Episode 3 – Menghindari Jebakan
“POV Deyara”
“Deya….. yuk ke rumah, ada surprise buat kamu!” Dinah menarik tanganku sehabis rapat panitia Ospek. Aku gak sangka ia sudah dekat.
Kali ini aku menolak. Dinah pasti bingung, tidak seperti biasanya. Ia memandangku bertanya-tanya. Perasaanku jadi gak enak. Apa benar ia seperti yang Rivo katakan?
“Ayo dong Deya, aku punya film baru… pasti kamu suka, creampie asia lawan cowok bule!” Dinah kembali merayuku…
“Itulah Din, aku gak berminat lagi sama film gituan, bikin stress aja! Aku gak mau lagi.” Aku menolak dengan lembut.
“Apaan sih! Kayak gak kenal aja… aku tauh kamu stress karena gak ada pelampiasan. Soal petting dengan Rivo kan? Udah, gak usah dipikirin playboy cap kapak itu!” Dinah kali ini menarik tanganku sehingga aku ikut dibelakangnya. Ia tersenyum saja sambil terus menarik tanganku menuju ke apartemennya yang hanya 100 meter dari gerbang kampus. Ia tahu sekali aku lagi bimbang, dan tarikannya kuat seperti menuntut aku harus ikut.
Semakin dekat ke apartemen Dinah, hatiku semakin berdebar dan tegang. Apa maksudnya ia memaksaku datang, jangan-jangan ada jebakan. Aku mulai mengingat kata-kata Rivo yang memperingatkan aku… dan kini aku gak mau terjebak lagi. Jangan pernah menerima minuman atau permen apapun, yang mungkin sudah dicercoki obat perangsang.
Dinah mungkin saja melihat keragu-raguanku dan mulai bercerita mencairkan suasana. Ia menceritakan soal keluarganya dan bagaimana orang tuanya yang menginginkan ia pindah kuliah di perguruan tinggi yang ngetop di Jawa. Tapi ia terlalu cinta dengan Manado, dan gak mau keluar. Dinah menceritakan masa-masa SMA dimana ia punya banyak teman, dan mereka suka menjelajah keindahan tempat-tempat wisata di seputaran Sulawesi Utara dan Gorontalo. Gadis itu pinter ngomong… gak heran ia kepake terus di senat mahasiswa.
“Eh, nanti minggu depan kamu ikut yah! Kita akan nginap di vila-nya Susan di pantai Pulisan!” Dinah mengundangku.
“Acara apaan sih?”
“Gini, kita-kita tim kreatif akan meeting kecil-kecilan dengan sie acara, sambil refreshing. Kamu mau kan ke pantai…” Dinah coba jelaskan.
“Siapa-siapa yang akan pergi?” Aku masih curiga.
“Kita-kita aja, banyakan cewek semua kok! Susan, Aku, Kesha dan Sari! Cowoknya malah hanya dua, Kak Beni dan Kak Marlon” Dinah menjelaskan, kelihatannya aman soalnya cowoknya justru yang alim-alim, tapi aku masih curiga.
“Sari yang anak Sastra kan?” aku kaget juga. Aku kenalan dengan cewek itu di rapat panitia, dan tahu banget kalo ia gadis baik-baik. Kelihatan sih dari pakaiannya yang tertutup dan penampilannya yang polos belum tercemar make-up tebal.
“Iya… juga ada beberapa teman cewek ingin ikutan, tapi yang kasih kepastian baru kita berempat. Aku sih baru lihat tempatnya dari foto-foto Susan… ternyata vila-nya mewah, ada 6 kamar besar-besar, juga beberapa kolam renang dan deck di pinggir pantai.” Dinah jago sekali menawarkan, aku sampai tertarik. Tapi hati kecilku tetap berbisik untuk berjaga-jaga.
“Aku pikir-pikir dulu, deh!” Aku menolak dengan halus.
“Deya… kamu harus hadir. Justru usul kamu soal acara pembukaan akan dibahas dengan sie acara di sana. Terus nanti aku ngomong sama ortu-mu, dan ada surat dari panitia kok!” Dinah gak mau dengar jawaban tidak. Apa karena ada udang di balik batu, yah?
Tak terasa kita sudah tiba di depan apartemen Dinah, kelihatannya sepi.
“Eh, motor siapa itu?” Aku jadi curiga kalau-kalau ada orang lain, ketika menunjuk ke Honda CBR yang tampak modis terparkir di depan garasi.
“Oh, itu motor temanku, si Kevin. Eh, kamu pasti kenal Kevin kan, orangnya cakep, lho! Pasti kamu suka…” Dinah makin promosi…
“Kevin?” Aku terdiam… Siapa gak kenal si playboy itu.
Kembali kata-kata dari Rivo mengiang di kepalaku… ‘Mungkin si Kevin, ia yang paling menggebu-gebu minta kamu’
“Deya, kenapa? Yuk masuk!” Dinah menarikku, tapi kali ini aku tidak bergerak, dan justru mengibaskan tangannya.
“Maaf Din, aku lupa sesuatu!” Aku cepat-cepat balik badan. “Aku pergi dulu, lupa ditungguin sudara di rumah!”
Dinah tidak sempat lagi menahanku, dan ia hanya melihat tubuhku yang berjalan cepat menjauh setengah berlari. Uh, hampir saja.
----
Tak terasa aku kini sudah berada di atas tempat tidurku sementara berpikir. Agaknya kata-kata Rivo banyak benarnya…
‘Deya, berikut harus lebih hati-hati. Yang tadi itu berbahaya sekali, bisa-bisa kamu dicercoki obat perangsang sambil menonton bokep… terus Kevin langsung muncul… ihhhhhh’ Aku mulai berpikir jauh.
Mulai kali ini aku harus menghindari Dinah…. Sayang sekali aku gak bisa mundur lagi dari kedudukanku sebagai anggota Sie Tim Kreatif di Panitia Ospek. Minggu depan tinggal rapat terakhir, persis sebelum liburan… apalagi tinggal 2 matakuliah yang akan ujian akhir.
‘Astaga, terus aku ngomong apa sama Dinah soal ajakannya ke vila Susan? Kayaknya itu jebakan, dan aku harus cari alasan. Aku harus gimana?’
Hampir 30 menit aku cari-cari ide tapi gak dapat. Kayaknya aku harus minta saran… eh, tapi jangan Nia, deh! Orangnya polos banget, gak tahu soal ini. Aku harus kontak siapa yah?
Sementara tanganku bermain-main dengan hape, tiba-tiba aku kaget ada sebuah video baru ada di hape-ku. Aku baru sadar… siapa yang kasih, yah? Pasti Dinah… ia tadi pinjam hapeku. Kayaknya video berdurasi singkat, mungkin 15 menit doing. Tanganku gemetar memegang hape sementara menonton video yang diputar…
‘Ih… kok film gituan? Dasar Dinah’ Aku menarik nafas, mujur suaranya sudah dikecilkan sebelumnya. Kalo tidak pasti malu…
Aku masih terus menonton, tak kuasa mematikan video… cowoknya bule, ganteng dan tentu saja besar pusakanya…
‘Astaga! Apa maksudnya ia kasih film porno ke hapeku?’
-----
Sore itu aku duduk-duduk di food court, di Manado Town Square-3. Matahari barusan terbenam dengan sempurna di laut Sulawesi. Indah sekali… penuh warna… paling tidak bisa menghangatkan suasana hatiku yang lagi stress…
Setelah menunggu 30 menit akhirnya cowok itu muncul juga… kelihatan dari jauh waktu masuk kawasan foodcourt. Ih, gak ngerti kalo lagi ditunggu princess Deyara… Aku sudah dari tadi lihat-lihat jam… minuman aja sudah habis di meja. Awas kamu, kalo sampe aku langsung marahin…
Tak mampu berpaling, mataku segera menemukan sosoknya yang tegap, tinggi, dan tambah ganteng… ‘Pasti semua cewek akan bangga jalan sama kamu… eh, semua, kecuali aku… hihihi…’ Ia berjalan dengan langkah mantap menuju kepadaku…
Hampir semua mata memandang cowok keren itu… ih, geer juga sih. Aku mengangkat tangan tanpa sadar menyatakan aku duduk disini. Ia melihatku dari jauh dengan mata elangnya…
“Halo sayang, sudah lama nunggu-nya?” Rivo memamerkan senyumnya yang banyak membuat cewek-cewek terkesima. ‘Huh… koq kamu tambah harum aja?’
“Eh, gak kok!” Hilang semua rencanaku untuk marah-marah. Cowok ini makin lama makin menawan aja…
‘Hush Deya… ingat, dia itu playboy! Dia sendiri yang ngaku.’ Aku harus terus memperingatkan diriku.
“Gimana sayang, kamu baik-baik aja, kah? Tumben minta ketemuan…. Pasti kangen aku, kan?’ Rivo makin geer... apa aku kelihatan terpesona yah?
“Hush, Rivo… stop panggil-panggil sayang. Aku bukan lagi pacar mu!” Aku kembali mengingatkannya… atau mungkin lebih tepat lagi mengingatkan diriku lagi.
“Kamu mau kita pacaran lagi? Aku masih menyayangimu, kok. Tahu gak, hampir tiap malam aku mimpiin kamu…” Rivo kembali merayu.
“Apaan sih… hush, kamu itu gak bisa kalo gak gombal” Aku nyengir aja… pede juga sih sama cowok blasteran ini yang terus mengejarku.
“Ini bukan gombal, Deya… aku selalu membayangkan kamu, kok… tiap malam sebelum tidur… sambil coli… hehehe!” Rivo hanya nyengir…
“Ih…. Mesum!” Kembali tanganku menutup telingaku, gak mau dengar… Kembali terbayang waktu kita petting malam minggu di mobil, bagaimana Rivo terpesona memandang tubuhku. Cowok itu masih menatapku tajam, dan aku tahu pipiku pasti sudah merah merona “Rivo… sudah, kalo kamu gitu terus, aku pulang aja.”
“Hehehe… sorry sayang! kamu sih, tambah seksi aja!” Rivo masih nyengir.
“Stop bercanda… aku mau ngomong serius. Kalo gini terus aku gak jadi ngomong, deh!” Aku menatapnya. Rivo kali ini diam, senyumnya perlahan memudar, tapi daya tariknya tetap kuat.
Aku menceritakan soal undangan Dinah ke villa milik Susan di pantai Pulisan. Walaupun menurut Dinah ada beberapa cewek yang hadir, aku yakin ini pasti jebakan. Apa Sari juga sama dengan aku? Gadis itu pasti terjebak sehingga ia mau aja diajak. Dinah… gitu lho.
Rivo masih berpikir, mukanya sampe mengerut… dan ia kelihatan serius. Aku tahu otak cemerlangnya akan memberikan jalan keluar. Tak lama kemudian ia tersenyum…
“Pikir apaan sih? Koq lama banget?” Aku gak sabar.
“Aku dari tadi gak bisa pilih mana yang lebih menarik, toket-mu atau memek-mu! Sama-sama indah!” Rivo menatapku… pasti wajahku sudah merah kayak udang rebus.
“Ihhh… mesum! Kamu tuh…” Kali ini aku gak tahan, dan langsung berdiri dan memutari meja ke arah cowok itu serta mencubitnya.
Rivo memegang tanganku sambil meringis menahan sakit… ia menariku sehingga duduk disampingnya. Ia masih menatapku dalam-dalam. Aku gak sadar tanganku sudah digenggam dari tadi.
“Eh, maaf… kelepasan ngomong. Gini, menurutku kamu ikut aja ke villa… tapi share locationmu… nanti aku akan membayangimu di sana.” Rivo mengemukakan rencananya… yang termasuk ia dan seorang teman premannya yang akan terus menjagaku. Tiap kali ada apa-apa, ia akan langsung datang menggebrek… ia juga akan datang kerumahku mengajarkanku jenis-jenis obat perangsang, dan bagaimana cara menanggulanginya. Ia juga punya stok obat untuk membuyarkan efek obat perangsang… dan macam-macam obat lainnya. Ia janji akan terus melindungiku…
“Dasar, playboy! Pasti sudah banyak wanita yang jadi korban mu kan?” Aku kembali menyudutkannya mengingat perbuatannya padaku.
“Deya… aku kasih tahu semua rahasiaku karena aku mau berubah. Tahu gak, kamu buat aku belajar arti cinta yang sebenarnya… dan aku berjanji seumur hidupku untuk melindungimu” kata-kata Rivo tidak terdengar kayak gombalan kali ini.
Aku terpesona… tak mampu berkata apa-apa, tapi hatiku jelas berterima kasih… ‘Rivo, kok sampai segitunya. Siapa yang gak kan tersanjung?’
Nanti aku sadar waktu pesanan tiba, cowok itu terus menggenggam tanganku selama ini.
-----
Akhirnya week-end pun tiba… cuaca benar-benar cerah, sangat mendukung untuk berlibur di pantai. Apalagi aku barusan menyelesaikan semua tugas akhir dan ujian… akhirnya semester ini selesai juga.
Aku lihat jam, sudah sekitar jam 1. Dasar tukang ngolor… janjiannya jam 12.
“Eh, mana Kak Beni dan Kak Marlon?” Aku bertanya ketika mobil Toyota Hiace menjemput aku. Semua sudah ada, kecuali kedua cowok itu.
“Mereka nanti nyusul dengan motor, katanya masih ada urusan!” Dinah menjawab sambil membantu mengangkat tas dan koperku. Rencana kita disana sampe hari minggu, jadi aku ngepak untuk dua malam.
Aku naik dan mengambil tempat di samping Sari. Gadis manis itu tersenyum kepadaku, dan kami langsung akrab di jalan. Kayaknya benar dugaanku, gadis ini orangnya baik-baik.
Eh aku baru perhatikan siapa yang bawa mobil. Kayaknya gak mungkin sopirnya Susan seperti yang dibilang Dinah. Kelihatan orangnya masih muda, mungkin seumur dengan Dinah… terus ganteng dan percaya diri. Dari tadi ia bercanda dengan Susan yang duduk didepan, dan sesekali menimpali cerita dari Dinah. Aku jadi bertanya-tanya… tak lama kemudian ia melihat kebelakang…
‘Astaga, itukan Kevin?’
Aku tambah yakin kalo ini jebakan. Aku harus melindungi diriku… dan segera WA ke Rivo. Ia membalas dengan rayuan… dasar!
Setelah lebih 2 jam perjalanan, akhirnya kita tiba di lokasi. Tempatnya terpencil… sekitar 1 km dari pemukiman penduduk, walaupun ada beberapa perahu nelayan terparkir dekat vila. Dari tadi aku menyisir lokasi, dan mendapati sebuah spot yang ada signal telkomsel di atas bukit yang barusan dilewati. Disitu tampak rame, ada beberapa anak muda sementara main hape… pasti lagi cari internet.
"Yah... sayang sudah sore", aku memandang jarum pendek di jam ku yang menunjuk sedikit di bawah angka 3. Akhirnya kami sepakat sore ini hanya mandi-mandi di kolam renang doang. Nanti besok baru eksplore pantai sambil mandi-mandi di laut. Apalagi villanya sendiri kelihatan bagus... lengkap lagi fasilitasnya.
Villa keluarga Susan kelihatan sangat modis dan modern, dengan gerbang dan pagar tinggi. Aku mencoba mencari celah untuk masuk… kayaknya gak ada, kecuali lewat pantai. Hanya ada satu batang signal hape tepat di teras rumah… gak cukup untuk mobile data. Gimana caranya kontak ke Rivo, yah?
Aku minta kamar berdua dengan Sari, dan jelas kelihatan Dinah agak kecewa gak sekamar denganku. Untung Sari mau kerjasama, eh mungkin karena udah akrab sejak di mobil. Aku tadi setengah memaksa minta kamar ini… karena bisa digrendel dari dalam. Juga jendelanya kuat dan pake pengaman besi. Padahal dari tadi dibujuk untuk tidur di master suite yang bisa memandang ke lautan.
Aku langsung mengatur barang-barangku di ruangan ini. Setelah itu keluar dan kumpul-kumpul dengan rombongan di teras belakang memandang lautan. Baru aku menyadari tempat ini indah sekali, letaknya diatas tebing yang menjorok ke laut kira-kira 6 meter diatas garis pantai. Ada tangga yang turun langsung ke pantai pasir putih yang indah. ‘What a private beach…’ Di sampingnya ada tangga pula yang menuju ke sebuah dek tersembunyi, tempat berlabuh sebuah yatch yang mewah. Di situ juga ada sebuah jalan mobil menuju kelaut… mungkin untuk menurunkan jetski ataupun speedboat. Sebuah villa yang sangat eksklusif.
“Eh, semua… kenalin ini sepupu gue dari Amrik… namanya Bren” Seorang cowok peranakan keluar dari salah satu kamar. Orangnya tampan dan macho… tapi senyumnya kelihatan jelas kalo ia sudah pengalaman dalam merayu wanita.
Kesha dan Dinah cepat sekali akrab dengan cowok itu, sedangkan aku dan Sari biasa aja. Walaupun Bren tampaknya melirikku dari tadi, tapi aku cuek aja. Sari sendiri kelihatannya malu-malu… apa ia sudah terpikat, yah? Aku tambah deg-degan, bukan terpesona… tapi makin yakin kalo ini jebakan. ‘And I walk straight to the trap!’
‘Apa Rivo dapat dipercaya? Jangan-jangan justru ia yang menjebakku kemari!’ Ihhh aku jadi makin deg-degan… Aku kembali menenangkan hatiku sambil mempertimbangkan situasinya…
‘Deya, jangan takut dulu. Gak apa-apa kok, palingan ujung-ujungnya kamu sendiri yang rasa nikmat… eh astaga, kok?!?’
-----
“Yeah… poin!” Aku berteriak lepas… permainan voli kolam ini ternyata seru sekali. Aku satu tim dengan Dinah dan Kevin, sementara lawan kami Sari, Kesha dan Bren. Susan sendiri lagi sibuk di dapur, menyuruh penjaga villa mempersiapkan makan malam sambil melihat-lihat kalau-kalau ada bahan makanan yang kurang… tuan rumah yang baik.
Kolam ini memang cocok untuk permainan voli kolam, ukurannya cuma 3x6 meter dengan kedalaman air sampai di dada. Terus ditengahnya ada net pendek sebagai pembatas kedua tim. Permainan sangat seru karena ternyata Kevin dan Bren gak jago-jago amat… hanya sebanding dengan kita. Padahal badan mereka tinggi-tinggi.
“Hahahaha…. Cari kesempatan kau Bren!” kami tertawa ketika Kesha dan Bren bertabrakan ketika mengejar bola yang jatuh persis diantara mereka. Kesha kelihatannya hanya tertawa-tawa padahal jelas-jelas dadanya sempat disenggol lengan Bren dari samping. Keduanya tidak apa-apa dan segera melanjutkan permainan.
“Awas kamu Bren, nanti berikut akan ku balas… hehehe!” Kesha balas bercanda sambil membetulkan kembali atasannya. 2-pieces bikininya yang minim itu tak mampu menutup lekuk tubuhnya yang seksi, yang asik lenggak-lenggok. Dinah juga pake bikini yang mirip, eh malah lebih mini lagi. Keduanya kayak bersaing tampil berani di depan kedua cowok ganteng ini, lengkap dengan gayanya yang seksi dan menggoda.
Sementara itu Sari dan aku berpakaian lebih tertutup. Sari memakai tanktop kuning diatas bikini, sehingga kelihatan lebih sopan. Ia juga mengenakan celana pendek hitam ketat sampai ke paha, yang biasa dipakai waktu senam. Aku juga mengenakan celana yang sama, dan bedanya hanya atasan doang, aku mengenakan 1-piece swimsuit.
Kali ini Dinah yang tabrakan dengan Kevin… tapi anehnya justru Kevin yang teriak…
“Aduh Din… hati-hati, hampir pecah kontolku ketabrak lututmu!” Kevin tampak kesakitan. Dinah hanya tertawa-tawa…
“Makanya jangan cari kesempatan, tanganmu yang gak kontrol pegang-pegang pantatku…!” Kata Dinah membalas.
Walaupun beberapa kali sempat tabrakan dengan Kevin, aku masih tauh diri dan menghindar sambil menjaga bagian-bagian tubuhku. Kelihatan jelas kalo tangan Kevin sengaja merambah ke mana-mana mencari kesempatan. Eh, bukan cuma Kevin koq, Bren juga.
“Yeah… masuk!” bola cepat dari Kevin tak mampu dihadang Sari dan Bren. Eh, malah Bren menyenggol dada-nya Sari telak dengan tangannya… kelihatannya sengaja tuh! Sari sampe kaget sampe teriak, tapi disambut dengan tawa oleh Kesha dan Bren…
“Bren… kamu sengaja yah!” Sari protes ke cowok itu.
“Maksudku supaya kamu tambah semangat, Sar! Lebih cepat kejar bola… makanya dikasih sugesti sedikit… hahaha!” Bren hanya tertawa sementara Sari masih ngamuk-ngamuk.
“Wah kalo gitu aku juga kasih sugesti ke Dinah dan Deya… ayo, jangan kalah yah… siapa yang kasih poin ke lawan, aku remas toket-nya, hehehe…” Kevin menyambut kata-kata Bren dengan mesum sambil melirikku… sementara tangannya menunjukan gerakan seperti meramas toket.
“Ihhhh… maunya!” Aku mengelak jauh-jauh… sementara Dinah hanya ketawa aja.
“Siapa takut? Tapi kalo kamu buat kesalahan, ku patahin kontolmu… mau?” Tantang Dinah. Astaga pertandingan ini ujung-ujungnya ke arah mesum… Dinah sih pake ngomong vulgar gitu.
Kali ini semua main dengan serius, gak berani buat kesalahan. Bren dan Kevin masih saling mengejek, panas-panasin. Kali ini bola mati di tangan Kesha…
“Eh, aduh… auw… gak mau… Sari, tolong dong!” Kesha mencoba menjauh, tapi tak mampu menepis kedua tangan Bren yang sempat menggrepenya dengan sukses. Tapi kayaknya walaupun teriak, Kesha gak sepenuh hati menolak tangan dari Bren.
Kali ini giliran Kevin. Cowok hanya pasrah dan mengangkat tangan ketika servisnya keluar, dan tangan Dinah dengan cepat mengelus kontolnya yang semakin menggembung.
“Hahaha… wah kalo gitu aku juga mau, dong!” Kata Bren. Kali ini entah sengaja, servis Bren yang nyangkut di net. Dan Ia justru menarik tangan Kesha dan ditempelkan ke kontolnya…
“Ahhhh….” Kesha sampe teriak kaget. “Ihhhh maunya…!” Tapi membiarkan aja tanganya digesekkan ke batang cowok. “Wah, udah tegang tuh! hehehe” Kesha makin genit aja.
Pertandingan tambah seru, dan kali ini aku buat kesalahan… astaga, Kevin langsung mendekat dan siap menjamah dadaku. Aku segera tempelkan tangan melindungi toketku, Kevin makin medekat tangannya sudah diangkat. Aku menjaga daerah toketku, ketika tangak Kevin mendekat. Tapi ternyata ia punya tujuan lain. Dengan cepat tangannya mengarah ke bokongku yang padat.
“Eh… Ahhhhhh….!” Aku berteriak geli. Tangan Kevin sukses mengelus dan meramas pantatku. “Ihhhh… najis!” Aku berteriak tapi mereka semua hanya tertawa-tawa melihat keberuntunganku… eh salah, kemalanganku.
“Ayolah Deya, aku tahu kamu kecewa tanganku gak jadi ke toket, padahal udah harap-harap cemas, iya kan?” Kevin mengejekku.
“Eh, berani macam-macam, ku patahkan batangmu…!” Aku mengancamnya.
“Hehehe... bilang aja kamu mau pegang kontolku. Lihat, udah tegang, lho!” Kevin makin mesum bercanda. Aku hanya diam tak mau melayaninya. Pertandingan kini diteruskan.
Setelah berbagi poin, agaknya Kesha dan Dinah udah pasrah dan membiarkan toket mereka diremas-remas oleh kedua cowok mesum itu. Tangan Kevin malah sempat berkali-kali menyelinap di balik bikini dan meraba toket Dina dari dalam. Tangan Bren juga sempat meramas toket Kesha sampai bikininya melorot. Kesha kembali protes sambil mencubit pinggang Bren. Sementara itu Aku dan Sari masih bertahan menghindar dan gak sempat diapa-apain.
“Masuk…. Sari yang gak tangkap!” Kevin memukul bola kuat di antara Sari dan Bren, dan tidak sempat dijangkau keduanya.
“Eh, bolanya lebih dekat ke Bren, bukan salah ku!” Sari mencoba membela diri, tapi gak digubris Bren.
“Eh, tunggu… Kesha, kamu kan lihat bukan salahku…!” Sari masih terus protes ke Kesha.
Sial bagi Sari ternyata Kesha sudah sepakat dengan Bren untuk mengerjainya. Ketika cewek itu bicara, Kesha memegang dua tangan Sari. Sementara itu Bren dari belakang datang merengguh kedua toket gadis manis itu dan meramasnya tanpa halangan… hampir 10 detik ia mengrepe dan memilin toket kenyal itu seenaknya. Sari malah sempat terpana saking kagetnya.
“Eh, aduh…. Kesha, lepasin dong… Bren, jangan gitu dong… aduh, ampun. Ahhhh….Eh, tolong…!” Sari memberontak ingin lepas, tapi tangannya dipegang erat oleh Kesha. Bren benar-benar untung banyak… Setelah lepas, Sari langsung mencubit tangan cowok itu kuat-kuat… apa Sari sudah terangsang?
“Aduh… ampun… ahhhh… eh, tolong!” Suara Kevin menirukan teriakan dari Sari, sambil menambah-nambah desahan seakan-akan gadis itu sempat mendesah nikmat sebelum sadar dan minta lepas. Lawakan Kevin membuat suasana tambah rame… semuanya tertawa sedangkan Sari hanya tersipu malu.
“Eh, gak kok!” Kata Sari tapi gak digubris orang-orang lain.
Sementara semua ribut tertawa, tiba-tiba servis Bren gak mampu terjangkau olehku… aku gak sadar Bren sudah servis.
Kevin mendekatiku dengan mesum… tangannya sudah terbuka seakan-akan siap meremas toket. Aku mundur sampai tersandar di sudut pinggiran kolam yang agak dangkal dan menutup toketku rapat-rapat. Sementara itu pantatku dilindungi sudut pinggiran kolam.
Kevin kayaknya stress tidak dapat menembus pertahananku.
“Deya… kamu pilih aja, mau digrepe-grepe toket dan memekmu atau mau pegang kontolku?” Kevin masih penasaran.
Karena aku diam aja, ia kelihatan bingung. Tapi tiba-tiba cowok itu nekad membuka celana dan mengeluarkan kontolnya didepanku… Dinah dan Kesha sampe kaget dan tertawa. Astaga, kontolnya lumayan besar… ternyata sudah tegang, kali ini sudah dekat sekali… dikit lagi bisa menyentuh perutku… Aku merasa bergidik melihat batangnya yang bergoyang-goyang jelas didepanku. OMG!
Di saat genting itu aku ingat ancaman ku tadi, pegang kontolnya dan remas kuat-kuat sampai patah! Dan tanpa sadar itu yang ku lakukan kepada cowok itu… malah tangan ku yang satu juga mengulek bijinya sampai hancur.
“Aduhhhhhhhhh…. awwww! Mati aku……” Kevin masih mengurut-ngurut alat vitalnya yang masih kesakitan. Batangnya hampir patah, dan bijinya kayaknya remuk, deh. Tangannya yang hampir menjamah toketku langsung kelihangan kekuatannya… aku tertawa sambil nyesal dikit… tadi itu aku pake sekuat tenaga. Bisa-bisa kontolnya beneran patah!
Kali ini giliran aku dan Sari yang tertawa-tawa, sementara Dinah, Kesha dan Bren masih kaget hampir gak percaya. Kevin masih terduduk kesakitan sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Gaya cowok itu sangat lucu persis kayak anak kecil yang teriak-teriak kesakitan. Hilang semua tampilan macho-nya… dengan kontol yang lemas tak punya daya.
Pada saat genting itu Susan keluar dengan jus orange 6 gelas ditaruh di atas baki. “Gimana pertandingannya… kedengarannya seru. Kevin udah kerjain Deyara, blum?”
“Hahahahaha….!” Kami semua tertawa dengan kata-kata dari Susan yang gak tauh apa-apa.
-----
Pertandingan masih terus dilanjutkan, tapi kali ini Kevin digantikan oleh Susan. Anak itu sudah pergi ke tempat tidur, udah hilang begalnya… hehehe. Sementara itu Bren tidak lagi berani mesum-mesuk ke Sari. Pokoknya suasana sudah berubah jauh… masih penuh canda, tapi gak terlalu mesum lagi.
Tapi kali ini aku memperhatikan kalo Dinah dan Susan sempat bisik-bisik sambil melirik ke arah jus orange milikku. Aku sengaja belum minum dan menempatkannya dekat kolam… pasti ada apa-apanya.
Sari juga belum minum jus-nya. Kayaknya ia mulai waspada. Tetapi setelah melihat yang lain gak masalah, ia mulai merasa enjoy dan menurunkan penjagaannya. Yang lain sudah minum, malah ada yang sudah hampir habis. Mereka kini mendesakku untuk segera meminum jus… sementara itu Sari udah gak sadar menuju ke minuman dan mengambil gelasnya.
Astaga, aku harus mencegahnya… ia sudah siap-siap untuk minum jus yang kelihatan dingin menyegarkan. Apa akal?
Tepat ketika Sari mendekatkan gelas ke mulutnya, bola servisku mengenai tangannya….
“Yah… tumpah deh! Curang ahhh… aku kan belum siap!” Sari protes.
“Eh, gak bisa Sari… tadi juga aku belum siap sudah di servis Bren!” Aku pura-pura senang karena dapat poin. Tapi intinya Sari gak jadi minum jus yang sudah tumpah itu.
“Tapi aku kan lagi minum…!” Sari masih protes.
“Ok deh, aku ambilin kamu air minum di belakang! Punyaku juga sudah kemasukan air kolam…” Aku cepat-cepat pergi ke dapur, membawa jusku kedalam dan mengambil air untuk kami berdua. Dinah dan Susan hanya memandang diam-diam. Kayaknya mereka kecewa.
Setelah 15 menit, minuman tersebut mulai menunjukkan efeknya… terlihat Kesha mulai gelisah. Eh, yang lain pada ikutan terangsang juga. Permainan kembali seru, dan mulai mengarah ke mesum lagi. Kali ini Bren jadi sasaran ejekan…
“Ayo dong Bren… masak Kevin doang yang berani nunjukin kontolnya… pasti punyamu kecil!” Kata Kesha gak malu-malu lagi.
“Oke aku buka, tapi kamu juga harus terlanjang, berani?” Bren balas menantang. Tapi Kesha masih menghindar.. masih tersisa sepenggal harga dirinya. Kali ini semua udah gak fokus di permainan lagi.
“Auww… nakal…. Ihhhh jahil banget, awas kalo ketangkap!” Susan berteriak kaget setelah toketnya diremas Dinah dari belakang. “Bren, tolong aku tangkap si jahil satu ini… kita petreli tubuhnya.” Susan menggiring Dinah yang lari ke arah mereka. Sementara itu Kesha menangkap kedua tangan Dinah dan memegangnya kuat-kuat.
“Ayo Bren… sudah ketangkap orangnya… cepat grepe dia!” Teriakan Kesha segera disambut cowok itu dengan meremas toket Dinah dari belakang. Persis yang mereka perbuat kepada Sari.
Dinah terus berteriak ketika di grepe-grepe cowok itu, tapi suaranya doang yang protes. Bahasa tubuhnya kelihatannya sudah mau-mau dari tadi, cowoknya ganteng sih, macho lagi… Sementara itu Susan sudah tiba dan mulai turut menggeranjangi Dinah.
Aku dan Sari segera naik dari kolam dan duduk disitu… kami merasa risih melihat bagaimana bikini Dinah sudah dipeloroti dan toketnya yang sekal jelas dipamerkan. Bren kini sudah berpindah tempat… kali ini masuk diantara Dinah dan Kesha, sehingga ia kini dapat mencomot toket Dinah dengan mulutnya yang rakus. Sementara Dinah terus mendesah menahan nafsu atas serangan beruntun dari Bren dan Susan.
Mulut Bren terus mengisap pentil kanan cewek itu yang sudah tegang berdiri… semetara toket yang satunya terus dipilin-pilin dengan kedua tangannya. Dinah terus mendesah… kayaknya sudah mabuk birahi. Ia membiarkan saja ketika tangan Bren kini turun membelai perut dan pinggangnya… dan menarik segitiga kecil pertahanan terakhirnya kebawah… Dinah kini sudah telanjang bulat, dengan memek gundul bersih terekspos sempurna dan langsung dipermainkan oleh Susan.
Kesha masih tertawa-tawa melihat Dinah mendesah keenakan, tanpa sadar pegangannya ke tangan Dinah makin melemah. Dan Dinah segera memanfaatkan situasi…
“Eh, apa ini… eh jangan… tolong! Aduh…” Kali ini justru kedua tangan Dinah yang memegang tangan Kesha dengan erat. Gadis itu gak bisa mengindar lagi setelah tangannya dipegang kuat. Dan perlawanannya yang stengah hati gak mampu mencegah bikininya yang mulai dilepas Susan yang kini melihat ada sasaran baru.
“Bren… gentian dong. Masak toket-ku doang yang di grepe. Tuh ada toket satu lagi dibelakangmu…!” Dinah memberitahu Bren yang segera balik belakang melihat Kesha yang sudah telanjang dada.
“Eh… aduh… jangan Bren, aku gak mau… ahhhhh… ooohhh… gak, gak boleh…!” Bren kini mulai nenen di toket Kesha yang gak kalah besarnya. Justru kelihatan toket Kesha masih lebih keras dan kenyal dari toket Dinah yang sudah agak turun. Pentilnya yang berwarna merah muda dan terletak di bagian atas menambah keindahan tubuh gadis itu. Kesha memang menawan… Bren langsung kelihatan bernafsu melihatnya.
“Aku gak mau… ahhhhh…. ooohhh…. gak, gak boleh!” Kali ini Dinah yang meniru kata-kata dari Kesha dengan penekanan pada bagian tengahnya dengan desahan panjang. Seakan-akan Kesha pura-pura doang gak mau, padahal sudah mendesah gitu.
“Hahaha…” Mereka semua tertawa mendengar ejekan Dinah. Semetara Kesha kini tersipu malu. Ia mengatupkan mulut supaya gak mendesah kuat.
Kesha makin terlena… Aku dan Sari masih terus melihat bagaimana Bren mengemut kedua toket itu, sementara kedua tangannya mempelorotkan potongan segitiga yang merupakan kain penutup terakhir gadis itu. Kesha tidak perduli lagi… ia sudah terbelai dalam kenikmatan terlarang… dan ketika mulut Bren turun ke belahan kakinya, Kesha hanya bisa mendesah sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Bren masih menatapnya lekat-lekat.
Kesha kini diangkat dan duduk di pinggir kolam, sementara Bren terus mengerjai memeknya yang berbulu halus dan tipis. Kesha gak malu-malu lagi mendesah ketika lidah Bren bermain nakal di clitoris gadis itu, sementara dua jarinya yang gemuk mulai menusuk pelan. Ia malah menekan kepala Bren agar terus mengemut memeknya.
“Ahhhh… aduh…. Ampun… ohhh……. Ahhhhhh” Kesha terus mendesah, semakin lama semakin kuat dan nadanya makin tinggi. Tubuhnya terus bergerak erotis melawan tusukan jari Bren yang makin cepat. Tangan Kesha seakan ingin mencegah tapi Bren terus bergerak cepat… gadis itu makin bergetar kelojotan… dan pinggulnya diangkat tinggi-tinggi hampir melengkung!
“Ahhhhh…. Ahhhhh…!” Kesha berteriak kuat seiring dengan orgasme pertamanya. Kelihatan cairan bening makin membasahi memeknya yang makin membengkak!
“Gila… memeknya masih sempit sekali. Jari aku terjepit kuat… Pasti memeknya jarang pake!” Kata Bren mengagumi milik pribadi Kesha.
Orgasme Kesha membuat aku dan Sari merinding. Ih, nyata benar cewek itu keenakan, padahal Bren baru menggunakan jarinya. Akal sehatku menyuruh aku untuk segera masuk kamar, bahaya di luar. Tapi tubuhku tak mampu beranjak… kayaknya masih penasaran dengan apa yang akan terjadi berikutnya.
-----
“Bren, cepetan dong… ini masih ada dua memek yang antri kontolmu!” Susan tidak malu-malu lagi. Ternyata ia dan Dinah sudah dari tadi telanjang dan saling memanjakan dalam posisi 69. Tubuh kedua gadis seksi itu terus bergerak sensual dan saling bersentuhan… kedua tangan Dinah sudah mengrepe toket Susan, sementara Susan membalas dengan jarinya.
Permainan Susan dan Dinah sungguh panas, tapi kembali pandanganku terfokus kepada Bren dan Kesha. Tampaknya mereka siap ke ronde selanjutnya.
Bren segera naik keatas tubuh gadis cantik itu, ia mulai membuka celananya dan memamerkan kontolnya yang besar dan panjang, mungkin sekitar 18 cm. Batang itu kini sudah berada tepat di depan liang senggama Kesha, mengelus-eluskan keatas bawah seperti singa yang mempermainkan korbannya… memek itu masih banjir dengan siraman tadi. Kesha sendiri masih tampak kecapean setelah dihajar orgasme yang sangat dahsyat. Ia gak sadar bahaya yang sedang datang.
“Bren… tunggu, aku masih cape. Istirahat dulu dong!” Kesha memohon, tapi kayaknya permohonannya tidak digubris. Kesha makin ketakutan ketika memandang kebawah dan memperkirakan ukuran kontol itu. Tak lama kemudian kelihatan kontol besar itu mulai menyibak masuk, membuat Kesha merenggangkan otot vaginanya selebar mungkin. Ini adalah kontol kedua yang telah menyentuhnya… dan perbedaannya sangat jauh. Milik mantannya gak ada apa-apanya.
“OMG! You are so delicious girl… memekmu sempit kayak perawan. Ahhhh nikmat sekali!” Bren makin merasa nikmat. Ini salah satu memek tersempit yang pernah dirasakannya. Sementara Kesha menahan nafas… baru kali ini kontol yang masuk benar-benar mengesek dinding vagina. Ia harus merenggangkan otot vagina untuk membuka sebesar-besarnya. Kontol Bren terus menyeruduk melewati lorong yang sudah basah kuyup itu… dan kini menjangkau titik-titik nikmat yang belum pernah bertemu dengan benda asing sebelumnya. Kesha makin pasrah… ini adalah campuran antara sakit dan nikmat… dan rasanya seperti diperawani kembali.
“Oh… aduh…!” Kesha melolong kuat ketika helm baja itu bertemu dengan mulut rahimnya. Mentok! Ia hanya bisa pasrah sambil berharap Bren akan memperlakukannya dengan lembut, karena ia gak mampu lagi melawan… Kesha menutup mata menikmati penggagahannya. Belum pernah memeknya merasa senikmat ini… penuh, sampai ke ujung. Ia mencoba menjepit dengan otot-ototnya…
“Ahhhh… oh…. Gila, nikmat banget. Memekmu mencengkram sayang… ih kayak rem cakram aja!” Bren ngomong terus, sangat menikmati jepitan kenyal yang lembut menyedot dan berkedut. Kontolnya terasa diurut-urut.
“Rem cakram? Hahaha….” Sari sampai tertawa lucu. Ternyata kalo lagi keenakan cowok jadi gini yah… hehehe.
“Ih…. Kok rem cakram. Kayak mobil aja!” Aku menimpali canda dari Sari.
Kesha sendiri masih terus mendesah keenakan mengikuti irama pompaan cowok itu. Matanya merem melek sedangkan tangannya hanya bisa menjambak kuat rambut Bren.
“Ah… Kesha… jangan botakin dong rambutku. Nanti aku balas botakin jembutmu…!” Bren masih ngomong aneh-aneh… pasti keenakan sampe gak bisa berpikir lagi. Sari dan aku masih tertawa-tawa…
“Aduh… oh.. Ahhhhhhhh!” Kelihatannya Kesha dapat orgasmenya lagi, tapi kayaknya tubuhnya gak henti-hentinya berkelojotan sampai kelelahan.
“Tenang sayang, aku akan berikan kenikmatan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya…” Bren merayu gadis seksi itu yang kini sudah pasrah. Pinggulnya mulai bergerak, mulai dari lembut, tapi lama-kelamaan makin kuat dan cepat… tusukannya bervariasi membuat Kesha gak mampu melawan lagi, selain mengatur otot vaginanya untuk mencengkram batang jumbo ini.
Tusukan demi tusukan membuat aku dan Sari menahan nafas saking nafsunya. Aku dapat membayangkan kalau seandainya aku yang berada di posisi Kesha… dan batang raksasa itu akan membuat aku orgasme terus…sampai ke puncak yang tertinggi. Ini sih lebih hebat dari film porno lagi.
Aku melirik ke Sari yang sedang menutup mata. Pasti ikutan menghayati. Tangannya meremas toketnya sedangkan tangan yang satunya berada diantara selangkangannya… aku tahu ia sudah terbuai. Apa lagi tadi toketnya sempat digrepe-grepe cowok itu.
Plok… plok… plok… Tusukan Bren makin cepat dan terus kuat… Kesha terus mendesah kuat sambil memutar pinggulnya meredam pompaan yang penuh tenaga tersebut. Kali ini Kesha duduk diatas membelakangi cowok itu dan menggoyangkan pinggulnya sementara digedor dari bawah. Tampak cairan vagina terus meluber dari lubang nikmat tersebut. Ia kembali orgasme… nampak dari getaran-getaran tubuhnya yang bergerak liar. Ia juga terus mendesah kuat, tapi tubuhnya udah gak ada kuat lagi. Apa ini yang namanya multiple orgasme?
Kali ini kontol Bren semakin cepat… uh, cepat sekali menggedor terus dari bawah, sedangkan Kesha hanya bisa diam sambil menikmati. Bren kuat sekali, dari tadi terus memainkan RPM tinggi… Kesha gak tahan lagi… tubuhnya kembali kelojokan dalam orgasme yang kesekian kalinya. Kali ini lebih hebat lagi… mungkin sisa-sisa tenaga yang ada. Tapi kali ini kayaknya Bren juga akan sampe, ia terus menusuk kuat…
Tepat sebelum ia menyemprot, Bren menarik kontolnya dan mendekatkan ke dada Kesha. Crot… crot… crot… sekitar 5-6 kali tembakan telak menghantam wajah, leher dan dada gadis itu. Keduanya kini terbaring dalam nikmat dan kelelahan…
Ih… aku dan Sari sama-sama saling memandang. Aku sampai tergidik merinding membayangkan kenikmatan tadi. Pasti itu karena obat perangsang. Sari menatapku penuh arti, dan aku mengangguk mengiyakan…
Astaga, kami belum lolos… kami harus makin hati-hati. Sampai kapan kami bisa bertahan?
-----