Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick - The Babymaker

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kami sampai di kosanku sekitar jam 11 malam, lebih cocok disebut kontrakan petakan sebenarnya, semecam kamar agak luas yang disekat sekat, dengan fasilitas yang lumayan seperti parkir luas, kamar mandi di dalam, AC dan laundry.

“Wuih, mas Armand tumben bawa tamu perempuan nih, istrinya mas ?”, sahut Sugeng yang masih nongkrong sambil merokok, tetangga kosku, kamarnya tepat di sebelahku.

“Iya mas Sugeng, istri saya”, jawabku sambil senyum, Lisma lalu mencubit pahaku sambil senyum ke arah Sugeng.

“Ooo, anaknya mana ? Eh kok beda sama di foto ya mas Armand hahahahahaha ?”, Sugeng mulai iseng.

“Sssssttttt”, aku mengisyaratkan jari telunjukku ke bibir ke arah Sugeng, lalu aku dan Lisma masuk ke kamar.

Kosanku memang bebas, campur pria wanita. Kalau urusan seks mungkin teempat ini bisa dibilang salah satu sarangnya. Total ada 18 kamar dibagi dua tingkat, kamarku di tingkat 2 paling ujung, jadi aku dapat view yang bagus. Beberapa penghuni merupakan wanita nakal yang bekerja sebagai pemandu lagu karaoke, terapis pijat, peliharaan om-om, gigolo, karyawan dan mahasiswa juga ada. Sudah tidak aneh kalau dijadikan tempat mesum, tapi tidak pernah digerebeg warga. Mungkin selain budaya lingkungan yang tidak peduli, ditambah juga pemilik kosan ini yang merupakan purnawirawan TNI. Namun aku sendiri tidak pernah “main” dengan jablay-jablay disini, selain memang tidak bakat jadi bandel (walaupun sekarang mulai bandel), aku juga paling pantang kenal dengan jablay, takut kena HIV, pikiran kuno memang tapi ya itu prinsipku. Sugeng sendiri juga mesum, dia tinggal kumpul kebo dengan perempuan buruh pabrik farmasi bernama Ayu disini, Sugeng sendiri bekerja sebagai sales motor dan sudah punya anak istri di kampungnya di Brebes. Si kampret ini juga tahu kalo Lisma bukan istriku, makanya tadi dia menggodaku.

Lisma langsung merebahkan tubuhnya diatas kasurku, sementara aku memasukkan barang Lisma, mengunci pintu lalu menyalakan AC.

“Enak banget kontrakan kamu Man”, ujar Lisma.

“Iya dong, fasilitas lengkap, dibayarin kantor pula”, ujarku. “Jadi gimana, mau langsung?”, aku memancing.

“Idih gak mandi dulu nih Man?”

“Aku sih sebelum jemput kamu udah mandi, barusan juga kan di mobil gak keringetan, kamu kalo mau mandi ya silahkan, tuh anduk aku ngegantung”, ujarku.

“Hmmm... Gausah deh, aku juga tadi di bisa gak keringetan, kedinginan malah”.

Dan kami pun langsung berciuman, sambil berdiri kupepet Lisma ke dinding sambil kuremas toketnya. Sementara Lisma sudah mengelus-elus kontolku yang masih tertutup celana jeans.

“Aaaaaaaaahhhhhh....... uuuuuuhhhhhhhhh.... aaaaaaahhhhhhhhh”, desah Lisma. Aku makin nafsu padanya, perlahan kubuka sweaternya, dia balas membuka kaosku. Sambil masih berciuman kami lalu merebahkan diri di kasur, bercumbu sambil berguling-guling. Aku menurunkan resleting celana jeans ketatnya, lalu kuturunkan celananya. Lepaslah celana Lisma, kulihat celana dalam pink menutup selangkangannya. Kutindih tubuh Lisma dari atas, kami bercumbu french kiss sambil kuremas toketnya dengan tangan kiri sementara tangan kananku memainkan memek dibalik celana dalamnya.

Kurasakan memek Lisma basah sekali, kuturunkan celana dalamnya dan kini bagian bawahnya sudah terbuka. Kumasukkan jariku kedalam memek Lisma lalu kukocok dengan cepat.

“Aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh Armaaaaaaaandddddd... Uuuuuuuuuhhhhhhhhh... Nikmaaaaaaatttttt Ooooohhhhhhh...”, racau Lisma. Langsung kusumpal mulutnya dengan lidahku. “Kecipak... kecipak... kecipak”, suara tanganku beradu dengan selangkangannya.

Puas bermain memek, aku berusaha membuka kaos ketatnya. Lisma pun memulai dengan membuka hijabnya, namun langsung aku cegah.

”Stop ! Jilbabnya jangan dibuka Ma”, ujarku.

“Kenapa Maaannnnn...”

“Gapapa biar ada sensasinya aja ngewe cewek berhijab”

“Ih dasar kamu, aneh-aneh aja, iya deh”, Lisma menurut. Ia lantas membuka kaosnya sekalian dengan branya. Kulihat pemandangan indah, toket Lisma yang menggantung dengan puting yang mengacung tanda kalo dia sudah nafsu sekali, body mulus khas wanita Sunda pedesaan yang cuma tertutup hijab di kepala. Benar-benar mengagumkan.

Aku lalu lanjut menjilati toketnya bergantian sambil sesekali kuremas remas. Kumainkan lidahku di puting Lisma sambil sesekali kuhisap kencang putingnya. “Eeeeeemmppphhhhhh.... ooooohhhhhhhh... Armaaaanddddd”, Lisma meracau. Lalu kuturunkan tanganku ke memeknya, kukocok lagi memeknya dengan jariku. Kuhisap kuat-kuat putingnya bergantian.

“Ssssssshhhhhh.... aaaaaaaaaarrrggghhhhhhhh... uuuuuuuuuhhhhhhhh Armand, AAAAAAAAAARRRRGGGGGGHHHHH !!!”, Lisma menjerit seraya menekan wajahku kuat-kuat ke toketnya, pinggangnya terangkat, rupanya dia orgasme sodara-sodara sebangsa setanah air. Perlahan aku menutunkan tempo kocokan tanganku.

Lisma terengah-engah, sementara aku menatap wajahnya.

“Ah Armand aku udah keluar duluaaannn”, rengek Lisma sambil memukul pelan dadaku. “Iya nih, gimana sih, padahal aku buka celana aja belom, eh kamu udah keluar duluan”, ledekku. Lisma lalu mengatur nafas sebentar, lalu menyuruhku terlentang. “Giliran aku ngegarap kamu Man”, ujar Lisma sambil menyeringai. Ia lalu menurunkan jeansku, lalu meremas batang kontolku yang sudah mengacung dari tadi dibalik celana dalamku. Tak lama, ia pun menurunkan celana dalamku dan..

“Boinggg !!!”, keluarlah rudal kebanggaanku. Ukuran standar, panjang 15 cm lebar 4 cm dan agak bengkok ke kiri. Lisma melotot melihat kontolku. Mungkin buat dia ini besar sekali kalo dibandingkan milik suaminya.

“Punya Reza gak sampai segini, paling setengahnya Man, tapi biji dia lebih besar dari kamu”, ujar Lisma sambil pelan-pelan mengocok kontolku.

“Kalah di biji doang kan Ma ? Emang yang dipake ngewe bijinya ? Kan bukan, lagipula kontolku ini udah jelas ada hasilnya”, balasku.

“Iya sih Man, ini baru kontol namanya. Beruntung banget Vany punya suami kontolnya gede kayak kamu Man, ngiri banget deh iiiihhh”, rengek Lisma.

“Yaudah, yang penting sekarang kan kamu lagi nikmatin, puas-puasin aja mumpung ada”, ujarku.

“Iya ah, aku mau puasin memek aku pake kontol gede ini, sebelum balik lagi sama si titit kecil, huh”, keluh Lisma. Aku cuma tertawa saja.

Lisma lalu memainkan lidahnya di kepala kontolku, ngilu campur geli rasanya. Perlahan ia jilat sekeliling kontolku mulai dari kepala sampai bantang, ia sapukan lidahnya sampai seluruh bagian batangku basah oleh liurnya. Lalu giliran bijiku yang ia permainkan, kali ini bukan dijilat, tapi langsung dikulum sambil dihisap-hisap oleh bibir seksi Lisma, bergantian ia menghisap bijiku. Mataku merem melek merasakan sensasi kegelian karena aksi Lisma.

“Slluuuuuurrrrrrrrrrpppppppp... aaaaaaahhhhhhhh”, Lisma mulai mengulum kontolku, ia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya sebentar, lalu mengeluarkannya lagi, begitu terus berulang-ulang. Kemudian lama-lama ia mulai gemas dan memasukkan batang kontolku seluruhnya kedalam mulutnya, aku mendengar ia batuk karena tersedak lalu kemudian meneruskan hisapannya ke kontolku. Mulutnya mulai naik turun di batangku sambil sebelah tangannya mengocok kontolku, sementara 1 tangan lainnya meremas toketnya sendiri. Basah sekali kontolku oleh liurnya.

“Aaaaaahhhhhhh Lisma, udah ma”, ujarku.

“Ntar dulu ah, enak nih”, Lisma menyahut yang lalu dilanjutkan dengan menghisap lubang kencingku. Gile bener perempuan ini. Sekitar 10 menit ia mengocok kontolku di mulutnya.

“Aaaaaaaaarrrrrrrrggggghhhhhhhhh... Udah ah”, Lisma lalu mengatur nafasnya.

“Hebat juga kamu man, aku sepong lama begini gak keluar juga, pake obat ya?”

“Enak aja, kekuatan alami ini Ma hehehe...”, aku nyegir. “Eh itu memek ga perlu aku jilatin dulu ?”, tanyaku.

“Gausah Man, aku udah kebelet banget ngerasain kontol kamu”, sahut Lisma.

Lisma pun mengangkangi kontolku, aku tiduran di bawah melotot penuh nafsu, kulihat pula memeknya mengeluarkan cairan pelumas sampai menetes ke pahaku, tandanya ia sudah terangsang sekali.

“Hai Reza sayang, aku Lisma istrimu. Ini semua demi kamu, demi rumah tangga kita supaya kita cepat punya momongan. Aku minta tolong diewein Armand ya sayang, aku sayang sama kamu Reza”, ucap Lisma. Sempat-sempatnya dia ngomong kayak gitu.

“Hai kontol besaaaaarrrrrr, aku dataaaaaaanggggggg... Aaaaaaaaarrrrrrrgggggggghhhhhhhhhh”, Lisma mendesah.

Bleeesssss, kontolku masuk ke dalam memek Lisma, tapi kurasa mentok padahal belum masuk semua. Lisma masih menekan memeknya supaya kontolku masuk semuanya, tapi ia pun kesulitan.

Aku pun berinisiatif langsung bangkit mengambil posisi duduk, kupeluk Lisma erat-erat sambil kutekan kontolku ke atas, Lisma pun menggigit bibirnya sambil menekan memeknya kebawah dan...

“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhh... Uuuuuhhhhhhh Armand, akhirnya masuk semua”

“Iya ma, gile memek kamu sempit banget”.

“Bukan sempit, aku belom pernah diewe sampai sedalem ini. Mungkin karena titit Reza kecil kali ya jadi masuknya sedikit, tapi ini oooooooooooohhhhhhhhhh...”, jelas Lisma.

Lisma lalu menggoyang pinggulnya pelan-pelan, sementara aku kembali ke posisi tiduran terlentang. Lama kelamaan Lisma lalu mempercepat goyangannya.

“Ah.. uhh... ah.. uh.. ah.. uh...”, suara kami bergantian berdesahan seiring menikmati kenikmatan dari kelamin kami yang beradu. Aku menatap Lisma sambil tiduran, rasanya luar biasa. Seorang wanita yang berstatus istri orang lain menikmati ngentot denganku, dengan tubuh telanjang dan keringat yang membasahi tubuhnya, spektakuler.

“Jangan bengong Armaaaaaaaandddddddd, remesin susu aku”, Lisma lalu menuntun kedua tanganku meremas buah dadanya yang menggantung. Lisma nampak begitu menikmati hubungan seks ini. Aku pun membantu dengan memberikan sodokan dari bawah.

“Aaaaiiiiiiiiiiiihhhhhh aaaaaaahhhhhhhhh ooooohhhhhhh Armaaandddddd”,desah Lisma.

Puas terlentang, aku pun mengambil posisi duduk. Di posisi ini aku mengangkat pantat Lisma naik dan turun seakan tubuhnya cuma mainan media pemuas nafsuku, aku juga menjilat dan menghisap payudaranya bergantian. Sementara Lisma begitu menikmatinya, ia memeluk tubuhku sambil sesekali mendekap wajahnya ke toketnya yang basah oleh air liurku, wajahnya kerap menengadah ke atas dan mendesah, atau kadang mencari bibirku untuk dicumbu. Lumayan liar permainan kami. 15 menit sejak kontolku masuk ke memek Lisma, kami sangat menikmati hubungan seks ini. Kadang tempo kami turunkan, lalu dipercepat lagi. Suara desahan bercampur dengan bunyi kelamin kami yang beradu. Ruangan kamarku yang ber-AC nampaknya tak mampu membendung keringat kami yang deras mengucur.

“Sebentar Man, aku mau minum dulu”, ujar Lisma. Aku pun berhenti menggenjot. Lisma berusaha meraih air mineral botol di dekat kami, sambil posisi kami masih berpelukan dan kontolku masih menancap kuat di memeknya. Lisma meneguk air minum, tampak haus sekali dia.

“Kamu haus juga gak Man ? Sini aku kasi minum ya”

Lisma meneguk air itu namun tidak menelannya, ia mengumpulkan di mulutmya, aku mengerti, aku membuka mulutku. Lisma lalu mencumbu bibirku sambil mengalirkan airminum dari mulutnya ke mulutku, erotis sekali. Beberapa kali ia melakukannya sampai hausku lumayan hilang.

“Oke lanjut lagi ?”, tanyaku.

“Ayo, aku nungging ya”, sahut Lisma.

Lisma pun menungging, kuarahkan badannya supaya terlihat di cermin lemari pakaianku. Kuarahkan posisi kontolku dan bleeeesssss... Mudah sekali membobol memeknya, rasanya sudah longgar.

“Aku genjot ya Ma”, ujarku. Lisma cuma mengangguk.

“Aaaaaahhhhhh.. Uuuuhhhhhhhhhhh... Eeeemmmmppppppphh”, desah Lisma seiring genjotan kontolku.

Pemandangan yang indah, kuperhatikan punggung Lisma yang mulus serta rambutnya yang terurai panjang agak berantakan. Sesekali ia menengok ke belakang menatap wajahku. Perempuan yang sedang kunikmati tubuhnya ini adalah istri orang lain, istri yang harusnya menjaga kehormatannya untuk suaminya, kini aku jadikan bulan-bulanan pemuas nafsu seksku setelah sebelumnya memohon untuk dihamili. Aku memandang tubuh kami berdua di kaca, nampak lekuk tubuh mulus Lisma terpampang jelas sedang aku setubuhi. Sesekali aku remas toketnya dari belakang, dan dia balas dengan erangan. Nampak pula kulit pantatnya yang memerah karena kutepuk beberapa kali.

Cuma sekitar 5 menit kami dalam posisi doggy style, Lisma lalu meminta posisi standar missionary karena mengeluh tangannya pegal menopang tubuhnya. Aku pun mengiyakannya.

Lisma lalu mengatur posisi tidurannya, ia terlentang dan mengangkat kedua kakinya dalam posisi mengangkang. Nampak memeknya yang kemerahan dengan bulu lebat di sekitarnya.

“Ayo Man masukin”, pinta Lisma. Aku cuma mengocok kontolku sambil memandanginya.

“Ayo Armaaaaaaaaaaaaandddddddd... Nungguin apa sihhhhh”, Lisma mulai merengek.

Aku cuma nyengir sambil mengocok kontol dengan tangan kiriku, tiba-tiba pengen saja melihat reaksi Lisma yang merengek pengen dientot. Lisma nampak gelisah dan terus merengek. Mungkin karena sudah tidak tahan, tiba-tiba ia bangkit dan menerjang badanku.

“Ayo ewe gue kampret, gue udah sange berat nih pengen dientot ama lu, keluarin semua pejuh lu di dalem memek gue”, Lisma berkata kasar sambil melotot. Aku cuma senyum-senyum saja. Ia lalu mencumbu bibirku sambil tangannya mengambil alih tanganku untuk mengocok kontolku. Kemudian ia menjilati leherku, sebelah tangannya merangkul leherku dan menarikku untuk berbaring menindih tubuhnya. Ia lalu berbaring dibawahku dan kami dalam posisi berhadapan. Lisma mengangkangkan kakinya lalu mengarahkan kontolku masuk ke liang memeknya.

“Sleeeeepppp.....”, kontolku kembali menembus memek Lisma.

“Aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh”, desah Lisma. Ia lalu mencumbu bibirku. Tanpa basa-basi aku langsung tancap gas memompa kontolku, kuberi saja kocokan cepat ke memeknya.

“Ah... uh... ah... uh... ah... uh... ah... uh...”, suara desahan kamu bersahutan memenuhi ruangan. Keringatku menetes banyak membasahi tubuh Lisma yang juga sudah basah dengan keringat. Sprei kasurku sudah berantakan, begitu pula bantal dan guling yang bertebaran tak beraturan. Sesekali kami bercumbu, sesekali kucumbu leher Lisma sementara matanya terpejam menikmati genjotanku. Tangannya begitu erat memeluk tubuhku sementara kakinya melingkar di pinggangku, menahan kontolku agar tak terlepas.

Plok.. plok... plok... plok..., bunyi kelamin kami beradu. Lisma sudah seperti cacing kepanasan, ia menggenlinjang menikmati genjotanku. Menit demi menit berlalu mengiringi pelampiasan nafsu liar kami.

“Aaahhhhh Armand, oooooohhhhhh Armand, kontolmu nikmat sekali sayaaaaaaaangggggg... Oooooohhhhh”, racau Lisma.

“Ah... uhh... Lis.. Lismaaaa...”, ujarku terbata-bata, aku sudah merasakan kontolku akan ejakulasi tak lama lagi. “Enakan mana dibanding ngentot sama suamimu hah ?”

“Enakan kamu Maaaaannnn, suamiku tolol payah, kalah sama kamu Maaaaaannnn.... Aaaaaaahhhhhhhhhhh”, racau Lisma.

“Mau aku entot terus Ma ?”

“Mau Man, mau banget, entot aja aku terus kapan aja kamu mau, puasin nafsu kamu ke badan aku Man ooooohhhhhhhhhhhh...”

“Eeeeehhhhh tapi kamu istri orang loh”

“Bo... bo... do amattttt Armaaaaaaaaaaaanddddddddd uuhhhhhhhhh... entot aja aku terus Maaaaaaaannnnnnn”, Lisma makin kacau.

Aku lalu mengangkat kaki Lisma ke bahuku, dan langsung kuhajar dengan genjotan kecepatan tinggi.

“Aiiiiiiihhhhh Armand oooooooohhhhhhhhhhhh”

Aku sudah niat akan ejakulasi sekarang, kugenjot cepat-cepat kontolku ke dalam memek Lisma, kutekan pula lebih dalam. Namun, aku tiba-tiba merasakan dorongan dari dalam memek Lisma. “Ah kampret”, ujarku dalam hati. Kutarik kontolku keluar dan...

“Armaaaaaaaaaaaandddddddddddd ooooooooohhhhhhhhhhhhh...”

“Aaaaaaaaahhhhhh.... uuuuuuuuhhhhhhhhhhhhh..... eeeeemmmmmppppphhhhhhhhh....”

Lisma mengalami squirt, cairan memeknya muncrat kemana-mana sementara badannya kulihat kejang-kejang. Aku pun tadi nyaris keluar, namun masih sukses kutahan karena aku ingin melihat squirt-nya Lisma.

Lisma lalu terkulai lesu di kasur. Aku mendiamkannya sebentar memberinya waktu menstabilkan kondisi badannya. Kuambilkan minum untuknya, ia meneguknya perlahan.

“Aku entot lagi ya, aku bentar lagi nih”, ujarku. Lisma cuma memandangku dengan mata sayu, aku mengangkangkan kakinya dan sekali lagi kemasukkan kontolku ke memeknya.

“Uuuuhhhhhhhhhhhh”, Lisma mendesah. Lalu kugenjot langsung secepat dan sedalam mungkin. Perlahan-lahan stamina Lisma mulai pulih sedikit. Ia merespon gerakanku dengan menggoyang pinggulnya sementara kugenjot ganas memeknya.

“Uh... ohhh... uh... Man, keluarin dong sekarang, pliiiissssssssss...”, rengek Lisma. Ia lalu menciumi leherku dan tangannya menggerayangi seluruh tubuhku. Lalu kucumbu bibirnya dan melakukan french kiss.

Aku berbisik ke telinga Lisma, “Ini anak kamu datang”. Lisma tersenyum dan mencumbu bibirku mesra. “Ayo mana siniin”, ujarnya.

Kuangkat kaki Lisma ke bahuku seperti posisi sebelumnya. Lalu kupompa dengan ganas kontolku. Lisma menjerit, cukup keras untuk mungkin terdengar keluar kamar. Kami tak peduli. 5 menit berlalu.

“Uh.... Aaahhhh... Ooooooooohhhh Armand, aku juga mau keluar aaaaaaaaahhhhhhhh....”, desah Lisma.

Kugenjot secepat mungkin kontolku, aku merasa kontolku berdenyut dan...

“Armand oh Armaaaaaaaaaaaaaaannnnnnddddddddddd aaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh....”

“Lis... Lis.... Maaaaaaaaaaaaaaaaaaaa AAAAAAAAAAAAAARRRRRRRGGGGGHHHHHH”, aku berejakulasi ke dalam memek Lisma. Aku tekan kuat-kuat kontolku ke dalam memeknya seiring Lisma mendorong pinggangku dengan kakinya. Sesaat kemudian tubuhku ambruk menimpa tubuh Lisma.

Rasanya banyak sekali sperma yang dimuntahkan kontolku di dalam memek Lisma, hasil dari menahan nafsu birahi berhari-hari dan makanan yang menaikkan libido. Tubuh telanjang Lisma terlentang ditimpa oleh tubuh telanjangku, keringat kami bercampur, sementara kasurku kondisinya porak poranda. Cukup lama kami terdiam menghela nafas, sampai kemudian Lisma memegang kepalaku dan mencumbu bibirku, kubalas ciumannya tak kalah ganas. Kemudian aku mencabut batang kontolku dari dalam memek Lisma, sementara Lisma langsung mengangkat kakinya keatas, mungkin maksudnya supaya spermaku masuk makin dalam mengarah ke rahimnya.

Setelah membersihkan diri, aku berbaring di samping Lisma. Dia sudah terlelap tanpa busana, tampaknya ia lelah sekali. Kuselimuti tubuhnya, lalu aku mengambil posisi untuk tidur. Mataku masih sempat menerawang ke langit-langit kosanku, sambil memikirkan apa yang telah aku dan Lisma lakukan, bagaimana kalau istriku tahu, ini adalah perselingkuhan pertama dalam hidupku. Namun aku terlalu lelah, malam itu aku tertidur lelap.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd