Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY 征服者 Zhēngfú zhě [Sang Penakluk]

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER II.



Hari sudah berganti, Liu Chen saat ini sudah berada di dalam hutan untuk mulai berlatih. Semalaman Liu Chen sudah memahami Jurus Dewa Penakluk sampai Jurus tingkat kedua.

Sebelum berlatih jurus, lebih dulu Liu Chen melakukan pemanasan dan peregangan otot. Begitu di rasa sudah cukup berkeringat, Liu Chen mencoba duduk dengan tenang diatas sebuah batu.

“Untuk menguasai jurus dari Kitab Dewa Penakluk, aku harus memiliki energi alam yang besar, dan setidaknya memiliki minimal dua elemen alam. Elemen air untuk perantara Jurus Penakluk Binatang, dan elemen api untuk perantara Jurus Penakluk Lawan Jenis.” batin Liu Chen.

Sadar akan ketidak mampuan tubuhnya menyerap energi alam, dan elemen miliknya yang masih belum di ketahui, Liu Chen sempat putus asa dan tidak ingin lanjut mempelajari Kitab Jurus Dewa Penakluk.

Tapi, semalam saat Liu Chen mencoba menyerap energi alam ke dalam tubuhnya, dia dengan begitu mudah melakukannya, dan saat dia mengecek titik meridian yang dulu tersegel. Liu Chen seketika dibuat terkejut akan sebuah keajaiban. Entah bagaimana, saat itu dia melihat seluruh titik meridian nya sudah terbuka dengan sempurna.

“Dengan aku yang sudah bisa menyerap energi alam, kini aku telah memenuhi satu syarat, dan aku tinggal melihat elemen apa yang aku miliki.” gumam Liu Chen begitu lirih.

Berbekal panduan buku yang dulu pernah dia baca, Liu Chen segera berfokus untuk mengetahui elemen yang dia miliki. “Rasakan dan lihat energi alam yang masuk ke tubuh. Warna energi alam yang terserap ke tubuh, itu menggambarkan elemen yang aku miliki.” batin Liu Chen saat dia sudah memejamkan mata, dan berkonsentrasi menyerap energi alam yang ada di sekitarnya.

Tidak butuh waktu lama, Liu Chen sudah melihat energi alam berwarna-warni mengelilinginya dan masuk kedalam tubuhnya. Ada tujuh warna dari energi alam yang terus menerus masuk ke tubuh Liu Chen. Ketujuh warna itu menunjukkan jika Liu Chen menguasai seluruh elemen yang ada di dunia ini.

Sesaat kemudian Liu Chen sudah kembali membuka matanya, dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu terkejut. “Aku memiliki semua elemen di dunia ini!.” seru Liu Chen dengan suara begitu lantang.

Sulit untuk Liu Chen percaya dengan apa yang dimilikinya, tapi itu adalah sebuah kenyataan. Dulu dia yang terkenal sebagai sampah Kekaisaran, kini dia justru memiliki sesuatu yang tidak pernah di miliki oleh siapapun. Bahkan seorang jenius yang begitu langka, belum tentu dia memiliki apa yang Liu Chen miliki.

Menyadari jika dirinya telah memenuhi seluruh syarat untuk mempelajari Kitab Jurus Dewa Penakluk. Dengan penuh semangat, Liu Chen akhirnya memulai latihannya untuk menguasai semua jurus yang ada di dalam Kitab Dewa Penakluk.

>>>>

Hari terus berganti, dan tanpa terasa sudah satu bulan lamanya Liu Chen mempelajari jurus yang ada di dalam Kitab Dewa Penakluk. Berbagai kesulitan terus di lalui Liu Chen dalam pembelajarannya, tapi semua terbayar lunas dengan hasil yang dia dapatkan. Meskipun latihannya belum sempurna, tapi Liu Chen sangat bersyukur dia sudah bisa melatih Jurus Dewa Penakluk sampai ke jurus tingkat tiga, jurus penguasa alam.

Dengan tiga jurus yang sudah dipelajarinya, Liu Chen sudah merasakan perbedaan yang begitu besar dari tubuhnya. Kini tubuhnya semakin berotot, meskipun tubuhnya tidak besar. Liu Chen juga dapat bergerak dengan cepat, karena tubuhnya terasa begitu ringan.

“Sudah satu bulan lamanya aku berlatih, dan siapa yang menyangka jika aku saat ini memiliki kekuatan sebesar ini.” gumam Liu Chen. “Tiga jurus yang sudah aku pelajari, ternyata merupakan jurus inti yang memiliki beberapa cabang. Sungguh Kitab Dewa yang sangat luar biasa, sebuah keberuntungan aku menemukannya.”

Liu Chen mengakhiri latihannya hari ini dengan bermeditasi, yang bertujuan untuk merilekskan tubuh dan pikirannya.

Esok hari, Liu Chen sudah memutuskan untuk keluar dari wilayah hutan, karena dia ingin menyaksikan secara langsung pengangkatan Putra Mahkota Kekaisaran Liu, Liu Wuqiang. Acara itu akan dilakukan tiga hari lagi di Istana Kekaisaran Liu, dan rakyat biasa boleh menghadiri acara itu, meskipun mereka hanya diizinkan melihat dari luar bangunan Istana utama.

Selesai bermeditasi, Liu Chen semakin bangga dengan apa yang dia capai. Selain melatih jurus dari Kitab Dewa Penakluk, Liu Chen selama satu minggu ini juga melakukan kultivasi [melatih kekuatan tenaga dalam], dan hasil dari kultivasinya sangatlah luar biasa. Dalam kurun waktu satu bulan, kini Liu Chen sudah mencapai tingkatan pendekar Kaisar yang sewaktu-waktu bisa menerobos ke tingkat pendekar Petapa.

>>>>

Catatan tingkatan kultivasi pendekar :
Pendekar Tingkat Pemula
Pendekar Tingkat Bumi
Pendekar Tingkat Langit
Pendekar Tingkat Raja
Pendekar Tingkat Kaisar
Pendekar Tingkat Petapa
Pendekat Tingkat Petapa Suci
Pendekar Tingkat Mortal
Pendekar Tingkat Nirwana
Pendekar Tingkat Saint
Pendekar Tingkat Dewa

Tiap tingkatan memiliki tiga tahap [rendah, menengah, puncak]

>>>>

Di usia 18 tahun, tentu apa yang di miliki Liu Chen bisa dikatakan mustahil untuk diperoleh oleh pemuda di usianya. Seorang jenius diantara para jenius, paling tinggi di usia 18 tahun, pencapaian mereka hanya sampai tingkat pendekar Langit, dan jangan lupakan kelebihan Liu Chen yang memiliki tujuh elemen sekaligus.

Keberadaan Liu Chen saat ini bisa dikatakan sebagai suatu keajaiban. Jika di beri julukan, Liu Chen adalah seorang monster jenius yang berdiri diantara beberapa orang super jenius.

Menyelesaikan seluruh aktivitasnya hari ini, Liu Chen kembali ke gubuk sederhananya untuk mengistirahatkan tubuhnya. “Gubuk ini yang menemaniku selama aku terbuang, tapi besok aku harus meninggalkannya.” kata Liu Chen, dengan sorot mata menatap tajam gubuk sederhananya yang sebenarnya lebih mirip dengan kandang kuda.

Liu Chen tersenyum sambil menggelengkan kepalanya saat dia mengingat kemegahan dan kenyamanan sebuah istana, tempat tinggalnya dulu. “Hanya megah dan terlihat nyaman dari luar, sedangkan isi di dalamnya justru penuh intrik dan ketidak nyamanan.” gumam Liu Chen saat kembali teringat kehidupannya semasa di Istana.

“Sedikit membalas apa yang mereka lakukan padaku, seperi itu tidak akan menjadi masalah.” Liu Chen teringat akan perekrutan prajurit Kekaisaran yang akan di lakukan sehari setelah pengangkatan Putra Mahkota. Sebuah jalan telah terbuka lebar untuk dia bisa membalaskan sedikit dendamnya pada seluruh penghuni Istana.

Liu Chen menyeringai, tapi wajahnya menunjukkan ekspresi begitu datar. “Dengan perubahan wajahku, dan jarangnya orang yang dulu mau mengenalku, aku sangat yakin dengan semua rencana ku. Kaisar dan Permaisuri bodoh itu, pasti tak akan mengenaliku. Darah mereka memang mengalir di darahku, tapi apa salahnya aku sedikit bermain dengan mereka.” gumam Liu Chen dengan suara begitu lirih.

>>>>

Melewati malam dengan menyusun berbagai rencana untuk membalaskan sedikit dendamnya, tanpa terasa pagi sudah menghampiri gubuk sederhana Liu Chen. Dengan persiapan apa adanya, Liu Chen sudah bersiap meninggalkan gubuk sederhananya.

Berbekal puluhan koin emas yang merupakan tabungannya selama tinggal di Istana, Liu Chen dengan percaya diri memulai perjalanannya.

Gubuk sederhana Liu Chen dia bangun di tepi hutan, jadi dia tidak butuh waktu lama untuk mencapai Kota Huang, yang merupakan Ibukota Kekaisaran Liu, dan di kota itulah letak Istana megah yang dulu dia tinggali.

Melewati jalan setapak dan bergerak dengan begitu cepat, Liu Chen akhirnya sampai di gerbang Kota Huang sebelum matahari tenggelam. Dinding pagar [benteng] yang begitu kokoh, segera menyambut kedatangan Liu Chen.

Di depan gerbang masuk Kota Huang terlihat beberapa orang sedang mengantri untuk memasuki Kota. Liu Chen yang baru datang, tentu dia ada di antrian paling akhir.

Setelah beberapa lama mengantri, akhirnya giliran Liu Chen tiba. Prajurit yang bertugas menjaga pintu gerbang meminta Liu Chen mengeluarkan token identitas. Tanpa sungkan-sungkan, Liu Chen mengeluarkan token khusus Klan Liu [Klan suci utama dan terkuat yang ada di Kekaisaran Liu]. Token yang Liu Chen miliki adalah pemberian mendiang Kakeknya, satu dari dua orang yang sangat menyayangi Liu Chen.

Prajurit yang melihat token Klan Liu, dia segera membukakan jalan masuk untuk Liu Chen. Bagi prajurit penjaga, anggota Klan Liu sama terhormatnya dengan anggota keluarga Kaisar, karena Kaisar Liu Bei juga bagian dari Klan Liu.

“Masih begitu muda tapi sudah mencapai tingkat Pendekar Kaisar. Klan Liu memang selalu melahirkan seorang jenius yang luar biasa.” puji prajurit penjaga begitu Liu Chen sudah memasuki Kota Huang.

Setelah melewati prajurit penjaga dan memasuki Kota Huang, Liu Chen langsung di suguhi pemandangan yang masih sama seperti beberapa bulan yang lalu. Semua jalan maupun bangunan tidak ada yang mengalami perubahan, yang sedikit berbeda adalah riasan di sepanjang jalan yang menunjukkan tentang akan datangnya acara besar [Pengangkatan Putra Mahkota Kekaisaran Liu].

Pergi semakin kearah dalam kota, Liu Chen segera menuju toko penjual baju yang menjual hanfu laki-laki [pakaian tradisional China]. Penampilan Liu Chen saat ini memang terlihat kurang enak dipandang. Baju kotor compang-camping, serta kulit yang berdebu, dari jauh penampilan Liu Chen tidak ada bedanya dengan seorang gelandangan.

Memasuki toko baju sederhana, Liu Chen segera memilih hanfu sederhana yang layaknya digunakan rakyat di Kekaisaran Liu. Dua set hanfu berwarna hitam dan biru telah di pilih Liu Chen.

“Berapa harga ini semua, Bibi?.” tanya Liu Chen ke wanita yang duduk di tempat pembayaran.

“Semuanya jadi 50 perak.” jawab si wanita cukup ramah.

Wajah wanita itu lumayan cantik di usia yang tak lagi muda, apa lagi dengan dua bukit besar yang menghiasi dadanya. Tapi Liu Chen tak berani berlama-lama bertegur sapa dengan si wanita, karena dia teringat akan jurus yang telah dia pelajari.

[Sentuhan tanganmu bisa membuat seluruh binatang mengikutimu]

[Lima tarikan nafas mu, bisa membuat wanita yang kamu pandang bertekuk lutut di hadapanmu]

[Jangan memikirkan sesuatu tentang alam jika kamu tidak ingin apa yang kami pikirkan terjadi]

[Dengan kata-kata kamu bisa menghancurkan dunia, ataupun membangkitkan nya lagi]

“Bisa bahaya jika tuh Bibi bertekuk lutut di hadapan ku, bisa-bisa aku dikatakan perebut istri orang.” batin Liu Chen saat menyerahkan satu keping emas ke wanita yang ada di tempat pembayaran.

1 keping emas sama dengan 100 perak, jadi Liu Chen mendapatkan kembalian 50 keping perak.

“Kenapa aku ingin menerkam pemuda itu? Uhh punyaku terasa basah hanya dengan menatap wajahnya.” batin si wanita saat memberikan koin kembalian milik Liu Chen.

Setelah menerima uang kembalian, Liu Chen tidak buru-buru pergi, melainkan dia bertanya ke wanita di depannya tentang letak penginapan yang harga sewanya murah.

Wanita yang ditanya Liu Chen, dia menunjuk sebuah penginapan yang berada di sebrang jalan, tepat di depan toko baju tempatnya bekerja.

Setelah tersenyum dan mengucapkan terimakasih, Liu Chen pergi meninggalkan toko baju dan berjalan kearah penginapan. Jarak yang begitu dekat, hanya butuh beberapa langkah kaki untuk Liu Chen sampai ke tempat penginapan.

“Selamat datang tamu yang teehormat, adakah yang bisa saya bantu.” seorang wanita pelayan yang terlihat cukup muda, menyambut kedatangan Liu Chen.

“Meskipun penampilanku lusuh seperti ini, tapi mereka menyambutku dengan baik.” batin Liu Chen saat dia merasa di hargai sebagai seorang tamu [pelanggan].

Penginapan Anggrek Merah, itulah nama penginapan tempat Liu Chen ingin menginap. “Apa masih ada kamar kosong? Jika ada, aku ingin menyewa satu kamar untuk beberapa hari kedepan.” ungkap Liu Chen.

“Tuan sungguh beruntung, kami masih punya satu kamar kosong. Untuk sehari semalam tuan cukup membayar 10 perak.” jawab si pelayan.

Liu Chen memberikan satu keping emas ke wanita pelayan. “Aku akan menyewa kamar itu untuk 10 hari kedepan.” kata Liu Chen.

“Kalau begitu, mari saya antar tuan menuju kamar.”

Liu Chen pun mengikuti pelayan yang mengantarkan dia menuju kamar yang sudah dia sewa. “Tuan, ini kamarnya, dan ini kunci pintu kamar tuan.”

“Terimakasih.” kata Liu Chen sambil memberikan 10 keping perak ke wanita pelayan, sebagai ucapan terimakasih atas pelayanan yang sudah dia berikan.

Sepeninggalan pelayan yang mengantarnya, Liu Chen segera masuk kamar dan begitu saja merebahkan tubuhnya diatas ranjang. “Lebih baik aku istirahat sebentar.” gumam Liu Chen sebelum akhirnya dia terlelap.

Di tempat kerja pelayan yang barusan mengantar Liu Chen. Xia Fei, gadis pelayan yang baru mengantarkan Liu Chen, dia masih saja terbayang akan Liu Chen. “Kenapa aku begitu bergairah saat melihat pemuda tadi, tubuhku terasa panas, dan punyaku terasa basah.” gumam Xia Fei begitu lirih. “Malam ini aku harus mendapatkan pemuas gairahku. Pemuda lusuh nan tampan, malam ini kau milikku.” batin Xia Fei sambil senyum-senyum sendiri.

Satu hal yang tak Liu Chen sadari setelah dia mempelajari Kitab Dewa Penakluk sampai tingkat ketiga. Dia [Liu Chen] bisa seketika memikat wanita yang menurutnya menarik hanya melalui pikirannya. Tidak butuh 5 kali kedipan mata, hanya cukup memikirkan si wanita yang baginya menarik, wanita itu seketika akan terus terbayang akan dirinya, dan ada gairah berlebihan yang akan wanita itu rasakan saat mengingat wajah Liu Chen.

Tapi, kejadian itu tidak akan menimpa wanita yang tingkat kultivasinya berada di atas Liu Chen.

>>>>

Mohon maaf jika masih berantakan....
Menarik nih. Wajib dipantau
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd