Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Pemeran dalam episode ini:

Cherry


Melania (Nia)


Keia


Doni


Mr. Logan


Titien


Ryn0


Shaun


Brenda


Deyara


Rivaldo


Devi


Deni
 
Terakhir diubah:

Episode 10 – The aftermath trick




POV Cherry


Sementara itu, ditempat yang lain, hampir beberapa jam sebelumnya…


“Nia! Kenapa kamu…” Gadis itu hanya terpaku menatapku. Jelas dari wajahnya terbayang sebuah kabar buruk.


“Kak… Kak Doni…!” Suara Nia terbata-bata. Sekilas air mata menumpuk di pelupuk mata, siap untuk jatuh kapan saja.


“Eh? Ada apa?” Aku terkejut. Ini suatu hal yang tak ku sangka.


“Kak Doni kecelakaan, masih belum sadar di ICU!” Akhirnya kata-kata Nia keluar juga.


Mendengar Doni kecelakaan dengan segera jantungku langsung dag dug. Doni… pacarku yang sangat aku sayangi…. Serta merta aku melupakan segala sesuatu dan memeluk Nia erat.


“Kamu main-main?”


“Astaga Kak? Mana aku berani bermain dengan persoalan kayak gini…”


“Cepat bawa aku ke sana!”


Padahal sudah beberapa hari ini aku sengaja menghindar. Sudah puluhan kali ia sms dan meneleponku, tapi terus ku abaikan. Bukan karena aku membencinya… tidak, Doni tidak salah. Justru yang salah itu aku… telah mengkhianati cintaku. Aku ingin menyendiri untuk menenangkan hati, tapi justru kabar ini membuat aku tak bisa tenang…


“Kak Doni ditabrak mobil kemarin… motornya hancur. Ia luka parah, mujur keburu dilarikan ke rumah sakit. Sampai sekarang belum sadar, semua keluarga lagi dijauh, mungkin sebentar baru tiba.” Kata-kata Nia menyadarkanku. Doni harus menghadapinya sendiri… dan orang yang dicintainya justru menghilang tanpa kabar.


Gocar yang kami kendarai dengan cepat meliuk diantara kemacetan kota Manado. Dari tadi ia terus melewati mobil karena desakanku. Nia sampai ketakutan, tapi aku belum puas dan terus menyuruh ia ngebut.


“Siapa yang menemani dia di sana?”


“Ada Keia, Kak” Nia menjawab.


Aku segera menelpon Keia menanyakan keadaan Doni. Cukup lama tidak diangkat, tapi kemudian merasa lega setelah mendengar suara gadis itu .


“Halloo”


“Keia, gimana kak Doni?” Tanpa basa-basi aku langsung tanya.


“Dia masih koma… kondisinya stabil tapi belum sadar. Kak Cherry lagi di mana?” Nia memberikan garis besar keadaannya.

“Aku lagi di jalan bersama Nia, gak lama lagi sudah tiba. Kami langsung ke ICU!”


“Eh, tunggu Kak. Tadi pagi Dokter sudah suruh di rawat langsung di rumah, karena sudah stabil. Ada perawat yang ikut. Soalnya semua kamar penuh… jadi mendingan di rumah aja.” Nia menjelaskan.


Aku jadi kaget dengan penjelasan Nia, tapi baguslah. Artinya Doni tidak kritis lagi. Segera aku menyuruh sopir membawa kami ke rumah kos milik Titien, tempat Doni tinggal.


Benar aja, begitu tiba aku melihat Keia sudah menunggu kami di pintu masuk. Gadis cantik itu terus menghambur memelukku sambil terisak.


“Kak Doni, Kak….” Keia terus menangis…


“Kenapa?” Aku jagi makin deg-degan mendengar kata-katanya.


“Ia terus panggil-panggil nama Kakak, tapi gak mau bangun…”


Aku makin tegang.


“Ayo kita ke kamarnya!” Aku masih ngos-ngosan. Nia mengambil air minun dan disuruh minum dulu.


“Apa ini?” Aku menghabiskan minuman jus warna merah itu sampai habis. Rasanya aneh…


“Itu kak, Jus buah merah dari Papua!”


Kami terus menaiki tangga sampai ke lantai ke tiga. Walau sudah tak terhitung banyakknya aku datang ke tempat ini, tetap saja aku merasa tegang.


“Krieeekkkk!” aku membuka pintu kamarnya.


Kamar Doni diatur agak gelap dan dingin, ditengahnya terdapat tempat tidur besar. Aku masuk kedalam dan mendapati Doni masih terbaring tidur. Tubuhnya ditutupi selimut.


Masih gak berubah. Kecuali sekarang ada infus yang digantung di samping kiri tempat tidur, dan tabung gas di sisi yang lain. Diatasnya ada wadah berbentuk gelas berisi air yang terus mengeluarkan gelembung-gelembung udara tepat diatasnya. Selang kecil itu bermuara di lubang hidung Doni.


Kemudian ada juga beberapa kabel dari tubuh Doni menuju ke laptop yang diatas meja, menuajukkan detak jantung dan tekanan darah..


‘Astaga…’ Aku tercekat… ‘Ternyata Doni sudah separah ini…’


“Kenapa kalian baru bilang waktu dia sudah parah sekali?” Pertanyaan yang aku sendiri tahu jawabannya.


“Kak… tolong jaga yah! Gentian dulu..”


“Eh, mau ke mana?” Aku bertanya ketika Nia dan Keia mohon pamit sebentar.

“Makan dulu… kakak jangan kemana-mana yah!”


“Iya…” Aku jadi gugup. Kayaknya mereka sengaja membiarkan aku sendiri. Ngerti juga…


Nia dan Keia langsung keluar sambil mengunci pintu… Keia malah sempat tersenyum sambil memberikan tanda 3 jari. ‘Dasar…”


-----


“Sayang… aku minta maaf yah! Kamu ga salah apa-apa… aku yang jahat ke kamu. Malah sengaja menjauh… aku janji aku gak akan pergi lagi…”


Aku menangis tersedu-sedu. Aku merasa menjadi kekasih yang tidak setia kepadanya. Tangisanku penuh dengan permohonan maaf ke Doni. Tapi ia diam aja…


“Ganteng, aku masih cinta kamu kok. Tak ada orang yang mampu menganti posisimu di hati ku!” Aku mengeluarkan isi hatiku.


Tak diragukan lagi, aku memang mencintainya. Aku terus membelai wajah dan tubuhnya. Malah berulang kali aku mencium pipi dan dahinya.


“Aku janji akan terus mencintai mu sampai kapanpun… walaupun kamu ngeseks dengan cewek-cewek lain, aku gak perduli. Yang penting bisa dapat hati kamu, aku rela…” Aku terus membisikan kata-kata mesra.


“Beneran?”


“Eh?”


Doni buka mata…


“Yang kamu bilang tadi itu beneran?” Doni melepaskan selang di hidung dan infus di lengannya, ternyata hanya di tempel begitu..


“Astaga?” Aku menutup mukaku. Aku bingung mesti bahagia ato malu… Doni sudah sadar.


“Kamu gak senang aku sadar?” Doni tertawa.


Aku langsung tahu…


“Astaga aku dikerjain!”


“Tapi yang kamu bilang tadi bener kan?” Doni nyengir lebar. Aku malu sekali.


“Ihhhh… jelek. Teganya kamu bikin stress orang kayak gini…” Aku mulai mencubit Doni…


“Hahaha… udah, ampun. Sakit dong…”


“Ihhh gemes aku lihat kamu gitu…” Tangan ku tak hentinya mencubit perut cowok ganteng itu. Sedangkan Doni hanya terus teriak kesakitan. Rasain!


Eh apa itu? Tanganku kesenggol batangnya yang udah berdiri dari tadi.


“Doni… ihhh mesum…”


Doni cuma tertawa-tawa. Ia bangkit lalu memeluk aku serta mencium bibirku sampai aku kelabakan…


“Ihhh… gak mau… harusnya kamu yang jemput aku pulang, gak kayak gini!” Aku terus merajuk dan pura-pura marah


Ketika tanganku lolos, aku langsung lari ke pintu pergi ke pintu.


“Eh?”


“Kenapa?”


“Pintunya di kunci… Keia? Nia buka pintu…


“Hahaha… kayaknya mereka sengaja jebak kita disini… cantik!”


“Sampai kapan kita terkurung?” Aku bertanya.


“Sampai besok pagi.”


“Ihhhhh…” Aku tertawa. Aku langsung mengetahui maksud mereka menjebak ku disini.


“Kenapa takut?” Doni menyerigai.


“Iya takut kamu perkosa…” Aku pura-pura lari.


“Apa gak kebalik?”


“Eh? Maksudnya?”


“Hahaha… udah, gak usah jual mahal, palingan dikit lagi kamu perkosa aku…”


Aku hanya diam. Apa maksudnya kata-kata Doni tadi.


Kemudian aku mulai merasakan tubuhnya ada perasaan lain… entah kenapa ia terangsang, tubuhnya mulai menuntut pelampiasan.


“Eh? Kamu cercoki aku pake perangsang? Doni…. Ihhhhh!” Aku ngambek.


“Udah, gak usah jaim lagi. Sini aku puaskan…”


“Astaga….” Aku hanya bisa tertawa kecil.


Aku masih terus tertawa ketika pakaian ku dilucuti satu persatu, dan tubuhku dibaringkan di atas tempat tidur.


“Kenapa senyum-senyum? Doni mulai mengangkangkan kaki ku… dan melihat kepada miliknya yang sudah lama tak dikunjungi.


“Kok bisanya aku dibodohi seperti ini.”


“Kamu tahu kan waktu jadi pacarku aku gak akan pernah membiarkan kamu pergi begitu aja!”


“Iya.. iya… pake gombal lagi segala.”


“Hehehe… tadi ada orang panggil aku ganteng lho!” Doni tersenyum lagi menikmati kemenangannya.


“Ahhh” Tubuh Doni pelan-pelan, senjatanya langsung masukan… gak sabar banget


“Eh, tunggu…!” Aku teriak, tapi Doni terus memompa… tak perduli dengan penolakan kecilku.


“Dibilangin pelan-pelan… tuh kan“ Aku mendesah.


“Udah diam aja… kalo perlu jangan terlalu mendesah.” Suatu hal yang sukar dilakukan. Tubuhku sudah terbuai dalam birahi yang kuat, dan tak lama lagi aku akan mendapatkan orgasme pertamaku.


“Kenapa?”


“Karena dua anak nakal itu lagi menonton kita lewat cctv.”


“Astaga… eh jangan…” Aku baru sadar.


“Udah, aku gak bisa menolak. Ini bagian dari dari deal kok… kita kasih show yang terbaik yah hingga mereka termehek-mehek…” Doni terus memompa, makin cepat.


“Ahhhhhh…..!” Aku kembali orgasme. Doni sangat mengerti apa mauku. Lagi pula kontol ini sangat mengenal lekak-lekuk liangnya.


Aku mencoba menutup mulut menahan teriakanku, tapi tubuhku tak mau berkompromi. Pinggulku sampai terangkat melengkung tinggi dengan indahnya sambil berkelojotan dengan kuat, dan berakhir dengan kejang-kejang akibat kontraksi.


“Mantap kak!” Aku mendengar suara ribut dua gadis yang memberi semangat. Mereka malah sampai bertepuk tangan seakan menikmati tontonan gratis.


“Ihhhh…” Aku malu sekali.


----


POV Author


Mr Logan sengaja bersembunyi di dekat pintu. Ia sudah terkepung, tak ada tempat lagi ia bisa lari menyelamatkan diri. Setelah membunuh Kevin, ia dapat lolos. Tapi kini tembakan mereka bukan lagi mengarah ke kaki. Logan mengerti tujuan mereka bukan lagi untuk menangkap… tetapi mengeksekusinya.


Ia terjebak di dekat pintu kamar, dan hanya mengharapkan mujizat yang bisa membuat ia lolos.


Sayup-sayup terdengar ada orang membuka kunci pintu dari dalam. Ia telah siap…


“Krieekkkkk!” Bunyi pintu terbuka.


Ryno hanya bisa memandang dengan horror ketika Titien membuka pintu…. Suatu sosok pria berbadan besar menghalangi jalan Titien. Dan pria itu memegang senjata… ia segera menutup kembali pintu dan menguncinya dari dalam.


Titien terkejut… bagaikan bertemu dengan binatang buas ia bergidik mendapati musuh besarnya sudah berada didepan.


“Mr Logan…” Suaranya terpatah-patah…


“Hahaha…”


“Brukkk!” Begitu masuk Mr. Logan kembali menutup pintu kuat-kuat dan menguncinya. Untung ia cepat, beberapa buah tembakan hampir mengenainya. Tampak orang-orang yang diluar marah sekali dan berusaha membuka pintu.


Kini ia tinggal berurusan dengan orang yang berada dalam ruangan… dengan perlahan ia membalikkan badan, dan memandang tatapan ketakutan dari seorang gadis dan seorang pria…


“Titien… Ryno! Hahaha… kalian akan menemaniku ke neraka…!” Suara Mr. Logan mengelegar begitu menyeramkan, terutama ditelinga Titien dan Ryno.


Titien kini menyadari kesalahannya… pantesan Ryno melarang membuka pintu. Ia mundur beberapa langkah tapi Logan lebih cepat lagi. Terpaksa ia mundur kesamping, posisinya sudah cukup jauh dari suaminya dan berdiri berdempetan di belakang lemari.


“Ayo cepat buka pintu…” Terdengar suara Brenda dari luar mencoba segara cara membuka pintu besi itu.


“Logan… biarkan kami hidup, aku akan membayarku…”


“Ryno… Kamu yang aku cari selama ini! Bodoh sekali kalo aku sampai melepaskanmu…” Mr Longan mengarahkan pistolnya ke dada Ryno.


“Yah, aku yang menghancurkan hidup kakakmu, bunuh aku… tapi jangan apa-apakan dia!” Ryno maju kedepan mengalihkan pandangan Mr. Logan dari istrinya.


Tapi Logan mengacuhkannya. Dengan perlahan ia melangkah mendekat ke arah Titien seperti seorang pemburu yang bermain-main dengan binatang buruannya.


“Oh, tidak … terlalu enak membunuhmu. Kamu harus rasakan apa yang aku rasakan… kehilangan orang yang kamu cintai!”


Pistol ini kini mengarah ke dada Titien yang masih berdiri terpaku tersandar dinding. Ia hanya memandang ke suaminya dengan mata berlinang. Sementara Ryno menatap dengan geram. Jarak mereka masih cukup jauh. Ia tak tahu harus buat apa…


‘Astaga! Aku gak sanggup kelihangan dia.’ Dengan horror Ryno memandang ke arah istrinya. Tak mampu ia menatap mata istrinya… ia hanya bisa mengutuki ketidak mampuannya.


“Cantik…. Sayang harus mati. Bersiap ketemu dengan kakakku di alam baka…”


Titien menatap dengan horror… merasakan kebencian orang ini terhadap dia dan suaminya. Titien mengingat orang tua dan adik semata wayangnya. Semua yang dicintainya… seakan ia meminta maaf mereka. Bayangan hidupnya terkilas dalam benaknya. Ia pasrah… gak bisa buat apa-apa. Titien menutup mata…


“Doooor…” Suara tembakan berbunyi melengking membawa semua asa dalam diri Ryno terbang melayang. Sementara itu Titien ia kaget mendapati kalo peluru itu nyasar hanya 5 centimeter dari dadanya.


Saat yang sama, hanya satu detik sebelumnya, pintu lemari yang ada disamping Mr. Logan secara tiba-tiba terbuka dengan keras dan menghantam moncong pistol yang dipegangnya. Hantaman kecil itu menyebabkan peluru yang ditembakkan tidak mengenai sasaran.... Mr Logan berseru kaget.


Kemudian dari dalam lemari ada suatu sosok tubuh keluar dengan cepat. Ia hendak memukul Logan, tapi penjahat itu lebih cepat mengajukan senjatanya. Orang itu hanya bisa berdiri menghalangi tubuh Titien seakan hendak melindunginya.


“Mau bunuh Titien… lewati dulu mayatku!” Orang itu berseru dengan lantang.


Mr. Logan kembali membidik ke orang itu.


“Baiklah kalo itu mau mu!”


Dooorrrr… dooorrr… doooorrr…


Mr. Logan menembak dan memuntahkan peluru berulang-ulang sampai sampai peluru terakhir. Tiga kali tembakan terdengar menggema.


Sosok tubuh yang berotot terjatuh kebelakang menimpah tubuh Titien sehingga keduanya jatuh ke lantai. Jelas terlihat ada tiga peluru yang bersarang menembusi dadanya… pria itu terlihat sangat kesakitan.


Titien terkejut mendapati kalo ia mengenal dekat orang yang menyelamatkannya tadi.


“Shaun?”


-----


“Bruak” Suatu suara lain terdengar di ruangan itu.


Pintu kamar itu akhirnya didobrak hancur juga. Beberapa pasukan masuk dan menyerbu, tanpa tendeng aling-aling mereka berulang kali menembak kaki dan tangan Mr. Logan sampai hancur.


Logan tak sempat menembak lagi, semua terjadi dengan begitu cepat.


Ia gak bisa lolos, para pasukan sudah menyanderanya. Dengan segera mereka menyandera Mr. Logan setelah melukai anggota tubuhnya dengan brutal.


Tak lama kemudian Brenda masuk dan langsung memeluk Ryno serta Titien, kemudian memanggil ambulans untuk Shaun.


Ryno masih berdiri mematung… kejadian tadi berlalu begitu cepatnya. Ia tak bisa memprosesnya… ia hampir saja kehilangan istri yang sangat dicintai, tapi kemudian ia menyadari kalo sahabat karibnya sedang bergumul dengan maut.


Suatu pilihan yang sangat berat.


Sementara itu Shaun masih tertidur di lantai mendapat perawatan pertama. Jelas terlihat pakaiannya yang bolong tertembut beberapa timah panas. Ia mendekat hendak berterima kasih tapi Shaun gak mau.


“Ahhh… biarkan aku… aku mau bicara dengan Titien!”


“Eh…” Titien tercekat. Ia menatap suaminya sejenak, dan setelah anggukan kecil dari Ryno ia berbungkuk mendekati Shaun dan mengelus rambutnya.


‘Bukan main, cowok ini membiarkan dirinya tertembak supaya aku bisa hidup! Shaun berkorban untuk dirinya… untuk dia dan Ryno bisa bahagia!’


“Virgin…” Shaun memanggil disela-sela erangannya.


“Yah… Dickhead!” Titien menangis sambil memeluk cowok itu.


Shaun bukan hanya sahabat Ryno, tapi juga telah menjadi sahabatnya yang paling baik. Eh, malah menjadi salah satu dari tiga orang yang pernah bercinta dengannya. Dan ia tahu sekali kalo Shaun menginginkannya.


Shaun memegang tangannya, dan Titien menggenggam balik dengan kuat. Titik air mata mulai membasahi pipinya, tapi Titien menahan perasaannya. Ia tidak mau menangis di hadapan Shaun.


“Kamu kesakitan?” Titien bertanya.


Ia gak perlu jawaban, Shaun dari tadi mengerang dengan keras kayak mau mati. Dengan kesakitan Shaun memaksa bicara, dan mungkin saja ini kata-kata terakhir.


“Titien… itu mungkin permintaan terakhirnya!” Brenda berkata dari jauh. Ada senyuman tipis membayang di bibirnya yang sukar diartikan.


Para pasukan sengaja menjauh membiarkan kedua orang itu bicara. Hanya Ryno yang masih mendekat dan berdiri dibelakang istrinya.


“Peluk aku kuat-kuat…” Kata-kata Shaun terbata-bata… Titien memeluknya erat dan membiarkan tubuhnya dirangkul cowok itu. Ia membiarkan Shaun menciumnya beberapa kali.


“Kamu mau apa, Dickhead?” Titien mendekatkan telinganya ke mulut Shaun.


“Aku mau kamu… aku mau ngentot kamu lagi… ijinkan aku yah!” Kata-kata Shaun terdengar lucu. Titien hanya senyum dan mengangguk…


“Kalo Ryno ijinkan yah, sayang!” Titien menatap Ryno yang mengganguk.


“Tapi kamu mau kan?” Shaun bertanya minta kepastian.


“Iya… aku janji kalo kamu udah sehat kamu boleh ngentot aku sepuasmu!” Titien berkata dengan ketus walaupun pipinya sudah merah merona. Ia merasa berhutang nyawa kepada cowok itu.


“Hahaha… ketahuan, desperate banget yah sama Titien?” Brenda tertawa mendengar permintaan Shaun, lalu mendekat dan menarik Shaun berdiri.


“Eh?” Ryno terkejut melihat gesture Brenda.


“Eh kamu gak jadi mati?” Titien bertanya kaget ketika melihat Shaun sudah segar bugar.


“Gak dong… kan mau ngentot kamu!” Shaun tersenyum kepada gadis itu.


Brenda kemudian membuka baju Shaun dan terlihat sebuah rompi anti peluru yang tipis yang dipakainya mampu menahan tiga peluru tadi.


“Astaga!” Titien hanya melongo mendapati dirinya ditipu mentah-mentah!


“Dasar, Dickhead!” Ryno hanya tertawa dan memeluk sahabat karibnya itu.


“Aku tertipu, perjanjiannya batal…!” Titien ngamuk mencubit cowok itu. Ia malu sekali sempat terbawa emosi tadi.


“Eh, kamu gak bisa ngelak lagi, kamu sudah janji.” Dickhead hanya nyengir melihat kelakuan Titien.


“Dickhead, ngapain kamu ngumpet di lemari?”


“Aku lagi buat video seks… tadi sempat live di fb-lho.” Shaun menunjuk ke hape-nya. Ryno dan Titien tidak memperdulikan ancaman Shaun soal fb, karena mereka tahu kalo cowok itu gak punya akun medsos. Tapi ia stress karena Shaun merekam mereka tadi.


“Eh, jangan! Astaga…” Titien baru sadar kalo selama ini percintaannya dengan Ryno terekam di hape cowok itu. Ia malu sekali… ia sadar kalo mulai sekarang dirinya akan terus menjadi sasaran ejekan cowok itu.


“Dickhead! Ihhhh… rese banget! Astaga…”


“Gimana Tien, masih kurang? Romeo udah gak mampu yah? Nanti aku gantiiin yah…” Shaun kembali mengejek dan dibarengi oleh cubitan dari gadis itu.


“Awas yah kalo video itu tersebar?”


“Gak kok, aku hanya tunjukkan ke Naya, doang!”


Titien makin down mendengarnya.


-----


Di tempat yang lain Brenda melapor kepada atasannya.


“Good job, Brenda!”


“Aye aye Colonel!”


“Tapi kenapa kalian membuntungi Logan?” Colonel hanya menggeleng-geleng kepala melihat ulah dari pasukan itu yang membuat Mr. Logan harus kehilangan kaki dan tangannya. Ia tahu itu pasti karena kemarahan mereka melihat Logan membunuh sanderanya. Hanya orang yang tak bermoral mau membunuh orang yang tak lagi melawan.


Pentolan mafia yang ditakuti itu kini hanya bisa tertidur di rumah sakit tanpa bisa bergerak lagi. Ia selamanya menjadi orang yang cacad. Dan perubahan dari orang yang sangat ditakuti menjadi seorang cacad yang gak bisa buat apa-apa. Suatu penyiksaan mental yang luar biasa.


Brenda melaporkan hasil penangkapannya terhadap Mr Logan (atau apa yang tersisa dari dirinya). Ia sangat terbantu dengan rekaman-rekaman dan data-data baik dari Edo maupun dari Titien. Ternyata Megan telah melaksanakan tugasnya walaupun harus dibayar dengan nyawanya. Shaun juga terbukti sangat berguna, penyamarannya banyak membantu gadis-gadis itu meloloskan diri.


Gadis-gadis asal Indonesia itu akhirnya bisa juga bebas dan boleh pulang. Mereka juga ditawarkan asylum kalau mereka ingin tinggal di Amerika serikat. Hal ini membuat mereka bisa mencari kerja secara legal. Brenda sempat berbicara dengan mereka yang terus menerus berterima kasih telah membantu mereka lolos.


Dinah dan Susan sudah ditangkap akan dipenjarakan paling kurang 5 tahun sebelum diekstradisi kembali ke Indonesia. Boy dan beberapa bodyguard mendapat hukuman yang lebih ringan.


Namun masih ada seorang penjahat yang sempat lolos, namanya Deni. Tepat waktu kejadian itu ia tidak berada ditempat, tapi lagi menjalani perawatan alat vitalnya yang sempat dilukai Deyara beberapa hari yang lalu.


Demikian juga seorang korban belum ditemukan walaupun kondisi terakhir menyatakan kalo ia lagi baik-baik aja. Cuma belum tahu di mana ia disembunyikan.


Deyara…


Yah benar. Namanya Deyara. Info terakhir menyatakan kalo keperawanannya dilelang dan dia dibeli oleh seorang pengusaha asal Indonesia. Sayang sekali semua informasi mengenai dirinya hilang bersama dengan meninggalnya Kevin.


“Sayangnya pula dengan meninggalnya Bren, kita tidak dapat menelusuri kemana larinya dana-dana keuntungan mereka. Bren adalah bendahara yang memegang semua keuangan studio, termasuk transferan uang dari Ryno untuk memenangkan lelang istrinya. Namun demikian kita sudah membekukan semua asset milik Logan, yang ternyata banyak pemasukan illegal dari hasil-hasil night club dan usaha kasino miliknya.” Brenda menyimpulkan laporannya kepada atasannya.


---


Walau para penyidik anak buah Brenda tidak menemukan titik terang mengenai Deyara, Titien tidak mau berhenti berusaha. Ia ingat tujuan utamanya datang ke California adalah mengajak Deyara pulang, dan ia belum akan pulang tanpa gadis itu. Untunglah pencariannya kini jauh lebih enteng, karena kini Ryno ada disampingnya. Selain itu kini ia memiliki keyakinan bahwa semua urusannya dengan Deyara sudah clear.


Ia bahkan sudah melupakan perselingkuhan suaminya dengan gadis itu. Mungkin sama halnya dengan suaminya sudah melupakan soal dia dan Shaun.


Hanya satu hal yang masih mengganjal, suaminya belum tahu apa-apa soal Edo. Dan ia belum mampu menceritakan soal perselingkuhannya semalam dengan Edo. Dan ia ingin Deyara tutup mulut soal itu. Eh, mungkih hal itu yang membuat ia makin menggebu-gebu mencari Deyara.


Akhirnya setelah tanya sana sini, ia mulai menemukan titik terang.


Ada yang melihat Kevin membawa gadis itu ke sebuah hotel di Santa Monica beach, gak jauh dari tempat itu.


“Astaga! Pasti ia sudah dilelang…”


Dari informan tersebut dan dari hape Kevin, Titien mendapati kalo ada seorang bapak yang sudah melelang Deyara dan mereka akan ketemu di hotel. Deyara masih dalam kondisi terikat dan memakai penutup mata waktu di bawah ke mobil.


“Kenapa sayang? kamu masih murung?”


“Aku rasa kasihan soal Deyara yang dipaksa melayani bapak-bapak!” Titien menceritakan hasil penyelidikannya kepada Ryno.


“Yah… mudah-mudahan aja bapak-bapaknya tidak menyakiti Deya!” Ryno turun merasakan kegalauan istrinya.


“Iya, apa lagi waktu mengetahui ia sudah gak perawan lagi. Pasti mereka kecewa!” Kata Titien.


“Iya yah…. Aku yang salah, harusnya aku gak mengambilnya!” Ryno kembali menyesali diri.


“Eh, siapa bilang… kalo menurutku justru Deya merasa lega perawannya dilepas dengan kamu bukan sama bapak-bapak.” Titien tersenyum.


“Iya yah… aku taku jangan-jangan ia dikasari sampai trauma, nanti kalo ia ditemukan aku akan mengajarkan dia menikmati seks lagi!” Ryno meledek istrinya.


“Dasar, semua cowok sama. Semuanya mesum…” Titien membalas canda suaminya dengan cubitan.


Tak lama kemudian keduanya sudah cek in ke hotel Casa del Mar.


“Mudah-mudahan benar Deyara ada di sini!”


“Iya… mudah-mudahan info tadi benar!”


-----


“Kamu yakin ini kamarnya?” Tanya Titien kepada seorang pria asal Arab yang ngaku melihat Kevin membawa Deyara.


“Iya… “


“Ok kalo gitu kamu boleh pergi.” Ryno mengambil beberapa helai uang $100 dan memberikannya kepada pria itu. Mereka terus berdiri di muka pintu sampai cowok itu pergi jauh.


“Pinter juga orang itu memilih kamar!” Kata Ryno melihat tulisan Granada Presidential Suite pada pintu hotel itu. Ini bukan kamar sembarangan, tapi suite yang mewah, lengkap dengan ruang tamu/nonton, dapur, ruang makan dan dua kamar tidur.


“Orang yang membooking Deyara cukup berkelas lho…” Ryno menyambung ucapannya tadi.


“Artinya Deyara dibooking oleh seorang cukong yang udah tua… udah bau tanah tapi suka daun muda!” Titien makin tidak suka mendengarnya.


Ryno diam aja sambil membenarkan jalan pikiran istrinya.


Mereka masih diam aja mencari cara bagaimana bisa masuk kedalam kamar itu. Tak lama kemudian seorang gadis pegawai housekeeping lewat, dan Ryno langsung memanfaatkannya.


“Maaf, kartu ku tadi kelupaan didalam. Boleh aku mengambilnya?”


“Oh, sudah cek-in dari kapan?” Pertanyaan standar untuk menghalau orang iseng.


“Dari kemarin siang, bersama temanku Mr Wang…” Ryno


“Anda yakin kamar ini?” Ia masih belum percaya.


“Yakin sekali… mungkin George bisa membantu meyakinkan anda…”


Dengan lincahnya Ryno menyisipkan beberapa lembar bergambar president pertama Amerika Serikat, George Washington (uang $100) ke saku depan gadis itu, dan tanpa banyak tanya ia langsung menggesek kartunya dan membuka pintu.


“Gracias madame!” Ryno menggunakan bahasa Spannish karena gadis itu kelihatan berdarah Mexico.


“De nada!” Jawabnya sambil tersenyum dan pergi dari tempat itu.


“Wah, kalo gini terus bisa rugi aku…!” Bisik Ryno mengomel setelah dompetnya langsung terasa menipis.


“Siapa bilang? Kamu harus ingat, kamu itu sangat beruntung. Orang yang didalam membayar keperawanan Deyara dengan mahal, tapi kamu dapat secara gratis, tahu…!” Titien menghardiknya dengan sewot walaupun masih berbisik.


“Tapi aku bayar mahal kok untuk membeli kamu…!” Ryno balas mencibir.


“Jadi kamu pikir hargaku hanya sepuluh ribu dollar?” Titien balas makin meninggi sehingga Ryno harus menyuruhnya diam. Ada-ada aja jawabannya. Sayup-sayup terdengar suara dari kamar…


“Ahhhhhhhh!” Agaknya itu suara desahan seorang gadis. Mereka langsung berpandangan dan dapat menebak apa yang terjadi.


“Hush… masuk pelan-pelan!” Ryno menyuruh istrinya mengikutinya dari belakang.


Dengan hati-hati mereka menutup pintu agar tidak berbunyi, dan sambil mengendap-endap melangkah menyusur dinding menuju ke pintu kamar yang terbuka lebar.


Ruangan kamar tampak remang-remang, tapi jelas ada silhuet dua insan yang sementara bergumul dengan panasnya di atas tempat tidur. Posisi missionaris menjadi pilihan mereka untuk penetrasi maksimal. Sang cewek berbaring terlentang pasrah menerima hujaman kontol si cowok yang dengan cepat bebas keluar masuk.


“Ihhh… tolong… aku diperkosa… tolong… kontolnya besarr… tolong… pompaannya enak… tolong… aku keenakan nih!” Terdengar suara Deyara mendesah sambil tertawa.


Sedangkan pasangan seksnya terus memompa dengan cepat. Keduanya sudah hampir mencapai puncak…


Melihat hal itu Titien langsung naik darah, tanpa dapat dicegah ia langsung menyerbu dengan botol anggur yang diambil dari meja makan.


“Bangsat, kamu apakan Deyara?” Titien berteriak… tapi bukan itu saja. Tangannya menghantam kepala cowok itu dengan botol anggur.


“Ahhhhhhhh” Kali ini teriakan kesakitan yang keluar.


Secara reflex kedua orang tersebut terpisah, dan lagi-lagi Titien menghantam kemaluan orang itu dengan botol anggur…


“Aduh… sakit!” Orang itu mengadu.


Ryno yang kuatir tentang istrinya ikutan masuk dan memasang lampu hingga ruangan menjadi terang benderang. Ia terkejut memandang ke atas tempat tidur dan mendapati Deyara yang telanjang bulat sementara dalam posisi terkangkang pasrah.


“Aaahhhhhh!” Matanya sampai silau melihat keindahan tubuh gadis itu. ‘


“Lita… tenang sayang, kami berdua datang menyelamatkanmu…!” Titien langsung terharu memandang wajah sepupunya yang masih ngos-ngosan.


“Siapa kamu?” Ryno masih memegang orang itu yang terus mengurut kemaluannya karena kesakitan. Ia masih muda, mungkin sebaya dengan Doni adik Titien.


“Aku yang membayar cewek ini, ia milikku..!” Cowok itu membela diri.


Titien tambah marah dan kembali menendang kontol cowok itu. Ia langsung jatuh kesakitan.


“Ini sepupuku, bukan perek tauh!” Titian marah sekali…


Ryno juga ikutan menghajar cowok itu. Beberapa pukulan Ryno telak masuk di wajah. Sementara itu Deyara terbangun dan terkejut…


“Kak Titien…” Deyara langsung menghambur memeluk sepupunya.


“Deya kamu gak apa-apa…”


“Gak kok… Rivo, kamu gak apa-apa?” Gantian Deyara yang kini menyadari kalo cowoknya lagi dihajar…


“Eh, Deya? Kamu kenal bajigan ini?” Ryno menghentikan tangannya yang hampir saja meninju cowok itu.


“Itu Rivaldo kak, pacarku…”


“Apa? Itu pacarmu?” Titien terkejut dan malu sekali.


“Iya… kak, itu Rivo… Ehhh Rivo, kenalin. Kak Titien… kakaknya Doni”


Titien yang merasa gak enak langsung beranjak mengangkat cowok itu yang masih memengang kemaluannya.


“Kamu baik-baik aja?”


“Ih… hampir patah, kak! Kak Titien sih, nendangnya kuat-kuat…” Rivo mengeluh.


“Mana yang hampir patah, biar ku lihat…” Tanpa sengaja Titien menarik tangan Rivo.


“Kak Titien!” Deyara teriak memperingatkan kakak sepupunya… tapi terlambat. Kontol tegang milik Rivo terbaring lemas setelah ditabrak botol anggur tadi. Titien tercekat…


“Astaga!”


“Eh.. hahahaha….!” Akhirnya mereka hanya bisa tertawa.


-----


Kali ini Deya masih di tempat tidur, tapi sudah ditutupi selimut. Sedangkan Rivo menutupi tubuhnya dengan sehelai handuk. Keduanya tampak saling menghibur atas ‘kecelakaan’ yang menimpa Rivo tadi.


“Iya… tapi gimana kontolku sakit sekali, hampir patah…” Terdengar Rivo berbisik-bisik complain kepada kekasihan.


“Hahahah…. Kacian. Gak apa2 nanti aku strika sampe lurus lagi.” Deya hanya bisa menertawakan kemalangan pacarnya.


“Ihhhh”


“Hahahaha….”


“Maaf Deya, Rivo… aku gak sengaja…!”


“Kak Titien sih… kakak harus tanggung jawab… kakak harus buat kontolnya bisa berdiri lagi!” Kata Deyara mengejek Titien.


“Eh… bilang aja kalo kamu masih kentang, hahaha!”


“Ihhh… kak Titien sih. Nyebelin…” Deya merangkul kakak sepupunya.


-----


Setelah berdiskusi, akhirnya Titien dan Ryno ikutan nginap di ruang suite tersebut. Didalamnya ada dua kamar, jadi cukup untuk kedua pasangan itu.


Sore itu mereka menghabiskan waktu duduk-duduk didekat kolam dengan pasangan masing-masing. Ryno memeluk Titien sambil melihat kearah lautan pasifik yang tenang.


“Sayang? kamu belum jawab pertanyaanku tadi…” Titien penasaran.


“Pertanyaan apa?”


“Kamu anggap harga aku hanya senilai sepuluh ribu dollar?” Titien memegang tangan Ryno dengan kuat. Ryno tahu ia harus menjawab, kalo tidak ia tdak akan bertenti bertanya. Titien ingin kepastian cintanya.


“Eh, tunggu! Bagaimana kamu tahu harga sepuluh ribu? Dari mana kamu tahu?” Rivo terkejut, ia baru mengingat sesuatu.


“Hehehe… itu kan uang yang kamu transfer ke Bren dari rekening lamamu…”


“Eh… bagaimana kamu tahu?” Ia makin bingung, bagaimana Titien bisa tahu rahasia itu.


“Aku melihat nama samaranmu di transfer list Brent, aku langsung tahu kamu datang untukku…” Titien memberikan penjelasan.


Ryno kaget…


“Kamu tahu?”


“Iyaaa”


“Jadi waktu aku menyamar tadi kamu sudah tahu kalo itu aku?”


“Iya dong… kenapa?”


“Jadi kamu sengaja pancing-pancing nama Shaun waktu kita ngentot tadi?” Ryno bertanya.


Titien hanya nyengir. “Actingku hebat kan?”


“Huuu… dasar…” Ryno makin gemes aja terhadap istrinya. Keduanya hanya tertawa terutama setelah Ryno menyadari kebodohan sendiri.


“Kak Ryno…” Titien dan Ryno menoleh ketika seorang memanggil.


“Eh, Lita… mana Rivo?” Titien bertanya.


“Ia mau istirahat sebentar.”


“Iya, harus kumpul tenaga untuk nyambung yang tadi kan?” Ryno kembali mengingatkan.


“Hehehe… Kak Titien sih!”


“Masih kentang?” Titien menggoda sepupunya.


“Ihhhh….”


“Hahaha… Aku sudah tahan-tahan supaya Titien tunggu sejenak, eh… dia udah gak sabar hendak menyelamatkan kamu… padahal udah dekat orgasme kan?” Ryno meledek ‘adik iparnya’.


“Kak Ryno!” Deya malu sekali. Ia langsung membalas dengan cubitan, tapi kemudian ia memeluk cowok itu dengan gemes. Titien yang melihatnya hanya tertawa.


“Mau aku bantu supaya tidak kentang lagi?” Ryno mengejek.


“Ihhh apa sih…!” Deyara hanya tersenyum malu.


“Kali ini gak perlu pake perangsang segala…” Ryno terus mencibir.


“Hahahaha…” Titien langsung tertawa melihat Deya yang langsung mati kutu.


“Ehhh… astaga!” Deya melepaskan pelukannya.


“Kak Titien, masak hal seperti itu diomongin ke Kak Ryno” Ia berbalik memeluk sepupunya. Malu sekali, sementara mereka berdua terus menertawakannya.


“Lain kali kalo mau bilang aja… gak usah segitunya kaleeee…” Ryno meledeknya, tapi Deya terus menyembunyikan wajahnya di dada sepupunya.


“Kamu sih… sampe segitunya, mau banget yah?” Titien terus memeluknya.


“Kak Tien… udah… cukup. Mau dicubit yah!” Deya gak bisa tahan lagi.


Mereka masih duduk terus sambil cerita. Dengan bangganya Deya menceritakan bagaimana Rivo menebusnya dengan harga yang mahal. Terus ia kasih kejutan dengan menutup mata Deya…


“Kamu mencintainya?” Tanya Titien.


Deyara hanya mengangguk, dan Ryno pun tersenyum. Titien terus menanyakan soal Rivo dan Deya menceritakan hubungan mereka selama ini. Dengan antusias… tak terasa malam hampir larut dan mereka berdiri hendak masuk ke kamar.


“Eh tunggu, jadi Rivo yang mengajarimu semua hal mengenai obat perangsang?” Ryno kembali mengejek Deya yang hanya malu-malu mengiyakan. Pantesan Deya tahu soal itu.


“Maaf kak, aku kira itu penting. Supaya Deya jadi tahu, kali aja dia dikasih makanan atau minuman yang mengandung bahan itu. Deya bisa tahu membedakan mana yang aman.” Ternyata Rivo mendengar percakapan kami dan langsung menimpali.


“Iya kak! Jangan jadi kayak di studio… Ada satu cewek yang dicercoki perangsang, udah pasrah digrepe-grepe. Untung aja sempat diselamatkan oleh Kak Edo…” Deyara menyindir sepupunya. Ia kini punya senjata meledek balik.


“Glek…” Titien tersedak mengingat permainannya dengan Edo di bawah desakan perangsang. Ia hanya tunduk sambil berharap Deya tidak membocorkan rahasia.


“Eh kenapa Tien?” Ryno bertanya.


“Enggak kok… gak apa-apa. Eh, kamu mau keluar Rivo? Tumben udah rapi begini.” Titien mencoba mengalihkan cerita melihat Ryvo mengunakan jas dan dasi, sedangkan Deyara kini tersenyum kemenangan. Akhirnya ia bisa membalikkan keadaan, dari tadi ia jadi bahan ejekan, sekarang waktunya pembalasan.


“Eh iya, aku mau pamit sebentar. Tadi ayahku nelpon, suruh aku kesana. Ia ingin aku ikut dinner di perusahaan…” Kata Rivo agak sedikit gugup waktu ditanya.


“Kamu balik jam berapa?” Tanya Deya agak kaget dengan perubahan rencana ini, seakan-akan ia tak rela cowoknya pergi. Dari wajahnya jelas ia kecewa.


“Eh, aku gak tahu. Kamu tidur aja dulu, gak usah tunggu aku…”


“Tapi Rivo kamu cepat balik, Deyara masih kentang lho!” Ryno mulai lagi.


“Iya kak… Eh? Itu…!” Rivo kaget.


“Kak Ryno..” Deya merajuk lagi.


“Hahaha….”


Walaupun Titien hanya diam diri tapi ia dapat melihat bahasa tubuh cowok itu ketika ia berlalu. Ada yang ia sembunyikan dari Deyara… ada yang tidak beres di sini.


-----


“Rivaldo pasti orang kaya, apa ia jual mobil?” Titien bertanya dari hati ke hati waktu ia berada di tempat tidur dengan Deya.


Tadi ia menyuruh Ryno beli makanan di luar, suatu tempat yang lumayan agak jauh, agar bisa curhat dengan Deya.


Deya menceritakan apa yang terjadi, soal ia hendak diperkosa Kevin tapi kemudian dijual. Ternyata Rivo yang membelinya.


“Aku gak tahu kak, tapi aku tahu kalo orang tuanya punya bisnis besar di sini”


“Terus bagaimana dengan orang tuanya?”


“Aku belum pernah ketemu, kok!”


“Apa mereka setuju dengan kamu?”


“Entahlah kak, yang aku tahu orang tuanya menyuruh Rivo pegang bisnis ayahnya di California, sini.” Balas Deya.


“Aku rasa kalo ia menyimpan sesuatu… tapi aku gak tahu, mungkin cuma naluriku.” Titien mengemukakan kekuatirannya.


“Kring… kring…”


“Sebentar kak!” Deyara berdiri menjauh dan menerima telpon itu. Cukup lama ia bercakap-cakap tapi terlihat ada kekecewaan pada suaranya!


“Gimana Lit? itu Rivo kan?” Titien bertanya setelah ia menutup telpon.


“Iya… ih, kesal… Rivo akan nginap di San Diego malam ini” Deya menggerutu.


“Aku punya firasat kalo ayah Rivo hendak menjauhkan kalian…” Titien berkata pelan, Deya hanya hiam.


“Jadi gimana Kak?”


“Yang sabar yah… yang sabar!” Titien memeluk sepupunya.


‘Astaga, kayaknya aku harus mengijinkan Ryno menghibur mu.’ Titien berkata dalam hati.


-----


“Dickhead, masih kuat?” Shaun terkejut.


Seorang gadis hanya mengenakan handuk masuk ke kamar, dan setelah menutup pintu ia menjatuhkan handuk itu ke lantai. Tubuhnya yang cantik terekspos bebas menantang cowok itu…


“Devi?”


“Hehehe… jangan bilang kalo kamu udah capek! Kamu belum bisa pergi sebelum memuaskan aku dulu…” Kata-kata cewek itu begitu vulgar… sedangkan sang cowok segera terbangun.


Shaun memang hebat, masih ada dua gadis lain yang terkapar di tempat tidur kehabisan tenaga, Maya dan Elena. Keduanya sengaja datang mendekati Shaun seusai mereka bertemu di kantor waktu ditanya-tanya oleh Brenda dan orang-orangnya. Semuanya siap bersaksi atas kejahatan yang dilakukan oleh Mr. Logan, dan semuanya merasa ditipu oleh Dinah Cs.


Tapi ketika bertemu dengan Shaun, kedua gadis yang belum puas ini menarik cowok itu dan membawanya ke tempat mereka menginap, di guest house KJRI Los Angeles. Dan mereka bertiga bercinta dengan penuh birahi… benar-benar menguras stamina cowok itu, dan akhirnya mereka berdua takluk. Desahan dan jeritan kenikmatan merka membuat Devi gak tahan lagi minta bergabung.


“Ah… Dickhead, punyamu besar sekali… pelan. Sakit tahu…” Devi mengerang ketika cowok itu memasukinya dengan agak kasar, tapi Shaun tidak perduli. Ia terus menghujam dengan kuat dan bertenaga. Tidak ada waktu baginya untuk foreplay ataupun mengulur waktu dengan mereka. Ada sensasi sendiri bermain kasar dengan cewek-cewek ini…


“Ahhhh…ahhhhh…” Devi mulai mendesah. Ia tak mampu meredam rasa nikmat merasakan liang senggamanya dijejali batang yang begitu besar, berurat dan garang. Tubuhnya yang kecil terombang-ambing dihentak oleh tenaga kuda milik cowok itu… dan hasilnya segera kelihatan.


“Aduhhh Shaunnnnn aku nyampeeeee!”


Devi tumbang juga… udah lama ia gak merasakan orgasme sedahsyat ini. Sementara Shaun sendiri terus memompa mengejar orgasmenya sendiri. ia terus menghajar memek kecil itu tanpa ampun…. Tubuh Devi kembali bergetar sampai kejang-kejang… dan Shaun pun akhirnya mengedan dan menyemburkan pejuhnya tepat disaat Devi kelojotan mendapatkan orgasme beruntun.


“Aduh… ampun. Aku gak kuat lagi… ngerih deh!” Devi tersenyum puas di sela-sela nafasnya yang memburu.


“Siapa suruh menantang aku!” Shaun membalas dengan senyum sambil memeluk tubuh gadis kecil berdarah Korea itu.


-----


“Ada apa Dickhead?” Devi bertanya waktu mereka berdua keluar mencari makan malam itu. Ia membawa Shaun ke Universal CityWalk di Hollywood. Walau agak jauh, tapi tempatnya sangat representative untuk makan.


Devi ingin malam itu berkesan. Dan ia juga sengaja menjauhkan cowok itu dari cewek-cewek lainnya yang tentunya ingin mendapat kepuasan yang sama.


“Gak… kok!” Walaupun Shaun menyangkal, tapi jelas ia memperhatikan suatu pasangan orang asia yang duduk gak jauh dari tempat mereka. Yang cowok kelihatan begitu ganteng menggunakan setelan jas yang keren, sedangkan yang cewek begitu cantik elegan dalam balutan sebuah gaun malam yang indah. Sungguh suatu pasangan yang ideal.


“Kamu mengenal mereka?” Devi bertanya setelah melihat mata Shaun tak pernah lepas dari mereka.


“Eh, ia mengingatkan aku kepada seseorang!” Shaun menunjuk ke arah sang wanita yang lagi berjalan dengan highheelnya menuju kamar kecil.


Devi memperhatikan gadis itu, begitu manis dan lincah, cantik bagai bidadari. Gak heran Shaun terpesona.


“Eh, tunggu… itukan…?” Devi jadi bertanya tanya.


“Naya…”


“Astaga benar, itu Naya…!” Devi mengenal Naya sebagai pacar Shaun, tapi tidak menyangka kalo keduanya masih berhubungan.


“Ia sudah berubah!” Suara Shaun terdengar datar, tanpa emosi. Tapi hatinya seakan protes, ‘Naya tidak memberitahu aku kalo ia hendak ke Amerika…’


“Aku mau menyapanya…” Kata Devi dengan bersemangat.


“Eh, jangan Dev.” Shaun tak ingin Naya tahu.


“Tapi kan…?”


“Jangan… please…!”


“Kamu kenal siapa cowok itu?” Devi menunjuk ke arah cowok keren dengan darah campuran.


“Entahlah… mungkin calonnya. Yang aku tahu dia sudah dijodohkan.” Kata-kata Shaun terdengar lirih, jelas kelihatan ia kehilangan gairah karena penampakan ini.


-----



Tanpa disadari masih ada suatu pentolan anak buah Mr. Logan yang lolos, yah benar. Deni sempat meloloskan diri karena ia lagi ke dokter waktu itu. Untung baginya sempat mendengar berita penyerbuan ke Studio Red Dragon sebelum ia kembali ke sana.


Deni cepat-cepat bersembunyi. Sebagai seorang mantan preman yang bolak-balik ke penjara, ia paling tidak tauh cara-cara untuk meloloskan diri. Tak heran ia belum dapat ditemukan pada saat itu.


Deni masih kesal, ia masih dalam perawatan sejak kontolnya ditendang Deyara sampai luka. Untung masih dapat disembuhkan, kalo tidak ia gak bisa membayangkan hidup tanpa ‘benda’ itu.


Yang ada dalam pikirannya hanyalah balas dendam. Dinah adalah gadis kesayangannya, pacarnya sejak SMA. Dan semua mimpinya bersama Boy bubar dalam satu hari.


“Deyara dan Titien”


Dua nama itu disebutkannya dan akan terus diingatnya. Kedua orang itu harus menderita. Deni mulai menyusun strategi…. Semua tampaknya sulit. Ia gak tahu bagaimana mencari dua orang itu. Pasti mereka sudah jauh dari studio.


Ia baru ingat suatu hal… masa lalu yang terulang lagi.


“Yah benar, aku dapat menemukan mereka. Ia pasti akan menuntunku ke rumah mereka!”


Ia sudah punya rencana… yah strategi brilian.


“Edo… Janus itu Edo, dan ia akan menunjukkan jalan!” Deni tersenyum sambil meraba sesuatu benda yang ada di saku celananya. Sebuah pistol dari keramik milik Mr. Logan.


-----
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd