@Rezzo
Kenapa ane bahas soal sinar, bahkan sampai sinar sekunder segala? Karena suhu Rezzo menghubungkan 'anomali' bayang-bayang dgn arah sinar. Asumsi suhu, sinar itu adalah sinar buatan yg disorotkan dr setidaknya 2 spot yg berbeda, iya kan?
Inti dr apa yang ane sampaikan pd kesempatan lalu ialah, arah dan panjang pendek bayangan astronot pada foto tak tergantung pada 'jumlah' sumber sinar maupun arah sinar, suhu. Sumber sinarnya hanya 1 dan arahnyapun hanya 1 arah. Kunci perbedaan arah dan ukuran bayangan terletak pada keadaan topografi tempat berpijak subjek yang disorot, bukan terletak pada sinarnya. Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan matahari.
Lalu suhu Rezzo berpendapat : "Nenek2 dgn mata
minus 5 pun bisa ngelihat kalo 2 astronot itu
menginjakkan kaki mereka di tanah yg hampir
sama rata. Selisih yg mungkin paling jauh pun
hanya 15 cm."
Yup, itulah kuncinya suhu. Tanah yang
hampir rata, artinya tanah itu
tidak benar2 rata kan. Kita tidak perlu mengharapkan ada pelandaian ekstrim semacam bukit atau jurang di sini. Sedikit saja perbedaan kondisi kontur dalam suatu wilayah sudah cukup untuk membuat arah, bentuk dan ukuran bayangan objek berbeda2 kendati hanya memanfaatkan 1 sumber cahaya! Ya, suhu dapat bereksperimen dan membuktikan sendiri hal ini. Selisih 15 cm yg suhu sebutkan, walaupun tampaknya jumlah yg kecil, tp juga bisa memberikan dampak besar apabila selisih2 ketidakrataan 'sekecil' itu membentang hingga mencakup luas bidang sebesar beberapa meter. Kalau melalui foto sih kelihatannya relatif rata saja, tp dari jarak dekat ane yakin permukaan bulan yg dirasakan para astronot meskipun cuma seukuran jengkal demi jengkal tidaklah demikian.
Nah, suhu juga melewatkan tulisan ane tentang masalah pembiasan cahaya yg lalu. Taruhlah foto itu memang rekayasa dan pengambilan gambarnya dilakukan di dalam sebuah studio indoor biasa. Sumber penerangan juga sumber buatan. Hingga tulisan suhu yg terakhir yg berpendapat kalau ukuran bayangan berbeda tergantung sudut kemiringan sumber cahaya, padahal jarak antara kedua astronot kira2 paling jauh hanya 4 meter, maka ga salah kan kalau ane berkesimpulan suhu Rezzo mengira ada lebih dari satu sumber sinar yang menyorot A & B dari arah yg berbeda?
Hubungannya jika demikian kejadiannya, coba flashback kembali ke tulisan ane yg lalu, bisa dilihat kalau arah sinar yg sampai ke astronot A tampak berasal dari belakang kedua astronot. Khusus astronot B (menggunakan asumsi suhu) arah sinarnya seharusnya berasal dr sumber yg menyerong. Tp menggunakan asumsi ini, satu yang pasti, letak 'kedua' sumber sinar harus sama2 berada di atas kedua astronot. Bayangan astronot A yang setidaknya jelas terlihat agak lebih panjang (sedikit melebihi tinggi) mengindikasikan bahwa letak 'lampu' melampaui arah belakang astronot B pula. Nah imbasnya, sekali lagi sesuai dgn tulisan ane yg lalu bahwa sumber sinar buatan yg dipancarkan dr satu arah (layaknya senter) akan selalu mengalami pembiasan dan pemencaran partikel cahaya, kita dapati bahwa ternyata masing2 astronot hanya memiliki 1 bayangan. Harusnya mengikuti logika asumsi suhu Rezzo, bias sinar dgn intensitas kuat (bisa dilihat dari wujud bayangan yang pekat) yg menyorot si A tersebut sudah pasti mengenai postur astronot B, interlap dgn bias berkas sinar yang menyorot astronot B itu sendiri. Sehingga setidaknya astronot B akan memiliki 2 bayangan (yg satu menyerong sesuai foto, yg satu akan sejajar dengan bayangan astronot A). Tapi kenyataannya tidak ada kan? Dari situlah dengan jelas dapat kita simpulkan bersama bahwa tidak mungkin tubuh kedua astronot disorot dengan sinar artifisial. Sekali lagi kenapa? Karena dengan kondisi penyinaran menggunakan subjek seukuran manusia, dalam kondisi ruang dengan atmosfer dan udara normal sumber sinar seintens itu mustahil tidak akan mengalami pembiasan dan penyebaran berkas sinar. Kecuali pemotretan dilakukan di ruangan vakum dengan indeks bias cahaya tepat sama dengan 1 (satu)! Ingat bahwa udara sebenarnya amat berpengaruh terhadap transmisi maupun refraksi cahaya selaku gelombang elektromagnetik.
Jadi menurut ane jangan dulu memasukkan pembahasan besaran vektor maupun skalar di sini suhu. Karena hal tersebut menipu. Orientasi dan sudut penyinaran di sini tak berpengaruh banyak terhadap 'anomali' bayangan2 yang dihasilkan.
Menggunakan analogi suhu tentang Sabang dan Merauke pada jam yang sama (jam 10), ya tentu saja bayangan di dalam kedua kota itu akan berbeda sebab sudut mataharinya juga sudah berbeda pada jarak sejauh itu. Tapi pernahkah terpikir oleh suhu, atau pernahkah suhu mengamati di suatu media bahwa bayangan beberapa buah batu dan kaktus di padang gurun Nevada memiliki orientasi dan ukuran bayangan yang berbeda-beda walaupun sama2 berada dalam radius beberapa meter saja pada satu landscape gambar, serta sama2 disinari oleh satu matahari? Dan tentu saja topografi padang gurun tidak rata seperti topografi jalan beraspal.
Satu sumber sinar saja sudah lebih dari cukup untuk menghasilkan ukuran dan arah bayangan yang berbeda2 bila objek2 yang disinari berdiri di atas landasan dengan kontur yang tak seragam. Topografilah kuncinya. Silakan bikin saja simulasi sederhana tentang hal ini kalau ada waktu.
Bila suhu Rezzo tidak ada waktu, ada satu artikel yang tidak modal copy-paste teori, tp langsung mencoba membuktikan sendiri kebenaran fakta2 pendaratan di bulan melalui simulasi2 sederhana (penulis adalah seorang independen). Silakan ditempel di address bar browser suhu :
iangoddard.com/moon01.htm
Biar cepat sesuai konteks pembahasan kita, silakan ctrl+F pada "different shadow directions"
Silakan setelah membacanya suhu ambil kesimpulan lagi, apakah pendaratan di bulan adalah hoax penuh cacat... Atau sebaliknya merupakan kebenaran ilmiah dan masuk akal yang besar sumbangsihnya kepada perkembangan dunia khususnya ilmu astronomi, maupun secara general sains pada masyarakat modern. Yang pasti penulis sudah membuktikan bahwa argumen yang menempatkan pendaratan bulan sebagai sebuah hoax adalah keliru.
Ini baru masalah bayang-bayang. Kalau masalah lainnya yang dijadikan landasan mengatakan pendaratan manusia di bulan hanya hoax, ane pikir sudah dijawab dengan tuntas dan jelas dalam blog yg direkomen sama suhu stayalert.
Jadi kalau suhu Rezzo mengatakan bahwa 'kebohongan' eksplorasi bulan saat ini terungkap oleh org yang punya modal penelitian ditambah penasaran akan teknologi... Faktanya penelitian oleh para peneliti, baik profesional maupun amatir dengan sedikit bekal nalar yang kritis saja, justru membuktikan sebaliknya dr yang suhu katakan : Eksplorasi bulan di akhir dekade 60-an memang benar real terjadi.
Orang2 yang berkecimpung dalam bidang sains saat ini benar2 tahu bagaimana mengambil manfaat keilmuan dr peristiwa tersebut. Suka atau tidak suka berterima kasihlah kepada ilmuwan AS atas pencapaian ini. Bukan berarti ane membabi buta pro AS lo ya, ini berlaku cuma buat lingkup topik bahasan kita ini.
Membahas aspek politis, coba perluas sudut pandang suhu. Bagaimana kalau ternyata yang disebut konspirasi itu bukan pendaratan di bulannya, tapi justru usaha2 untuk menyangkal fakta2 eksplorasi bulannya oleh seteru2 AS khususnya Uni Soviet kala itu?
Bagaimana kalau sekiranya judul asli selama ini sesungguhnya bukan "Konspirasi Eksplorasi Bulan", tetapi justru "Konspirasi
Menentang Fakta Sejarah Eksplorasi Bulan" ??