Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Bimabet
baca marathon.. mantaabb.. alurnya enak.. lanjutkan karyamu brayy...
 
Jgn ada hati yg tersakiti lagi om antara ricky sama kimi 🙂
Semoga deh gan hehe...
lanjut sini atau bikin trit baru hu ?, kalau trid baru, kasihlah yang ini titel tamatnya hu,biar karyanya masuk trid cerita tamat, sebuah pencapaian yang kadang sulit diselesaikan penulis2 semprot :tepuktangan: :beer:
Di sini aja deh, soalnya pagenya masih banyak, mubazir kalau dionggokin gitu aja
Kelarin season 2 aja dulu hu, biar bisa fokus. Soalnya kebanyakan yg langsung dobel cerita, gak ada yg tamat.
Ok deh, saran diterima
cerita barunya masih bertema incest juga kah?
Maybe yes maybe no
baca marathon.. mantaabb.. alurnya enak.. lanjutkan karyamu brayy...
Siap gan
Menunggu season 2 hu, semoga lancar RL nya ya hu
Lancar dong hehe....
asik ada season 2 ,kami setia menunggu suhuu;)
Ditunggu ya :semangat:
menunggu season 2. cayoo...
Gaskan :mantap:
 
PART 1 (S2)
POV 3rd

4 tahun berlalu sudah semenjak Ricky pergi dari Indonesia dan menginjakkan kakinya kembali ke Ohio. Di Kota Cleveland, ia diberi kesempatan untuk berkuliah di salah satu kampus yang cukup bagus di sana. Ricky yang sangat patah hati sekali harus menjalani hari-harinya di negeri yang sudah tak lagi asing baginya. Walau begitu, ia pada awalnya sangat tak rela berpisah dengan kakaknya yang kini telah menjadi mantan kekasihnya.

Di kota yang pernah menjadi tempat ia menghabiskan waktu remajanya selama 4 tahun pula, ia kembali bereuni dengan teman-teman lamanya. Beberapa dari mereka sudah melanglang buana ke tempat lain, tapi Ricky berhasil pula mendapatkan teman baru.

Berkat keteguhan dan perjuangan keras Ricky selama di sana, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dan dengan hasil yang tidak buruk pula. Ia juga mendapat pekerjaan sampingan sebagai salah satu pengelola gym milik teman lamanya. Dari pekerjaan itu, ia bisa menabung dan menghidupi dirinya di Cleveland tanpa berpangku tangan lagi pada orang tuanya. Setelah berhasil mendapatkan gelar Bachelor, Ricky dapat memperpanjang visanya untuk 1 tahun dan bekerja penuh waktu di gym tersebut.

Selain sukses dalam pendidikannya, dalam perjalanannya ia juga sukses untuk move on dari Kak Kimi. Kini Ricky berpacaran dengan seorang gadis Amerika bernama Claire Hartmann. Ia sudah berpacaran dengan gadis tersebut selama 3 tahun.

Kisah pertemuan mereka berawal dari gym tempat Ricky bekerja. Gadis tersebut adalah putri seorang sensei atau pelatih Karate yang ada di gym tersebut. Ketika Ricky mulai berlatih Karate di sana, mereka menjadi sering bertemu. Terkadang pula, mereka dipasangkan oleh pelatih mereka untuk berlatih bersama. Dari situlah bibit-bibit cinta mereka mulai tumbuh. Berawal dari bertukar pukulan dan tendangan, sekarang mereka mulai bertukar perasaan.

Selama 3 tahun berlatih Karate di sana, Ricky berhasil mendapatkan sabuk coklatnya. Ia menjadi anggota senior klub Karate gym tersebut dan menjadi salah satu anggota yang ditakuti oleh junior-nya apabila mereka harus melakukan sparring bersamanya. Hal itu pula yang membuat Claire menjadi semakin suka kepada Ricky yang memang baik hati dan tampan.

Semenjak berpacaran dengan Claire, Ricky tak pernah lagi mengenang dan bergalau ria mengenai Kak Kimi setiap malamnya. Perlahan, Ricky mulai bisa melupakan sosok kakaknya yang dulu ia impikan untuk ia nikahi. Ia juga tak pernah lagi mencoba menghubungi Kak Kimi dan benar-benar memulai hidup baru di Amerika.

~~~~~​

POV Ricky

"Babygirl, you look so gorgeous in this dress," pujiku kepada Claire yang sedang berdiri di hadapanku.

"Aww, thank you." Walau sudah sering kupuji, Claire tetap menerima pujianku ini seolah aku baru pertama kali memuji dirinya. Aku tersenyum dan turut bangkit berdiri.

"So, your parents won't be home until 11 right?" tanyaku sembari menatap wajahnya yang cukup cantik dan manis.

"I'm pretty sure, Babe."

"Can we do it?" tanyaku sembari mulai mencium telinganya tersebut.

"Why not?" Ia tersenyum kepadaku.

SLURP! Aku melumat bibirnya yang seksi. Ia turut memelukku dan membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan satu sama lain selama beberapa menit. Setelah lidah dan bibir kami sudah puas beradu, aku melepaskan ciumanku dan menatap wajahnya.

"Love you, Claire," ucapku lembut.

"Love you so much, Ricky." Aku tersenyum ketika mulutnya mengucapkan kalimat tersebut. Kemudian aku kembali mencium bibirnya selama beberapa menit lagi.

Selesai berciuman untuk kedua kalinya, aku tak ingin membuang waktu lagi. Tanganku langsung meraih tali dari gaun tidurnya yang berwarna hijau tua. Kuturunkan gaunnya secara perlahan melewati bahu dan lengannya sehingga tampak branya yang berwarna abu-abu. Aku terus menarik gaunnya turun hingga akhirnya melewati ujung kakinya. Tampaklah tubuh indah Claire yang terbalut bra dan celana dalam berwarna abu-abu.

Aku meraba-raba perutnya yang rata hasil dari latihannya di gym. Lalu aku menarik tangannya dan menjatuhkannya tubuhnya di ranjang miliknya. Ia hanya tertawa saja begitu tubuhnya menghantam empuknya ranjang. Aku meraba-raba bagian selangkangannya yang putih bagaikan susu murni hingga ia merasa geli dan mulai terangsang.

"Babe, I'm already wet now."

"Hold on, I'll do some little pleasure."

Tanganku mulai berpindah ke payudaranya yang berukuran 36C. Aku melepas branya yang memiliki kaitan di depan. Terpampanglah payudara besar nan montok milik Claire yang juga berwarna putih susu seperti seluruh kulitnya. Aku menghisap putingnya itu seolah aku adalah anak bayi yang kelaparan.

"Ahh! Suck it! Damn!"

Selepas menghisap putingnya sampai benar-benar puas, aku mulai beralih tubuh bagian bawahnya. Aku meraba-raba vaginanya yang terbungkus celana dalam abu-abu tersebut. Dengan lembut, aku menjepit kain celana dalamnya dengan jariku. Kemudian kuturunkan perlahan kain penutup terakhir tubuh Claire.

Kini vagina Claire yang ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna pirang tersuguhkan di depan mataku. Tanpa basa-basi, aku langsung menguak bagian vaginanya yang sudah basah. Aku mengincar daerah klitorisnya dan mulai menjilatinya secara perlahan. Claire hanya mendesis pelan dan mulai mencengkeram kain springbed karena daerahnya sedang diserang oleh lidahku.

Aku terus memainkan lidahku. Desisan yang pelan mulai tergantikan menjadi desahan nikmat yang menguasai seisi ruangan. Seiring dengan intensitas permainan lidahku, kini ia semakin mencengkeram springbed-nya.

"Ricky, I… will splash out. Ahh!"

Crot! Crot! Crot! Vagina Claire telah mengeluarkan cairan orgasmenya. Claire pun terbaring pasrah dengan kaki yang masih mengangkang. Sementara Claire beristirahat sejenak dan mengambil nafas, aku membuka seluruh pakaianku hingga telanjang. Penisku sudah berdiri tegak sedari tadi. Aku mulai menindihnya dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

"Ahhh! Babe! Hit me with your dick!"

Setelah penisku sudah tertancap di vaginanya, aku mulai memaju-mundurkan penisku. Ahh! Ahh! Claire mulai mendesah kembali. Tubuh dan payudaranya bergoncang keras karena terhentak oleh dorongan penisku. Tapi goncangan itulah yang menambah erotisme dirinya, apalagi payudaranya yang besar itu juga bergoncang.

Penisku terus dijepit oleh dinding kewanitaannya. Lewat teksturnya yang sudah licin oleh cairannya, penisku seolah seperti dipijat oleh terapis profesional. Aku terus menambah tenagaku yang sudah terlatih selama aku belajar Karate di sini. Claire pun semakin mendesah kuat karena hentakan penisku yang semakin kuat.

Sudah 20 menit kami bercinta dengan penuh gairah. Aku terus meremas payudara Claire yang bagaikan balon air ini. Ia sendiri terus mendesah tanpa henti sehingga menambah nafsu birahi dalam diriku. Tak lama aku merasakan kalau cairanku akan menyembur keluar dan sudah di ujung.

Dengan inisiatifku sendiri, aku mencabut penisku dari vaginanya. CROT! CROT! CROT! Tersemburlah cairan spermaku ke badannya yang seksi itu. Selama aku menyemburkan spermaku, kulihat kalau Claire juga sudah sampai ke puncak orgasmenya yang kedua.

Aku segera bangkit dari ranjang dan mengambil tisu untuk membersihkan tubuh Claire dari spermaku. Walau sudah kubersihkan, tetap saja sperma itu masih menyisakan keraknya yang harus dibersihkan saat mandi nanti. Tapi setidaknya saat cuddling, tubuh Claire yang belepotan sperma gak akan mengganggu diriku.

Untuk memulihkan tenaga kami sejenak, kami berdua berbaring bersebelahan di ranjangnya. Claire memeluk diriku dengan hangat dan aku turut mengelus rambut pirang kecoklatannya yang halus itu. Tapi dalam sesi pelukan ini, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami dan suasana hening lah yang menghiasi romantisme kami.

Sekitar 15 menit kemudian, kami pun mandi bersama. Tentu saja saat mandi, kami sempat bermain bersama lagi. Maka kami menghabiskan sekitar 35 menit di dalam kamar mandi sebelum akhirnya kami keluar untuk kembali berpakaian lagi.

Aku mengenakan pakaianku kembali. Sementara Claire mengenakan secarik celana dalamnya yang berwarna merah, celana piyama berwarna biru, dan baju kaos berwarna pink muda. Ia tak mengenakan bra di balik kaosnya itu sehingga payudaranya tampak begitu membulat.

"Hey, it's time for me to go home," ujarku padanya.

"Why? It's still early, Babe."

"I'm sorry, my aunt has called me back to home."

"Ah, it's fine then."

"I'm truly sorry, Claire. See you in dojo tomorrow."

"See you, Babe. I love you."

"Love you too."

MUACH! Claire mengecup pipi kananku ini. Kemudian ia tersenyum dan menggenggam tanganku. Aku turut membalas dengan mengecup keningnya tersebut. Kemudian dengan manja, ia menggandengku sembari berjalan keluar dari rumahnya.

"Take care, My lovely babe."

"You too, Claire."

Ia melambaikan tangannya padaku. Aku turut membalasnya dengan lambaian pula. Kemudian aku memasuki mobil pabrikan Amerika bermerek Chevrolet yang kupinjam dari pamanku. Setelah mengenakan sabuk pengaman dan menyalakan mesin, maka pulanglah aku ke rumah pamanku yang menjadi tempat tinggalku selama dua periode aku di Amerika.

Selepas memarkirkan mobil pamanku ke garasinya, aku masuk ke dalam rumah. Di sana tampak Paman Josh dan Tante Reina sedang menonton televisi bersama. Aku menyapa mereka sebelum aku putuskan untuk masuk ke dalam kamar. Namun baru menyentuh gagang pintu kamarku, panggilan dari Tante Reina membuatku urung niat untuk masuk kamar.

"Ada apa, Tante?" tanyaku menghampirinya.

"Visa kamu kan bentar lagi habis kan, Ricky?"

"Ya, begitulah."

"Jadi kamu bakal pulang ke Indonesia?"

"Mau tidak mau deh."

"Padahal Tante masih ingin kamu di sini loh, soalnya gak ada kamu jadi sepi lagi rumah ini."

"Ah gak juga dah. Kan aku kerja juga setiap hari."

"Tapi dengan adanya kamu, suasana rumah jadi lebih hidup."

"Ya mau gimana lagi, Tan?"

"Kebetulan papamu juga udah nyuruh kamu buat balik ke Indonesia. Katanya dia bakal memberimu posisi di perusahaannya."

"Tumben juga Papa nyariin aku."

"Yang nyariin kamu tuh mamamu tuh, dia curhat ke Tante kalau dia udah kangen berat sama kamu."

"Oh gitu."

"Mungkin juga kakakmu dan adikmu kangen sama kamu."

Damn! Pikiranku kembali teringat dengan Kak Kimi. Padahal selama ini, aku sudah jarang mengingat dirinya. Walau kisah cinta kami pernah sangat indah, namun akhir cerita kami yang tragis membuat aku berusaha melupakan pil pahit yang menghantuiku selama berbulan-bulan itu. Jujur saja, alasan utamaku tak ingin kembali ke Indonesia adalah karena aku tak ingin kembali mengenang memori lamaku bersama Kak Kimi.

"Kok malah melamun, Ricky?"

"Eh, gak kok, Tante. Aku lagi mikirin keluargaku yang mungkin kangen."

"Kata papamu tadi, ia minta kamu pulang beberapa hari lagi. Semua tiket dan lain-lain, bakal beliau urusin."

"Hmm bakal kangen nih sama keluarga ini."

"Tante juga gak rela kok ngelepasin kamu. Bagi Tante, kamu itu udah kayak anak kandungnya Tante. Tapi kalau orang tuamu sudah memanggil, ya Tante bisa apa?"

"Ya udah deh, mungkin aku minta seminggu buat ngurus kepulanganku."

"Ok, nanti Tante sampaikan ke papamu. Selamat malam, Ricky."

"Malam juga, Tan."

Aku masuk ke dalam kamarku yang tidak terlalu sempit namun juga tak terlalu luas. Tidak banyak barang yang memenuhi kamarku, hanya lemari, ranjang, meja kerja, printer, dan keranjang untuk baju kotor saja. Sementara dindingnya yang berwarna krem polos membatasi ruangan lain dengan kamarku. Aku mengunci pintu kamarku yang terbuat dari kayu dan membaringkan diriku di ranjang bersprei gambar rusa.

Aku merasa kalau aku kembali mengulang beberapa tahun yang lalu. Saat aku sudah selesai kelas 2 SMA, aku dipanggil pulang oleh orang tuaku untuk melanjutkan studi di Indonesia. Aku berpisah dengan mantan kekasihku waktu itu, Rachel, yang kini kudengar sudah pindah ke Kota Illinois. Sekarang aku juga akan berpisah dengan Claire dan hal itu membuatku menjadi sedikit galau.

Pikiranku kembali melayang sesaat setelah kepulanganku ke Indonesia 4 tahun yang lalu. Aku masih ingat kalau aku dijemput oleh Kak Kimi dan tinggal serumah dengannya. Di situlah semua kisah kami dimulai. Mulai dari kebersamaan kami, permainan ranjang kami, hingga kisah cinta kami yang bermuara kepada tragedi. Saat ini, aku benar-benar menyesal dan merasa sangat bodoh karena termakan cinta sesaat dengan kakak kandungku sendiri.

Maka saat pulang nanti, aku tak ingin mencari Kak Kimi lagi. Aku tak tahu apakah ia masih di kota asalku atau ia mungkin melanglang buana ke kota lain untuk mencari pekerjaan impiannya. Aku tak ingin, pertemuanku dengan dirinya membangkitkan kembali percikan-percikan yang tak kuharapkan.

Kurasa cukup sudah aku bergalau ria malam ini. Aku harus tidur dengan cukup, agar aku bisa bekerja dengan maksimal besok. Waktuku di negeri Paman Sam sudah tak lama lagi, maka aku harus meninggalkan kesan yang baik buat semua orang yang menjadi bagian dalam kehidupanku di sini. Aku tak ingin mengecewakan mereka, terutama kekasihku saat ini, Claire Hartmann.

"It always ends like this."
 
Bimabet
Waseekkk S2. Baca dl.
Oh iya, kok ga buka thread baru hu?
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd