FelixDF
Semprot Baru
Perhatian!
Cerita ini merupakan cerita teka-teki atau riddle yang mungkin akan membingungkan suhu-suhu sekalian dengan jalan ceritanya yang terkesan menggantung atau tidak tuntas. Namun, jika suhu-suhu sekalian cermat, maka akan dapat menemukan jawaban atau maksud dari inti cerita tersebut. Bisakah suhu menemukannya?
Genre: Cerita Teka-Teki
Difficulty: Easy
Teriknya sinar matahari ditambah dengan berjalan kaki dari sekolah ke rumah sejauh dua mil seolah membuat tubuhku hampir kehilangan semua cairannya.
Sebenarnya bukan karena keluargaku kurang mampu, tapi karena aku ingin hidup dengan cara yang berbeda. Orang-orang bilang, anak remaja zaman sekarang banyak yang rusak karena pengaruh acara TV yang kurang mendidik. Dan aku tidak ingin menjadi salah satu di antara remaja yang seperti itu.
Dengan sebotol air mineral dingin di tangan, kuhempaskan tubuh remajaku ke atas sofa empuk berwarna ungu yang berada di ruang keluargaku.
Air dingin yang segar mulai mengaliri tenggorokanku dan turun ke lambung saat aku menyalakan TV LCD 48 inch di depanku. Dan seketika itu juga, terpampang ke hadapanku, seorang reporter yang memberitakan tentang penemuan mayat seorang gadis kecil yang terkubur di halaman belakang sebuah rumah.
Alangkah kagetnya saat aku menyadari bahwa rumah yang dimaksudkan oleh reporter itu adalah rumah lamaku dulu. Dengan segera, aku pun menelepon mamaku.
Ha-halo, Ma, sapaku, tergagap. Mama udah liat berita di TV, belum? Kurasakan tanganku mulai gemetar saat menanyakan hal itu.
Berita apa? tanya mamaku balik. Kamu jangan aneh-aneh Mama kan lagi ada di kantor
Itu di rumah kita yang lama, ucapku, gelagapan. Aduh, suer deh aku gak bo'ong. Tadi aku liat rumah kita yang lama ada di TV.
Rumah kita yang lama ada di TV? tanya mamaku, heran. Memangnya kenapa sama rumah itu, Sayang?
Ya ampun, Ma. Kini aku yang terheran-heran, mamaku belum tahu tentang berita ini. Mama masih inget sama pohon yang ada di halaman belakang rumah itu, gak?
Iya, masih inget
Orang-orang nemuin mayat anak kecil dikubur di deket pohon itu dan sekarang polisi lagi nge-introgasi pemilik rumah itu, jelasku, menceritakan apa yang aku lihat di TV tadi.
Astaga! Kamu yakin itu beneran rumah kita yang dulu? tanya mamaku, tak percaya.
Beneran. Malah yang nemuin pertama kali itu Om Haryanto, tetangga sebelah kita dulu, jawabku, yakin. Lagian, alamatnya juga sama persis.
Kasihan banget gadis itu, ucapnya, prihatin. Siapa ya yang bisa setega itu sama anak kecil?
Nggak tau tadi katanya polisi masih belum bisa mastiin siapa pelakunya. Tapi aku yakin, cepat ato lambat pasti bakal terungkap.
Iya, semoga aja. Mama menghela napas. Ehh ngomong-ngomong, kamu udah makan, belum, Sayang? Jangan lupa makan ya . Kalo ada PR langsung dikerjain jangan suka menunda-nunda pekerjaan.
Iya, Ma. Ini juga lagi mau makan trus mau ngerjain PR.
Bagus, ucap mamaku, senang. Itu baru anak Mama. Oiya, satu lagi, pintunya jangan lupa dikunci. Kalo ada orang yang gak dikenal, jangan dibukain.
Iya, Ma.
Ya udah, Mama mau lanjut kerja dulu. Bye.
Iya. Bye, balasku sebelum panggilan telepon terputus.
Hahh aku benar-benar berharap polisi bisa mengungkap siapa pelakunya. Siapa pun itu dia pantas dihukum seadil-adilnya.
Cerita ini merupakan cerita teka-teki atau riddle yang mungkin akan membingungkan suhu-suhu sekalian dengan jalan ceritanya yang terkesan menggantung atau tidak tuntas. Namun, jika suhu-suhu sekalian cermat, maka akan dapat menemukan jawaban atau maksud dari inti cerita tersebut. Bisakah suhu menemukannya?
~oOo~
Misteri Penemuan Mayat
Misteri Penemuan Mayat
Genre: Cerita Teka-Teki
Difficulty: Easy
Teriknya sinar matahari ditambah dengan berjalan kaki dari sekolah ke rumah sejauh dua mil seolah membuat tubuhku hampir kehilangan semua cairannya.
Sebenarnya bukan karena keluargaku kurang mampu, tapi karena aku ingin hidup dengan cara yang berbeda. Orang-orang bilang, anak remaja zaman sekarang banyak yang rusak karena pengaruh acara TV yang kurang mendidik. Dan aku tidak ingin menjadi salah satu di antara remaja yang seperti itu.
Dengan sebotol air mineral dingin di tangan, kuhempaskan tubuh remajaku ke atas sofa empuk berwarna ungu yang berada di ruang keluargaku.
Air dingin yang segar mulai mengaliri tenggorokanku dan turun ke lambung saat aku menyalakan TV LCD 48 inch di depanku. Dan seketika itu juga, terpampang ke hadapanku, seorang reporter yang memberitakan tentang penemuan mayat seorang gadis kecil yang terkubur di halaman belakang sebuah rumah.
Alangkah kagetnya saat aku menyadari bahwa rumah yang dimaksudkan oleh reporter itu adalah rumah lamaku dulu. Dengan segera, aku pun menelepon mamaku.
Ha-halo, Ma, sapaku, tergagap. Mama udah liat berita di TV, belum? Kurasakan tanganku mulai gemetar saat menanyakan hal itu.
Berita apa? tanya mamaku balik. Kamu jangan aneh-aneh Mama kan lagi ada di kantor
Itu di rumah kita yang lama, ucapku, gelagapan. Aduh, suer deh aku gak bo'ong. Tadi aku liat rumah kita yang lama ada di TV.
Rumah kita yang lama ada di TV? tanya mamaku, heran. Memangnya kenapa sama rumah itu, Sayang?
Ya ampun, Ma. Kini aku yang terheran-heran, mamaku belum tahu tentang berita ini. Mama masih inget sama pohon yang ada di halaman belakang rumah itu, gak?
Iya, masih inget
Orang-orang nemuin mayat anak kecil dikubur di deket pohon itu dan sekarang polisi lagi nge-introgasi pemilik rumah itu, jelasku, menceritakan apa yang aku lihat di TV tadi.
Astaga! Kamu yakin itu beneran rumah kita yang dulu? tanya mamaku, tak percaya.
Beneran. Malah yang nemuin pertama kali itu Om Haryanto, tetangga sebelah kita dulu, jawabku, yakin. Lagian, alamatnya juga sama persis.
Kasihan banget gadis itu, ucapnya, prihatin. Siapa ya yang bisa setega itu sama anak kecil?
Nggak tau tadi katanya polisi masih belum bisa mastiin siapa pelakunya. Tapi aku yakin, cepat ato lambat pasti bakal terungkap.
Iya, semoga aja. Mama menghela napas. Ehh ngomong-ngomong, kamu udah makan, belum, Sayang? Jangan lupa makan ya . Kalo ada PR langsung dikerjain jangan suka menunda-nunda pekerjaan.
Iya, Ma. Ini juga lagi mau makan trus mau ngerjain PR.
Bagus, ucap mamaku, senang. Itu baru anak Mama. Oiya, satu lagi, pintunya jangan lupa dikunci. Kalo ada orang yang gak dikenal, jangan dibukain.
Iya, Ma.
Ya udah, Mama mau lanjut kerja dulu. Bye.
Iya. Bye, balasku sebelum panggilan telepon terputus.
Hahh aku benar-benar berharap polisi bisa mengungkap siapa pelakunya. Siapa pun itu dia pantas dihukum seadil-adilnya.