Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Bimabet
Kimi... Masihkah kau..? Why Kimi, why...? :((
 
Pertamax ga ya
Dapat dong gan
Makasih om @Ichbineinbuch, semakin menarik.
Makasih atas support agan :beer:
Thanx upnya Hu.... :beer:
Sama-sama gan
:stress:Kalah cepet ma eyang....:mati:
Coba lagi gan lain kali
apakah Ricky tega meninggalkan Claire ? :fsedih:
Kita lihat nanti deh
Izin bangun hotel K, saya pembaca baru

:ampun:

duh panjang bener ya ngejarnya sampe puluhan bab hihihy
Semangat ya marathonnya:semangat:
 
:mantap: :mantap: :mantap:

terimakasih updetnya suhu @Ichbineinbuch
keep posting dan sehat selalu :beer:
Makasih gan atas supportnya
Thanks for update suhu
Yoi gan
Kirain kepalanya kebentur jadi lupa sama kimi
Kenangan manis gak bisa dilupain begitu aja gan
Kimi... Masihkah kau..? Why Kimi, why...? :((
Duh, move on dong gan, masih banyak nih cewe lain hehe....
Mantap updatenya suhu
Yoi gan makasih
Kimi I'm coming...
Mentang" lagi kosong, main embat aja
 
PART 3 (S2)​
POV Ricky

"Really, Ricky?" tanya Sensei Hartmann kepadaku.

"Yes, Sensei. My father had called me back to my hometown."

"It's such a great loss for our dojo and me personally. You are a good man, you deserve to be in here."

"Yeah, I know it."

"But then again, I'm not your dad. I can't hold you forever in here."

"Yeah, that's true."

"So good luck for your new journey in your hometown."

"Thank you, Sensei. I really appreciate it."

"Ricky!" panggil Claire yang muncul dari kamarnya.

Aku menoleh ke arah dirinya. Ia terlihat cantik walaupun hanya mengenakan kaos berwarna ungu polos dan celana training biru. Kemudian ia menuju ke arahku dan memeluk diriku. Aku mengelus rambutnya perlahan sebelum akhirnya ia mulai menangis tersedu-sedu di pelukanku.

"Ricky, I can't let you go."

"Don't worry, Claire. I will keep in touch with you later."

"Please, assure me," ucapnya menatapku dengan mata yang berair.

"With all my soul."

"Ricky!"

Ia terus mengencangkan pelukannya ke arahku. Aku memandang ke arah Sensei Hartmann dan ia hanya tersenyum padaku. Maka aku terus menenangkan Claire yang sepertinya tak terima jika aku harus meninggalkan jauh dirinya.

"When you're done, you should come back to here."

"I should, don't worry."

"Thank you," ujarnya lirih.

Selesai aku berpamitan dengan Sensei Hartmann dan Claire, aku pun akan pulang ke rumah pamanku untuk melanjutkan kemas-kemas barangku. Claire sepertinya sangat tidak ingin melepas diriku dan terus menatap setiap langkah pergiku. Sebelum aku masuk ke dalam mobilku, ia langsung berlari dan memeluk diriku. CUP! Tanpa sempat kuduga, ia langsung mengecup bibirku. Aku memandang ke Sensei Hartmann dan lagi-lagi ia hanya tersenyum melihat tingkah putrinya itu.

"Don't worry, Claire. I will visit you every year. I promise."

"Keep your promise. I'll be waiting for you."

"Yeah, of course."

Maka setelah perpisahan yang kedua kalinya dengan Claire, sekarang aku menjalankan mobil dan pulang ke rumah pamanku. Sesampainya di rumah pamanku, aku memarkirkan mobil pamanku dengan baik dan segera menuju kamar. Kulihat seisi kamarku ini. Tinggal sedikit lagi barang-barangku yang belum dikemas. Lalu aku langsung duduk dan mulai melipat-lipat pakaianku untuk dimasukkan ke dalam koperku.

"Hey, Ricky. May I help you?" tanya Elle, kakak sepupuku, yang muncul dari pintu kamarku.

"Ah, no need to. I can do it on my own."

"C'mon, at least let me help you for one last time."

"I'm fine, Elle. Thanks for your offer."

"You can't refuse me."

Akhirnya ia turut duduk dan membantuku mengemasi pakaianku. Kini aku tak lagi bisa mencegah dirinya. Aku hanya bisa menyerah dan membiarkan kakak sepupuku itu meringankan tangannya.

"So will you come back to US later?" tanyanya sembari membantu melipat bajuku.

"I will. At least once a year, maybe when the year end."

"You love winter, do you?" tanyanya sembari menatap wajahku.

"Kinda."

"Me too, Ricky. I do love winter," ujarnya dengan antusias.

"So what? Who doesn't love winter?"

"Literally no one likes winter in here, except for those who come from tropical country."

"Oh, I forget about it."

"No problem." Ia tersenyum sembari terus melakukan pekerjaannya. Aku sendiri mulai merasa berterima kasih pada Elle, karena pekerjaanku menjadi ringan dan nantinya aku bisa beristirahat sejenak.

Sekilas tentang Elle. Ia adalah kakak sepupuku yang adalah berdarah campuran Amerika dan Indonesia. Umurnya sudah 26 tahun saat ini. Ia memiliki paras yang cantik dan tubuh yang bagiku cukup indah. Rambutnya tidak pirang melainkan agak coklat gelap. Aslinya kulit ia sangat putih seperti bule pada umumnya tapi akhir-akhir ini karena sering berjemur, kulitnya menjadi lebih kecoklatan namun tetap nampak cerah.

Kini ia bekerja di sebuah perusahaan farmasi yang ada di kota Cleveland namun aku lupa posisinya sebagai apa. Untuk hubungan asmaranya, agak cukup tragis. Sekitar setahun yang lalu, tunangannya yang berdarah Jepang-Amerika meninggalkan dirinya karena berselingkuh dengan gadis lain. Karena kejadian itu, kurasa Elle jadi agak sedikit takut untuk kembali menjalin hubungan asmara dengan cowok manapun sampai sekarang.

"Jadi… kamu benaran mau pulang?" tanyanya dengan Bahasa Indonesia yang masih cukup kaku. Sekadar info, walau ibunya Elle adalah orang Indonesia, ia selalu berbicara Bahasa Inggris sedari kecil. Barulah saat aku datang ke Amerika 8 tahun yang lalu, ia belajar sedikit-sedikit Bahasa Indonesia dariku. Tapi setelah aku pulang, ia tak belajar lagi dan baru mengulangi belajar saat aku kembali ke sini.

"Iya, Elle. Papa udah menyuruhku kembali."

"Sayang sekali ya. Padahal aku masih mau melihat kamu di sini."

"Tenang aja, Elle. Aku bakal main-main ke sini kok."

"Oh begitu."

Ia masih membantuku untuk melipat bajuku. Sesekali tangan kami bersenggolan atau bahkan tak sengaja tanganku memegang tangannya. Tapi Elle tidak menunjukkan rasa marah atau tidak terima. Malahan ia terkadang tersenyum ketika hal tersebut terjadi.

"I think that's enough, Elle. I can do it on my own now," ujarku mencegah dirinya untuk membantu melipat celanaku.

"Ah okay. But I truly want to help you further. What can I do?"

"Just go back and rest."

"Ricky, you seems like have a lot of duty. I should help you because we're cousin right?"

"Don't worry. It will ends real quick even if you don't give your hands."

"If that's what you want, I'll go back to my room. Once you need some help, don't hesitate to call me, okay?"

"Thanks, Elle."

"Your welcome, My handsome cousin."

Wah, aku dipuji ganteng oleh kakak sepupuku. Ia tersenyum padaku sebelum akhirnya ia meninggalkan diriku. Sebelum ia pergi jauh dari pintu kamarku, aku mengucapkan terima kasih atas pujiannya tersebut. Ia tampak senang ketika mendengar ucapan terima kasihku.

Selama 15 menit ini, aku melipat seluruh pakaianku ke dalam koper dan travel bag. Saat aku keluar untuk minum air, kulihat jika Paman Josh dan Tante Reina sedang menuju ke garasi. Mereka yang berpapasan denganku berpesan agar aku menjaga rumah dan Elle karena mereka akan pergi menuju ke pasar swalayan untuk berbelanja kebutuhan bulanan mereka.

Tak lama, mereka pergi meninggalkan rumah ini dengan mobil Paman Josh. Hal janggal yang membuatku bertanya adalah kenapa Elle tidak mengikuti kedua orang tuanya? Padahal setiap kali mereka berbelanja, biasanya Elle akan selalu ikut bersama mereka.

Aku berjalan melewati ruang keluarga dan melihat Elle yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Sekarang aku sudah mengerti kenapa Elle tak ikut pergi bersama kedua orang tuanya.

"Hey, Ricky. Hold up!" panggilnya padaku.

"What's the matter, Elle?"

"Could you help me with this program, please?"

Aku berjalan menuju ke dirinya. Ternyata ia sedang menggunakan program Autocad. Namun saat kuutak-atik programnya, aku tak menemukan kesalahan apapun.

"What's wrong with it, Elle?" tanyaku sembari terus mencari kesalahan yang ada di programnya.

"Oh, did you fixed it? I'm so glad!" Ia bertepuk tangan kecil padaku. Aku menjadi semakin heran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Autocad-nya.

"What happened actually?" tanyaku kebingungan.

"Ah, maybe a sort of bug. Gladly you can fix it real quick."

Saat aku masih penasaran dan terus mencari bug yang ia maksud, tiba-tiba Elle mencium pipiku dari samping. Aku yang terkejut langsung menoleh ke dirinya. Namun kini ia malah langsung menyambar bibirku dan melumatnya dalam-dalam.

"Elle, what are you doing?" tanyaku setengah membentak pada dirinya setelah ia melepas bibirnya

"I'm sorry, Ricky." Ia langsung menundukkan wajahnya. Kulihat matanya jadi berkaca-kaca setelah mendapat kata-kata kerasku. Aku menjadi tidak tega melihat kakak sepupuku ini sehingga aku duduk di sampingnya.

"Elle, tell me if you have some problem." Saat aku mengatakan hal itu, Elle langsung menitikkan air matanya. Ia menangis sesenggukan sehingga membuatku semakin bingung.

"Hiks… nothing."

"It's absolutely anything. Just tell me, I will listen to you from A to Z."

"Hiks… You don't wanna listen to it."

Aku langsung mendekap kepala Elle dengan lembut. Ia menangis semakin keras saja ketika di dalam dekapanku. Aku terus membiarkannya menangis agar ia bisa menjadi lebih lega. Air matanya itu terus tertumpah hingga 5 menit lamanya.

"I'm sorry, Elle. I didn't mean to go hard on you."

"No, that's ok. You are not wrong."

"So, won't you tell me what's in your head, Elle?"

"Somehow, I still missing Kazuki. I need a man that can hug me and comfort me when I need to. But after he's gone, I never get comfort anymore hiks…."

Elle kembali menangis sesenggukan. Aku terus mengelus rambutnya yang kecoklatan halus tersebut. Wajah perpaduan antara darah Ibu Pertiwi dan Paman Sam membuatnya tetap tampak cantik jelita walau sedang bersedih.

"Feeling better, Elle?" tanyaku yang hanya dijawab oleh anggukan kepala dirinya.

"Good. You have to stay strong, Elle. I believe there will be someone hugging you every moment you are feeling blue."

"Maybe the guy is here with me," katanya sembari menatap wajahku.

"Who?" tanyaku bingung.

"It's you, Ricky."

DUGH! Aku terkejut mendengar ucapan dari Elle. Belum sempat aku pulih dari keterkejutanku, tiba-tiba ia kembali melumat bibirku. Kali ini, aku secara alamiah membalas ciuman bibirnya Elle. Kami berciuman dengan sangat panas, walau aku sadar kalau yang sedang kucium saat ini adalah kakak sepupuku sendiri.

Selesai berciuman, Elle kembali menatapku. Matanya yang memancarkan raut sendu membuatku jadi semakin kasihan pada dirinya. Kemudian, ia sedikit mengeluarkan senyumannya sembari terus menatap diriku.

"I feel better when kissing you, Ricky. You gave me magic."

"Elle, we are cousin. We shouldn't do this."

"Do I care, Ricky? As long as I'm feeling good, I won't have any issue about it."

"Elle…."

Ia langsung berdiri. Kemudian ia menarik tanganku untuk mengajakku ikut berdiri. Saat aku menuruti keinginannya itu, ia langsung menarik tanganku menuju ke kamarnya seperti anak kecil yang menarik truk mainannya.

KLAK! Elle langsung mengunci pintu kamarnya begitu kami sudah di dalam. Ia kini berdiri di hadapanku sambil menggigit bibir bawahnya. Aku yang terheran-heran dengan kelakuannya berusaha untuk mencari penjelasan mengenai ini.

"Elle, what are you doing?"

"Please me, Ricky. I'm so dry lately, so I need you to make me wet again."

"Elle, we are cou-"

"Stop it, Ricky! Let's just have some fun before you go."

"Elle…."

Ia mulai sedikit meliuk-liukkan tubuhnya di hadapanku. Sembari terus bergerak perlahan, ia mulai mengangkat kaosnya yang berwarna hijau muda itu. Kemudian ia membuangnya ke lantai dengan cara menjatuhkannya. Tampaklah tubuh bagian atas kakak sepupuku yang hanya terbalut bra berwarna biru laut. Kemudian ia semakin maju ke diriku dan menggoda diriku dengan mencolek-colek pipiku.

Dengan inisiatifnya, ia membuka kaos yang kukenakan secara perlahan. Aku tak kuasa untuk melawan dirinya. Dadaku yang bidang dan berotot terekspos, disambut tatapan Elle yang sangat tergiur dengan bentuk dadaku ini.

"Wow, your muscle is damn hot," puji Elle sembari meraba-raba dadaku.

"Yeah, of course."

"Ugh! I'm getting really horny now."

Ia melepas sendiri celana pendek sepahanya itu. Tampaklah celana dalamnya yang juga berwarna biru laut. Di tengah celana dalam tersebut, terdapat sebintik besar daerah yang sudah becek. Kini dengan sukarela melepas celana serta dalamanku sehingga aku mencuatkan kemaluanku yang sudah mengeras melihat kakak sepupuku yang setengah telanjang.

"Hihi… you are on the hardest state now."

"I am. I can't hold myself after seeing your body."

"Ah, Ricky! You keep making hornier and hornier. Fuck me please!"

"As you wish, Elle."

Aku membopong tubuh Elle ke ranjangnya. Kemudian aku mencopot branya tersebut hingga payudaranya yang sekal tampak menggugah siapapun lelaki yang melihatnya. Aku meremas-remas payudaranya tersebut dengan lembut hingga Elle melenguh nikmat. Sekali-kali kupelintir puting merah mudanya hingga Elle memekik kecil. Ugh! Enak banget mainin payudara kakak sepupuku ini.

Aku mulai melumat puting payudaranya tersebut. Kuhisap layaknya anak bayi yang merindukan susu ibunya. Ah! Elle terus melenguh enak saat mulutku juga turut menghisap daging empuknya tersebut. Kumainkan putingnya kali ini dengan lidahku. Ia mulai meracau karena geli dan racauannya itu semakin membuatku makin bernafsu saja.

Aku melepaskan mulutku dari payudara Elle. Tanpa sengaja, ternyata aku menciptakan 2 buah cupangan di payudara kanannya Elle. Aku menatap dirinya yang masih terbaring mengenakan celana dalamnya tersebut. Seksi banget, sampai-sampai aku heran kok tunangannya rela ninggalin kakak sepupuku yang baik hati, cantik rupa, dan bahenol tubuhnya.

Aku menuju ke bagian bawah tubuhnya. Kulepaskan celana dalam yang menutupi vagina yang kuyakin pasti juga indah. Benar saja, saat celana dalam tersebut sudah terlepas dari kaki Elle, aku melihat bila vaginanya Elle sangat terawat sekali. Bulu-bulunya yang ternyata berwarna coklat agak gelap tercukur sangat rapi sehingga nampak sangat tipis sekali. Aku meraba-raba vaginanya tersebut dan ternyata halus banget. Memang pandai kakak sepupuku dalam merawat tubuhnya. Aku tidak tahu lagi apa kurangnya kakak sepupuku di mata Kazuki sialan itu.

"Your pussy is as magnificent as the Shenandoah Mountain," pujiku sembari memandangi vaginanya yang juga merah merekah bagai delima.

Aku langsung mengarahkan penisku ke belahan vagina yang indah itu. BLES! Tertancaplah daging lonjongku ke dalam liang vaginanya. Ugh! Sempit sekali! Pasti vagina Elle udah lama sekali gak dimasukin oleh penis cowok sehingga rasanya seperti menyetubuhi seorang gadis perawan.

Dinding vaginanya itu benar-benar menjepit erat batang penisku. Baru juga masuk, aku sudah merasakan hangat dan pijatan yang lembut. Kalau gak hati-hati, bisa bocor duluan aku di dalam vaginanya. Fatal banget akibatnya, kalau gak bikin hamil, minimal membuat aku menanggung rasa malu.

PLOK! PLOK! Aku mulai memaju-mundurkan perlahan penisku ini. Rasanya seperti penisku masuk ke dalam mesin pemijat otomatis. Aku merasa seperti di awangan. Nikmat yang dihasilkan oleh liang kakak sepupuku ini benar-benar merasuk sampai ke ubun-ubunku.

"Ugh! Ricky! I… love your dick… so much!"

Racauan dari Elle membuatku semakin bernafsu dan bersemangat. Aku terus menggenjot penisku di dalam vaginanya. Kuobok-obok terus tanpa peduli bila ia bakal kesakitan atau apa. Toh nyatanya dia hanya menjerit nikmat tanpa protes dengan genjotanku.

Aku mulai menindih tubuh Elle sekarang. Tanganku meremas payudara montoknya yang putih khas seorang keturunan bule. Putingnya yang pink juga tak lepas dari jepitan jariku. Elle memekik kecil begitu tak sengaja kupelintir putingnya terlalu kuat.

Aku mencabut penisku dan mengganti gaya bermain. Kuperintahkan kakak sepupuku untuk naik ke atas diriku. Tujuannya sebenarnya bukan untuk menambah variasi, melainkan biar aku tidak keluar terlalu cepat saja.

Aku kembali memasukkan penisku ke vaginanya. Aku menggenjotnya dari bawah sehingga Elle kembali mendesah lagi. Kurasa desahannya semakin kuat saja dibanding yang tadi. Aku memegang pinggulnya yang seksi dan sesekali meremas buah bokongnya yang lumayan montok pula.

Elle terus menjerit nikmat. Kurasa kakak sepupuku lebih suka main di posisi ini. Maka aku semakin cepat menggenjot liangnya hingga suaranya semakin kencang. Aku meraba-raba pantatnya itu sehingga turut memperkaya rasa nikmat untuk diriku. Selain itu, tujuannya juga supaya meredam suspensi yang dihasilkan oleh genjotanku.

Sekitar 10 menit kemudian, tubuhnya mulai menggelinjang. Kurasakan kalau cairan hangat perlahan mulai membasahi penisku di dalam. Ahhhh! Ia berteriak sangat panjang seperti melolong dan akhirnya kurasakanlah semburan cairan vaginanya dari dalam liang. Beberapa tetes cairan hangat itu jatuh ke perutku namun aku tak peduli dan terus menggenjot dirinya.

Kali ini, aku yang akan menuntaskan nafsu birahiku. Aku merasa seperti akan keluar juga. Maka aku bangkit perlahan dan menindih tubuh Elle kembali. Saat aku akan keluar, posisi ini memudahkanku untuk mencabut penisku dan CROT! CROT! CROT! Cairan spermaku menyembur keras mengenai tubuh kakak sepupuku yang bahenol ini.

"Ahhh! Your goddamn body is really pleasing me," komentarku setelah mengeluarkan semua isi penisku.

"Thanks. Your dick is amazing too."

"Let's clean ourselves together, can we?"

"Sure. Don't let them know."

Maka untuk pertama kalinya, aku mandi bareng dengan kakak sepupuku yang cantik ini. Kami saling membantu membersihkan tubuh kami masing-masing. Selesai mandi, aku menuju kamarku dengan melilitkan handuk, sedangkan Elle mengenakan jubah mandinya.

"Thanks, Ricky. You gave me an amazing orgasmo."

"As well as you."

"I will not forget this night, Ricky."

"Yeah, me too."

"Let's wear our clothes. Then we can have some nice chit-chat again in the fam room."

"Hmm ok."

"I'll wait, Ricky."

Aku segera mengenakan pakaian tidurku malam ini. Khas orang Indonesia deh, kaos oblong dan celana pendek. Aku keluar dari kamarku dan menunggu di ruang keluarga. Barulah 5 menit kemudian, keluar Elle yang sudah mengenakan piyama tidurnya. Ia berjalan sambil menyisir rambutnya yang basah. Kemudian ia duduk di sampingku.

"This will be our last night together in this house," kata Elle sambil menatapku.

"Yeah, I know it."

"You really give me some good memories together. I will miss fishing in the lake with you," ujarnya mengenang acara akhir pekan kami yang sering piknik ke danau di dekat kota kami.

"It's a good memories indeed. I will miss it too."

"Regrets always come late. If only I know it, I would have chosen you." Ia menundukkan wajahnya perlahan. Ekspresinya yang semula ceria berubah menjadi sendu hanya dalam hitungan detik.

"Wait, me?" tanyaku terheran-heran.

"Yeah, you could be my perfect boyfriend. But then again, it's already too late now."

"So… you… have a crush on me?" tanyaku dengan nada yang tercekat.

"Most likely," akunya.

"But we are-"

"If love has the barrier, it's not truly a love. Isn't it?" tanyanya sambil menatap tajam diriku.

"Yeah." Aku hanya bisa mengiyakan perkataan dari Elle karena kita semua tahu kalau aku sudah pernah mengalami serupa yang dikatakan oleh Elle.

"You seems like having some flashback. Did something occurred?" tanyanya membuyarkan kenanganku.

"Nope, nothing," kilahku.

"Anyway, my point is can I love you, Ricky?"
 
thanks for Update Mister @Ichbineinbuch ..

But ,I can't translate all words.because I Can'nt Speaking English.Is Story Very Amazing,Don't be Long Mister @Ichbineinbuch ..

Thanks Alot For Update.
Keep healthy
And be happy..

:beer:
 
thanks for Update Mister @Ichbineinbuch ..

But ,I can't translate all words.because I Can'nt Speaking English.Is Story Very Amazing,Don't be Long Mister @Ichbineinbuch ..

Thanks Alot For Update.
Keep healthy
And be happy..

:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd