Chapter 5
Viana menaiki anak tangga menuju lantai dua rumahnya, sebelum sampai ke kamarnya dia harus melewati dapur dulu, dengan langkah agak berat Viana berjalan. Alangkah kagetnya sewaktu melewati dapur, didepannya telah berdiri Tatik, sang ibu tiri.
“Lho, Via lagi apa, jam 1 malam gini koq belum tidur?” tanyanya.
“eee, oh … itu, Via mau ambil minuman di kulkas” jawab Viana gugup dan mempercepat langkahnya menuju kulkas dan mengambil minuman dingin.
“kamu ini aneh ya, jam 1 malam malah minum air dingin, kamu sakit Via?” katanya sambil mendekati Viana.
“eh, gak koq mbak, eh mam, cuma di kamar panas sekali, jadi haus” jawab Viana sambil terus berlalu di depan Tatik menuju kamarnya.
Viana tidak menyadari aroma khas sperma dari bajunya tercium oleh hidung Tatik yang tajam. Menyadari ada yang tidak beres dengan anak tirinya, Tatik yang cerdik mulai menduga apa yang terjadi dengan Viana, namun dia menahan niatnya agar Viana tidak merasa diketahui rahasianya. Viana bernafas lega dalam kamarnya, fiuhhh hampir saja ketauan mbak Tatik, dasar ibu Titi, mau tauuu aja. dan seperti rencananya semula dia mulai menghidupkan water heater dan membuka seluruh pakaiannya. Di depan kaca besar miliknya, terlihat banyak sekali cupangan merah pada tubuhnya, dan ya Tuhan ternyata benar kata kedua pembantunya, tubuhnya begitu putih, halus sempurna. Viana bangga pada tubuhnya, dia tersenyum sendiri didepan cermin. Didadanya masih ada bekas sperma, pelan-pelan jarinya menyapu bekas sperma Tarjo itu, lalu Viana menjilatinya.
“Oh, mang Udin, mang Tarjo, kalian hebat” katanya dalam hati.
Viana mengendus aroma kejantanan yang masih tersisa pada tubuhnya. Tak lama Viana pun menceburkan tubuhnya dalam bathtub berisi air hangat. Dan waktu berjalan lambat. Viana terjaga dalam tidurnya, rupanya dia kelelahan sampai tertidur sambil berendam. Buru-buru Viana mengeringkan badan dan memakai baju daster tidurnya, lalu segera saja dia kembali terlelap di kasurnya yang empuk.