Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi kamar dengan adik perempuanku

BAB VI

Kalah Taruhan



"So apa yang Kakak ingin lakukan malam ini?" Adikku Ditta berbaring di tempat tidur saat aku baru keluar dari kamar mandi. Saat itu hari Jumat, dan kami baru saja pulang dari kuliah dan di rumah hanya ada kami berdua.

"Ada beberapa hal sebenernya," kataku. Aku berjalan mendekatinya, berdiri di samping tempat tidur.

"Ade rasa Ade tahu apa yang ada dalam otak Kakak." Dia memajukankan kepalanya ke arahku dan menciumi penisku dengan lembut dari luar celana trainingku. "Tadi malam Kakak pasti kurang puas."

Semalam, aku masuk ke kamar dan menemukannya sudah tidur nyenyak, dan aku terlalu horny untuk bisa tidur dan memutuskan untuk onani tetapi kurang puas jika hanya dengan menonton porno, Aku menyentuhnya saat adikku sedang tidur. Saat aku semakin berani, akhirnya aku menggosokkan penisku ke bibirnya sampai akhirnya bibir adikku melilit kepala penisku. Setelah beberapa saat aku mencabutnya dan orgasme. Baru setelah aku selesai dia terbangun.

Aku duduk di tempat tidur di sampingnya. Kepala kami berdekatan dan kami mulai berciuman. Setelah kami melepaskan ciuman, dia menarik diri kebelakang. "Ade baru ingat, Ade ada tugas sains yang perlu di kerjakan akhir minggu ini. Sebaiknya Ade mulai di malam ini juga." Dia berkata sambil seperti berpikir. Aku pernah diajar oleh guru yang sama tahun lalu dan pernah mengerjakan tugas yang sama.

"Kakak ingat, bukannya itu tugas kelompok?"

"Ya, tapi anggota kelompok Ade yang lain tidak mau mengerjakannya dan malas--malas. Lebih baik Ade melakukannya sendiri."

"Ditta, kamu tuh gak boleh selalu mengalah begitu," kataku padanya. Ditta selalu pemalu, dan takut jika berargumen dengan temannya. "Kelompok Ade gak boleh begitu jika itu tugas kelompok, kenapa Ade mau aja disuruh kerja sendiri?"

"Ade gak tau, Ade Cuma gak mau di bilang ga toleran."

"Ada perbedaan antara toleran dan kerja sendiri."

"Maaf."

"Gini aja, Ade harus berani bilang seperti ini," aku mengajarinya. "Gak bisa! Kalian gak bisa begitu, ini kerja bersama setiap anggota harus mengerjakan bagian-bagiannya."

Dia memutar matanya. "Baiklah, Aku akan coba lain kali."

Dia mengerjakan tugas kuliahnya beberapa saat, lalu kami ke bawah untuk makan malam, kami putuskan untuk membeli burger saja di ujung jalan karena Ibu tidak dirumah dan tak ada yang memasak. Tak berapa lama kami sampai dan memesan makanan,setelah pesanan kami datang dan kami menuju meja makan. Ditta membuka makanannya, mendesah sedikit dan mendorongnya ke samping.

"Pesanan kamu salah?" Dia mengangguk. "Balik lagi ke sana dan minta mereka membuat yang baru."

"Gak apa-apa, Ade gak lapar."

"Inilah yang Kakak bilang, konfrontasi sedikit gak apa-apa, mereka mendapatkan pesanan belasan kali sehari, mereka tidak akan peduli jika kita tidak komplen, kita membayarnya, mereka harus membuatnya dengan benar, sesuai dengan pesanan." Dia masih ragu-ragu. Aku memutar mataku, bangkit lalu membawa burger miliknya itu kembali. Aku datang beberapa menit kemudian dengan yang baru. "Lihat."

"Iya." Dia jelas kesal saat menerimanya. Aku putuskan untuk membiarkannya untuk saat ini.

Kami pulang ke rumah dan Selama perjalanan pulang yang singkat itu Ditta hanya diam, baru setelah sampai dirumah dia mebuka suara bilang dia mau olah raga lari sebentar. Takut kalau dia makin marah padaku, aku putuskan untuk menemaninya berolah raga ke taman. Ditta masuk kamar dan berganti pakaian, dia menggenakan kaos tanpa lengan warna abu-abu dengan celana pendek merah yang menampilkan seluruh kakinya yang mulus. Dia mengenakan sepatunya dan turun ke bawah. Sedang aku hanya mengganti kausku. Kami berjalan ke taman seperti yang biasa telah kami lakukan bertahun-tahun. Ketika kami tiba di sana, kami melalukan stretching sebentar.

"Kakak nyebelin," katanya padaku. Dia jelas masih kesal.

"Kakak gak pa pa kok." Aku kembali melalukan pemanasan .

"Kakak seharusnya membelaku" katanya lagi.

"Kakak selalu membela kamu." Jawabku lagi.


Dia mendengus kesal lalu mulai lari mengeliling taman, aku mensejajarkan dengan dirinya. Saat kami sedang berlari ada 2 ekor anjing kampung berlari menghampiri kami. Dua ekor anjing ini sudah mengenal kami dengan baik, kami menemukannya saat mereka masih kecil-kecil, sayang kami tidak diijinkan merawatnya dirumah jadi kami putuskan menyimpan mereka ditaman. Hampir setiap hari kami kesini untuk memberi susu atau makanan yang kami curi dari kulkas dirumah. Sekarang setelah mereka besar-besar mereka menjadi dekat dengan kami. Aku bermain dengan salah satu anjing itu yang kami beri nama Willow, dan Ditta bermain dengan anjing satu lagi si Pillow. Tiba tiba Ditta memiliki ide untuk bertaruh dengan menggunakan pillow dan willow.


"Ok, aku yakin Pillow bisa mengalahkan Willow saat ini." Kata ditta

Aku mengambil sebatang ranting patah dan melemparkannya jauh Willow langsung berlari dan mengambilnya kemudian mengembalikannya padaku, lalu Aku melemparkan ranting tadi ke Ditta. Saat dia sedang memungutnya, aku melangkah mendekati Pillow. Saat Ditta melempar ranting, aku meraih ekor Pillow, memberi kesempatan Willow berlari lebih dulu. "Pillow terlalu maju." Kataku.

"Curang, kakak takut balapan yang fair."

Willow selalu menjadi anjing yang lebih cepat. Sebenarnya tidak ada pertanyaan siapa yang akan menang, tapi sekarang Ditta telah berkomitmen untuk mendukung Pillow. Aku memutuskan untuk memanfaatkan ini. "Ngomong-ngomong, apa yang kita taruhkan?"

"Yang Kalah harus menjadi budak yang menang selama sehari penuh."

"Baik." Itu adalah taruhan yang pernah kami lakukan beberapa tahun yang lalu. Dan aku keluar sebagai pemenang, dan waktu itu aku menyuruh Ditta membersihkan rumah dan membersihkan kamarku.Tapi kali ini adalah sesuatu yang baru dan aku sudah memiliki rencana-rencana dibenakku.

Gagasan sudah mengalir dari kepalaku untuk apa yang akan kulakukan dengannya. Ibu akan dinas keluar kota besok sampai hari Minggu, jadi hanya kami berdua dirumah. Aku bisa memenyuruh dia untuk memandikan aku dan berpakaian, atau menyuruhnya berpose bugil untuk ku photo. Aku tidak ingin membuatnya terlalu jauh dari zona nyamannya, tapi sedikit memaksa bisa membuatnya sedikit lebih binal. Dan yang paling penting, Aku ingin penisku bisa berada di mulutnya lagi. Aku bertanya-tanya berapa banyak blowjob yang bisa aku dapatkan dalam satu hari.

Aku menerima ranting dari Willow dan meberikannya lagi padanya. Dia berhenti sejenak. "Kakak yakin mau bertaruh sekarang?" dia bertanya.

Aku tidak akan mundur. "Kakak mau jika Ade juga mau melakukannya," kataku, di suatu tempat antara percaya diri dan merendahkan.

"Baiklah," katanya. Dia berbalik ke kiri dan melemparkan ranting ke arah yang berbeda dari sebelumnya, dan anjing-anjing itu bergegas menyusulnya. Aku bertanya-tanya mengapa dia melemparnya kearah itu, aku melihat ada anjing lain di sana.

Willow mungkin lebih cepat, tapi Pillow lebih fokus. Begitu Willow melihat ada anjing yang lain, dia bergegas ke sana. Ditta telah menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengajar Pillow mengikuti perintah dan menghindari gangguan. Willow baru saja mulai mengendus anjing lain itu saat Pillow meraih ranting yang dilempar Ditta.

Ditta terkejut dan terperangah, aku lemas. Dalam perjalanan pulang, Ditta tersenyum, bersiul, dan hampir melompat-lompat, jejak kekagetannya masih belum hilang.

Di rumah kami menuju kamarku untuk bersiap-siap tidur. Ditta masuk kamar mandi lebih dulu dan keluar dengan pakaian piyamanya; tank top putih dan celana pendek, sangat pendek. Dia menghampiri Aku dan perlahan memeluk Aku. Mulutnya mendekati Aku seolah ingin mencium, lalu dia berhenti tiba-tiba. "Sebaiknya kau tidur nyenyak malam ini, Besok akan menjadi hari yang panjang." Dia melepaskanku dan meluncur melewatiku ke tempat tidur. Dia naik ke sisi yang jauh dan menarik selimut erat-erat di atas tubuhnya, menghadap jauh dariku. Untuk pertama kalinya dalam seminggu, Aku harus tidur tanpa melepaskan memeluknya.

Aku terbangun di hadapan Ditta pada hari Sabtu, cukup awal untuk melihat Ibu ku mempersiapka segala sesuatu untuk kami. Aku sarapan lalu duduk di sofa, bertanya-tanya apa yang akan direncanakan Ditta untukku.

Sekitar pukul 10 Ditta masuk dan duduk di sofa di sampingku. "Jadi, apa yang akan Kamu lakukan hari ini," aku bertanya.

Dia tampak sedikit tidak nyaman. "Ini agak konyol, Jika Kakak tidak mau melakukannya, ok, Ade mengerti, Ade tidak mau Kakak melakukan sesuatu yang tidak Kakak sukai."

Seharusnya aku tahu dia akan berkata seperti itu. Aku tidak tahan melihat sifat pengecutnya keluar lagi. "Kamu sedang dipaksa, Ditta, Kamu menang, Kakak harus jadi budak Ade hari ini."

"Baiklah, Ade Cuma memastikan saja, karena Kamu sangat bersikeras bahwa Ade seharusnya tidak mengerjakan proyek itu sendirian, Ade sudah memutuskan untuk melakukannya. Ayo kita ke kamar."

Kami menuju ke kamarku dan dia pergi ke lemari dan mulai membongkar barang-barangku. Aku bertanya-tanya apa yang dia cari, tapi perhatianku terlalihkan melihat pantatnya daripada bertanya. Celana pendek yang dipakainya untuk tidur sangat pendek dan ketat, dan ketika dia membungkuk sedikit, celananya tertarik ke dalam celah dan lekukan bagian bawah pantatnya.

Setelah beberapa saat, dia menemukan apa yang dia cari. Dia berbalik memegang dasi kupu kupu yang pernah Aku kenakan pada pernikahan sepupu kami tahun lalu. "Ini yang akan Kakak pakai hari ini." Dia melemparkannya ke arahku, dan kupakai di leherku. Aku beralih ke komputer untuk memulai mengerjakan tugas sains adikku.

"Tunggu, Ade bilang Kakak pakai dasi kupu kupu itu, ade gak bilang apapun tentang kemeja atau celana." Aku berbalik menghadapnya. Dia berdiri menunggu. Aku melepas bajuku dan celana, hanya menyisakan celana boxer-ku. Dia melangkah ke arahku. "Ini juga," dia menempelkan jarinya karet pinggang boxerku dan menariknya ke bawah, Aku sudah stsengah ereksi membayangkan seharian akan dalam keadaan telanjang. Dia kemudian menarik celana dalamku ke bawah, sampai dia berjongkok, shinnga penisku berada tepat di depan wajahnya. Aku melangkah keluar dari celana dalamku dan dia membuangnya ke samping. Dia mengulurkan tangannya dan dengan ringan meraih penisku dengan ujung jarinya, lalu menggoyangkan kepalanya ke satu sisi, lalu yang satunya lagi, memeriksanya. Dia memegangnya lurus ke atas dan dengan tangannya yang lain, mengangkat buah zakarku, seolah menimbangnya. Dia membawa penisku kearah bibirnya, hanya beberapa centi jauhnya. Aku menunggu dan bersiap mendapatkan kenikmatan yang pertama, tapi.

"Hari ini akan sangat menyenangkan, tapi sekarang Kakak punya pekerjaan yang harus diselesaikan." Dia memlepaskan tangannya dan berdiri. "Data untuk tugas sains ada di folder Ade di komputer, Ade mau nonton TV."



Gubrakkkk!!!!!!!!!!!!





Sambung lagi nanti yahhhh..............
 
Terakhir diubah:
Argh kentang...baru mau coli..ahhhhrgh :p

Mantap suhu...hehehe
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd