Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Makasih suhu @Neena.
Asli jadi galau nih nasio ayu hampir sama dengan sam walau beda versi tapi motivasinya sama too. Ingan kaluarga mamanya menjadi langgeng.
Apakah nasip ayu juga sebagus sam ya?
Apakah ayu juga punya suami lebih dari satu ? Mungkin kawin siri lah ..... Semangat ayu jangan mau kalah dengan sam lah.

Lanjut suhu .
 
Perjalanan kisah ini kayaknya masih terlalu panjang kayaknya ya sis @Neena ??????

Sebenarnya karakter utama dicerita ini siapa sih sis...????

Banyak sekali POV nya....
 
Makasih suhu @Neena.
Asli jadi galau nih nasio ayu hampir sama dengan sam walau beda versi tapi motivasinya sama too. Ingan kaluarga mamanya menjadi langgeng.
Apakah nasip ayu juga sebagus sam ya?
Apakah ayu juga punya suami lebih dari satu ? Mungkin kawin siri lah ..... Semangat ayu jangan mau kalah dengan sam lah.
Lanjut suhu .
Perjalanan kisah ini kayaknya masih terlalu panjang kayaknya ya sis @Neena ??????
Sebenarnya karakter utama dicerita ini siapa sih sis...????
Banyak sekali POV nya....
Sesuai dengan judulnya ada kata KAMI. Berarti lebih dari 1 orang. Karena itu judulnya bukan Rumahku Surgaku.
Seperti yang telah diutarakan di bagian awal-awal thread ini, semua sudut akan dibongkar. Di sini yang dominan
ada 5 orang pelaku yang urgent utk dibongkar sisi kehidupannya, yakni Sam, Mama, Ayu, Ita dan Yoga.
Mereka berlimalah pelaku utamanya. Jadi mohon bersabar, karena thread ini memang masih sangat-sangat panjang.
Terima kasih buat atensi suhu-suhu semua
 
Booking tempat dulu di rumah
 
Posisi ayu dgn fred yg mirip dgn sam-mamie, sebenarnya bisa tanpa penetrasi yakni dgn bayi tabung pada mama atau pada ayu. Jadi level terpaksanya, agak kurang dibanding sam-mamie. Pasalnya si papa sdh unfungsi, jadi wajar minta sam untuk membuahi mamie.
Sebenarnya akan lebih baik, bila si ayu menjadi sekretaris fred, lalu jatuh cinta pada si bos. Si bos pun menyambut cinta si anak tiri dan direstui istrinya. Tetap hasilnya sama, namun tidak mengulang cerita sam-mamie.
Itu masukan saja. Thanks atas karyanya. Semoga kedepan konfliknya bisa lebih mantap lagi.
 
Posisi ayu dgn fred yg mirip dgn sam-mamie, sebenarnya bisa tanpa penetrasi yakni dgn bayi tabung pada mama atau pada ayu. Jadi level terpaksanya, agak kurang dibanding sam-mamie. Pasalnya si papa sdh unfungsi, jadi wajar minta sam untuk membuahi mamie.
Sebenarnya akan lebih baik, bila si ayu menjadi sekretaris fred, lalu jatuh cinta pada si bos. Si bos pun menyambut cinta si anak tiri dan direstui istrinya. Tetap hasilnya sama, namun tidak mengulang cerita sam-mamie.
Itu masukan saja. Thanks atas karyanya. Semoga kedepan konfliknya bisa lebih mantap lagi.
Papa Fred sudah trauma, karena istri terdahulu mengidap kanker ganas justru ketika sedang mengikuti program bayi tabung.
Last but not least, ini memang real story. Jadi newbie tidak bisa mengubah plot aslinya. Hanya bisa mendramatisirnya saja
sedikit-sedikit. Tapi terima kasih untuk atensi suhu.
 
Bagian 26



Seusai mendapat kenikmatan yang luar biasa itu, barulah aku sadar bahwa di bagian belakang rumah megah ini ada kolam renangnya segala.

Di samping kolam renang itu ada taman kecil yang ditata secara artistik. DI tengah taman kecil itu diletakkan tempat duduk terbuat dari batu pualam yang diukir secara apik. Di atas “sofa” batu pualam itulah aku merebahkan kepalaku di atas pangkuan Papa Fred yang perlakuannya lembut sekali padaku.

“Papa sangat berterimakasih pada Ayu yang telah membantu mewujudkan cita-cita papa untuk mendapatkan keturunan, “ ucap Papa Fred sambil membelai rambutku yang terurai di atas pangkuannya.

Dengan wajah tengadah ke arah dagu Papa Fred, masih bisa aku menjawabnya, “Terimakasih juga atas segala kebaikan Papa padaku... yang membuatku speechless, karena tak menyangka bakal mendapat pemberian yang segini banyaknya... “

Saat itu kami sama-sama mengenakan kimono. Yang kupakai adalah kimono pemberian Papa juga setelah selesai bersetubuh tadi. Bedanya, kimono yang kukenakan berwarna merah hati, sementara kimono yang Papa Fred kenakan berwarna deep blue.

“Nanti kalau Ayu sudah mulai hamil, rumah ini harus Ayu tempati ya, “ kata Papa Fred sambil mengelus-elus pipiku.

“Iya Pap. Sebenarnya rumah ini terlalu mewah buatku. Tapi tentu saja aku harus menempati rumah ini, sekaligus untuk menikmati kebaikan Papa padaku. “

“Sekarang juga selama seminggu Ayu harus tinggal di sini. Karena di masa subur yang seminggu itu papa harus menggauli Ayu tiap malam. By the way, apakah Ayu merasa puas tadi ?”

“Sangat puas Papa Sayang... “ sahutku sambil merayapkan tanganku ke balik kimono Papa Fred lewat belahannya. Soalnya aku tahu, tadi Papa Fred tidak mengenakan celana dalam sebelum memakai kimono biru tua itu. Seperti juga aku... tiada celana dalam mau pun bra di balik kimono merah hatiku.

Benar saja... tanganku langsung menyentuh penis Papa Fred yang masih lemas ini. Membuatku ingin “membangunkannya” dengan remasan lembut... bahkan lalu dengan jilatan di moncong dan leher penis panjang gede itu. Semuanya kulakukan dengan sepenuh perasaan.

Meski cuma menjilati tanpa mengulumnya, Papa Fred tampak terkesan dengan perlakuanku pada penis panjang gedenya ini. Sehingga dalam tempo singkat penis putih kemerahan itu sudah tegang kembali... sebagai indikator siap bertarung lagi dengan celah kewanitaanku.

Dan Papa Fred memang melakukannya. Ia merebahkanku di atas tempat duduk yang terbuat dari batu pualam ini. Kemudian kimonoku direntangkan setelah ikatan talinya dilepaskan. Sementara Papa Fred sendiri sudah melemparkan kimono deep blue-nya ke lantai taman kecil ini.

“Di sini Pap ? Bagaimana kalau si bibi ngeliat ?” tanyaku dengan perasaan kuatir.

“Tadi juga dia sudah pulang. Tugasnya kan dari pagi sampai jam empat sore. Santai aja... takkan ada orang bisa melihat apa pun yang kita lakukan di sini, “ sahut Papa Fred sambil meletakkan moncong penisnya di mulut vaginaku.

Dan dengan dorongan kuat penis gagah itu mulai membenam lagi ke dalam liang kemaluanku. Aku pun menyambutnya dengan merengkuh leher Papa Fred ke dalam pelukan eratku.

Usia Papa Fred memang sedikit lebih muda daripada Mama. Tapi memang usianya sudah kepala empat. Walau begitu, aku merasa bahwa persetubuhanku dengan Papa Fred adalah sesuatu yang paling berbobot di antara hubungan-hubungan sex yang pernah kualami.

Mungkin karena aku melakukannya dnegan sepenuh perasaanku, atau karena Papa Fred memperlakukanku dengan lembut dan romantis.

Entahlah. Yang jelas ketika penis Papa Fred mulai memompa liang kemaluanku lagi, aku merasa seolah sedang berada di surga... surga dunia.

Kami yang sedang berada di tepi kolam renang ini, dengan beratapkan langit senja yang masih menyisakan sinar matahari menjelang tenggelam... benar-benar sesuatu yang indah sekali bagiku.

Dalam tempo seminggu, aku dipingit di rumah megah ini. Dan Papa Fred menggauliku setiap malam dengan “rajin”.

Aku merasakan setiap kali Papa Fred menggauliku, sekujur tubuhku seolah dialiri arus listrik yang membuat batinku berdenyut indah.

Ternyata feelingku tepat. Bulan itu aku tidak mengalami menstruasi. Ketika aku memeriksakan diri ke dokter, ternyata aku sedang hamil. Usia kehamilanku 3 minggu!

Aduhai... betapa “tajam”nya penis ayah tiriku itu. Begitu menggauliku, langsung jadi... !

Mama tampak senang sekali mendengar berita itu.

Apalagi Papa Fred. Dia semakin memanjakanku. Melindungi dan memperlakukanku dengan hati-hati sekali. Seolah memperlakukan kuning telur yang berada di telapak tangannya. Jangan sampai terjatuh dan pecah di lantai. Mungkin semuanya itu semacam indikator dari perasaan bahagianya.



Sembilan kemudian, aku melahirkan lewat operasi cesar. Karena bayi dalam kandunganku sepasang. Satu cowok satu cewek... !

Mungkin inilah yang membuat Papa Fred dan Mama sangat bahagia. Karena hanya dengan satu langkah mereka mendapatkan calon buah hati mereka secara lengkap. Cowoknya ada, ceweknya pun ada.

Semuanya itu tetap dirahasiakan kepada Ita. Kebetulan Ita sedang sibuk membuat skripsi dan siap-siap untuk sidang.

Ita hanya tahu bahwa aku ditugaskan untuk mengurus salah satu perusahaan punya Papa Fred yang letaknya di luar kota.

Nama kecil anak kembar itu memang dimiripkan. Toni dan Tina. Nama lengkapnya sih panjang, tapi aku merasa tak perlu menyebutkannya di sini. Yang jelas Toni dan Tina kususui sampai hampir setahun. Sejak baru lahir, Toni dan Tina kelihatan kebule-bulean, maklum karena ayah biologisnya orang Belanda asli.

Setelah itu bebaslah aku. Karen Toni dan Tina selanjutnya 100% di bawah lindungan dan perawatan Mama. Sementara aku bisa mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugasku sebagai direktur utama di perusahaan Mama, sementara Mama sendiri menjadi komisaris utama.

Aku pun tinggal di rumah megah itu secara permanen. Tanpa kedua anak kembarku.

Apakah aku sedih karena kedua anak kembarku diserahkankepada Mama dan Papa Fred ?

Tidak. Aku merasa nyaman-nyaman saja. Karena kedua anak kembarku itu berada di tangan Papa Fred dan ibu kandungku sendiri.

Terlebih setelah aku tenggelam di dalam kesibukan untuk mengatur segala kebijakan di perusahaan Mama. Dan aku semakin bersemangat setelah Mama dan Papa Fred mengajakku ke notaris. Di situlah kami membuat perjanjian tertulis. Bahwa perusahaan itu milik kami berdua, milik Mama dan aku. Papa Fred ingin berbuat seadil mungkin. Sehingga keuntungan dari perusahaan dibagi secara adil. Mama 50% aku pun 50%.

Sementara itu aku ikut program KB lagi. Karena seandainya pun Papa Fred ingin punya anak lagi dariku, tentu harus menunggu Toni dan Tina besar dulu. Minimal tiga tahun lagi baru boleh punya adik lagi.

Setelah ikut KB lagi, aku malah jadi rajin ngejim. Karena ingin merawat tubuhku jangan gembyar-gembyor di usia yang sudah 25 tahun ini.

Meski kedua anak kembar itu sudah diberikan kepada Mama, Papa Fred tetap “rajin” menengokku di rumah pemberiannya ini. Tentu saja bukan asal nengok, karena meski belum pernah menikah denganku, Papa Fred menganggapku istri mudanya yang selalu dimanjakan dalam segala hal.

Tapi sebagai anak sulung, aku tidak mau menjadi perempuan manja. Apalagi sekarang aku sudah menjadi seorang “young executive” yang harus menentukan arah perusahaan, bukan sekadar menjalankan perintah orang lain.

Di luar kegiatanku dalam perusahaan, aku jadi punya banyak waktu. Dalam waktu senggang inilah aku teringat pertemuanku dengan Sam waktu resepsi pernikahan Mama dengan Papa Fred. Saat itu Sam membisikiku, bahwa dia sudah mengirim email secara berturut-turut. Email berisikan lembaran kehidupannya. Aku sudah membacanya sebagian, tapi belum pernah menuangkannya ke sini.

Barangkali sekarang saatnya untuk menuangkan catatan pribadi Sam itu ke sini :



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Sebenarnya aku prihatin karena sudah cukup lama memperistrikan Frida tapi belum berbuah keturunan juga. Aku sudah membawanya ke dokter spesialis kandungan. Dan dokter itu menyatakan bahwa Frida normal-normal saja. Begitu juga dengan diriku, dinyatakan normal. Tentu saja, gak mungkin Mamie hamil kalau akutidak normal.

Yang membuatku terharu adalah ketika aku minta izin kepada Frida, untuk menikahi Aleksandra, supaya gadis bule dari Eropa Timur itu dipermudah untuk menjadi warganegara Indonesia. Ternyata Frida mengijinkanku untuk menikahi gadis bule itu.

Bahkan pada waktu melaksanakan akad nikahku dengan Aleksandra secara sederhana, Frida pun hadir.

Yang membuatku bahagia, Frida tampak kompak dengan Aleksandra pada hari-hari berikutnya. Mereka seolah dua orang sahabat yang seia-sekata. Bahkan sejak dekat dengan Aleksandra, sikap dan perilaku Frida lebih ceria daripada sebelumnya.

Hotel bintang empat dan rumah yang berpunggungan dengan hotel itu sudah dibeli oleh Aleksandra, tapi dalam proses jual-belinya memakai namaku. Sehingga hotel dan rumah itu seolah milikku, padahal sebenarnya punya Frida. Hal itu terpaksa kami lakukan, karena Frida masih warganegara asing, sehingga banyak regulasi yang harus ditempuh untuk membeli hotel itu.

Setelah Aleksandra menjadi istriku, beberapa bulan kemudian surat WNInya pun terbit. Aleksandra senang sekali setelah resmi menjadi WNI itu. Terlebih pada saat itu dia sedang hamil tua... !

Maka dengan sendirinya jika anak di dalam kandungan Aleksandra lahir, dengan sendirinya bayi itu sudah menjadi WNI.

Aku tidak tahu seperti apa perasaan Frida saat itu. Perasaan Frida saat mengetahui bahwa Aleksandra sudah tinggal menunggu harinya saja untuk melahirkan. Sementara Frida masih belum bisa hamil juga.

Yang jelas, ketika Aleksandra melahirkan bayi cowok, Frida pun hadir, menemani Aleksandra sejak masuk ke ruang bersalin sampai lahirnya bayi cowok yang lalu kuberi nama Feodor Sammy. Nama Feodor berdasarkan usul dari Aleksandra, yang berarti karunia dari Tuhan (menurut bahasa di negara asal Aleksandra). Sementara Sammy, mengambil dari namaku. Mungkin kalau dengan cara Arab nama puteraku itu jadi Feodor bin Sammy... !

Sejak Feodor lahir, Frida jadi sering tidur di rumah Aleksandra. Kelihatannya Frida senang dan sayang sekali kepada Feodor. Tiap mendatangi rumah Aleksandra, yang pertama kali ditanya adalah Feodor. Mana Feodor ? Feodor sehat-sehat aja kan ?

Lalu setelah melihat Feodor, Frida jadi seperti anak kecil menemukan mainan yang paling menyenangkan. Dan anehnya, Feodor juga sering tertawa-tawa lucu kalau sudah berdekatan dengan Frida.

Menurut laporan Aleksandra, Frida sering bilang, “Semoga aku cepat ketularan kamu ya. Ketularan hamil dan punya anak.”

Aku jadi semakin terharu, karena Frida sedemikian inginnya punya anak. Bahkan aku pernah berunding dengan Aleksandra, seandainya dia punya anak lagi, serahkan saja Feodor kepada Frida selama belum bisa hamil. Tapi kalau aku berhasil menghamili Frida sampai melahirkan anakku, Feodor akan diserahkan lagi kepada Aleksandra. Jadi Feodor akan dianggap sebagai “pancingan” belaka.

Untungnya Aleksandra punya pengertian. Ia siap untuk kuhamili lagi, meski Feodor masih kecil. Dan kalau sudah punya anak lagi, Feodor akan dititipkan pada Frida.

Semua itu kusampaikan kepada Frida. Tentu saja Frida senang sekali, karena ia sudah sangat ingin menimang-nimang anak kecil.

Tapi apa yang terjadi ?

Bukan Aleksandra yang mulai hamil lagi. Yang mulai hamil lagi justru... Mama Ken... !

Rupanya dengan sengaja Mama Ken tidak disuntik birth control lagi. Karena Mama Ken ingin mengurangi keresahan anaknya.

Lalu bagaimana dengan sikap Frida ? Dia berkata, “Siapa aja yang duluan melahirkan. Kalau Mama lebih cepat melahirkan, aku tak usah minta Feodor lagi. Anak Mama aja yang akan kuanggap sebagai anak kita. Tapi aku yakin, pada suatu saat aku bisa hamil. AKu masih ingat kata-kata dokter itu, bahwa aku haryus bersabar. Karena dokter itu pun setelah menikah tujuh tahun barulah istrinya bisa hamil. Dan sekarang anak dokter itu sudah tiga orang. “

“Iya... tapi setelah perut Mama besar, sebaiknya dia jangan keluar rumah dulu, “ sahutku.



Sementara itu, Yoga kutugaskan untuk mengawasi pembangunan hotelku di lahan yang di belakang itu, sesuai dengan bakat adik kandungku itu. Yoga adalah mahasiswa fakultas teknik sipil.

Sesuai dengan hasil survey pihak konsultan, tanah di belakang itu bisa dibangun empat lantai. Bisa dibangun 250 kamar baru. Dan layak untuk dijadikan hotel bintang tiga.

Pembangunannya diperkirakan akan selesai dalam waktu setahun.

Jadi selama setahun Yoga harus mengawasi pembangunan kamar-kamar baru itu.

Kebetulan di hotel lama ada kamar yang tidak pernah disewakan. Kamar itu bernomor 33. Biasanya aku menyediakannya untuk tamu pribadiku. Maka kusuruh Yoga menempati kamar itu sampai pembangunan hotel baru selesai.

Yoga kelihatan enjoy dengan tugasnya. Hitung-hitung praktek kerja lapangan saja, mungkin.

Lalu dalam kegiatan yang membuatku sibuk terus ini, apakah aku sudah “pensiun” dari “profesi sampinganku” sebagai seorang petualang ?

Hahahaaa... tidak !

Perempuan justru kuanggap sebagai obat mujarab untuk membangkitkan semangat kerja dan semangat hidupku... !

Memang aku harus menggauli Mamie, Mama Ken, Frida dan Aleksandra secara teratur. Tapi kalau aku melihat sosok baru yang belum pernah kucicipi, aku spontan merasa akan mendapat penyegar otakku yang diputar tiap hari.

Memang aku tak mau mencarinya jauh-jauh dan susah-susah. Yang penting ada sosok baru yang menarik dan terjamin kesehatannya.

Otakku memang sering dilanda kejenuhan. Tapi kalau sudah mendapatkan mangsa baru, rasanya fisik dan otakku jadi segar kembali... !

Apakah lelaki lain juga punya pikiran dan perasaan seperti ini ?

Entahlah. Yang jelas kalau sedang berada di hotel, aku sering dilanda kejenuhan ini. Terlebih setelah Natasha kutempatkan di hotel Aleksandra, agar bisa mengembangkan diri di hotel yang levelnya memang lebih tinggi daripada hotelku.

Sejak Natasha diangkat sebagai manager operasional di hotel Aleksandra, aku merasa kehilangan tenaga yang handal... kehilangan sosok untuk tempat penyaluran nafsu syahwatku pula.... !
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd