"Kak Tien, kita langsung naik mobil aja ya pulang.. Naya udah gak mampu lagi!”
“Heh… udah dekat kok, kita kan langsung singgah makan di pinggir pantai. Tuh, 10 menit lagi sampai.”
Sebenarnya aku juga sudah sangat cape… tapi melihat Brian menggeleng kepala terpaksa harus siap genjot sepeda lagi. Cowok itu malah langsung menyuruh Edo jalan duluan ke restoran untuk pesan makan makanan. Gak ngerti banget.
Kami masih berada di pinggir jalan, sedang menepi sejenak sambil memandang keindahan sunset dari pinggir laut. Semua sudah capek karena bersepeda seharian. Untunglah Brian menyuruh kami berhenti sejenak, karena kami tidak sadar matahari segera terbenam.
Bahaya ini… kalo sudah berhenti, susah lagi mau suruh mulai jalan. Gadis imut itu mulai rewel lagi cari-cari alasan supaya lama berhenti. Barusan tadi atas rengekan Naya kami sempat minum es dan makan kue di Tasik Ria resort. Pemandangan pantai di situ juga indah sih…
“Kak Tien.. tunggu dong!” Naya lagi. Apa boleh buat, gak tega juga tinggalin dia sendiri.
Akhirnya setelah 15 menit kami tiba ke salah satu rumah makan yang ada di pinggir pantai. Namanya restoran City Extra, dengan menu utama seafood dan Chinese food. Edo sudah mengatur meja untuk kami dengan minuman air kelapa muda langsung dari batoknya. Untung Edo sudah atur tempat duluan, karena pelanggan tempat ini ternyata cukup banyak, malah ada beberapan rombongan yang datang memenuhi tempat ini.
“Slurpppp” Wah kayaknya semua sudah kehausan, dari air kelapa segar sangat cocok mengembalikan tenaga kami. Air kelapa banyak elektrolit lho...
Restoran ini sangat indah… letaknya strategis di pinggir laut dengan pemandangan teluk Manado. Trus ada kolam bedar berisi beragam-ragam ikan air laut. Hari sudah mulai gelap, dan lampu-lampu sudah menyala. Indah sekali… lagi banyak dekor unik dan lampu berwarna-warni menghias tempat ini menambah manisnya suasana. Terlihat 3 buah pesawat sementara berbaris siap mendarat ke bandara… pas banget! Banyak lho cewek-cewek ambil kesempatan untuk foto-foto.
“Eh… mana Shaun?” Tanyaku kepada Naya…
Eh, gak ada yang tauh anak itu ngilang ke mana. Brian hanya bilang tadi ia bilang mau ke WC. Mungkin sekarang lagi ngumpet disana. Aku memanggil Naya untuk mengecek keadaannya…
Tampak daerah dekat WC cukup padat, ada rombongan yang lagi asik bercengkrama. Seperti biasa, mereka ribut sekali, maklum kebanyakan ibu-ibu muda.
“Shit… my pants!” itu suara Shaun teriak keras-keras dari balik WC.
Tampak seorang anak kecil umur 3 tahun berlari keluar dari WC dengan celana basket ukuran dewasa lengkap dengan CD cowok di tangannya. Astaga… jangan-jangan itu milik Shaun.
“Eh… tolong dong! Celanaku jatuh diambil anak kecil…” Tampak Shaun berjalan keluar dari WC dengan tangan menutupi kemaluannya. Suaranya yang keras menarik perhatian orang…
“Brukkk!” Karena terburu-buru Shaun menabrak dekor restoran dengan kepalanya. Pasti sakit, secara otomatis cowok itu mengurut kepalanya dengan tangannya. Kontol besarnya langsung bebas menganguk-anguk, dan langsung disambut dengan teriakan ibu-ibu yang berada di dekat.
“Eh.. Dickhead kok dipamer sih!” Naya langsung mendekat dan mencoba menutupi kontol itu.
Astaga kontol Shaun benar-benar jadi tontonan meriah, semakin banyak ibu-ibu yang mendekat dan penasaran. Apalagi kontolnya semakin membesar ketika secara gak sengaja disentuh oleh Naya tadi …
“Ih… koq tambah nakal!” Naya jadi tertawa. Semakin ditutup, kontolnya semakin membesar. Naya yang gemes langsung meremasnya sehingga Shaun kaget.
“Hati-hati dong dik, nanti patah!” Ibu-ibu menanggapi macam-macam. “Wah besar sekali, masuknya gimana? Sakit gak?” “Wah, beruntung banget kamu, dapat kontol sebesar itu…!” “Bisa dipinjam gak pacarnya semalam, hehehe”
“Maaf bu, pacar saya gak bole dipake arisan…!” Naya coba jelaskan dan disambut dengan lebih meriah.
“Wah payah dong, pelit amat!”
Aku melihat Naya yang tambah merah… kasihan juga sih, tapi aku malu mendekat.
Aku mencari anak tadi untuk mengambil kembali celana pendek Shaun. Eh, celananya sudah dibawa ke ibunya yang masih tertawa-tawa. Ternyata celananya ditaruh digantung di atas pintu dan jatuh keluar, dan dipunggut anak itu. Anak pinter! hehehe
“Naya, ini…” Aku membawa celana Shaun ke Naya.
Ih Naya sudah cepat-cepat menyuruh Shaun memakai celananya. Eh, justru dipake kebalik. Terpaksa Shaun buka dan pakai ulang. Kali ini benar… dan disambut dengan ibu-ibu dan rombongan di dekat situ dengan tepuk tangan yang meriah. Naya malu sekali…
Seorang ibu setengah baya datang mendekati kami dan langsung promosi.
“Dik.. boleh tanya? Eh pacarnya yang mana yah” Seorang ibu itu bertanya ke Shaun.
Aku menunjuk ke arah Naya yang kini sudah memelukku malu.
“Ini lho, Dik… aku penasaran, kontolnya besar sekali, waktu masuk sakit gak?”
“Eh…, gak. Aduh, gimana sih!” Naya bingung jelaskan. Shaun gak mengerti pembicaraan kami.
“Itulah yang ibu mau bilang, hati-hati lho, lama-lama bisa longgar.”
“Hahaha!” Aku hanya tertawa. Gawat juga ibu ini, gak kenal kok ngomong porno amat.
“Gini lho Dik saya kasih tahu caranya... saya ada ramuan tradisional. Di gosok di sekitar vagina, supaya terasa rapat biar dientot kontol besar… eh suami saya akui lho!” Astaga, kirain mau apa.
“Ini loh, kartu nama saya, saya kasih free sampel deh, coba aja, pasti dalam tiga hari langsung terasa khasiatnya.” Ibu ini terus menawarkan produk, dan kulihat Naya bingung mau tolak gimana.
“Eh.. jangan dilewatkan dong, ini kesempatan jarang-jarang lho.” Sambil memberikan satu botol kecil ke Naya.
“Wah, kalo begitu pacar saya butuh bu. saya juga kontol besar lho...” ada suara cowok ikut nimbrung dari belakang. Brian ternyata mendengar pembicaraan kami.
“Huh, Brian? Ih…” Ternyata cowok itu sudah dengar dari tadi.
Aku langsung mencubitnya… ih bikin malu aja. Nanti dikirain… Dasar Romeo.
“Bu, aku beli dua botol, juga untuk kakak ku.” Naya menunjuk padaku. “Ia demen banget kontol besar lho, hehehe…” Lanjutnya, mengambil dan membayar harga obat dan memberikan sebotol kepada ku sambil tertawa-tawa.
Aku jadi malu sekali.
“Eh, jangan lupa, yah Dik! Gosok di vagina tiap malam sebelum tidur!” Ibu itu masih aja ngomong.
“Beres bu, nanti malam nanti saya yang gosok sendiri!” Brian masih meledekku. Ihhhh bikin malu aja.
Kami bertiga masih tertawa-tawa menuju meja dan membuat Edo dan Brenda kebingungan.
“Eh, Romeo! Obat apa itu?” Edo bertanya…
“Itu obat kuat buat Titien!” Naya menjawab duluan dan disambut dengan tertawa.
“Eh… kenapa kamu juga ada?” Edo tanya lagi.
Kali ini Naya yang cemberut, gak tauh jawab apa.
Aku dan Brenda bisik-bisik soal kejadian tadi. Brenda langsung tertawa-tawa. Kami masih terus tertawa sampai makan malam datang.
-----
Sehabis makan Edo langsung mengatur kembali sepeda-sepeda ke atas mobil kami. Naya dan Brenda lagi asik berpose yang tentu saja memaksa Shaun menjadi fotografer. Brian dan Aku pergi ke pinggir kolam buatan di mana terdapat banyak jenis ikan laut yang bervariasi. Sebenarnya Shaun juga suka sekali melihat ikan tapi terlanjur ditarik oleh Naya… apes deh.
“Sayang, kamu jangan terlalu dekat dengan Brenda!” Kata Brian tiba-tiba.
Aku jadi bingung, Brenda kan sahabatnya. Salah satu cewek yang katanya dekat dengan dia sejak SMA. Kok Brian ngomong begitu?
“Eh, kenapa emangnya!” Aku bertanya.
“Brenda itu sahabatku, tapi aku tahu ia bukan orang yang suka dekat cewek lain dan share hal-hal yang berbau pribadi.” Brian mencoba jelaskan.
“Eh… tapi?”
“All I am saying is… you cannot really trust her! She is someone who uses all means to reach what she wants” Brian gak mau berdebat. “Would you promise to make me happy?”
“Jadi aku harus gimana?” Kata ku setelah mengangguk kecil. Kayaknya ada yang ia sembunyikan.
“I'm just warning you… mudah-mudahan sih gak ada masalah!” Brian senyum.
Aku juga lega… kali ini kayaknya Brian salah. Aku akan buktikan sebaliknya.
Sayang aku tidak dengarkan cowok itu, sesuatu yang akan ku sesalkan kemudian. A costly mistake…
——
POV Someone misterius
“Bingo, teman Romeo tadi akses email kampus... aku lagi lacak asal IPnya... mungkin sekali dari HP.”
“Haha… keliahatannya mereka gak sadar. Cari tahu dari negara mana!” kata Lefty John dengan nada memerintah.
“Telkomsel Indonesia, tapi gak jelas di bagian mana”
“Call network kita di indo, suruh segera cari tahu… dan perketat monitor Indonesianya! kalo ketahuan Romeo disana kita langsung berangkat. Sekarang mata-matai dulu.” Lefty John segera mengangkat telpon dan berbicara dengan seseorang di Jakarta.
“Satu lagi berikan aku tiket besok pagi ke Jakarta.”
-----
“Bravo…” “Mantap!” “Tambah dong!”
“Wah… bagus sekali suaranya, cocok lagi” Aku sampe heran, apa mereka sudah latihan dari rumah yah… Suara Brian dan Kak Titien klop banget.
Setelah menyanyikan sebuah lagu solo, Brian meminta Kak Titien nyanyi duet. Lagu yang dipilih lagu classic dari boyband All 4 One berjudul “I swear”
Setelah memaksa Brian nyanyi, Shaun juga tampil ke panggung. Cowok itu dengan PD-nya menyanyi lagu yang berjudul, “The story of my life”… Gaya-nya aja yang bagus, suaranya kacau… false. Sampe pemain keyboard kebingungan mencari kunci yang tepat. My goodness… untuk aku tidak ikut waktu dipanggil duet.
Rumah makan ini menyediakan fasilitas penyanyi dan keyboard. Dan mereka mempersilahkan tamu-tamu untuk membawakan lagu.
Dari rumah makan kami naik mobil langsung ke tempat kos. Ternyata dari tadi Edo sudah mengikat kelima sepeda di atas mobil.
Ah… sampe juga di tempat kos. Capek seharian naik sepeda. Aku rasa gak enak badan, maunya cepat tidur. Tapi Kak Tien masih sempat ejek Shaun yang sudah siap masuk kamar ketika melihat Landa dan Della lagi berdiri di pagar lobby lantai 2.
“Eh, Shaun… kok langsung ke kamar? Tumben gak threesome dulu, ditunggu tuh!” Kak Titien melirik ke atas ke arah Landa dan Della.
“Masih capek ahhh, bentar, mo mandi dulu. ... Huh, kok kamu tahu? Harusnya cuma Naya kan?” Shaun gugup sudah ketahuan.
“Ada aja!” Ia tambah buat Shaun penasaran.
Cowok itu tambah gugup… orang bule sih, gak kelihatan pucatnya. Ketika aku dekat Shaun masih diam.
“Itu cowokmu panggil main ular tangga...” Kak Titien main mata, hehehehe.
“Hehehehe….” Aku juga tertawa, “tuh Landa dan Della sampe pingsan kena digigit ularmu semalam.”
“Naya gak marah? Kan itu semua Naya yang suruh…” Shaun memandangku takut-takut.
“Ih.. kamu tega kok duain aku…” Aku mencubitnya manja.
“Jangan takut sayang, walau kontolku di share, tapi hatiku hanya kamu kok...!” Aku sampe ketawa dengar Shaun menggombal.
“Kalo gitu aku juga yah? Hati ke kamu, tapi tubuh di share.” Kataku sambil senyum. Shaun hanya mengangguk… ‘ih sebel’
“Eh… apa kamu bilang, gak boleh!” kata Shaun baru sadar.
“Terus gimana?” Aku bertanya…
“Eh gini aja... kita mandi dulu, terus kamu datang ke kamarku yah… nanti kita ngomong. Eh sekalian kamu urut aku” Shaun memandangku berbinar-binar…
“Urut? Mau urut apa?”
“Eh ... Naya kan janji mau urut kontolku yang kamu tabrak dengan sepeda?”
“Huh? Ih maunya ... Hehehehe. Gak mau ah!” Kata ku membela diri, bilang aja mau dikocokin pake alasan segala. Modus banget...
“Eh .. gak bisa, Naya sudah janji, aku tunggu di kamar yah!”
“Eh, kamu yang butuh masak aku yang capek-capek turun. Kalo mau kamu dong yang datang ke kamar ku!”
“Ok sayang, aku mandi dulu yah!”
Astaga, kok aku ngomong gitu. OMG... kayaknya Shaun beruntung deh malam ini. Cowok itu lekas-lekas masuk kamar, membiarkan aku bengong sendiri.
-----
“Ahhhh!” Aku kaget pas keluar dari kamar mandi.
Shaun sedang tidur terlentang di kamarku telanjang bulat, dengan kontol yang sudah keras mengacung.
“Dickhead! Ngapain kamu?"
Astaga! Cowok itu lagi memutar rekaman di monitor, tampak dirinya sementara ML dengan Landa.
“Eh… ternyata kamu nakal yah! Pake rekam orang lagi ML!”
“Ih… kok kamu putar?” Aku mendekat… “Eh… Dickhead! Ahhhh”
Shaun secara tiba-tiba menarik ujung handuk yang ku pakai dan tenaga betotannya membuat aku jatuh ke tempat tidur di sampingnya. Aku malu sekali… handukku sudah terlepas, memamerkan tubuhku yang masih telanjang dada. Untung aku sudah pake hotpants…
Shaun tidak tinggal diam, ia langsung menarik tubuhku keatas tubuhnya dan mencium leherku. Cowok itu lagi nafsu banget, mungkin gara-gara rekamannya. Sapuan lidah dan bibir cepat menjalar ke leher dan wajahku.
“Ah… Dickhead, aku….”
Kata-kata ku dibiarkan menggantung, karena bibirku sudah disumbat dengan ciumannya yang ganas… OMG aku langsung terbuai… nafsuku langsung bangkit. Shaun terus menjelajah ke telingaku… ih geli banget... kini aku pasrah, gak berontak lagi.
Bibir dan lidah yang nakal itu terus turun ke ketiak kiri... aku merasa sangat kegelian. Eh... kini bersarang di dada ku. Remasan tangannya dikombinasi dengan kulumannya yang agak kasar benar-benar terasa… aku langsung mendesah kuat.
Permainan Shaun di dadaku telah membuang segala egoku. Aku kini sudah terengah-engah menahan rangsangan yang terus melanda. Aku benar-benar terbuai… tubuhku sudah gemetar... kini kulumannya difokuskan ke putting kiriku sambul digigit kecil-kecil, sementara toket kananku terus diremas kuat. Aku kembali mengerang kuat… tubuhku sudah mengejang merespons emutannya, dan kini dada ku semakin terangkat melengkung tinggi… perutku tergetar menahan nafsu.
“Ahhhh!” Aku langsung keluar… tak kusangka aku menyukai permainan Shaun yang cenderung terburu-buru. Huh... orgasme yang sangat nikmat dan cepat sekali. Eh mungkin juga karena aku sudah kecapean hari ini dan tidak ada tenaga lagi untuk melawan.
Shaun membiarkan aku menikmati orgasmeku. Ia memandangku tersenyum, ia membelai rambutku sementara memandangku terpesona. Aku benar-benar terbuai. Aku merasa nyaman… apalagi mengingat aku mencintainya… he is the one! Aku kini membulatkan tekadku...
“Mau lanjut?” Shaun berharap. Aku jadi tersenyum.
“Eh… ntar dulu, kita tiduran dulu sini yah… aku capek sekali!” Kataku mencari alasan.
“Don’t worry my dear, I’m here to make you happy! Kalo kamu capek, gak apa-apa nanti aku pijat yah?” Ih… pake gombal segala, jelek banget gombalnya… eh tapi aku bahagia, lho.
"Eh Shaun gak usah pijat... malam ini kita ngibrol aja yah, aku lagi cape banget"
Aku tiba-tiba menyadari sesuatu. Astaga... untung belum sempat... hehehe.
-----
“tok tok tok!”
“Brenda?” aku kaget ketika membuka pintu ada gadis itu hanya memakai kimono.
Brenda tidak bicara, ia menarikku ke kamarnya… wah, bisa-bisa beruntung lagi malam ini. Padahal ku kira cewek ini sudah kecapean naik sepeda. Dasar Nerd-ho.
Begitu masuk kamarnya, Brenda mengunci pintu dan memelukku. Tubuh yang seksi itu tercium harum banget, pasti ia baru selesai mandi…
Cewek itu langsung menuju ke tempat tidur dan duduk dipinggiran. Matanya memandangku tajam, pasti ada maunya…
“Edo, kamu udah janji kan buat apa yang aku suka?”
“Anything for you, babe!”
Dengan seksi, Brenda membuka kimononya… wah, udah telanjang rupanya.
“You know what I want, right?” Brenda tanya terus…
“Yes babe, your wish is my command.” Kata ku lagi.
Brenda segera menciumku dengan lembutnya… Eh, matanya berbinar-binar jenaka. Pasti ada sesuatu…
“Would you promise to make me happy now?”
“Tentu saja, sayang!”
Brenda menjangkau sebuah botol kecil, dan memberikannya kepadaku. Kok isinya minyak urut... Ia tertawa sambil tidur terkelungkup.
“Sayang, urut dong! Badan ku cape banget! Eh… jangan macam-macam, Edo sudah janji, hehehehe….” Brenda menjebakku.
Ih…ini rupanya maunya. Dasar, bikin stress aja anak ini. Tadi kontolku sudah tegang, sekarang harus down lagi. Kok bisa yah aku ditipu mentah-mentah.
-----
Aku kini terus mengakui, gadis ini sangat berharga. Tatapannya, gaya centilnya dan tubuh seksinya selalu terbayang-bayang dalam mimpi. Sekarang setelah bercerita lama tentang dirinya, baru kusadari betapa besar arti keperawanan bagi gadis Indonesia… pantesan Naya dan Titien tetap menjaga kegadisan mereka.
Eh, kalo gitu mengapa Della dan Landa gak yah! Ah itukan urusan mereka.
Aku kini membayangkan pasti enak banget memerawani Naya… akan kubuat dia orgasme seharian, hehehe. I'll make you happy my dear...
“Nay, jadi kamu rencana kasih perawanmu ke suami mu?” Aku menatapnya dalam-dalam, ingin jawaban jujur.
Naya menggeleng kepala.
“Aku kasih perawanku ke orang yang aku cinta dan yang aku rasa pantas menerimanya!” Jawaban yang cerdas… eh, masih terbuka peluang bagiku.
“Naya gak yakin cintaku?”
“Gombal… mulutnya bilang cinta, kontolnya cari Landa dan Della!” Naya masih cemburu kayaknya.
“Mereka itu tak berarti bagiku, hanya Naya yang special …” Kata ku bersungguh-sungguh.
“Bener?”
“Sungguh!”
“Shaun harus buktikan ke Naya, janji selama lima hari ini Shaun harus tunjukkan cinta dan buat Naya bahagia, eh gak boleh ML dengan cewek lain, nanti aku kasih, gimana? Deal?” Gak berat sih…
“Berat sih, oke deal, tapi harus ada catchnya?” Aku gak mau terburu-buru setuju.
“Apaan tuh?” Naya penasaran, sekarang kesempatan bagiku mengajukan tuntutan.
“Selama lima hari itu Naya harus jadi pacarku… eh, supaya kalo aku lagi terangsang aku datang ke kamar mu!” Kataku membalas…
“Eh, selama itu gak boleh sentuh-sentuh vaginaku yah…! Jadi pacarannya gak pake mesum" Yah apes deh...
“Ok deal! Aku tidak macam-macam kecuali Naya yang minta, hehehe” aku tahu cewek ini mudah dirangsang.
“Promise to make me happy, Dickhead!”
“Of course, honey! Eh, aku penasaran… kenapa harus lima hari, kan lama sekali.”
“Jawabannya nanti aja, yah!”
-----
“Ahhhh… ahhhh”
Aku terkejut ketika bangun penisku kayak dicengkram… ketika aku membuka mata, ternyata Naya sementara mengoral kontolku…
“Eh… sayang, tumben pagi-pagi sudah mesum!”
“Hehehe… siapa suruh kamu yang sudah tegang pagi-pagi!”
Aku merasa keenakan dengan permainan oral Naya, gadis itu benar-benar hebat. Mulutnya mampu menelan batangku dalam-dalam, sehingga aku harus megap-megap keenakan…
“Sayang, aku mau keluar…”
Naya tidak perduli… ia terus mengulum kontolku sehingga aku menjerit keenakan. Terasa bendungan spermaku tak mampu lagi ku tahan…
“Ahhhhhhh aku sampe…”
Kembali lima kali tembakan telak menghantam wajah dan mulut gadis imut itu. Naya membiarkan saja pejuhku mengenangi wajahnya… wah apa ini mimpi, aku memukul jidatku!
“Ah!!!” ternyata aku terlalu kuat memukul jadinya sakit.
“Kenapa Shaun? Kok pake pukul jidat sendiri.” Naya bertanya.
“Aku bingung apa ini nyata atau mimpi! Jarang-jarang loh bangun pagi sudah disambut permainan bidadari…”
Naya hanya tertawa dan mencubitku. “Gombal!”
“Tapi kamu suka kan?” Ia memelukku erat, eh… dadanya masih telanjang menyentuh tubuhku yang juga telanjang. Oh enaknya…
-----
“Selamat pagi cantik!”
Semalaman aku tidur di ranjang Brenda, telanjang lagi. Tapi ia keenakan, diurut sampe tertidur. Untung sesudah itu ia biarkan aja aku pake memeknya…
Tadi malam aku sempat orgasme sih, tapi capek. Brenda gak mau bangun, jadi aku yang harus bergerak. Dianya hanya diam doang, tidur dan pasrah. Rasanya ada yang kurang… walaupun memeknya tetap legit seperti sebelumnya.
Brenda membuka mata… ia langsung cemberut memandangku…
“Huh… sebel, orang sudah cape banget, lagi tidur eh sempat dientot lagi.” Brenda memonyongkan mulutnya.
“Eh… pake alasan lagi, tadi malam kan kamu sempat orgasme, alasan doang!” jawab ku telak.
“Hehehehe… kan sudah kubilang aku capek banget” Brenda hanya tertawa. Aku yang kerja, ia tinggal terima yang enak-enak. Tapi mungkin kebodohanku sih… siapa suruh ketipu mentah tadi malam.
Brenda segera masuk ke kamar mandi dan aku memakai pakaianku lagi dan keluar… lapar.
-----
“Hi cantik, kenalan dong!” Wah, gadis itu cantik juga… eh malah lebih cantik dari Della. Orangnya imut seperti Naya, mungkin masih SMA. kelas dua belas
“Pagi juga, cowok ganteng. Namaku Chika, kamu siapa?” Edo sampe kaget, tumben ada sambutan positif ini. Biasanya gadis cantik begini jaim banget.
Selidik punya selidik ternyata Chika salah satu penghuni kos ini bersama dengan kakaknya yang benama Vicka. Harusnya aku sudah lihat waktu mandi-mandi di kolam. Kenapa aku gak perhatikan yah?
Mereka sudah cukup lama di tempat ini, tapi baru balik minggu barusan karena Vicka sempat liburan 3 minggu, jadi Chika juga ikutan.
Wah, coba kalo aku tahu ada bidadari di tempat ini, sudah lama aku datang ngapel ke sini. Naya sih gak bilang-bilang.
Chika orangnya cepat akrab, gak pake lama ia langsung bersikap mesra… dan membiarkan saja ku peluk, eh dianya malah balas memeluk. Anaknya polos, dan cuek aja biar dilihat orang…
Tak pake lama aku mulai merayunya dengan kata-kata cinta. Jawabannya lebih dari yang kuduga, mau aja ia jadi 'teman dekatku'.
Waktu makan Chika mulai menunjukkan sifat mesranya. Ia minta dipangku, terus disuapin… wah… ini bukan lagi kuda cari rumput, ini rumput cari kuda.
Brian sama Shaun yang melihat kemesraan kami langsung kaget… Naya aja yang tertawa, tapi aku yakin ia pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa dekat dengan Chika.
Gak lama kemudian Titien dan Brenda datang, ikutan makan. Mereka cuek aja melihat kemesraanku dengan Chika. Naya justru bisik-bisik dengan mereka… kayaknya lagi menjelaskan sesuatu, dan disambut mereka dengan tertawa cekikikan.
Sayang kami segera berangkat, dan aku harus siap-siap. Agenda hari ini menurut jadwal Titien sebenarnya bebas sih. Kita mandi-mandi di kolam renang… eh water park GPI. Waterpark yang terbesar di kota Manado. Lumayan, sekalian mengobati pegal-pegal akibat bersepeda. Setelah itu baru kita makan di kawasan megamas lagi…
Chika dan kakaknya janji akan ketemu di megamas.
“Bye Chika… kita ketemu yah sebentar malah yah!”
“Bye juga Edo, nanti kita main di sana yah?”
“Iya…”
-----
Wow… tak terasa sudah sore. Seharian kami mandi di water park. Hanya kami berempat yang mandi, Edo dan Naya gak mau… gak tauh alasannya.
Kalo Edo pasti mau ngecengin cewek-cewek yang hanya pake baju renang. Tuh, lagi asik sendiri mojok dengan kacamata hitam… orangnya pura-pura gak melirik ke cewek-cewek tapi tonjolan celananya gak bisa disembunyikan. Hehehe…
Walaupun banyak cewek Manado yang mendekatiku waktu mandi, tapi perhatianku hanya ke gadisku, Titien. Gadis itu tampak mengerti dan membiarkan aja aku berpose mesra dengan cewek-cewek lokal. Baju renang mereka seksi-seksi lho, tapi bodi dan kecantikan mereka gak bisa menyaingi gadisku… apa lagi otaknya! Hehehe
Shaun juga banyak dikelilingi oleh cewek. Pasti ia sudah mengambil kesempatan meraba-raba dan menyenggol-nyenggol. Kan Naya gak ikutan mandi… apalagi Brenda sempat pamer-pamer mesra dengan Shaun, bikin mupeng cewek-cewek. Celana Shaun sempat dipelorotkan membuat kontolnya kelihatan jelas… sukses membuat cewek-cewek itu berteriak … lucu juga teriakannya, ada yang ngomong… ‘ih.. ngeri!’ hehehe.
Eh, gadisku juga jadi primadona lho. Gak sedikit cowok-cowok yang mencari celah mengintip keseksian tubuhnya. Padahal baju renangnya standar, one-piece lagi. Cukup sopan untuk kalangan orang Indo. Tapi kecantikan dan kemulusan tubuhnya gak ada duanya lho… dan aku yang sangat beruntung telah menelanjanginya. Hehehe…
Brenda juga jadi idola, tapi anak itu memang sengaja pamer... mana tahan cowok-cowok melihat tubuh seksi gadis yang sangat cantik itu. Apalagi bikininya sangat kecil, gak mampu menutupi payudara yang besar dan montok itu.
Eh, kami juga sempat menikmati flying fox yang ujung-ujungnya lompat ke kolam. Kali ini Brenda yang buat pertunjukan, waktu lompat branya terlepas… membuat mata cowok-cowok jadi melotot. Dianya cuek aja dipandang mereka… pura-pura tidak menyadari. Padahal aku yakin ia lagi demen memamerkan onderdilnya yang seksi…
Sayangnya waktu siang hari matahari bersinar terik. Panas menyengat. Kami segera naik dan makan di restoran di pinggir kolam.
Lumayan juga hari ini, kami bisa mengumpulkan tenaga kembali setelah cape seharian. Rencananya habis istirahat di kos, sorenya kami akan kembali menikmati sunset di megamas... pasti indah.
-----
Gak terasa sudah sore, kami masih duduk-duduk nongkrong lagi di depan KFC.
Aku memainkan biolaku sementara kita menikmati matahari terbenam. Itu permintaan Titien, and I have promise to make her happy! Ca ile....
Ku latunkan lagu-lagu bergenre klasik yang pernah kuciptakan… termasuk yang sementara ku gubah tiap pagi. Semua diam menikmati, Titien sampe menahan nafas… matanya terpaku menatapku sambil tersenyum. Pasti ia terpesona… hehehe GR juga sih.
Aku tidak sadar Shaun sudah menaruh case biola di pinggir kami, dalam keadaan terbuka. Tak lama kemudian beberapa orang yang berada disekitar kami langsung menaruh uang ke case itu…
Astaga, dikira aku lagi ngamen. Titien hanya tertawa dan membiarkan… sementara Shaun mengambil gambar. Pasti ia akan meledekku jadi pemusik jalanan waktu pulang ke LA.
Astaga, penontonnya tambah banyak, malah mereka sudah membuat lingkaran besar. Aku mau berhenti saja tapi Titien menggeleng.
“Eh, Romeo, udah dibayar tuh, ayo main lagi!” Titien kembali bercanda. Ih gemes… bikin malu aja, biasanya yang mendengar musikku harus bayar tiket mahal... sekarang aku jadi pengamen jalanan... ini turun derajat jauh namanya.
Kembali aku memainkan beberapa tembang favorit yang disambut dengan tepuk tangan meriah. Untunglah Titien segera berdiri dan membubarkan penonton ketika dirasanya sudah cukup mengerjaiku.
Tidak kami sadari sudah kembali membuat kesalahan fatal.
Gadis itu segera menggandengku dan membawa ku menyendiri kembali diatas batu. Kali ini tanpa kata-kata, Titien memelukku erat dan menyandarkan kepada di dadaku. Aku balas merangkulnya.
——-
POV Naya
Ih aku kangen sekali sama kak Vicka dan si imut Chika, gadis yang terkebelakang mental itu. Kebetulan mereka juga mau ikut kami bercengkrama di boulevard megamas.
Chika kelihatan mesra dengan Edo, kakaknya hanya tertawa saja. Kelihatan cewek itu lagi tarik-tarik tangan Edo ke lapangan, dan paksa cowok itu berguling-guling di rumput. Edo kelihatannya mau aja … hehehe bego banget sih...
Kami yang melihatnya hanya tertawa-tawa.
Mereka berpelukan sambil berguling-guling, tidak perduli dengan orang banyak. Gadis itu memeluk dan mencium Edo di keramaian… terus manja kaya anak kecil.
Edo sampe bingung… dan pasti ia tambah bingung lagi dengan kelakuan Chika.
Tiba-tiba ia membuka CD dan mengangkat roknya tinggi. Edo sampe kaget, pasti ia sudah lihat bagian tubuh gadis itu. Eh CDnya disuruh pegang sama Edo… Chika kencing di rumput.
Astaga, Edo kebingungan jadinya. Aku yang melihatnya dari jauh langsung tertawa-tawa. Untung kak Vicka gak lihat…
Eh, sekarang ia membuka bajunya… katanya gatal. Edo harus membujuk Chika memakai kembali bajunya, pasti ia sudah sempat melihat tubuh utuh gadis itu… aku masih melihat mereka masuk ke dalam mobil. Astaga, pasti Edo mengambil untung dengan keadaan gadis yang terkebelakang mental itu. Bego skali si Edo kalo ngak tahu Chika masih bertingkah seperti anak TK.
“Kak Vicka, itu Edo bawa Chika ke mobil, jangan-jangan…!” Aku memperingatkan kakaknya.
“Sudah, tenang aja Nay! Chika itu sudah dilatih, biar kelihatannya ia mau, tapi kalo disentuh kemaluannya pasti ia teriak!”
“Ohhh” Aku yakin pasti Edo kena batunya.
Dan benar aja, gak sampai 15 menit Chika teriak keras-keras, dan aku sama Kak Vicka langsung ke mobil. Di jalan kami bersuah dengan Brenda yang juga mencari Edo.
Edo dan Chika sama-sama sudah telanjang bulat, wajah Chika malah sudah penuh dengan pejuhnya Edo.
“Kenapa sayang?” Tanya Vicka padahal ia sudah tauh apa yang terjadi.
“Tadi Edo janji kasih aku permen untuk isap, dan aku hisap itunya!” Chika menunjuk ke kontol Edo…
Astaga, Edo benar-benar beruntung. Hehehe, sekarang ia pasti malu dan terus diam… ketahuan mesumnya.
“Terus kenapa kamu telanjang!”
“Bajuku gatal sekali, aku main di rumput tadi, Eh Kak Edo juga buka baju.” Vicka hanya tertawa… "Aku mau buka baju di rumput, kata kak Edo buka di mobil aja"
“Terus kenapa teriak?”
“Kak Edo menyentuh ‘kue apem’ ku, jadi aku teriak!” Chika memang polos.
“Apa ia hanya menyentuh ‘kue apem’?” Chika menggeleng.
“Kak Edo remas-remas toket ku dari tadi. Sempat di hisap-hisap lagi, eh geli loh kak, aku sampe kegelian tadi. Kakak coba deh suruh Kak Edo remas dan hisap toket. Enak loh!”
“Astaga Edo, hahahahah!” Edo sudah malu sekali apalagi ada Brenda.
"Kak Vicka, kok Edo ada kontolnya, aku gak ada...? Anunya besar lho kak, tadi sempat nganceng" Pasti kakaknya bingung jawab apa...
"Eh iya kakak juga gak punya kan? Aku pernah lihat lho punya kakak, lebat... banyak rambutnya" kami sampai tertawa melihat Kak Vicka yang malu.
Setelah mengganti baju Chika, kami segera menuju pantai dan siap makan malam. Brenda pinjam kunci mobil, entah apa lagi yang direncanakannya.
Aku sempat melihat Kak Vicka mendekati Edo sambil berbisik, "Edo, kontolmu besar juga, yah?"
Astaga... bahaya ini... hehehehe
-----
POV Brian
Kejadian sebelumnya...
“Sayang, aku ke WC dulu yah!” Kata Titien.
Eh pasti cewek itu bisa setengah jam di WC. Terus, aku ngapain sini sendiri. Aku melihat Shaun lagi ngomong sama Brenda, yang lagi memanas-manasi cowok itu… Brenda kemudian menceritakan kalo ia menantang cowok itu kalo jago bisa ajak main cewek yang pake baju pink.
Brenda main mata… aku langsung ingat pasti ini bencong yang ketemu dengan Brenda waktu lalu.
“Dickhead… kalo gitu kita taruhan aja! Kalo kamu bisa ngentot memeknya aku suruh Titien oral kamu… tapi kalo kamu gak bisa, Naya harus oral aku, gimana?
Aku tahu kelemahan Shaun, pasti ia gak nolak.
“Oke, aku siap kok. Minta kunci mobil ke Edo, nanti aku tunjukkan keahlianku menggaet wanita.” Shaun gak sadar lagi dijebak.
“Eh… aku saksi lho!” Kata Brenda.
“Eh, ingat baik-baik. Harus ngentot di memeknya, gak pake main belakang” aku berkedip kepada Brenda yang harus menahan tawa.
Dengan gaya yang meyakinkan Shaun mengajak ‘gadis’ itu kenalan, dan tidak sampai 10 menit sudah bercengkrama mesra. Saya yakin dalam 15 menit kedepan Shaun sudah merangkulnya dan membawanya ke mobil.
Titien sampe heran melihat Shaun bermesraan dengan si bencong. Ketika melihat aku main mata, ia jadi ketawa… Sayang ada apa?
“Romeo lagi buat taruhan sama Dickhead… harap aja cowokmu menang, kalo tidak kamu harus oral Shaun!”
“Apa?!” Titien marah-marah.
Aku langsung menjelaskan kepadanya cerita sebenarnya, dan gadis ini langsung tertawa-tawa. Ia membiarkan aja Shaun dikerjain.
“Eh tunggu biar kuambil dulu kunci mobil.” Brenda melarikan diri.
Hu… cewek itu sengaja membuat aku berselisih dengan Titien lalu menghindar. Untung saja Titien mengerti dan justru hanya tertawa-tawa.
“Wah, Romeo. Kamu harus minta maaf ke Naya tuh, kontolnya dipake bencong! Hehehe.”
Tenang sayang, justru Naya akan menjadi hadiahku… ujarku dalam hati. Untung saja Titien gak tauh.
-----
Shaun sudah membawa ‘gadis’ itu ke mobil, sementara kami menanti di luar. Hari mulai gelap, pasti Shaun gak bisa lihat jelas…
“Ahhhh” Shaun berteriak keras, otomatis ia menyalakan lampu dalam mobil.
“Shit… fucking shit with you man!”
‘Gadis’ itu tergesa-gesa lari keluar mobil, Shaun marah besar. Ia juga keluar dari mobil sambil memaki-maki…
“Hahahahahah … kami bertiga tertawa terbahak-bahak. Ini lucu sekali.
Akhirnya kami semua berkumpul di restoran, Brenda langsung cerita pengalaman Shaun. Cowok itu tunduk malu dan baru sadar sudah dikerjain...
"Wah, hebat banget Shaun main sama wanita special lho!" Kata Titien.
"Wanita special? Maksudnya?" Kami kebingungan...
"Gini... kalo kamu beli nasi goreng biasa gak pake telor, kan? Tapi nasi goreng special pake telor. Jadi bedanya di telor... wanita special juga ada telornya, hahahaha...!"
Titien..Titien, sempat-sempat ia kepikir gituan.
——
Bersambung