Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Bagian 27



Pia adalah sosok lama, sebagai saudara sepupu dan teman sepermainan waktu masih kecil. Tapi dalam masalah seksual, dia menjadi sosok baru bagiku. Dan aku berjanji di dalam hati, pada suatu saat aku akan pergi ke Surabaya. Khusus untuk menikmati lagi tubuh saudara sepupuku itu.

Sepertinya aku sudah ditakdirkan begini. Bahwa perempuan demi perempuan seolah mengalir sendiri padaku. Tanpa diundang, apalagi dikejar.

Hari demi hari pun berputar terus tanpa terasa. Mungkin ini pertanda bahwa aku kerasan tinggal di muka bumi ini.

Sampai pada suatu pagi.....

Tadinya pagi itu aku bermaksud untuk mengunjungi rumah Mamie, karena seingatku hari ini adalah “jatah” untuk Mamie tercinta. Tapi handphoneku berdenting, pertanda ada WA masuk.

Ternyata dari Aleksandra. Isinya : -Sam Sayang... datang ke rumah ya. Ada sesuatu yang sangat penting-

Aku pun membalas singkat -OKE-

Maka setelah makan sarapan pagi, hanya bubur ayam dan kopi panas, aku pun melarikan mobilku menuju rumah Aleksandra yang berpunggungan dengan hotelnya itu.

Aleksandra membuka pintu depan dengan senyum manisnya. Namun di belakang Aleksandra ada seorang cewek bule lain, membuatku bertanya, “Siapa dia ?”

“Justru karena dia makanya aku minta kamu datang, Honey. Kenalin dulu... dia teman sekolahku waktu sama-sama di high school dulu. “

Aku pun menjabat tangan cewek bule itu sambil menyebutkan namaku, “Sammy. “

“Halina, “ kata cewek itu.

Aleksandra menyambung, “Halina itu di dalam bahasa kami berarti Cahaya. “

Kemudian kami duduk di sofa ruang tamu.

Aleksandra membuka pembicaraan. “Kemaren aku makan siang di resto hotel kita. Gak taunya Halina juga sedang makan di situ. Tentu aja aku kaget sekali, karena berjumpa dengan teman semasa masih ABG dulu. Ternyata dia sudah tiga malam menginap di hotel kita. Makanya dia kuajak ke rumah ini. “

“Dia belum bisa berbahasa Indonesia kan ?” tanyaku.

“Sudah bisa, karena dia sudah tiga tahun tinggal di Indonesia. Dia itu seorang volunteer yang bekerja untuk badan sosial di bawah naungan U.N.O (PBB). Tadinya dia mau pulang, karena kontrak kerjanya sudah habis. Padahal dia masih kerasan tinggal di Indonesia. Maka sebelum pulang ke Eropa, dia ingin jalan-jalan dulu di kota ini, karena menurutnya daerah wisata di kota ini luar biasa indahnya. “

Cewek bernama Halina itu menyambung, “Penduduknya pun lebih ramah daripada kota-kota lain. Kulinernya juga sangat enak dan variatif. “

“Nah setelah berjumpa dengan aku, Halina jadi berubah pikiran. Dia ingin stay di Indonesia, terutama di kota ini. Karena kota ini berhawa sejuk, tidak panas seperti di Jakarta. “

Aku cuma mengangguk-angguk, sambil sesekali melirik ke arah Halina yang kunilai tak kalah cantik kalau dibandingkan dengan Aleksandra. Hmm... lagi-lagi aku ditakdirkan untuk berjumpa dengan sosok cantik yang hadir sendiri tanpa kuundang atau pun kukejar.

Kemudian Aleksandra berbicara kepada Halina dalam bahasa mereka, yang aku tidak mengerti sedikit pun. Halina mengangguk-angguk sambil tersenyum. Lalu Aleksandra berkata padaku sambil berdiri, “Honey... aku mau membicarakan sesuatu secara empat mata... “

Aku mengangguk. Lalu mengikuti langkah Aleksandra menuju kamar.

Di kamar kami itulah Aleksandra berkata padaku, “Aku senang sekali berjumpa dengan teman lamaku itu. Dia juga ingin stay permanen di Indonesia. Bahkan dia sangat berminat untuk menjadi warganegara Indonesia. Lalu kubilang, kalau mau cepat mengurus kewarganegaraan di sini, harus menikah dengan orang Indonesia. Bahkan aku menawarkan untuk menjadi istri ketigamu. Biar rumah ini semakin hangat, karena punya teman berasal dari negara yang sama. “

Tentu saja aku terkejut mendengar ucapan Aleksandra itu. Karena usul Aleksandra agar aku menikahi teman lamanya itu benar-benar di luar akal sehatku. Tapi kalau dipikir lebih mendalam, alasan Aleksandra itu masuk akal.

“Bagaimana ? Sam setuju untuk menikahi Halina kan ? Bukankah agama kita membolehkan seorang pria menikahi wanita sampai empat orang ?”

Aku tercenung sesaat. Lalu jawabku, “Biar bagaimana pun juga, keputusannya ada di tangan Frida. Seperti waktu aku mau menikahimu, harus ada izin dari Frida dulu kan. Memang seperti itu hukumnya. “

Aleksandra tersenyum dan berkata, “Aku akan ikut membujuk dan meluluhkan hati Frida agar menyetujui Sam menikahi Halina. “

“Terus... Halina sendiri bagaimana ? Dia belum tentu mau kan dijadikan istri ketigaku. “

“Setelah kuperlihatkan foto-foto Sam, Halina langsung menyatakan setuju. Bahkan dia juga menyatakan siap untuk menjadi seorang mualaf. Dia masih virgin lho. Kalau sudah bolong, aku takkan mengajukannya sevbagai calon istrimu, Honey. “

“Aku bisa menerima kehadiran teman asing mana pun. Tapi untuk dijadikan istriku, tentu saja aku harus mengenal watak dan perilakunya dulu. Dia juga harus mengenal watakku. Kalau sudah sesuai, baru bisa menjadi suami-istri. “

Tiba-tiba terdengar suara Feodor di gendongan Ima (babysitter), “Papaaa... !”

Aku senang sekali mendengar suara anakku yang sudah berumur dua tahun itu. Lalu kuambil Feo dari gendongan babysitternya dan kuciumi pipinya yang putih bersih seperti kulit ibunya. “Feo udah makan belum ?”

“Udah, “ sahutnya dengan jelas. Padahal usianya baru dua tahun.

Tapi tidak lama aku bisa menimang-nimang anakku, karena Aleksandra masih ingin berbicara denganku secara serius. Maka kuserahkan Feo ke tangan Ima lagi.

Setelah Feo dan babysitternya keluar dari kamar, Aleksandra berkata, “Silakan aja Halina dibawa ke tempat yang tenang, agar bisa tukar pikiran sekaligus PDKT. “

Aku berpikir lagi sesaat. Lalu berkata, “Besok aku mau ke Jakarta. Mungkin bakal nginap dua malam di sana. Kalau kamu izinkan, aku akan membawanya. Bagaimana ?”

“Silakan, “ sahut Aleksandra dengan senyum di bibirnya, “Ya udah kita ke depan lagi yuk. Kasian Halina duduk sendirian. “

Lalu kami melangkah ke ruang tamu lagi, di mana Halina masih duduk sendiri sambil mempermainkan kuku jari tangannya.

Setelah duduk di samping Halina, Aleksandra menepuk lutut sahabatnya sambil bertanya dalam bahasanya, “Lubisz go?” (belakangan aku tahu artinya : Apakah kamu suka dia?)

Halina menyahut, “Tak Lubie to Wygląda przystojnie i sympatycznie. “ (belakangan aku tahu juga artinya : Ya, saya menyukainya, terlihat tampan dan menyenangkan).

“Jadi clear sudah, “ kata Aleksandra, “Besok kamu mau diajak ke Jakarta oleh suamiku. Dan akan menginap dua malam di sana, sambil mengenal watak kalian masing-masing. Kamu mau kan ?”

Halina mengangguk sambil tersenyum manis.

Hmm... kalau kunilai-nilai, Halina dan Aleksandra sama-sama cantik. Perbedaannya hanya dua hal. Rambut Aleksandra pirang, sementara rambut Halina brunette (rambut berwarna coklat). Tubuh Aleksandra tinggi semampai, sementara Halina tinggi montok.

Tanpa keraguan, aku memegang tangan Halina sambil bertanya, “Are you willing to be my third wife ?” (Apakah kamu bersedia menjadi istri ketigaku ?)

Halina menatapku sambil menyahut, “Yes I do. “

Lalu aku bertanya lagi, tetap dalam bahasa Inggris, agar jangan salah faham, “Are you willing to melt into my religion?” (Apakah kamu bersedia melebur ke dalam agamaku ?)

Halina menjawab, “Yes, I am willing to merge into your religion. “ (Ya, saya bersedia bergabung dengan agama Anda)

Aleksandra bertepuk tangan sambil berkata, “May the three of us be compact until old age!” (Semoga kita bertiga kompak sampai tua kelak !)

“Oke... kalau begitu clear semua. Sekarang aku mau kerja dulu ya, “ kataku sambil berdiri.

“Mau ke hotelmu, Honey ?”

“Nggak Mau ke perusahaan Papa, “ sahutku.

Lalu aku dan Aleksandra cipika-cipiki dulu.

“Cium pipi Halina juga dong, “ kata Aleksandra.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Lalu mencium pipi kanan dan pipi kiri Halina yang terasa hangat. Lalu aku berkata di dalam hatiku, Berarti aku akan punya memek bule yang baru ! Dengan restu Aleksandra pula ! ****** sekali aku ini kalau menolaknya !

Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam mobilku, menuju rumah utama Mamie... !

Entah kenapa, di antara sekian banyak perempuan yang sudah kumiliki, Mamie tetap menjadi prioritas pertamaku. Karena aku tidak main-main... aku benar-benar mencintai Mamie ... ! Jadi Mamie bukan sekadar sumber duit buatku. Karena sebenarnyalah aku sangat mencintainya... ! Bukankah cinta itu tidak memandang bangsa, usia dan segalanya ?

Saat aku menuju rumah Mamie, hari masih pagi. Baru jam sembilan. Pasti Papa sedang di kantor. Memang aku hanya mau menggauli Mamie kalau Papa tidak ada. Karena biar bagaimana pun aku tetap ingin menjaga perasaan Papa.

Mamie menyambutku di ruang keluarga, dengan pelukan dan ciuman mesranya. Lalu mengajakku ke lantai dua. Lantai yang tidak boleh diinjak siapa pun kecuali Mamie sendiri yang menyuruhnya.

“Udah sarapan pagi ?” tanya Mamie setelah duduk berdampingan di ruang cengkrama lantai dua.

“Udah... “ sahutku.

“Sam... beberapa hari yang lalu, waktu mamie sedang menstruasi, mamie lepas lUD-nya. Karena mamie ingin punya anak lagi dari kamu. Dan sekarang mamie sedang dalam masa subur nih. “

“Wow, kalau sedang masa subur sih memek Mamie sedang enak-enaknya. Apalagi kalau tidak dipasangi IUD lagi. “

“Iya. Makanya mamie senang sekali kamu datang sekarang, “ kata Mamie sambil melingkarkan lengannya di pinggangku.

“Aku kan selalu datang untuk menemui Mamie... satu-satunya wanita yang kucintai di permukaan bumi ini, “ ucapku sambil mengecup pipi Mamie.

“Kirain setelah kamu punya Frida dan cewek bule itu, cintamu pada mamie mulai berkurang, “ kata Mamie sambil mengerlingkan mata sipitnya.

“Walau pun seribu perempuan hadir dalam kehidupanku, Mamie tetap prioritas utamaku. Mamie tetap jadi wanita yang paling kucintai. Seandainya Mamie bukan istri Papa, udah dari dulu-dulu Mamie sudah kulamar untuk menjadi istriku. “

“Mamie juga sangat mencintaimu, bukan sekadar menyayangimu, Sam. Makanya sejak kamu hadir di dalam kehidupan pribadi mamie... mamie bahagia sekali rasanya... “

Pada saat itu Mamie mengenakan daster wetlook berwarna orange, dengan corak bunga sakura putih dan kecil-kecil. Dan tanganku sudah menyelinap ke balik daster itu, sampai menyentuh celana dalam... dan langsung kucelinapkan tanganku ke balik celana dalam itu. Sampai menyentuh memek Mamie yang selalu saja membuatku kangen berat.

Lalu dengan cepat aku duduk di lantai bertilamkan karpet merah hati, di antara kedua lutut dan paha putih mulus ibu tiri sekaligus kekasihku itu. Mamie mengerti apa yang akan kulakukan. Lalu ia melepaskan celana dalamnya sekaligus menyingkapkan dasternya. Bokongnya pun dimajukan, sehingga memeknya menghampiriku lebih dekat.

Kutepuk-tepuk memek yang sangat kurindukan itu sebentar. Lalu kuciumi memek tanpa jembut itu dengan penuh gairah. Sepasang tangan Mamie pun mengangakan memeknya selebar mungkin. Sehingga aku langsung bisa menjilati bagian dalamnya yang berwarna pink itu.

Aku memang sudah hafal apa yang Mamie sukai dan apa yang tidak disukainya. Dia tidak suka kalau jilatanku langsung menerjang kelentitnya. Dia lebih suka kalau lidahku menjilati bagian dalamnya dulu agak lama. Baru kemudian lidah dan bibirku menggasak kelentitnya.

Mamie juga hanya menyenangi posisi missionaris. Karena posisi ini terasa “lengkap”, katanya. Bisa bersetubuh sambil berciuman, saling remas dan sebagainya. Posisi lain-lainnya hanya selingan untuk menghilangkan kejenuhan belaka, lalu akhirnya kembali ke posisi missionaris lagi.

Setelah memek Mamie basah, aku bertanya, “Mau di sini aja mainnya ?”

“Nggak ah. Di sana aja, “sahut Mamie sambil menunjuk ke bednya, “biar nyaman dan leluasa menikmatinya. Ayo di sana aja masukinnya. “

Lalu aku berdiri sambil mengangkat tubuh Mamie dan membopongnya ke arah bed. Ini pun hal yang Mamie sukai, karena dianggap sesuatu yang romantis.

Kuletakkan tubuh ibu tiriku dengan hati-hati di atas bed. Kemudian kutanggalkan segala yang melekat di tubuhku, termasuk jam tangan dan cincinku, karena sering menyakiti Mamie tanpa kusadari. Mamie sendiri sudah menelanjangi dirinya. Kalung emas putihnya pun dilepaskan dari lehernya. Lalu ia menelentang dengan senyum manis di bibir tipis merekahnya.

Aku pun merayap ke atas perutnya sambil memegang batang kemaluanku yang sudah hafal arah ke mana harus menuju di celah kewanitaan Mamie.

Perlahan tapi pasti batang kemaluanku mulai melesak ke dalam liang memek ibu tiriku yang cantik jelita ini. Mamie pun menyambutku dengan merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Lalu mencium bibirku dengan mesranya, sementara kedua tanganku menelungkupi sepasang toket Mami yang masih tetap terawat, meski pernah menyusui Satria, anak kami.

Dan yang jelas, memek Mamie tetap lezat... tetap legit, meski sudah pernah melahirkan anakku. Bahkan aku merasa setelah Mamie melahirkan, tiap kali aku mengentot memeknya terasa lebih lancar.

“Sam... ooooh.... Saaaam.... tiap kali kamu ngentot mamie... rasanya mamie jadi gila... saking enaknya Saaam... duuuuh.... Saaam.... mamie sayang kamu Saaammm... “ Mamie mulai melontarkan celotehan-celotehan histerisnya, “Bahkan mamie mencintaimu Sam... bukan cuma menyayangimu... ayo entot terus Saaam.... mamie ingin punya anak lagi Saaam... entot terus Saaam.... mamie ingin hamil lagiii.... “

Aku menyahutnya dengan sedotan-sedotan di pentil toket Mamie. Pada waktu Mamie masih menyusui Satria, kalau pentil toketnya disedot seperti ini pasti keluar ASInya. Yang selalu enak buat kutelan. Tapi sekarang toketnya tak bisa memancarkan ASI lagi. Nanti kalau Mamie hamil lagi, pasti aku bisa netek lagi padanya, bersaing dengan anakku.

Seperti biasa juga, kalau entotanku sudah lancar begini, mulutku senang bersarang di leher jenjang Mamie yang sudah mulai berkeringat. Dan kujilati leher jenjang Mamie disertai gigitan-gigitan kecil. Bahkan Mamie senang sekali kalau lehernya dicupang, lalu setelah persetubuhan selesai, Mamie menutupi lehernya dengan balutan syal. Agar tidak kelihatan orang luar.

Kali ini pun begitu. Kucupangi leher Mamie sekuatnya, agar menyisakan bekas menghitam seperti yang Mamie inginkan.
 
Sama. Kompak di dalam bahasa Inggris berarti compacted, unified atau cohesive. Sering juga diartikan solid

Klo.menurut gw si lebih enak klo di bikin gini

I hope the three of us can get along till we grow old. Lebih umum dan ga perlu ada cari padanan kata
 
“Sayang... ooooh... kalau bisa barengin aja lepasinnya sama Mamie... biar langsung jadi anak... amiiin.... “ bisik Mamie pada saat aku masih asyik mengentotnya.

“Emangnya Mamie udah maju lepas ?” tanyaku sambil melambatkan entotanku.

“Iya Sayang.... ayo barengin... mudah-mudahan langsung jadi anak... “ sahut Mamie sambil memejamkan matanya.

Kuikuti saja keinginan Mamie, meski sebenarnya aku belum “kenyang” menggaulinya. Aku memang punya trik khusus bagaimana caranya agar bisa cepat ejakulasi, jauh lebih mudah daripada trik untuk “mengulur” durasi entotanku.

Kupercepat entotanku seedan mungkin... yang Mamie sambut dengan goyang pinggulnya yang aduhai.

Sampai akhirnya Mamie menggeliat... lalu berkelojotan dan akhirnya mengejang tegang.

Pada saat yang sama aku sudah membenamkan batang kemaluanku sedalam mungkin, lalu kutancapkan dalam posisi ini... tidak kugerakkan lagi. Pada saat itulah kurasakan indahnya kedutan-kedutan liang memek Mamie, sementara batang kemaluaanku pun mengejut-ngejut sambil “menembak-nembakkan” air mani di dalam liang sanggama Mamie.

Pada saat itulah Mamie mencengkram sepasang bahuku kuat-kuat seolah ingin meremukkan tulang bahuku. Kemudian kami sama-sama terkulai di pantai kepuasan.

“Oooh... disetubuhi olehmu, selalu saja mamie cepat orgasme, “ kata Mamie ketika batang kemaluanku masih menancap di liang memeknya.

“Emangnya kalau sama Papa gimana ?”

“Jangan ngomongin Papa ah. Biar gimana Papa itu kan suami Mamie. “

“Tapi Papa masih normal-normal aja kan ?”

“Normal. Tapi jangan dibandingkan dengan anak muda seperti kamu dong Sayang. “

“Syukurlah kalau masih normal sih. “

“Ohya... kata dokter, kalau ingin jadi anak, bersetubuhnya jangan terlalu habis-habisan. Sjupaya telurnya dibuahi secara santai... secara normal... tidak terlalu banyak guncangan, gitu. Makanya barusan mamie minta kamu cepetan ejakulasi. “

Lalu kucabut batang kemaluanku dari liang memek ibu tririku. Mamie spontan menutup memek dengan telapak tangannya. Mungkin agar air maniku tetap mendekam di dalam liang memeknya.

“Pembangunan hotel barumu sudah sampai di mana ?”

“Sudah dicor lantai-lantainya Mam. Tapi belum dipasang sekat untuk kamar-kamarnya nanti. “

“Mamie senang melihat pemberian mami dikembangkan seperti itu. Tapi dana untuk membangun hotel baru itu dari mana ? Hasil dari hotel lama kan takkan sebanyak itu. “

“Dari hasil hotel lama Mam. Tapi ditambah dengan duit Aleksandra. “

“Aleksandra banyak duit ya ?”

“Banyak sekali sih tidak. Uang yang kupakai pun tidak seberapa. Hanya beberapa milyar saja. “

“Tapi Firda bisa rukun terus dengan Aleksandra kan ?”

“Rukun terus Mam. Malah Frida sering main ke rumah Aleksandra, begitu juga sebaliknya. Mereka seperti dua orang sahabat. “

“Kok Frida belum hamil-hamil juga Sam ?”

“Belum Mam. Dokternya malah bilang bahwa istrinya juga sampai tujuh tahun belum bisa hamil. Sekarang dokter itu malah sudah punya anak tiga orang. Makanya Frida dianjurkan agar bersabar saja. Jangan panik, katanya. “

“Hamili aja Mama Ken. Lalu anaknya kasihkan sama Frida. “

“Sekarang Mama Ken memang sudah hamil Mam. Baru dua bulan hamilnya. “

“Haaa ?! Kamu memang cespleng, Sam !” ucap Mamie sambil menepuk-nepuk pipiku. “Ohya... mamie mau beli mobil yang terbaru. Jadi kalau kamu mau, ambil aja mobil mamie itu, setelah mobil barunya datang. “

“Aku sudah enjoy dengan mobil SUV itu, Mam. Aku jadi malu hati kalau disuapin terus sama Mamie. “

“Kalau kamu gak suka mobil mamie, kasihkan aja sama Frida. “

“Terlalu mewah Mam. Nanti malah jadi sorotan orang-orang. “

“Tanya dulu Fridanya... mau apa nggak ? Jangan mutusin sendiri. “

“Iya Mam. Nanti aku tanya Frida. Kalau dia mau, nanti aku suruh ngambil sendiri mobilnya ke sini. “

“Iya. Terus... bagaimana Frida kuliahnya ? Lancar ?”

“Kelihatannya sih lancar. Dia malah ingin berusaha agar bisa lulus secepatnya. Ingin mengikuti aku Mam. “

“Bagus lah. Kalau bisa dipercepat ngapain diperlambat ?”



Esoknya, hari masih subuh ketika aku tiba di rumah Aleksandra. Disambut oleh teriakan Feo yang berada dalam bopongan babysitternya, “Papaaa... !”

Feo diturunkan oleh Ima dan langsung memburuku sambil ketawa cekikikan. Aku pun berjongkok sambil memberikan bungkusan berisi beberapa batang coklat impor (karena coklat lokal tidak baik untuk anak-anak, katanya).

“Totat... totat ! Hiiihihihiiii... Feo cayang Papaaa.... “ Feo menyambut oleh-oleh dariku sambil menyodorkan pipinya untuk kucium.

“Masih gelap sudah mau berangkat ?” tanya Aleksandra yang muncul di belakang Ima.

“Biar jangan keburu macet jalannya, “ sahutku, “Feo aja udah bangun kan ?”

Aleksandra tersenyum, “Feo memang kebiasaan bangun jam empat subuh, “ sahutnya.

“Halina sudah bangun ?” tanyaku.

“Udah. Lagi dandan tuh, “ sahut Aleksandra sambil menarik tanganku ke ruang keluarga. Di situ dia berbisik padaku, “Nanti di Jakarta, buktikan aja apakah dia benar-benar masih perawan atau tidak. Kalau gak perawan lagi, gak dinikahi juga gak apa-apa. “

“Berarti aku harus ML dong sama dia, “ ucapku sambil menggelitik pinggang Aleksandra.

“Ya iyalah. Masa cuma pegangan tangan buat buktiinnya ?”

“Lets me think about it, “ sahutku sambil ngeloyor ke kamar.

Ternyata Halina sudah selesai berdandan di dalam kamar Aleksandra. Mengenakan gaun span terusan putih dengan corak garis-garis hitam, yang cukup anggun di mataku.

“Sudah siap ?” tanyaku.

“Sudah, “ Halina mengangguk, “Mau berangkat sekarang ?”

“Iya. Lebih pagi lebih baik. Kalau terlambat, jalanan mulai macet. “

Halina menjinjing tas pakaiannya. Lalu mengikuti langkahku ke depan.

Sebelum meninggalkan rumah Aleksandra, aku menyempatkan diri untuk mencium dahi Feo sambil berkata, “Jangan nakal ya Feo... papa mau ke Jakarta dulu. “

Feo cuma mengangguk-angguk, entah mengerti ucapanku entah tidak. Lalu kuhampiri Aleksandra untuk mengecup bibirnya.

Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam mobil yang kukemudikan sendiri. Halina duduk di samping kiriku.

Sebenarnya aku sudah punya sopir pribadi yang trampil. Daud namanya. Tapi kalau mau menempuh perjalanan yang rahasia sifatnya, aku lebih suka nyetir sendiri.

“Halina nama kecilnya apa ?” tanyaku membuka pembicaraan.

Halina tampak berpikir, mungkin karena belum mengerti arti pertanyaanku. Tapi lalu ia menjawab, “Mmm... nama kecilku Inna. “

“Inna ? Kayak nama penyanyi Romania. “

“Ya... mm... nama orang Romania...mmm... banyak yang mirip dengan nama di negaraku. Kan sama-sama Eropa Timur. Tapi negaraku... mmm sering juga disebut bagian... mmm dari Eropa Tengah. “

“Kamu sudah lancar berbahasa Indonesia ?”

“Bisa... tapi belum selancar Aleksandra. “

“Bahasa Inggris bisa ?”

“Kalau bahasa Inggris, hampir semua orang di negaraku lancar berbahasa Inggris. “

“Kalau begitu mmm... let us speak in English. Okay ?”

“Okay, “ Halina mengangguk.

Lalu kami melanjutkan pembicaraan dalam bahasa Inggris (akan diterjemahkan di sini, agar bisa dinikmati oleh yang belum menguasai Bahasa Inggris juga).

“Inna... apakah kamu benar-benar sudah siap untuk menjadi milikku ?” tanyaku pada suatu saat.

“Menjadi istri ketigamu, bukan sekadar menjadi milikmu. “

“Ya... istilah sebenarnya memang seperti itu. Sudah siap kah ?”

“Siap untuk menjadi istri ketigamu. Tapi... bisakah Sam mencintaiku seperti mencintai Aleksandra ?”

“Tentu saja. Aku akan mencintaimu seperti mencintai Aleksandra dan istri pertamaku. “

“Kata Sandra, untuk menikahiku, Sam harus minta izin pada istri pertama dulu ya ?”

“Iya. Begitu undang-undang yang berlaku di negara ini. “

“Apakah istri pertama Sam akan mengizinkan ?”

“Pasti mengizinkan, “ sahutku. Padahal aku juga belum yakin apakah Frida akan mengizinkan atau tidak.

“Ohya... orang tuamu masih ada ?” tanyaku.

“Tinggal ibu yang masih hidup. Ayahku sudah meninggal lima tahun yang lalu. “

“Punya saudara berapa orang ?”

“Punya kakak tiga orang. Semuanya perempuan. Aku anak terkecil. “

“Anak paling kecil di Indonesia disebut anak bungsu. “

Halina seperti menghafal. Menyebut istilah bungsu sampai tiga kali.

“Kakak-kakakmu sudah kawin semua ?” tanyaku.

“Ya. Mereka sudah kawin semua. Tinggal aku yang belum kawin. “

“Usiamu dengan Aleksandra, siapa yang lebih tua ?”

“Aleksandra lebih tua setahun dari aku. “

Aku mengangguk-angguk, sambil membelokkan mobilku ke arah rest area. “Kita breakfast dulu ya. Senang masakan Indonesia kan ?”

“Senang sekali. Terutama masakan Padang, aku suka sekali. “

“Oke kalau begitu kita makan di rumah makan Padang saja ya. “
Halina mengangguk sambil tersenyum manis. Maaak... manis sekali senyum Halina itu. Ada lesung pipitnya pula... !

Ketika kami duduk berhadapan dibatasi meja rumah makan, aku semakin sering mengamati kecantikan Halina. Dia bukan hanya cantik, tapi juga anggun. Rasanya aku jadi orang paling beruntung di dunia ini. Karena aku memiliki perempuan-perempuan cantik untuk kupelihara di dalam istana cintaku, tanpa harus bersusah payah mendapatkannya.

Seperti biasa, di dalam rumah makan Padang, jenis makanan yang mereka miliki dihidangkan semua di meja kami. Dan Halina langsung mengambil rendang sambil berkata, “Ini makanan yang paling kusukai. “

“Wajar, “ sahutku, “karena rendang Indonesia sudah dinilai sebagai makanan paling lezat di dunia. Nasi goreng Indonesia menempati peringkat kedua.”

“Ya... nasi goreng Indonesia juga aku suka. Aku sudah merasakan nasi goreng Thailand, Malaysia, Korea dan sebagainya. Tapi yang paling enak memang nasi goreng Indonesia. Ada puluhan macam pula nasi goreng di Indonesia. Bahkan mungkin lebih dari seratus macam nasi goreng di negara ini. “

“Bagaimana dengan makanan di negaramu ?”

“Banyak juga jenisnya. Pangsit dan pastel juga ada. Tapi rasanya tetap enakan di sini. “

Aku terdiam. Jangankan di Eropa Timur, di Singapore juga makanannya tak ada yang enak. Mungkin hanya fish cake yang aku suka. Yang lainnya gak enak. Apakah hal ini karena monosodium glutamate (micin) dilarang di Singapore ? Entahlah. Yang jelas, mie dalam cup yang disediakan hotel untuk breakfast, juga gak enak. Cuma kumakan sesuap, lalu dibuang ke tempat sampah.

Di Eropa apalagi. Penggunaan garam saja sangat dibatasi. Hasilnya, semua makanan di Eropa tawar rasanya. Bahkan KFC saja berbeda rasanya dengan KFC di Indonesia. Servicenya pun tidak seramah di Indonesia.



Sebelum jam sepuluh pagi, aku sudah tiba di Jakarta. Dan cek in di sebuah hotel five star. Karena di meeting room hotel itu pula aku akan menghadiri meeting nanti malam.

Setelah mendapatkan kamar di lantai lima, kuberikan uang tip kepada bellboy yang membawakan tas pakaianku dan tas pakaian Halina.

Halina tampak keringatan. Padahal sudah berada di kamar yang berAC cukup dingin.

“Meetingku jam delapan malam nanti. Jadi kita punya waktu untuk beristirahat dulu, “ kataku.

“Iya, tapi aku mau mandi dulu Sam. Badanku penuh keringat, “ sahut Halina.

Aku menyahut, “Aku juga mau mandi. Dan mungkin perlu juga menyabuni punggungmu kan ?”

Halina menatapku dengan senyum manisnya. Lagi-lagi lesung pipitnya terpamerkan. “Aku juga harus menyabuni punggungmu ?” tanyanya.

“Ya... supaya romantis, kita harus saling menyabuni. Kan kita bakal jadi suami-istri. “

“Aku mau ikut caramu saja, Sam. “

Lalu kami melangkah ke kamar mandi, sambil membawa alat mandi masing-masing.

Di dalam kamar mandi Halina melepaskan gaunnya. Lalu bra putihnya juga. Hanya celana dalam yang masih melekat di tubuhnya.

Dalam keadaan tinggal bercelana dalam seperti itu, aku mulai menyaksikan bentuk tubuh Halina yang sebenarnya. Tinggi dan agak montok. Dengan toket yang lumayan gede, tapi tampak masih kencang sekali.

Aku pun melepaskan segala yang melekat di tubuhku, hanya celana dalam saja yang kubiarkan masih melekat di tubuhku, agar “seimbang” dengan Halina.

“Apakah kamu biasa mandi dengan mengenakan celana dalam ?” tanyaku sambil memeluk Halina dari belakang. Dengan kedua telapak tangan memegang sepasang toketnya yang benar-benar masih kencang ini.

“Tentu tidak. Tapi... aku masih malu memperlihatkan vaginaku padamu... “ sahut Halina tanpa rontaan, meski kedua toket gedenya sedang kupegang.

“Kan penisku juga akan kamu lihat nanti. “

“Iya.. tapi apakah Sam percaya kalau aku belum pernah mandi bareng dengan cowok seperti ini ?”

“Memangnya kamu belum pernah pacaran di negaramu ?”

“Pacaran sih pernah. Tapi tidak mandi bareng begini. “

“Berarti kamu masih virgin ya ?”

“Tentu saja. Aku masih seratus persen original. “

“Mungkin sesuatu yang ;langka. Bahwa cewek dari Eropa yang usianya sudah di atas duapuluh tahun ternyata masih perawan. “

“Budaya Eropa Timur tidak sama dengan budaya di Eropa Barat, Sam. Kami masih banyak yang memegang teguh nilai-nilai moral. Ada juga sih yang sudah kebablasan. Tapi tidak sebanyak di Eropa Barat. “

“Baguslah. Aleksandra juga masih perawan sebelum menikah denganku. “

“Kamu akan mendapatkan hal yang sama pada diriku. Nanti bisa kamu buktikan sendiri. “

“Kapan pembuktiannya ?”

“Terserah Sam, “ sahutnya, “Sam kan bakal menjadi nakhoda di dalam perkawinan kita nanti. “

“Aleksandra ingin agar setelah pulang dari Jakarta nanti, aku sudah membuktikan bawa Inna benar-benar masih perawan. Supaya tiada keraguan lagi di antara kita berdua. “

“Berarti aku harus membuktikannya di hotel ini sekarang ?”

“Ya... sekarang aku ingin melihat kemaluanmu... boleh kan ?” tanyaku sambil mempererat pelukanku.

“Buka dulu celana dalam Sam, “ sahut Halina.

Tanpa ragu, kulepaskan celana dalamku. Lalu memegang penisku di depan Halina sambil berkata, “This is my dick and I want to see your pussy... ! “ (ini kontolku dan aku ingin melihat memekmu).

Halina terbelalak melihat penisku. Lalu ketawa kecil sambil menurunkan celana dalamnya sampai terlepas dari kedua kakinya.

“O my God ! Memekmu indah sekali Inna... ! “ seruku sambil memperhatikan kemaluan Halina yang tembem dan bersih dari jembut itu.

Lalu aku berjongkok di depan Halina, dengan mata sejajar dengan kemaluan ahabat Aleksandra itu.

Lagi-lagi aku menemukan memek yang seolah garis lurus dari atas ke bawah. Bagian dalamnya tidak nampak sama sekali. Bahkan kelentitnya juga tertutup rapat... !
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd