Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Balada Viana 1, 2 and 3 : The beginning, The birth of slut of me and Forbidden Love

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Chapter 4

Pijatan Udin dan Tarjo semakin berani hingga sampai ke daerah sensitif, namun Viana tidak merespon seakan menikmati setiap pijatan mereka.

“Non, nanti gantian ya, non juga pijitin kita” Udin masih berusaha memecah kesunyian.

“Iya mang, nanti Via pijitin, tapi 15 menit lagi yah, pijitan mang Udin enak juga” jawab Viana setengah terpejam, ternyata memang sedang menikmati pijatan mereka.

Dia tidak menyadari pijatan Udin dan Tarjo saat itu dilapisi oleh mantera gendam yang lambat laun meresapkan nikmat percabulan dalam jiwa Viana. Setiap sentuhan dan rabaan pada paha bagian atasnya menimbulkan sensasi nikmat, Viana sudah tidak peduli siapa yang melakukan itu karena posisinya sedang telungkup. Udin dan Tarjopun begitu menikmati kehalusan dan kemulusan tubuh anak majukannya, celana mereka sudah menggelembung pertanda penisnya sudah mekar.

“non Via, bajunya dilepas aja ya, biar pijatannya tambah kerasa”kata Tarjo tak tahan.

Viana diam sesaat lalu berkata “gak usah deh mang, jangan”

“kenapa non? Malu ya diliat sama kita” kata Tarjo cengengesan.

“Via gak biasa kayak gitu, malu ah, biar kayak gini aja, udah enak kok”

“hehehe bener nih non, ga mau dibuka….padahal mau dibikin enak koq malu” kata Tarjo sambil tak lepas mengelus bahkan setengah meremas pantat Viana yang tengah telungkup.

“gak usah malu non, kenapa harus malu, harusnya non Via bangga punya badan sebagus ini, udah putih, halus, mulus pula, tuh kontol kita juga sampai pada ngacung begini” Ujar Udin yang duduk disamping tubuh Viana sambil menunjuk selangkangannya yang memang kelihatan menggelembung.

“ayo non, gak usah malu-malu, minggu lalu juga kita gak malu tuh liatin kontol kita sama non Via, sekarang giliran non yang buka baju, lagian disini kan cuma ada kita bertiga jadi ga bakal ada yang liat” rayu Tarjo sambil mengelus-elus paha Viana seakan tidak sabar melihat paha itu tanpa celana coklat yang menutupinya.

Udin malah sudah menyusupkan jari-jari tangannya ke dada Viana yang masih telungkup. Vianapun merasakan ada tangan besar dan kasar sedang menyusupi dadanya bahkan meremasnya, semula gadis itu berniat menepis tangan jahil didadanya, namun ada sensasi birahi yang berkobar di dadanya itu yang membuat gadis sipit itu hanya bisa mengerang. Keadaan itu dimanfaatkan Tarjo mencium paha belakang Viana bahkan sampai menjilatinya sampai gadis itu kegelian dibuatnya. Posisi Vianapun otomatis berubah menjadi menyamping akibat serangan kedua pembantunya itu.

“enak ya non, makanya ga usah malu, nanti malah bisa lebih enak lagi, kayak waktu itu kita juga sampai bucat saking enaknya dipijit sama non, sekarang non mau coba ga? Gratis koq, asal non Via mau lepas baju” Tarjo kembali membujuk Viana sesuai keinginannya.

“Emmmmh ga tau ah mang, Via malu tapinya” lirih Viana malu-malu kucing.
Waduh si non, masih malu juga, Nih coba dulu yang ini non! Jo, coba lu gantiin posisi gua disini, gua yang pegang kaki non Via” Kata Udin menyuruh Tarjo ganti posisi, sementara Viana dibuat telentang di ranjang barunya itu.

Dengan cepat Udin menggantikan posisi Tarjo memijat kaki Viana, namun kali ini bagian paha depan Viana yang jadi buah bibir didesa itu karena terlihat begitu halus dan putih. Udin bukan hanya meraba dan mengelusnya, namun kali ini dia juga menjilati paha itu sampai kebagian dalam yang tertutup celana pendek, tangan Udin pun merayap mengelus-elus kemaluan Viana diluar celana pendeknya. Viana menggelinjang kecil karena kaget dan juga merasakan kenikmatan yang menjalar diseluruh bagian tubuhnya. Tarjo yang kini wajahnya dekat dengan wajah Viana tah tahan melihat wajah oriental dengan mata sipit yang sedikit terpejam akibat ulah Udin, bibir tipis gadis itu menjadi sedikit terbuka akibat rintihannya. Tak tahan pemandangan itu, Tarjo mencium bibir merah Viana, melumatnya lama sekali, lidahnya mulai melumat lidah Viana di dalam mulutnya. Viana pun dibuat tak tahan oleh Udin yang sudah mencium-cium selangkangannya sambil menjilat perutnya yang terbuka karena kaosnya tertarik keatas akibat gerakan Tarjo. Viana semakin blingsatan dikeroyok kedua pembantunya. Udin dan Tarjo tampak bersemangat sekali mengerjai anak majikannya itu apalagi melihat Viana yang memang terlihat mempunyai aura sex yang besar, keduanya seakan berlomba menyetubuhi gadis amoy itu. Melihat kaos Viana terangkat, tanpa berfikir lagi, Tarjo menyusupkan tangannya kebalik kaos Viana dan mempermainkan kedua payudara Viana terutama dibagian putingnya yang sangat sensitif bagi seorang gadis. Gairah Viana semakin berkobar, efek gendam cabul dari Udin dan Tarjo meledak-ledak dalam dadanya, sementara tangan perkasa Tarjo menyusuri bagian luar dadanya, bahkan sekarang tangan itu berusaha membuka tali bra yang sudah merosot ke bawah karena isinya sedang digrepe olehnya.

“gimana non? Enak? Dilepas aja ya biar leluasa” kata Tarjo di telinga Viana, lalu mencium lehernya yang jenjang hingga seluruh tubuh Viana merinding dibuatnya.

“Ehmmm… terserah mang Tarjo deh” desah Viana lirih,

Bersamaan dengan itu, terdengar suara pengait bra yang terbuka. Tarjo melepas kaos ketat yang dipakai Viana dan tampaklah kulit punggung mulus dengan tali bra sudah terlepas. Tarjopun menuntaskannya dengan melolosi bra itu dari tubuh Viana. Viana secara reflex menutupi kedua payudaranya dengan tangan, namun posisi itu justru membuat birahi kedua pembantunya tambah naik. Udin dan Tarjo hampir meneteskan air liur melihat kulit tubuh Viana yang mulus tanpa noda, dan putih bagai salju. Selama ini mereka sering melihat gadis pelacur telanjang tapi baru kali ini mereka melihat tubuh yang begitu sempurna untuk dilihat dan untuk dinikmati.

“wuihh mulus amat nih badan, celananya juga dilepas aja non biar lebih enak diliatnya” kata Udin akhirnya sambil menarik perlahan celana pendek Viana. Celana itupun melorot perlahan, Udin mengeluarkannya dari sepasang kaki Viana.

“Wah Din, ini sih barang mewah, mulusnya merata, tuh liat si non juga memeknya udah basah” kata Tarjo menunjuk celana dalam Viana yang berwarna putih, namun dibagian yang menutupi vagina terlihat transparan, pertanda dibagian itu sudah terkena cairan.

“Iya non, udah kepingin juga ya, sini mamang lepas celana dalemnya ya” tanpa menunggu jawaban Viana, Udin melolosi celana dalam Viana. Sekarang tampaklah tubuh sempurna Viana di hadapan kedua pembantunya. Viana terlihat grogi sekali dalam keadaan itu, dia malu sekali dilihat bugil oleh kedua pembantunya, seharusnya pemandangan itu hanya bisa dilihat oleh suaminya kelak. Tarjo memegangi tangan Viana agar tidak menutupi daerah kemaluan dan dadanya, sementara Udin berdiri di depan mereka sambil menaksir dan menikmati pemandangan tubuh telanjang Viana.
ayo non tetep telentang aja, ga usah malu lagi, sekarang kita udah sama-sama liat kan?” kata Udin.

Tentu saja Viana belum berani bergerak banyak karena masih belum terbiasa dilihat orang dalam keadaan seperti itu, apalagi mata kedua pembantunya terus memelototi tubuhnya dengan seringai mesum.

“Udah ah mang, malu” kata Viana dengan wajah memerah

“Iya non, udah, kita langsung aja” kata Tarjo sambil kembali mencium bibir Viana, namun kali ini dengan nafsu dua kali lipat yang tadi. Tangannya sibuk menggerayangi payudara Viana satu-demi satu, sementara Viana sudah membalas ciuman Tarjo dengan bibirnya juga, lidahnya saling bergulat.

Udin mendekatkan wajahnya kevagina Viana, pelan-pelan tangannya membuka bibir vagina yang masih menutup, namun disekeliling bibir itu telah berkilat oleh cairan vagina, pertanda tubuh Viana telah mengizinkan pria jantan untuk menyentuhnya. Didepan mata Udin terlihat paha Viana begitu putih sampai selangkangannya, benar-benar tanpa noda, baru terlihat merah muda didaerah sekitar vagina, dengan bulu-bulu tipis menghias kemaluannya. Sungguh berbeda dengan gadis-gadis yang pernah ditidurinya, semua rata-rata berwarna kehitaman didaerah vaginanya. Tangan Udin menyibakkan bibir kemaluan Viana dan tampaklah daerah kenikmatan itu juga berwarna merah muda, seperti belum pernah tersentuh, tapi Udin ingat bahwa Viana sudah jebol keperawanannya, untuk itu ia semakin memperlebar bukaannya, “benar-benar barang mahal” pikirnya. Lidah Udin perlahan menyapu bagian luar kemaluan Viana, rasa asin pun dirasakannya, lalu lidahnya kembali menyapu sedikit kedalam dan semakin kedalam, sementara bibirnya bergantian mengisap kelentit kecil dibagian atas bibir vagina yang terbuka. Diperlakukan seperti itu membuat Viana hilang kesadarannya sebagai gadis baik-baik, rasa nikmat yang sudah menjalar sejak tadi kian membludak terutama dibagian kemaluannya, lidah Udin seperti tahu mana titik penting dalam liang vaginanya berputar-putar, sampai akhirnya Viana tak kuasa membendung rasa nikmat itu, mulutnya terus disumpal mulut Tarjo hingga rintihannya tenggelam. Kedua kaki Viana secara tidak sadar semakin mengangkang mengapit wajah mesum Udin, disaat itu tubuh Viana menegang, pinggangnya melenting sesaat mengangkat pantatnya, kedua tangannya memeluk Tarjo keras sekali. Hanya Udin yang dapat merasakan betapa Viana telah mendapatkan orgasme pertamanya, cairan kewanitaan Viana keluar memercik dilidah Udin yang langsung segera menelannya. Tubuh Viana kembali melemah setelah orgasmenya tadi, kedua pembantunya yang ternyata sangat lihai mempermainkan tubuh gadis-gadis kampung, ternyata telah menaklukkan juga seorang gadis chinesse yang bahkan dirumahnya sendiri. Kini Udin dan Tarjo membuka juga seluruh pakaiannya, dan mereka berdua kembali berganti posisi.
Gimana non? Enak kan? sekarang giliran non yang pijitin kontol kita kayak kemarin itu” perintah Udin sambil mengacungkan penis hitamnya dihadapan wajah Viana yang putih kemerah-merahan sehabis orgasme.

Sementara Tarjo di posisi bagian bawah mengangkat kaki Viana lalu menjilatinya, menyedot nyedot kulit pahanya sambil tangannya menggesek-gesek bagian klitoris. Birahi Vianapun bangkit kembali, tangannya meraih penis Udin yang sudah tegang, kepala penisnya yang berukuran besar, sedikit lebih besar dari kepunyaan Tarjo sudah mengkilat basah oleh cairan pelumas yang dikeluarkannya sejak tadi.

“Non, belajar isep ya” kata Udin. Viana menggeleng lemah karena sedang menahan nikmat gosokan tangan Tarjo pada klitorisnya.

“Ayolah non, lebih enakan kalau diisep daripada cuma dikocok-kocok, nanti juga terbiasa koq” kata Udin lagi.

“Via belum pernah gitu, mang” ujar Viana berbisik

“iya makanya non harus banyak belajar, biar banyak tau cara muasin kita, coba dulu aja, mamang ajarin deh”

Wajah Viana kembali memerah, meskipun sudah pernah melihat penis Udin sebelumnya, namun ternyata gadis sipit itu masih malu dan risih melihat penis yang begitu besar baginya, dengan ujung yang telah disunat mencuat seperti jamur berwarna merah dan batang hitam berurat kira-kira 20 cm berdiameter 5 cm.

“hayo non, coba dulu dicium ujungnya itu” bisik Udin mengarahkan nonanya, sementara Tarjo makin aktif menjilati paha Viana yang putih mulus, kini telah sampai kebagian belahan vagina. Udin mengarahkan penisnya kewajah Viana yang memerah takjub. Udin terus memajukan penisnya hingga menyentuh bibir lembut Via, tak lama setelah disentuhkan, Viana mencium pelan kepala penis Udin.

“Nahh gitu non, ayo yang lama ciumnya, tahan dibibir non Via ya” kata Udin yang duduk di samping kepalanya. Udin kembali menyentuhkan penisnya kebibir Viana, kali ini Viana memberanikan diri memajukan kepalanya juga agar penis Udin lebih tertahan dibibirnya.

“Bibirnya dibuka dikit-dikit non, coba jilat pake lidah” kata Udin sekarang sambil mengocok penisnya.

Viana menuruti kata-kata Udin, dengan bibir sedikit terbuka, dia coba menjilat kepala penis itu. Kembali Viana meringis, karena terasa asin aneh dilidahnya. Tarjo tertawa melihatnya “kenapa non, bau ya? Hehehe tuh Din, makanya kontol lu mesti sering dimandiin biar ga bau, kan kasian non Via” katanya. Udin pun ikut tertawa mesum. “ lagi dong non, buka lebih lebar lagi, nanti juga baunya terbiasa, bau kontol memang gitu” kata Udin.

“Bau khas mang, tapi ada aromanya juga, trus asin”

“Ya, coba terusin lagi biar non juga kebiasa” kata Udin.

Viana mencoba lagi ujung penis Udin dibibirnya, lalu dijilatnya lagi, lagi dan lagi sampai penis itu kelihatan basah oleh airliurnya. Udin sedikit memajukan penisnya di bibir Viana, hingga sekarang posisi kepala penisnya sudah didalam mulut Viana. Mulut mungil itu terlihat penuh dijejali kepala penis. Lidah Viana yang masih berusaha menjilat-jilat, secara tak sadar berubah gerakannya menjadi seperti memainkan lubang kencing Udin, itu karena seluruh kepala penis Udin sudah berada dimulutnya. Udin memejamkan matanya menikmati setiap gerakan lidah Viana dan juga kenyamanan penisnya dalam mulut gadis itu.

“Nah, sekarang udah enak kan non?”tanya Udin.

mm…heehmmm”Viana mengangguk. “Gitu dong non, kan jadi sama-sama enak, nih sekarang non Via kocokin kontol trus nanti gentian diisep-isep ya” katanya lagi sambil mengarahkan tangan Viana pada penisnya yang sedang ereksi total.

Begitulah Viana mengocok dan mengisap kelamin pembantunya. Sepuluh menit kemudian, penis Udin mengeras sempurna dalam mulut Viana. Tangannya memegangi posisi kepala Viana yang masih mengisap penisnya, lalu menyemburlah sperma kental keputihan dalam mulut Viana, secara reflek, dalam sekejap Viana membuang kembali sperma yang barusan tertuang dalam mulutnya sekaligus melepaskan penis Udin dari mulutnya meskipun terlambat, karena lagi-lagi Viana harus mencicipi rasa hambarnya sperma Udin dalam mulutnya bahkan jauh lebih banyak dari minggu lalu. Viana tidak menyadari bahwa rata-rata kaum pria bisa menyemprot 3- 4 kali. Baru dua kali semburan Viana sudah melepas penis Udin dari mulut mungilnya, akibatnya 2 semprotan berikutnya malah tepat mengenai wajahnya, telak mengenai antara kedua alisnya.

“Idihh mang Udin koq banyak banget” kata Viana sambil sesekali meludah membersihkan mulutnya.

“nah kan non, belum beres koq udah dilepas, tuh jadi belepotan dah, sini mamang bersihin” kata Udin sok perhatian, tangannya kemudian memberikan sesuatu pada Viana. Dengan reflek Viana mengelap wajahnya dari sperma Udin tanpa menyadari kain yang diberikan Udin itu adalah celana dalamnya sendiri.

“wahhhh, mang Udin jahat, nanti Via pakai apa? Jadi basah gini tuh” rintih Viana sewaktu menyadari celana dalam putih kesayangannya sudah belepotan sperma juga.

“O iya non, maaf ya, abis disini gak ada tisu, jadi tadi asal comot” celetuk Udin sekenanya.

“Sekalian dong non, bersihin juga sisa pejunya pake celana dalem non, tanggung kan udah kotor” kata Udin sambil mengasongkan penisnya yang sudah mulai mengendor ketegangannya. Viana mencibirkan bibirnya, namun tangannya serta merta mengelap ujung penis Udin dengan celana dalamnya sendiri.

“Non, sekarang kita entotan yuk” kata Tarjo mulai bersiap mengarahkan penisnya pada vagina Viana, namun Viana segera menutupkan kedua kakinya.

jangan mang, Via belum siap, udah lengket nih gara-gara mang Udin” katanya sambil menunjuk wajahnya sendiri yang tadi terkena cipratan sperma.

“hehehe itu sih malah vitamin E non, biar kulit wajah non tetep cemerlang” sanggah Udin cengengesan.

“tetep aja ga enak mang, udah ah, Via mau sekalian mandi aja” kata Viana bersiap memakai bajunya.

“Lho, terus nasib mamang gimana non?” tanya Tarjo

“Ayolah non, kasian tuh si Tarjo belum kebagian jatahnya” bujuk Udin membela rekannya.

“Tapi ga mau dimasukin ya mang, Via belum siap”katanya Viana kemudian

“padahal gak apa-apa non, malah ini bakal lebih enak lagi, non bisa sering orgasme nantinya, tapi yaudah deh disepong aja kayak ke si Udin tadi biar impas non” bujuk Tarjo.

Dimulai lagilah acara Viana mengisap penis pembantunya, kali ini giliran Tarjo yang menikmati mulut Viana. Selama 5 menit itu Tarjo terus membujuk Viana.

“Ayo non Via sayang, puasin kontol mamang juga yah, padahal tadinya mamang kepingin nyicipin memek non, keliatannya non enak buat diewein, abis putih sekali badan non, kontol mamang juga bisa muntah kalau dihimpit kulit sehalus ini mah”

Akhirnya Tarjo termakan kata-katanya sendiri, 5 menit kemudian Tarjo memuntahkan spermanya, hanya kali ini Viana sudah siaga, merasakan penis Tarjo mengeras dan berkedut, dia buru-buru melepaskan dari mulutnya lalu mengocoknya kearah lain yang menjauhi tubuhnya. Tapi lagi-lagi dia melakukan kesalahan dengan melepas kocokannya sewaktu melihat sperma Tarjo keluar. Keadaan itu dimanfaatkan Tarjo dengan segera membalikkan badannya dan mengarahkan semprotan pada dada Viana. Satu semprotan mengenai dadanya, Viana kembali melakukan kesalahan yang tidak disengaja dengan membalikkan badannya, akibatnya semprotan berikutnya mengenai pantatnya yang bulat seperti bakpao. Cairan sperma Tarjo pun meleleh menuruni tubuh Viana dari dada dan pantatnya, tentu saja Viana panik ketakuta sperma itu akan mengenai vaginanya. Gadis itu langsung terduduk, tangannya menerima sodoran kain dari Tarjo. Lagi-lagi Viana tidak hati-hati, karena kain yang digunakan untuk membersihkan sperma dari tubuhnya adalah kaos putihnya sendiri. Udin dan Tarjo tertawa puas bisa mengerjai anak bosnya itu.
aduh non Via, maaf juga, mamang buru-buru, abisnya takut non Via hamil kena sperma mamang tadi” kata Tarjo malah terus menggoda Viana.

“Ahh udah ah, mang Udin sama mang Tarjo nakal, Via harus cepet-cepet mandi nih” kata Viana, kali ini ia benar-benar memakai bajunya, hanya saja celana daam tidak jadi dipakai karena takut sperma Udin akan membuahinya. Baju putih nya pun terlihat basah dan beraroma khas sperma, namun tetap dipakainya karena tidak mungkin dia keluar gudang dengan hanya memakai celana pendek dan bra saja.

“kapan-kapan semprotnya didalem ya non, biar ga perlu dilap” kata Udin menatap Viana dengan tatapan puas.

“Ihhh maunya… wee” kata Viana mencibir sambil mengernyitkan hidungnya, lalu bergegas meninggalkan kedua pembantunya dalam keadaan puas dan melupakan celana dalamnya.

Chapter 5



Viana menaiki anak tangga menuju lantai dua rumahnya, sebelum sampai ke kamarnya dia harus melewati dapur dulu, dengan langkah agak berat Viana berjalan. Alangkah kagetnya sewaktu melewati dapur, didepannya telah berdiri Tatik, sang ibu tiri.

“Lho, Via lagi apa, jam 1 malam gini koq belum tidur?” tanyanya.

“eee, oh … itu, Via mau ambil minuman di kulkas” jawab Viana gugup dan mempercepat langkahnya menuju kulkas dan mengambil minuman dingin.

“kamu ini aneh ya, jam 1 malam malah minum air dingin, kamu sakit Via?” katanya sambil mendekati Viana.

“eh, gak koq mbak, eh mam, cuma di kamar panas sekali, jadi haus” jawab Viana sambil terus berlalu di depan Tatik menuju kamarnya.

Viana tidak menyadari aroma khas sperma dari bajunya tercium oleh hidung Tatik yang tajam. Menyadari ada yang tidak beres dengan anak tirinya, Tatik yang cerdik mulai menduga apa yang terjadi dengan Viana, namun dia menahan niatnya agar Viana tidak merasa diketahui rahasianya. Viana bernafas lega dalam kamarnya, fiuhhh hampir saja ketauan mbak Tatik, dasar ibu Titi, mau tauuu aja. dan seperti rencananya semula dia mulai menghidupkan water heater dan membuka seluruh pakaiannya. Di depan kaca besar miliknya, terlihat banyak sekali cupangan merah pada tubuhnya, dan ya Tuhan ternyata benar kata kedua pembantunya, tubuhnya begitu putih, halus sempurna. Viana bangga pada tubuhnya, dia tersenyum sendiri didepan cermin. Didadanya masih ada bekas sperma, pelan-pelan jarinya menyapu bekas sperma Tarjo itu, lalu Viana menjilatinya.

“Oh, mang Udin, mang Tarjo, kalian hebat” katanya dalam hati.

Viana mengendus aroma kejantanan yang masih tersisa pada tubuhnya. Tak lama Viana pun menceburkan tubuhnya dalam bathtub berisi air hangat. Dan waktu berjalan lambat. Viana terjaga dalam tidurnya, rupanya dia kelelahan sampai tertidur sambil berendam. Buru-buru Viana mengeringkan badan dan memakai baju daster tidurnya, lalu segera saja dia kembali terlelap di kasurnya yang empuk.

END SEASON 2
 
mantap nian, saru saru seru gituu

tak sabar nunggu lanjutannya

trimakasih suhu
 
Balada Viana 3 : Forbidden Love

Chapter 1


Siang hari itu terasa panas sekali, khususnya bagi orang-orang dari kota besar seperti Pak Sumarga yang terbiasa dengan dinginnya AC ruangan, namun meskipun panas terasa sangat menyengat kulit Pak Sumarga tampak semangat sekali berjalan diiringi oleh dua orang pembantunya. Mereka menuju mobil Kijang yang teronggok di tepi jalan.
“Jo, kamu yang nyetir ya, kita langsung pulang saja sekarang” dengan wajah berseri Pak Sumarga memasuki mobil yang baru seminggu dibelinya diikuti Udin yang merasa bangga bisa duduk bersama dengan sang majikan.
“Siap bos” kemudian nafas lega terdengar dari mulut Tarjo yang daritadi merasa kepanasan dan akan segera merasakan sejuknya AC dalam mobil.
“wahhh, jasa-jasa kalian pasti saya balas, terutama kamu jo!”
“Terimakasih bos, kita sama-sama udah kecipratan rejeki koq bos” sahut Tarjo di belakang kemudi.
“ya, itu masih kurang, kalian juga akan saya nikahkan, semua biaya biar saya yang tanggung, tinggal kalian pilih sendiri ceweknya mau yang mana?” dengan wajah gembira, pria yang agak tambun itu menimpali pembantunya.
“yah bos, kita belum niat nikah, lagian kalau dipaksa nikah juga belum ada yang mau bos”
Tarjo tampak tersenyum mendengar kalimat Udin yang bernada lugu.. “kita?? Elu kali din” pikirnya..
“kalau gitu, kalian pilih saja maunya apa? Pasti saya penuhi!” tegas Pak Sumarga saking gembiranya melontarkan kalimat tanpa pikir panjang.
“bener nih bos?” tanya Udin setengah tak percaya.
“Ya iya Din, terutama kamu Jo, kan kamu yang pertama kenalin aku ke si Sumirah, jadi kamu juga tadinya mau aku biayain nikah”
“Nah Jo, kesempatan lu tuh nikahin anak Pak RT di kampung lu dulu, katanya dulu lu demen sama tuh cewek” balas Udin sehingga membuat Tarjo gelagapan, karena dia memang menyukai Tarmini, anak ketua RT di kampungnya, namun ditolak bapaknya lantaran dia masih pelaku kriminal.
“eh… itukan dulu Din, sekarang si Tarmi mungkin udah nikah, diakan juga banyak yang naksir”
“Wah, kebetulan kalau gitu Jo, kamu cari tau dulu saja. Kalau masih single, nanti kita lamar sekalian”
“Iya deh bos, nanti saya selidiki dulu orangnya” sahut Tarjo ogah-ogahan. Pikirannya sedang menimbang-nimbang antara mau atau tidak, karena sebenarnya dia sedang mengincar Viana, anak bosnya ini, namun dia juga tau diri menyadari statusnya.

Tarjo memang mengalami trauma sejak ditolak bapaknya Tarmini gara-gara tindak premanisme dan kegiatan kriminal yang dilakukannya bersama gerombolannya dulu, tapi masalah hati Tarjo sangat menyukai Tarmini. Sekarang ini Tarjo mulai berubah sejak dia bekerja pada Pak Sumarga. Perubahan itu semata-mata akibat kedua gadis anak majikannya itu yang selalu membuat birahinya naik, juga akibat keisengannya melepas ilmu gendam pada Viana yang tadinya untuk membuat gadis itu takluk seperti perbuatannya pada banyak gadis desa, tapi malah membuatnya tambah berminat pada gadis bermata sipit majikannya itu apalagi sejak melihat tubuh polos Viana yang putih terang pada kejadian beberapa hari sebelumnya. Tapi dalam hati kecilnya Tarjo tetap mencintai Tarmini, hanya saja hubungan mereka tidak direstui oleh ayah Tarmini, sang ketua RT. Jika dibandingkan secara fisik, memang keduanya bagaikan langit dan bumi, tentu lebih memilih Viana, namun sikap Tarmini yang sangat baik itu membuat Tarjo tidak bisa melupakannya begitu saja, cocok sekali bila dijadikan istri, apalagi sekarang dia telah mempunyai pekerjaan tetap, bukan lagi pengangguran yang selalu membuat ulah. Lagian terlalu berharap pada Vianapun kemungkinan besar terlalu membuang-buang waktu, seperti punguk merindukan bulan, jadi cukuplah baginya hanya mencicipi tubuh mulus Viana saja tanpa harus bertanggung jawab pada hidup Viana, itu sudah membuatnya sangat puas. Biar saja si Udin yang mengurus Viana, itupun kalau dia berhasil mendapat persetujuan PakSumarga majikannya. Sepanjang perjalanan pulang itu otak Tarjo yang licin berdenyut-denyut menimbang-nimbang yang harus dia pilih, apakah menerima atau menolak hadiah dari majikannya. Sementara Pak Sumarga sedang berbunga-bunga hatinya karena tak lama lagi ia akan memiliki Sumirah sebagai istri barunya. Udin disampingnya pun sedang sibuk memikirkan siasat bagaimana menjerat Viana tanpa harus bertanggung jawab sekaligus menguasai kekayaan majikannya. Memang selama ini Pak Sumarga sangat bergantung pada mereka berdua dalam mencari pelacur-pelacur untuk kesenangannya, bahkan terakhir Tarjo malah berhasil mendapatkan seorang gadis desa baik-baik dan menjerat gadis itu untuknya hingga kemudian gadis itu hamil dan tak lama lagi akanmenjadi istri barunya. Dengan begitu, Pak Sumarga merasa harus memberi penghargaan khusus pada kedua pembantu atau lebih tepat dikatakan kaki tangannya itu, selama inipun kedua pembantunya selalu dimanjakan oleh banyak pelacur suruhannya, namun begitu mendapatkan Sumirah yang masih perawan, Pak Sumarga pun rela memberikan bonus khusus pada kedua pembantunya terutama Tarjo. Berburu gadis-gadis desa yang lugu membuat kesan tersendiri bagi Pak Sumarga yang terbiasa dengan gadis-gadis mewah kota Jakarta yang matre dan juga untuk keadaan sekarang yang sedang bangkit dari kebangkrutan, berburu gadis desa lebih pas dikantongnya. Secara kenikmatan, memang gadis dimanapun sama saja kalau sudah diranjang, hanya sensasinya bagi Pak Sumarga saat ini lebih memilih gadis manis berkulit mulus sawo matang di desa daripada gadis cantik berkulit putih dikota.
Sejak hari itu gemparlah seisi rumah Viana karena niat Pak Sumarga yang akan nikah dengan gadis 18 tahun seumuran dengannya. Tatik, istri Pak Sumarga tentu saja merasa gerah mengetahui berita itu, niatnya seakan mendapat saingan untuk menguasai harta Pak Sumarga terlebih sampai saat ini dirinya belum juga hamil.
“Kalian harus secepatnya membereskan kedua anak itu, aku sudah tidak sabar memiliki rumah dan usaha ini. Bandot tua itu makin membuatku tidak betah, sekarang dia malah mau kawin lagi” katanya berbisik pada Udin sewaktu mereka berpapasan dibagian belakang toko.
“hehe tenang Tik, sebentar lagi beres koq, katanya si Bos ga sengaja bikin tu cewek hamil, kita juga gak maksud nambah saingan buat ente Tik, semuanya diluar rencana semula, maksud awalnya sih cuma senang-senang, ngambil hati si Bos” jawab Udin.
“Huuh, kalian para pria memang sama, gila perempuan. Pokoknya aku tidak mau ada saingan di rumah ini, termasuk juga tuh cewek” ketus Tatik sambil ngeloyor pergi kedepan.
Udinpun mengikuti Tatik dari belakang dengan langkah seenaknya. Udin dan Tarjo selama ini memang telah menjadi kepercayaan Pak Sumarga, sebagai tukang pukul, sebagai kuli dan juga sebagai penghubung pada gadis-gadis desa yang lugu. Sebagai upah mengenalkan gadis-gadis desa, Udin dan Tarjo ditraktir bermain pelacur sepuasnya, malah Pak Sumarga menawarkan akan menikahkan Udin dan Tarjo dengan salah satu gadis desa, tapi Udin menolak tawaran itu, karena baginya lebih baik bermain dengan pelacur daripada menikah dengan gadis desa yang tidak dapat menjamin hidupnya yang memang pemalas dan pelaku kriminal. Udin malah lebih mengincar Viana atau Airin, karena lebih bisa menjamin masa depannya dan juga jauh lebih menggairahkan secara sexual daripada gadis-gadis desa yang kusam, hanya dia belum berani mengatakannya pada Pak Sumarga, masih menunggu saat yang tepat. Tinggallah Tarjo yang masih berkutat dengan pertimbangannya akan penawaran Pak Sumarga.
Dua hari kemudian Tarjo dipanggil kembali oleh Pak Sumarga sang boss di ruangannya.
“Gimana Jo, kamu sudah selidiki belum?” tanyanya.
“Sudah bos, ternyata masih lajang”
“Terus bagaimana, apa yang kamu pilih? Mau dinikahkan dengan Tarmini atau pilih yang lain atau pilih hadiah lain?” tanyanya lagi.

Terus terang bos, sebenarnya saya punya pilihan lain, tapi sepertinya tidak akan terlaksana”
“Lho, kenapa bisa begitu?”
“percuma bos, orang tuanya tak akan setuju kalau nikah dengan saya”
“Lho, koq kamu sok tau begitu, bukannya orang tuanya Tarmini juga tak setuju? Apa bedanya”
“Ini lain bos, ada alesan lain yang lebih penting daripada alesan karena masalah pekerjaan saya dulu”
“Hmmmm, ya sudahlah jadi sekarang mau kamu bagaimana?” Pak Sumarga masih tidak menyadari maksud Tarjo yang membicarakan masalah Viana dan tentu dirinya sebagai orangtua gadis itu.
“Saya pilih dinikahkan saja bos, lagian umur saya sudah hampir kepala empat, masa belum nikah juga”
“hahaha baguslah kalau begitu Jo, masalah kepala empatmu itu ya salahmu sendiri kebanyakan kawin sama main cewek sampai lupa nikah.”
“hehehe iya bos, makanya mumpung ada yang bayarin, aku pilih nikah saja, kan enak”
“ya sudah, kamu nikah minggu depan saja, ajak cewek itu nikah, diusahain secepat mungkin ya Jo, aku juga minggu depan kan nikah juga, jadi waktu kerja tidak terbuang dan tetap efektif” sahut Pak Sumarga masih saja naluri bisnisnya keluar disaat-saat begitu.
“Koq digabung sih bos, saya belakangan saja, gak apa koq, jodoh kan tak akan lari dikejar”
“OO ga bisa! Soalnya toko akan diliburkan 3 hari, jadi kita harus pakai kesempatan itu buat nikah. Kalau nikahnya terpisah, pasti ditoko ini cuma tinggal si Udin sama aku yang kerja, sementara kamu pasti ambil cuti satu minggu, betul kan Jo?”
“hehehe si bos bisa aja, koq tau sih bos?”
“OO ya iya, tentu aku tau sifatmu, apalagi kalau lagi sama cewek”
Hari berikutnya bertambahlah kegemparan ditoko sembako itu karena Tarjo, sang tangan kiri bos sembako juga akan menikah dengan anak ketua RT dikampung sebelah dihari yang sama dengan pernikahan sang Bos.
“Bagaimana dengan kamu Din? Kamu mau hadiah atau mau dinikahkan juga?” kata Pak Sumarga disela-sela kesibukannya pada Udin sang tangan kanan.
“Saya masih bingung boss, takut ditolak sama ortunya”
“Yah, kamu ini bagaimana, mau dinikahin juga susah, yasudah bilang saja mau apapun pasti saya kasih, asal jangan minta uang banyak” kata Pak Sumarga masih tetap serakah.

“Weh bener nih bos, minta apapun dikabulkan?” tanya Udin dan dijawab dengan anggukan Pak Sumarga.
“bagaimana kalau saya minta dinikahkan sama anaknya si bos sendiri, non Viana” jawab Udin datar.
Untuk sementara Pak Sumarga diam, wajahnya yang kekuningan menjadi merah padam, betapapun ia akan menikahkan Udin, tapi tentu bukan dengan anaknya sendiri.
“Kurang ajar kamu Din!! Dikasih hati malah minta jantung! Kamu mana level dengan anakku, ngaca dulu dong, ******!” makinya tak tertahankan.
“Lho, tadi katanya apapun yang saya minta pasti bos kabulkan, gimana sih bos, koq sekarang saya malah dimarah-marahi”
“Tapi bukan dengan Viana!!”
“Y asudah deh bagaimana kalau dengan Non Airin saja” kata Udin malah makin menjadi, dan membuat Pak Sumarga naik pitam.
“Sama saja guoblokkk!! Tidak bisa! Sudah, kamu kembali kerja! Jangan pikir lagi masalah hadiah! Tidak akan ada hadiah buat kamu Udin, dan sekali lagi kamu berpikir yang tidak-tidak terhadap Viana atau Airin, kamu akan saya pecat! Ngerti kamu!!!” Udinpun ngeloyor pergi dari hadapan Pak Sumarga sebelum bosnya itu bertambah marah.
Udin bersungut-sungut dalam hatinya “awas saja kamu bos, liat nanti malah anakmu yang kubuat memohon-mohon kawin dengan aku” .
Sebagai seorang pengusaha, Pak Sumarga selalu memegang teguh apa yang telah diucapkannya. Setelah memarahi Udin diapun merasa menyesal telah menjanjikan “apapun” pada Udin, dan bukan salah Udin kalau dia memilih anaknya. Diapun tahu kalau anaknya telah menjadi incaran para pemuda di desa itu, tapi dia baru sadar ternyata Udinpun menginginkan anaknya. Semalam suntuk Pak Sumarga tidak dapat memejamkan matanya.
“Sudah malam koq belum tidur Pak, mikirin Sumirah terus ya?” tanya Tatik menyindir suaminya, namun hanya dibalas senyuman dari Pak Sumarga.
Berikutnya Tatik malah tertdur lebih dahulu. Otak Pak Sumarga sibuk memikirkan jalan keluar baginya agar tidak jadi bahan tertawaan para pembantu di tokonya, sebagai seorang bos yang ingkar janji. Beberapa jam kemudian sebersit ide terlintas dibenaknya, Pak Sumarga tersenyum senang akan ide briliannya. Barulah dia bisa tertidur dengan pulas, karena hatinya sudah merasa plong.

Pagi-pagi sekali kembali Pak Sumarga memanggil Udin ke kantornya di toko.
“Baiklah Din, semalaman saya sudah pikirkan masalah kamu kemarin. Rasanya tidak adil kalau saya membedakan kamu karena masalah ras. Baiklah, kamu saya izinkan mendekati Viana, tapi ingat selama Viana setuju, saya tidak akan melarang hubungan kalian, tapi kalau anakku itu tidak mau, kamu harus berhenti mengejarnya, jelas?!”
Bukan main senangnya Udin mendengar lampu hijau dari bosnya yang mengizinkan dia merayu putri sulungnya.
“Wah, bener nih bos, waduh terima kasih banyak bos, siapa tau saya jadi mantu si bos. Hehehe” sahut Udin senang.
Pak Sumarga hanya tersenyum, namun hatinya juga ikut tertawa “hahaha anakku mana mau sama orang kayak elu Din, apalagi dia akan aku kenalkan pada anak temanku di kota, Via tidak akan memilih kamu…hahaha dasar orang udik bodoh, mana bisa memperistri anakku”. Pak Sumarga benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dalam rumahnya beberapa hari belakangan ini yang menyangkut putrinya bersama dengan kedua pembantunya itu.
 
lanjutken
:semangat::semangat::semangat::mantap::mantap::mantap:
mantap nian, saru saru seru gituu

tak sabar nunggu lanjutannya

trimakasih suhu
menunggu season selanjutnya
Di tunggu update nya hu. Mantab ceritanya
update lagi huu
Uwuuu updatenya hot.
Makaci suhu @CVX12
:fgenit:
MANTAAABBBB.... TERIMAKSIH SUHUUU...
ditunggu part 4 hu...
Lancrottttt suhu
Makasih suhu. Moga cerita legend ini ada chapter baru :ampun:
Makasih updatenya bro @CVX12
Patut dinantikan kembali
Terimakasih buat para suhu" sekalian serta para semproters semuanya yang masih stay ikut dengan cerita Viana😁🙏.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd