CVX12
Semprot Lover
- Daftar
- 12 Oct 2022
- Post
- 201
- Like diterima
- 881
Chapter 4
Pijatan Udin dan Tarjo semakin berani hingga sampai ke daerah sensitif, namun Viana tidak merespon seakan menikmati setiap pijatan mereka.
“Non, nanti gantian ya, non juga pijitin kita” Udin masih berusaha memecah kesunyian.
“Iya mang, nanti Via pijitin, tapi 15 menit lagi yah, pijitan mang Udin enak juga” jawab Viana setengah terpejam, ternyata memang sedang menikmati pijatan mereka.
Dia tidak menyadari pijatan Udin dan Tarjo saat itu dilapisi oleh mantera gendam yang lambat laun meresapkan nikmat percabulan dalam jiwa Viana. Setiap sentuhan dan rabaan pada paha bagian atasnya menimbulkan sensasi nikmat, Viana sudah tidak peduli siapa yang melakukan itu karena posisinya sedang telungkup. Udin dan Tarjopun begitu menikmati kehalusan dan kemulusan tubuh anak majukannya, celana mereka sudah menggelembung pertanda penisnya sudah mekar.
“non Via, bajunya dilepas aja ya, biar pijatannya tambah kerasa”kata Tarjo tak tahan.
Viana diam sesaat lalu berkata “gak usah deh mang, jangan”
“kenapa non? Malu ya diliat sama kita” kata Tarjo cengengesan.
“Via gak biasa kayak gitu, malu ah, biar kayak gini aja, udah enak kok”
“hehehe bener nih non, ga mau dibuka….padahal mau dibikin enak koq malu” kata Tarjo sambil tak lepas mengelus bahkan setengah meremas pantat Viana yang tengah telungkup.
“gak usah malu non, kenapa harus malu, harusnya non Via bangga punya badan sebagus ini, udah putih, halus, mulus pula, tuh kontol kita juga sampai pada ngacung begini” Ujar Udin yang duduk disamping tubuh Viana sambil menunjuk selangkangannya yang memang kelihatan menggelembung.
“ayo non, gak usah malu-malu, minggu lalu juga kita gak malu tuh liatin kontol kita sama non Via, sekarang giliran non yang buka baju, lagian disini kan cuma ada kita bertiga jadi ga bakal ada yang liat” rayu Tarjo sambil mengelus-elus paha Viana seakan tidak sabar melihat paha itu tanpa celana coklat yang menutupinya.
Udin malah sudah menyusupkan jari-jari tangannya ke dada Viana yang masih telungkup. Vianapun merasakan ada tangan besar dan kasar sedang menyusupi dadanya bahkan meremasnya, semula gadis itu berniat menepis tangan jahil didadanya, namun ada sensasi birahi yang berkobar di dadanya itu yang membuat gadis sipit itu hanya bisa mengerang. Keadaan itu dimanfaatkan Tarjo mencium paha belakang Viana bahkan sampai menjilatinya sampai gadis itu kegelian dibuatnya. Posisi Vianapun otomatis berubah menjadi menyamping akibat serangan kedua pembantunya itu.
“enak ya non, makanya ga usah malu, nanti malah bisa lebih enak lagi, kayak waktu itu kita juga sampai bucat saking enaknya dipijit sama non, sekarang non mau coba ga? Gratis koq, asal non Via mau lepas baju” Tarjo kembali membujuk Viana sesuai keinginannya.
“Emmmmh ga tau ah mang, Via malu tapinya” lirih Viana malu-malu kucing.
Waduh si non, masih malu juga, Nih coba dulu yang ini non! Jo, coba lu gantiin posisi gua disini, gua yang pegang kaki non Via” Kata Udin menyuruh Tarjo ganti posisi, sementara Viana dibuat telentang di ranjang barunya itu.
Dengan cepat Udin menggantikan posisi Tarjo memijat kaki Viana, namun kali ini bagian paha depan Viana yang jadi buah bibir didesa itu karena terlihat begitu halus dan putih. Udin bukan hanya meraba dan mengelusnya, namun kali ini dia juga menjilati paha itu sampai kebagian dalam yang tertutup celana pendek, tangan Udin pun merayap mengelus-elus kemaluan Viana diluar celana pendeknya. Viana menggelinjang kecil karena kaget dan juga merasakan kenikmatan yang menjalar diseluruh bagian tubuhnya. Tarjo yang kini wajahnya dekat dengan wajah Viana tah tahan melihat wajah oriental dengan mata sipit yang sedikit terpejam akibat ulah Udin, bibir tipis gadis itu menjadi sedikit terbuka akibat rintihannya. Tak tahan pemandangan itu, Tarjo mencium bibir merah Viana, melumatnya lama sekali, lidahnya mulai melumat lidah Viana di dalam mulutnya. Viana pun dibuat tak tahan oleh Udin yang sudah mencium-cium selangkangannya sambil menjilat perutnya yang terbuka karena kaosnya tertarik keatas akibat gerakan Tarjo. Viana semakin blingsatan dikeroyok kedua pembantunya. Udin dan Tarjo tampak bersemangat sekali mengerjai anak majikannya itu apalagi melihat Viana yang memang terlihat mempunyai aura sex yang besar, keduanya seakan berlomba menyetubuhi gadis amoy itu. Melihat kaos Viana terangkat, tanpa berfikir lagi, Tarjo menyusupkan tangannya kebalik kaos Viana dan mempermainkan kedua payudara Viana terutama dibagian putingnya yang sangat sensitif bagi seorang gadis. Gairah Viana semakin berkobar, efek gendam cabul dari Udin dan Tarjo meledak-ledak dalam dadanya, sementara tangan perkasa Tarjo menyusuri bagian luar dadanya, bahkan sekarang tangan itu berusaha membuka tali bra yang sudah merosot ke bawah karena isinya sedang digrepe olehnya.
“gimana non? Enak? Dilepas aja ya biar leluasa” kata Tarjo di telinga Viana, lalu mencium lehernya yang jenjang hingga seluruh tubuh Viana merinding dibuatnya.
“Ehmmm… terserah mang Tarjo deh” desah Viana lirih,
Bersamaan dengan itu, terdengar suara pengait bra yang terbuka. Tarjo melepas kaos ketat yang dipakai Viana dan tampaklah kulit punggung mulus dengan tali bra sudah terlepas. Tarjopun menuntaskannya dengan melolosi bra itu dari tubuh Viana. Viana secara reflex menutupi kedua payudaranya dengan tangan, namun posisi itu justru membuat birahi kedua pembantunya tambah naik. Udin dan Tarjo hampir meneteskan air liur melihat kulit tubuh Viana yang mulus tanpa noda, dan putih bagai salju. Selama ini mereka sering melihat gadis pelacur telanjang tapi baru kali ini mereka melihat tubuh yang begitu sempurna untuk dilihat dan untuk dinikmati.
“wuihh mulus amat nih badan, celananya juga dilepas aja non biar lebih enak diliatnya” kata Udin akhirnya sambil menarik perlahan celana pendek Viana. Celana itupun melorot perlahan, Udin mengeluarkannya dari sepasang kaki Viana.
“Wah Din, ini sih barang mewah, mulusnya merata, tuh liat si non juga memeknya udah basah” kata Tarjo menunjuk celana dalam Viana yang berwarna putih, namun dibagian yang menutupi vagina terlihat transparan, pertanda dibagian itu sudah terkena cairan.
“Iya non, udah kepingin juga ya, sini mamang lepas celana dalemnya ya” tanpa menunggu jawaban Viana, Udin melolosi celana dalam Viana. Sekarang tampaklah tubuh sempurna Viana di hadapan kedua pembantunya. Viana terlihat grogi sekali dalam keadaan itu, dia malu sekali dilihat bugil oleh kedua pembantunya, seharusnya pemandangan itu hanya bisa dilihat oleh suaminya kelak. Tarjo memegangi tangan Viana agar tidak menutupi daerah kemaluan dan dadanya, sementara Udin berdiri di depan mereka sambil menaksir dan menikmati pemandangan tubuh telanjang Viana.
ayo non tetep telentang aja, ga usah malu lagi, sekarang kita udah sama-sama liat kan?” kata Udin.
Tentu saja Viana belum berani bergerak banyak karena masih belum terbiasa dilihat orang dalam keadaan seperti itu, apalagi mata kedua pembantunya terus memelototi tubuhnya dengan seringai mesum.
“Udah ah mang, malu” kata Viana dengan wajah memerah
“Iya non, udah, kita langsung aja” kata Tarjo sambil kembali mencium bibir Viana, namun kali ini dengan nafsu dua kali lipat yang tadi. Tangannya sibuk menggerayangi payudara Viana satu-demi satu, sementara Viana sudah membalas ciuman Tarjo dengan bibirnya juga, lidahnya saling bergulat.
Udin mendekatkan wajahnya kevagina Viana, pelan-pelan tangannya membuka bibir vagina yang masih menutup, namun disekeliling bibir itu telah berkilat oleh cairan vagina, pertanda tubuh Viana telah mengizinkan pria jantan untuk menyentuhnya. Didepan mata Udin terlihat paha Viana begitu putih sampai selangkangannya, benar-benar tanpa noda, baru terlihat merah muda didaerah sekitar vagina, dengan bulu-bulu tipis menghias kemaluannya. Sungguh berbeda dengan gadis-gadis yang pernah ditidurinya, semua rata-rata berwarna kehitaman didaerah vaginanya. Tangan Udin menyibakkan bibir kemaluan Viana dan tampaklah daerah kenikmatan itu juga berwarna merah muda, seperti belum pernah tersentuh, tapi Udin ingat bahwa Viana sudah jebol keperawanannya, untuk itu ia semakin memperlebar bukaannya, “benar-benar barang mahal” pikirnya. Lidah Udin perlahan menyapu bagian luar kemaluan Viana, rasa asin pun dirasakannya, lalu lidahnya kembali menyapu sedikit kedalam dan semakin kedalam, sementara bibirnya bergantian mengisap kelentit kecil dibagian atas bibir vagina yang terbuka. Diperlakukan seperti itu membuat Viana hilang kesadarannya sebagai gadis baik-baik, rasa nikmat yang sudah menjalar sejak tadi kian membludak terutama dibagian kemaluannya, lidah Udin seperti tahu mana titik penting dalam liang vaginanya berputar-putar, sampai akhirnya Viana tak kuasa membendung rasa nikmat itu, mulutnya terus disumpal mulut Tarjo hingga rintihannya tenggelam. Kedua kaki Viana secara tidak sadar semakin mengangkang mengapit wajah mesum Udin, disaat itu tubuh Viana menegang, pinggangnya melenting sesaat mengangkat pantatnya, kedua tangannya memeluk Tarjo keras sekali. Hanya Udin yang dapat merasakan betapa Viana telah mendapatkan orgasme pertamanya, cairan kewanitaan Viana keluar memercik dilidah Udin yang langsung segera menelannya. Tubuh Viana kembali melemah setelah orgasmenya tadi, kedua pembantunya yang ternyata sangat lihai mempermainkan tubuh gadis-gadis kampung, ternyata telah menaklukkan juga seorang gadis chinesse yang bahkan dirumahnya sendiri. Kini Udin dan Tarjo membuka juga seluruh pakaiannya, dan mereka berdua kembali berganti posisi.
Gimana non? Enak kan? sekarang giliran non yang pijitin kontol kita kayak kemarin itu” perintah Udin sambil mengacungkan penis hitamnya dihadapan wajah Viana yang putih kemerah-merahan sehabis orgasme.
Sementara Tarjo di posisi bagian bawah mengangkat kaki Viana lalu menjilatinya, menyedot nyedot kulit pahanya sambil tangannya menggesek-gesek bagian klitoris. Birahi Vianapun bangkit kembali, tangannya meraih penis Udin yang sudah tegang, kepala penisnya yang berukuran besar, sedikit lebih besar dari kepunyaan Tarjo sudah mengkilat basah oleh cairan pelumas yang dikeluarkannya sejak tadi.
“Non, belajar isep ya” kata Udin. Viana menggeleng lemah karena sedang menahan nikmat gosokan tangan Tarjo pada klitorisnya.
“Ayolah non, lebih enakan kalau diisep daripada cuma dikocok-kocok, nanti juga terbiasa koq” kata Udin lagi.
“Via belum pernah gitu, mang” ujar Viana berbisik
“iya makanya non harus banyak belajar, biar banyak tau cara muasin kita, coba dulu aja, mamang ajarin deh”
Wajah Viana kembali memerah, meskipun sudah pernah melihat penis Udin sebelumnya, namun ternyata gadis sipit itu masih malu dan risih melihat penis yang begitu besar baginya, dengan ujung yang telah disunat mencuat seperti jamur berwarna merah dan batang hitam berurat kira-kira 20 cm berdiameter 5 cm.
“hayo non, coba dulu dicium ujungnya itu” bisik Udin mengarahkan nonanya, sementara Tarjo makin aktif menjilati paha Viana yang putih mulus, kini telah sampai kebagian belahan vagina. Udin mengarahkan penisnya kewajah Viana yang memerah takjub. Udin terus memajukan penisnya hingga menyentuh bibir lembut Via, tak lama setelah disentuhkan, Viana mencium pelan kepala penis Udin.
“Nahh gitu non, ayo yang lama ciumnya, tahan dibibir non Via ya” kata Udin yang duduk di samping kepalanya. Udin kembali menyentuhkan penisnya kebibir Viana, kali ini Viana memberanikan diri memajukan kepalanya juga agar penis Udin lebih tertahan dibibirnya.
“Bibirnya dibuka dikit-dikit non, coba jilat pake lidah” kata Udin sekarang sambil mengocok penisnya.
Viana menuruti kata-kata Udin, dengan bibir sedikit terbuka, dia coba menjilat kepala penis itu. Kembali Viana meringis, karena terasa asin aneh dilidahnya. Tarjo tertawa melihatnya “kenapa non, bau ya? Hehehe tuh Din, makanya kontol lu mesti sering dimandiin biar ga bau, kan kasian non Via” katanya. Udin pun ikut tertawa mesum. “ lagi dong non, buka lebih lebar lagi, nanti juga baunya terbiasa, bau kontol memang gitu” kata Udin.
“Bau khas mang, tapi ada aromanya juga, trus asin”
“Ya, coba terusin lagi biar non juga kebiasa” kata Udin.
Viana mencoba lagi ujung penis Udin dibibirnya, lalu dijilatnya lagi, lagi dan lagi sampai penis itu kelihatan basah oleh airliurnya. Udin sedikit memajukan penisnya di bibir Viana, hingga sekarang posisi kepala penisnya sudah didalam mulut Viana. Mulut mungil itu terlihat penuh dijejali kepala penis. Lidah Viana yang masih berusaha menjilat-jilat, secara tak sadar berubah gerakannya menjadi seperti memainkan lubang kencing Udin, itu karena seluruh kepala penis Udin sudah berada dimulutnya. Udin memejamkan matanya menikmati setiap gerakan lidah Viana dan juga kenyamanan penisnya dalam mulut gadis itu.
“Nah, sekarang udah enak kan non?”tanya Udin.
mm…heehmmm”Viana mengangguk. “Gitu dong non, kan jadi sama-sama enak, nih sekarang non Via kocokin kontol trus nanti gentian diisep-isep ya” katanya lagi sambil mengarahkan tangan Viana pada penisnya yang sedang ereksi total.
Begitulah Viana mengocok dan mengisap kelamin pembantunya. Sepuluh menit kemudian, penis Udin mengeras sempurna dalam mulut Viana. Tangannya memegangi posisi kepala Viana yang masih mengisap penisnya, lalu menyemburlah sperma kental keputihan dalam mulut Viana, secara reflek, dalam sekejap Viana membuang kembali sperma yang barusan tertuang dalam mulutnya sekaligus melepaskan penis Udin dari mulutnya meskipun terlambat, karena lagi-lagi Viana harus mencicipi rasa hambarnya sperma Udin dalam mulutnya bahkan jauh lebih banyak dari minggu lalu. Viana tidak menyadari bahwa rata-rata kaum pria bisa menyemprot 3- 4 kali. Baru dua kali semburan Viana sudah melepas penis Udin dari mulut mungilnya, akibatnya 2 semprotan berikutnya malah tepat mengenai wajahnya, telak mengenai antara kedua alisnya.
“Idihh mang Udin koq banyak banget” kata Viana sambil sesekali meludah membersihkan mulutnya.
“nah kan non, belum beres koq udah dilepas, tuh jadi belepotan dah, sini mamang bersihin” kata Udin sok perhatian, tangannya kemudian memberikan sesuatu pada Viana. Dengan reflek Viana mengelap wajahnya dari sperma Udin tanpa menyadari kain yang diberikan Udin itu adalah celana dalamnya sendiri.
“wahhhh, mang Udin jahat, nanti Via pakai apa? Jadi basah gini tuh” rintih Viana sewaktu menyadari celana dalam putih kesayangannya sudah belepotan sperma juga.
“O iya non, maaf ya, abis disini gak ada tisu, jadi tadi asal comot” celetuk Udin sekenanya.
“Sekalian dong non, bersihin juga sisa pejunya pake celana dalem non, tanggung kan udah kotor” kata Udin sambil mengasongkan penisnya yang sudah mulai mengendor ketegangannya. Viana mencibirkan bibirnya, namun tangannya serta merta mengelap ujung penis Udin dengan celana dalamnya sendiri.
“Non, sekarang kita entotan yuk” kata Tarjo mulai bersiap mengarahkan penisnya pada vagina Viana, namun Viana segera menutupkan kedua kakinya.
jangan mang, Via belum siap, udah lengket nih gara-gara mang Udin” katanya sambil menunjuk wajahnya sendiri yang tadi terkena cipratan sperma.
“hehehe itu sih malah vitamin E non, biar kulit wajah non tetep cemerlang” sanggah Udin cengengesan.
“tetep aja ga enak mang, udah ah, Via mau sekalian mandi aja” kata Viana bersiap memakai bajunya.
“Lho, terus nasib mamang gimana non?” tanya Tarjo
“Ayolah non, kasian tuh si Tarjo belum kebagian jatahnya” bujuk Udin membela rekannya.
“Tapi ga mau dimasukin ya mang, Via belum siap”katanya Viana kemudian
“padahal gak apa-apa non, malah ini bakal lebih enak lagi, non bisa sering orgasme nantinya, tapi yaudah deh disepong aja kayak ke si Udin tadi biar impas non” bujuk Tarjo.
Dimulai lagilah acara Viana mengisap penis pembantunya, kali ini giliran Tarjo yang menikmati mulut Viana. Selama 5 menit itu Tarjo terus membujuk Viana.
“Ayo non Via sayang, puasin kontol mamang juga yah, padahal tadinya mamang kepingin nyicipin memek non, keliatannya non enak buat diewein, abis putih sekali badan non, kontol mamang juga bisa muntah kalau dihimpit kulit sehalus ini mah”
Akhirnya Tarjo termakan kata-katanya sendiri, 5 menit kemudian Tarjo memuntahkan spermanya, hanya kali ini Viana sudah siaga, merasakan penis Tarjo mengeras dan berkedut, dia buru-buru melepaskan dari mulutnya lalu mengocoknya kearah lain yang menjauhi tubuhnya. Tapi lagi-lagi dia melakukan kesalahan dengan melepas kocokannya sewaktu melihat sperma Tarjo keluar. Keadaan itu dimanfaatkan Tarjo dengan segera membalikkan badannya dan mengarahkan semprotan pada dada Viana. Satu semprotan mengenai dadanya, Viana kembali melakukan kesalahan yang tidak disengaja dengan membalikkan badannya, akibatnya semprotan berikutnya mengenai pantatnya yang bulat seperti bakpao. Cairan sperma Tarjo pun meleleh menuruni tubuh Viana dari dada dan pantatnya, tentu saja Viana panik ketakuta sperma itu akan mengenai vaginanya. Gadis itu langsung terduduk, tangannya menerima sodoran kain dari Tarjo. Lagi-lagi Viana tidak hati-hati, karena kain yang digunakan untuk membersihkan sperma dari tubuhnya adalah kaos putihnya sendiri. Udin dan Tarjo tertawa puas bisa mengerjai anak bosnya itu.
aduh non Via, maaf juga, mamang buru-buru, abisnya takut non Via hamil kena sperma mamang tadi” kata Tarjo malah terus menggoda Viana.
“Ahh udah ah, mang Udin sama mang Tarjo nakal, Via harus cepet-cepet mandi nih” kata Viana, kali ini ia benar-benar memakai bajunya, hanya saja celana daam tidak jadi dipakai karena takut sperma Udin akan membuahinya. Baju putih nya pun terlihat basah dan beraroma khas sperma, namun tetap dipakainya karena tidak mungkin dia keluar gudang dengan hanya memakai celana pendek dan bra saja.
“kapan-kapan semprotnya didalem ya non, biar ga perlu dilap” kata Udin menatap Viana dengan tatapan puas.
“Ihhh maunya… wee” kata Viana mencibir sambil mengernyitkan hidungnya, lalu bergegas meninggalkan kedua pembantunya dalam keadaan puas dan melupakan celana dalamnya.
Chapter 5
Viana menaiki anak tangga menuju lantai dua rumahnya, sebelum sampai ke kamarnya dia harus melewati dapur dulu, dengan langkah agak berat Viana berjalan. Alangkah kagetnya sewaktu melewati dapur, didepannya telah berdiri Tatik, sang ibu tiri.
“Lho, Via lagi apa, jam 1 malam gini koq belum tidur?” tanyanya.
“eee, oh … itu, Via mau ambil minuman di kulkas” jawab Viana gugup dan mempercepat langkahnya menuju kulkas dan mengambil minuman dingin.
“kamu ini aneh ya, jam 1 malam malah minum air dingin, kamu sakit Via?” katanya sambil mendekati Viana.
“eh, gak koq mbak, eh mam, cuma di kamar panas sekali, jadi haus” jawab Viana sambil terus berlalu di depan Tatik menuju kamarnya.
Viana tidak menyadari aroma khas sperma dari bajunya tercium oleh hidung Tatik yang tajam. Menyadari ada yang tidak beres dengan anak tirinya, Tatik yang cerdik mulai menduga apa yang terjadi dengan Viana, namun dia menahan niatnya agar Viana tidak merasa diketahui rahasianya. Viana bernafas lega dalam kamarnya, fiuhhh hampir saja ketauan mbak Tatik, dasar ibu Titi, mau tauuu aja. dan seperti rencananya semula dia mulai menghidupkan water heater dan membuka seluruh pakaiannya. Di depan kaca besar miliknya, terlihat banyak sekali cupangan merah pada tubuhnya, dan ya Tuhan ternyata benar kata kedua pembantunya, tubuhnya begitu putih, halus sempurna. Viana bangga pada tubuhnya, dia tersenyum sendiri didepan cermin. Didadanya masih ada bekas sperma, pelan-pelan jarinya menyapu bekas sperma Tarjo itu, lalu Viana menjilatinya.
“Oh, mang Udin, mang Tarjo, kalian hebat” katanya dalam hati.
Viana mengendus aroma kejantanan yang masih tersisa pada tubuhnya. Tak lama Viana pun menceburkan tubuhnya dalam bathtub berisi air hangat. Dan waktu berjalan lambat. Viana terjaga dalam tidurnya, rupanya dia kelelahan sampai tertidur sambil berendam. Buru-buru Viana mengeringkan badan dan memakai baju daster tidurnya, lalu segera saja dia kembali terlelap di kasurnya yang empuk.
END SEASON 2
Pijatan Udin dan Tarjo semakin berani hingga sampai ke daerah sensitif, namun Viana tidak merespon seakan menikmati setiap pijatan mereka.
“Non, nanti gantian ya, non juga pijitin kita” Udin masih berusaha memecah kesunyian.
“Iya mang, nanti Via pijitin, tapi 15 menit lagi yah, pijitan mang Udin enak juga” jawab Viana setengah terpejam, ternyata memang sedang menikmati pijatan mereka.
Dia tidak menyadari pijatan Udin dan Tarjo saat itu dilapisi oleh mantera gendam yang lambat laun meresapkan nikmat percabulan dalam jiwa Viana. Setiap sentuhan dan rabaan pada paha bagian atasnya menimbulkan sensasi nikmat, Viana sudah tidak peduli siapa yang melakukan itu karena posisinya sedang telungkup. Udin dan Tarjopun begitu menikmati kehalusan dan kemulusan tubuh anak majukannya, celana mereka sudah menggelembung pertanda penisnya sudah mekar.
“non Via, bajunya dilepas aja ya, biar pijatannya tambah kerasa”kata Tarjo tak tahan.
Viana diam sesaat lalu berkata “gak usah deh mang, jangan”
“kenapa non? Malu ya diliat sama kita” kata Tarjo cengengesan.
“Via gak biasa kayak gitu, malu ah, biar kayak gini aja, udah enak kok”
“hehehe bener nih non, ga mau dibuka….padahal mau dibikin enak koq malu” kata Tarjo sambil tak lepas mengelus bahkan setengah meremas pantat Viana yang tengah telungkup.
“gak usah malu non, kenapa harus malu, harusnya non Via bangga punya badan sebagus ini, udah putih, halus, mulus pula, tuh kontol kita juga sampai pada ngacung begini” Ujar Udin yang duduk disamping tubuh Viana sambil menunjuk selangkangannya yang memang kelihatan menggelembung.
“ayo non, gak usah malu-malu, minggu lalu juga kita gak malu tuh liatin kontol kita sama non Via, sekarang giliran non yang buka baju, lagian disini kan cuma ada kita bertiga jadi ga bakal ada yang liat” rayu Tarjo sambil mengelus-elus paha Viana seakan tidak sabar melihat paha itu tanpa celana coklat yang menutupinya.
Udin malah sudah menyusupkan jari-jari tangannya ke dada Viana yang masih telungkup. Vianapun merasakan ada tangan besar dan kasar sedang menyusupi dadanya bahkan meremasnya, semula gadis itu berniat menepis tangan jahil didadanya, namun ada sensasi birahi yang berkobar di dadanya itu yang membuat gadis sipit itu hanya bisa mengerang. Keadaan itu dimanfaatkan Tarjo mencium paha belakang Viana bahkan sampai menjilatinya sampai gadis itu kegelian dibuatnya. Posisi Vianapun otomatis berubah menjadi menyamping akibat serangan kedua pembantunya itu.
“enak ya non, makanya ga usah malu, nanti malah bisa lebih enak lagi, kayak waktu itu kita juga sampai bucat saking enaknya dipijit sama non, sekarang non mau coba ga? Gratis koq, asal non Via mau lepas baju” Tarjo kembali membujuk Viana sesuai keinginannya.
“Emmmmh ga tau ah mang, Via malu tapinya” lirih Viana malu-malu kucing.
Waduh si non, masih malu juga, Nih coba dulu yang ini non! Jo, coba lu gantiin posisi gua disini, gua yang pegang kaki non Via” Kata Udin menyuruh Tarjo ganti posisi, sementara Viana dibuat telentang di ranjang barunya itu.
Dengan cepat Udin menggantikan posisi Tarjo memijat kaki Viana, namun kali ini bagian paha depan Viana yang jadi buah bibir didesa itu karena terlihat begitu halus dan putih. Udin bukan hanya meraba dan mengelusnya, namun kali ini dia juga menjilati paha itu sampai kebagian dalam yang tertutup celana pendek, tangan Udin pun merayap mengelus-elus kemaluan Viana diluar celana pendeknya. Viana menggelinjang kecil karena kaget dan juga merasakan kenikmatan yang menjalar diseluruh bagian tubuhnya. Tarjo yang kini wajahnya dekat dengan wajah Viana tah tahan melihat wajah oriental dengan mata sipit yang sedikit terpejam akibat ulah Udin, bibir tipis gadis itu menjadi sedikit terbuka akibat rintihannya. Tak tahan pemandangan itu, Tarjo mencium bibir merah Viana, melumatnya lama sekali, lidahnya mulai melumat lidah Viana di dalam mulutnya. Viana pun dibuat tak tahan oleh Udin yang sudah mencium-cium selangkangannya sambil menjilat perutnya yang terbuka karena kaosnya tertarik keatas akibat gerakan Tarjo. Viana semakin blingsatan dikeroyok kedua pembantunya. Udin dan Tarjo tampak bersemangat sekali mengerjai anak majikannya itu apalagi melihat Viana yang memang terlihat mempunyai aura sex yang besar, keduanya seakan berlomba menyetubuhi gadis amoy itu. Melihat kaos Viana terangkat, tanpa berfikir lagi, Tarjo menyusupkan tangannya kebalik kaos Viana dan mempermainkan kedua payudara Viana terutama dibagian putingnya yang sangat sensitif bagi seorang gadis. Gairah Viana semakin berkobar, efek gendam cabul dari Udin dan Tarjo meledak-ledak dalam dadanya, sementara tangan perkasa Tarjo menyusuri bagian luar dadanya, bahkan sekarang tangan itu berusaha membuka tali bra yang sudah merosot ke bawah karena isinya sedang digrepe olehnya.
“gimana non? Enak? Dilepas aja ya biar leluasa” kata Tarjo di telinga Viana, lalu mencium lehernya yang jenjang hingga seluruh tubuh Viana merinding dibuatnya.
“Ehmmm… terserah mang Tarjo deh” desah Viana lirih,
Bersamaan dengan itu, terdengar suara pengait bra yang terbuka. Tarjo melepas kaos ketat yang dipakai Viana dan tampaklah kulit punggung mulus dengan tali bra sudah terlepas. Tarjopun menuntaskannya dengan melolosi bra itu dari tubuh Viana. Viana secara reflex menutupi kedua payudaranya dengan tangan, namun posisi itu justru membuat birahi kedua pembantunya tambah naik. Udin dan Tarjo hampir meneteskan air liur melihat kulit tubuh Viana yang mulus tanpa noda, dan putih bagai salju. Selama ini mereka sering melihat gadis pelacur telanjang tapi baru kali ini mereka melihat tubuh yang begitu sempurna untuk dilihat dan untuk dinikmati.
“wuihh mulus amat nih badan, celananya juga dilepas aja non biar lebih enak diliatnya” kata Udin akhirnya sambil menarik perlahan celana pendek Viana. Celana itupun melorot perlahan, Udin mengeluarkannya dari sepasang kaki Viana.
“Wah Din, ini sih barang mewah, mulusnya merata, tuh liat si non juga memeknya udah basah” kata Tarjo menunjuk celana dalam Viana yang berwarna putih, namun dibagian yang menutupi vagina terlihat transparan, pertanda dibagian itu sudah terkena cairan.
“Iya non, udah kepingin juga ya, sini mamang lepas celana dalemnya ya” tanpa menunggu jawaban Viana, Udin melolosi celana dalam Viana. Sekarang tampaklah tubuh sempurna Viana di hadapan kedua pembantunya. Viana terlihat grogi sekali dalam keadaan itu, dia malu sekali dilihat bugil oleh kedua pembantunya, seharusnya pemandangan itu hanya bisa dilihat oleh suaminya kelak. Tarjo memegangi tangan Viana agar tidak menutupi daerah kemaluan dan dadanya, sementara Udin berdiri di depan mereka sambil menaksir dan menikmati pemandangan tubuh telanjang Viana.
ayo non tetep telentang aja, ga usah malu lagi, sekarang kita udah sama-sama liat kan?” kata Udin.
Tentu saja Viana belum berani bergerak banyak karena masih belum terbiasa dilihat orang dalam keadaan seperti itu, apalagi mata kedua pembantunya terus memelototi tubuhnya dengan seringai mesum.
“Udah ah mang, malu” kata Viana dengan wajah memerah
“Iya non, udah, kita langsung aja” kata Tarjo sambil kembali mencium bibir Viana, namun kali ini dengan nafsu dua kali lipat yang tadi. Tangannya sibuk menggerayangi payudara Viana satu-demi satu, sementara Viana sudah membalas ciuman Tarjo dengan bibirnya juga, lidahnya saling bergulat.
Udin mendekatkan wajahnya kevagina Viana, pelan-pelan tangannya membuka bibir vagina yang masih menutup, namun disekeliling bibir itu telah berkilat oleh cairan vagina, pertanda tubuh Viana telah mengizinkan pria jantan untuk menyentuhnya. Didepan mata Udin terlihat paha Viana begitu putih sampai selangkangannya, benar-benar tanpa noda, baru terlihat merah muda didaerah sekitar vagina, dengan bulu-bulu tipis menghias kemaluannya. Sungguh berbeda dengan gadis-gadis yang pernah ditidurinya, semua rata-rata berwarna kehitaman didaerah vaginanya. Tangan Udin menyibakkan bibir kemaluan Viana dan tampaklah daerah kenikmatan itu juga berwarna merah muda, seperti belum pernah tersentuh, tapi Udin ingat bahwa Viana sudah jebol keperawanannya, untuk itu ia semakin memperlebar bukaannya, “benar-benar barang mahal” pikirnya. Lidah Udin perlahan menyapu bagian luar kemaluan Viana, rasa asin pun dirasakannya, lalu lidahnya kembali menyapu sedikit kedalam dan semakin kedalam, sementara bibirnya bergantian mengisap kelentit kecil dibagian atas bibir vagina yang terbuka. Diperlakukan seperti itu membuat Viana hilang kesadarannya sebagai gadis baik-baik, rasa nikmat yang sudah menjalar sejak tadi kian membludak terutama dibagian kemaluannya, lidah Udin seperti tahu mana titik penting dalam liang vaginanya berputar-putar, sampai akhirnya Viana tak kuasa membendung rasa nikmat itu, mulutnya terus disumpal mulut Tarjo hingga rintihannya tenggelam. Kedua kaki Viana secara tidak sadar semakin mengangkang mengapit wajah mesum Udin, disaat itu tubuh Viana menegang, pinggangnya melenting sesaat mengangkat pantatnya, kedua tangannya memeluk Tarjo keras sekali. Hanya Udin yang dapat merasakan betapa Viana telah mendapatkan orgasme pertamanya, cairan kewanitaan Viana keluar memercik dilidah Udin yang langsung segera menelannya. Tubuh Viana kembali melemah setelah orgasmenya tadi, kedua pembantunya yang ternyata sangat lihai mempermainkan tubuh gadis-gadis kampung, ternyata telah menaklukkan juga seorang gadis chinesse yang bahkan dirumahnya sendiri. Kini Udin dan Tarjo membuka juga seluruh pakaiannya, dan mereka berdua kembali berganti posisi.
Gimana non? Enak kan? sekarang giliran non yang pijitin kontol kita kayak kemarin itu” perintah Udin sambil mengacungkan penis hitamnya dihadapan wajah Viana yang putih kemerah-merahan sehabis orgasme.
Sementara Tarjo di posisi bagian bawah mengangkat kaki Viana lalu menjilatinya, menyedot nyedot kulit pahanya sambil tangannya menggesek-gesek bagian klitoris. Birahi Vianapun bangkit kembali, tangannya meraih penis Udin yang sudah tegang, kepala penisnya yang berukuran besar, sedikit lebih besar dari kepunyaan Tarjo sudah mengkilat basah oleh cairan pelumas yang dikeluarkannya sejak tadi.
“Non, belajar isep ya” kata Udin. Viana menggeleng lemah karena sedang menahan nikmat gosokan tangan Tarjo pada klitorisnya.
“Ayolah non, lebih enakan kalau diisep daripada cuma dikocok-kocok, nanti juga terbiasa koq” kata Udin lagi.
“Via belum pernah gitu, mang” ujar Viana berbisik
“iya makanya non harus banyak belajar, biar banyak tau cara muasin kita, coba dulu aja, mamang ajarin deh”
Wajah Viana kembali memerah, meskipun sudah pernah melihat penis Udin sebelumnya, namun ternyata gadis sipit itu masih malu dan risih melihat penis yang begitu besar baginya, dengan ujung yang telah disunat mencuat seperti jamur berwarna merah dan batang hitam berurat kira-kira 20 cm berdiameter 5 cm.
“hayo non, coba dulu dicium ujungnya itu” bisik Udin mengarahkan nonanya, sementara Tarjo makin aktif menjilati paha Viana yang putih mulus, kini telah sampai kebagian belahan vagina. Udin mengarahkan penisnya kewajah Viana yang memerah takjub. Udin terus memajukan penisnya hingga menyentuh bibir lembut Via, tak lama setelah disentuhkan, Viana mencium pelan kepala penis Udin.
“Nahh gitu non, ayo yang lama ciumnya, tahan dibibir non Via ya” kata Udin yang duduk di samping kepalanya. Udin kembali menyentuhkan penisnya kebibir Viana, kali ini Viana memberanikan diri memajukan kepalanya juga agar penis Udin lebih tertahan dibibirnya.
“Bibirnya dibuka dikit-dikit non, coba jilat pake lidah” kata Udin sekarang sambil mengocok penisnya.
Viana menuruti kata-kata Udin, dengan bibir sedikit terbuka, dia coba menjilat kepala penis itu. Kembali Viana meringis, karena terasa asin aneh dilidahnya. Tarjo tertawa melihatnya “kenapa non, bau ya? Hehehe tuh Din, makanya kontol lu mesti sering dimandiin biar ga bau, kan kasian non Via” katanya. Udin pun ikut tertawa mesum. “ lagi dong non, buka lebih lebar lagi, nanti juga baunya terbiasa, bau kontol memang gitu” kata Udin.
“Bau khas mang, tapi ada aromanya juga, trus asin”
“Ya, coba terusin lagi biar non juga kebiasa” kata Udin.
Viana mencoba lagi ujung penis Udin dibibirnya, lalu dijilatnya lagi, lagi dan lagi sampai penis itu kelihatan basah oleh airliurnya. Udin sedikit memajukan penisnya di bibir Viana, hingga sekarang posisi kepala penisnya sudah didalam mulut Viana. Mulut mungil itu terlihat penuh dijejali kepala penis. Lidah Viana yang masih berusaha menjilat-jilat, secara tak sadar berubah gerakannya menjadi seperti memainkan lubang kencing Udin, itu karena seluruh kepala penis Udin sudah berada dimulutnya. Udin memejamkan matanya menikmati setiap gerakan lidah Viana dan juga kenyamanan penisnya dalam mulut gadis itu.
“Nah, sekarang udah enak kan non?”tanya Udin.
mm…heehmmm”Viana mengangguk. “Gitu dong non, kan jadi sama-sama enak, nih sekarang non Via kocokin kontol trus nanti gentian diisep-isep ya” katanya lagi sambil mengarahkan tangan Viana pada penisnya yang sedang ereksi total.
Begitulah Viana mengocok dan mengisap kelamin pembantunya. Sepuluh menit kemudian, penis Udin mengeras sempurna dalam mulut Viana. Tangannya memegangi posisi kepala Viana yang masih mengisap penisnya, lalu menyemburlah sperma kental keputihan dalam mulut Viana, secara reflek, dalam sekejap Viana membuang kembali sperma yang barusan tertuang dalam mulutnya sekaligus melepaskan penis Udin dari mulutnya meskipun terlambat, karena lagi-lagi Viana harus mencicipi rasa hambarnya sperma Udin dalam mulutnya bahkan jauh lebih banyak dari minggu lalu. Viana tidak menyadari bahwa rata-rata kaum pria bisa menyemprot 3- 4 kali. Baru dua kali semburan Viana sudah melepas penis Udin dari mulut mungilnya, akibatnya 2 semprotan berikutnya malah tepat mengenai wajahnya, telak mengenai antara kedua alisnya.
“Idihh mang Udin koq banyak banget” kata Viana sambil sesekali meludah membersihkan mulutnya.
“nah kan non, belum beres koq udah dilepas, tuh jadi belepotan dah, sini mamang bersihin” kata Udin sok perhatian, tangannya kemudian memberikan sesuatu pada Viana. Dengan reflek Viana mengelap wajahnya dari sperma Udin tanpa menyadari kain yang diberikan Udin itu adalah celana dalamnya sendiri.
“wahhhh, mang Udin jahat, nanti Via pakai apa? Jadi basah gini tuh” rintih Viana sewaktu menyadari celana dalam putih kesayangannya sudah belepotan sperma juga.
“O iya non, maaf ya, abis disini gak ada tisu, jadi tadi asal comot” celetuk Udin sekenanya.
“Sekalian dong non, bersihin juga sisa pejunya pake celana dalem non, tanggung kan udah kotor” kata Udin sambil mengasongkan penisnya yang sudah mulai mengendor ketegangannya. Viana mencibirkan bibirnya, namun tangannya serta merta mengelap ujung penis Udin dengan celana dalamnya sendiri.
“Non, sekarang kita entotan yuk” kata Tarjo mulai bersiap mengarahkan penisnya pada vagina Viana, namun Viana segera menutupkan kedua kakinya.
jangan mang, Via belum siap, udah lengket nih gara-gara mang Udin” katanya sambil menunjuk wajahnya sendiri yang tadi terkena cipratan sperma.
“hehehe itu sih malah vitamin E non, biar kulit wajah non tetep cemerlang” sanggah Udin cengengesan.
“tetep aja ga enak mang, udah ah, Via mau sekalian mandi aja” kata Viana bersiap memakai bajunya.
“Lho, terus nasib mamang gimana non?” tanya Tarjo
“Ayolah non, kasian tuh si Tarjo belum kebagian jatahnya” bujuk Udin membela rekannya.
“Tapi ga mau dimasukin ya mang, Via belum siap”katanya Viana kemudian
“padahal gak apa-apa non, malah ini bakal lebih enak lagi, non bisa sering orgasme nantinya, tapi yaudah deh disepong aja kayak ke si Udin tadi biar impas non” bujuk Tarjo.
Dimulai lagilah acara Viana mengisap penis pembantunya, kali ini giliran Tarjo yang menikmati mulut Viana. Selama 5 menit itu Tarjo terus membujuk Viana.
“Ayo non Via sayang, puasin kontol mamang juga yah, padahal tadinya mamang kepingin nyicipin memek non, keliatannya non enak buat diewein, abis putih sekali badan non, kontol mamang juga bisa muntah kalau dihimpit kulit sehalus ini mah”
Akhirnya Tarjo termakan kata-katanya sendiri, 5 menit kemudian Tarjo memuntahkan spermanya, hanya kali ini Viana sudah siaga, merasakan penis Tarjo mengeras dan berkedut, dia buru-buru melepaskan dari mulutnya lalu mengocoknya kearah lain yang menjauhi tubuhnya. Tapi lagi-lagi dia melakukan kesalahan dengan melepas kocokannya sewaktu melihat sperma Tarjo keluar. Keadaan itu dimanfaatkan Tarjo dengan segera membalikkan badannya dan mengarahkan semprotan pada dada Viana. Satu semprotan mengenai dadanya, Viana kembali melakukan kesalahan yang tidak disengaja dengan membalikkan badannya, akibatnya semprotan berikutnya mengenai pantatnya yang bulat seperti bakpao. Cairan sperma Tarjo pun meleleh menuruni tubuh Viana dari dada dan pantatnya, tentu saja Viana panik ketakuta sperma itu akan mengenai vaginanya. Gadis itu langsung terduduk, tangannya menerima sodoran kain dari Tarjo. Lagi-lagi Viana tidak hati-hati, karena kain yang digunakan untuk membersihkan sperma dari tubuhnya adalah kaos putihnya sendiri. Udin dan Tarjo tertawa puas bisa mengerjai anak bosnya itu.
aduh non Via, maaf juga, mamang buru-buru, abisnya takut non Via hamil kena sperma mamang tadi” kata Tarjo malah terus menggoda Viana.
“Ahh udah ah, mang Udin sama mang Tarjo nakal, Via harus cepet-cepet mandi nih” kata Viana, kali ini ia benar-benar memakai bajunya, hanya saja celana daam tidak jadi dipakai karena takut sperma Udin akan membuahinya. Baju putih nya pun terlihat basah dan beraroma khas sperma, namun tetap dipakainya karena tidak mungkin dia keluar gudang dengan hanya memakai celana pendek dan bra saja.
“kapan-kapan semprotnya didalem ya non, biar ga perlu dilap” kata Udin menatap Viana dengan tatapan puas.
“Ihhh maunya… wee” kata Viana mencibir sambil mengernyitkan hidungnya, lalu bergegas meninggalkan kedua pembantunya dalam keadaan puas dan melupakan celana dalamnya.
Chapter 5
Viana menaiki anak tangga menuju lantai dua rumahnya, sebelum sampai ke kamarnya dia harus melewati dapur dulu, dengan langkah agak berat Viana berjalan. Alangkah kagetnya sewaktu melewati dapur, didepannya telah berdiri Tatik, sang ibu tiri.
“Lho, Via lagi apa, jam 1 malam gini koq belum tidur?” tanyanya.
“eee, oh … itu, Via mau ambil minuman di kulkas” jawab Viana gugup dan mempercepat langkahnya menuju kulkas dan mengambil minuman dingin.
“kamu ini aneh ya, jam 1 malam malah minum air dingin, kamu sakit Via?” katanya sambil mendekati Viana.
“eh, gak koq mbak, eh mam, cuma di kamar panas sekali, jadi haus” jawab Viana sambil terus berlalu di depan Tatik menuju kamarnya.
Viana tidak menyadari aroma khas sperma dari bajunya tercium oleh hidung Tatik yang tajam. Menyadari ada yang tidak beres dengan anak tirinya, Tatik yang cerdik mulai menduga apa yang terjadi dengan Viana, namun dia menahan niatnya agar Viana tidak merasa diketahui rahasianya. Viana bernafas lega dalam kamarnya, fiuhhh hampir saja ketauan mbak Tatik, dasar ibu Titi, mau tauuu aja. dan seperti rencananya semula dia mulai menghidupkan water heater dan membuka seluruh pakaiannya. Di depan kaca besar miliknya, terlihat banyak sekali cupangan merah pada tubuhnya, dan ya Tuhan ternyata benar kata kedua pembantunya, tubuhnya begitu putih, halus sempurna. Viana bangga pada tubuhnya, dia tersenyum sendiri didepan cermin. Didadanya masih ada bekas sperma, pelan-pelan jarinya menyapu bekas sperma Tarjo itu, lalu Viana menjilatinya.
“Oh, mang Udin, mang Tarjo, kalian hebat” katanya dalam hati.
Viana mengendus aroma kejantanan yang masih tersisa pada tubuhnya. Tak lama Viana pun menceburkan tubuhnya dalam bathtub berisi air hangat. Dan waktu berjalan lambat. Viana terjaga dalam tidurnya, rupanya dia kelelahan sampai tertidur sambil berendam. Buru-buru Viana mengeringkan badan dan memakai baju daster tidurnya, lalu segera saja dia kembali terlelap di kasurnya yang empuk.
END SEASON 2