masih di mobil, Naya sudah keluar dan sempat pamitan dengan Cherry.

“Kak Nay, makasih banyak untuk semuanya, yah!.” Cherry memeluk gadis pebisnis itu erat-erat. Mereka sempat bisik-bisik kecil.

“Cher, nanti kalo ada waktu, kamu jalan-jalan lagi ke Los Angeles yah?” Kata Naya.mengundangnya kembali.

“Makasih Kak, salam buat Shaun!”

“Hahaha.. beres!”

“Good bye, Princess.”

—-

Empat jam kemudian

Malam itu sebelum jam 10, Ryno dan Deya pulang dari konser hari ketiganya. Ryno kelihatan agak capek, mungkin kurang tidur.

“Sayang baru pulang” Aku menyambutnya di kamar

“Iya capek banget.” Ia cepat ganti baju, yang sudah aku siapkan.

“Aku ada hadiah untuk kamu di kamar, tapi harus tutup mata yah?” Aku menggodanya setelah baca sms dari Naya di kamar sebelah.

“Apa itu?”

“Udah gak usah tanya-tanya, pasti kamu mau” Aku tersenyum supaya ia gak banyak tanya-tanya.

“Ok deh”

Aku menutup matanya dengan sepotong kain. Setelah itu aku menuntunnta keluar kamar.

“Jangan bersuara yah, sini ikut aku!” Aku menarik tangan Ryno.

Ia pasti tanya-tanya ketika aku membuka pintu masuk kamar Naya. Deya dan Naya melihat kami dan mengikuti kami pelan-pelan dari belakang.

“Oke, selamat menikmati surprisenya”

Ryno membuka penutup matanya, matanya segera terfokus pada benda yang berada didepan. Masih remang-remang sih, belum kelihatan jelas.

“Klik” Deyara memasang lampu supaya ruangan ini langsung terang benderang.

“Astaga... hahaha!” Aku tertawa kuat.

Di depan kami, tepatnya di atas tempat tidur, Dickhead terbaring terlentang. Ia tidur telanjang bulan dan kontolnya yang masih loyo terkapar kesamping. Tapi bukan itu penyebab ia tertawa.

“Dickhead maha jembut mu?”

Ryno melihat lebih dekat.

“Astaga, kamu gunting berbentuk hati?”

“Hahahaha”

Naya dan Deya ikutan tertawa, dari tadi udah tahan-tahan.

“Eh kenap kalian disini, ganggu orang tidur aja!”

“Apa yang terjadi dengan jembutmu? Siapa yang gunting?” Ryno menyocir pertanyaan bertubi-tubi.

“Tuh kan Dickhead, Romeo gak terima!”

“Hahaha!”

“Enak aja!” Ryno protes.

“Sudah-sudah, pertunjukan selesai. Udah waktunya pemilik kontol yang cute ini tidur!” Tambahku

“Hahaha”

——
 
Terakhir diubah:
Akhirnya updated jga, makasih suhu..
Cherry bener" liar yah, kasian shaun gk sempet ngerasain jepitan memiaw nya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd