Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Pagi menjelang, seperti biasa aku selalu sempatkan makan pagi bersama keluargaku. Dan seperti biasa pula sebelum berangkat jika ada Ibu, selalu dapat lumatan lama di garasi. Di hari kelima PKL, perusahaan melakukan produksi secara besar-besaran dikarenakan permintaan yang membludak. Namanya juga perusahaan yang lumayan bonafit ditambah lagi sayuran beku yang diekspor ke jepang mengalami peningkatan permintaanya. Sampel datang berjubel seperti antrian tiket panjang di kala mudik. Semua pengendali kualitas di laboratorium sibuk dengan sampel masing-masing. Sampel yang datang bertubi-tubi membuat kami harus pulang lebih larut lagi. Ketika semua sampel telah selesai di analisa, kami bisa beritirahat sejenak.

Kleeek... mbak echa masuk ke dalam ruangan

“Oia, besok produksi masih dalam volume yang besar, jadi besok kalian pulangnya nelat ya”

“Ya kira-kira jam 3 sore, ndak papa ya? Ada tambahannya kok” ucap mbak echa, memang jika hari sabtu kita hanya berkerja setengah hari

“Aku jam 2 saja ya mbak, ada acara jam 4. Boleh ya mbak? Mau ke rumah saudara, ada acara nikahan” ucap mbak ela

“Oke, kamu arya, yanto, encus? Bisa ya” ucap mbak echa

“Iya, mbak aku bisa, nyante saja” ucapku

“tapi pasti jam 3 kan mbak?” ucap yanto

“iya mbak, pasti jam 3 kan?” ucap encus

“Iya jam 3, kalau ada tambahan lembur lagi aku belum tahu, tapi untuk pastinya besok jam 3 sore”

“Oke, gitu saja ya, sekarang kalian boleh pulang” ucap mbak echa

Kami kemudian membereskan laboratorium dan membersihkannya. Setelah semua beres mbak ela terlebih dahulu meninggalkan laboratorium. Yanto dan encus kemudian menyusul mbak ela, aku masih berada di lab karena ada BBM masuk. Bu Dian.

From : Bu Dian
Ar...
To : Bu Dian
Iya bu Dian :)
From : Bu Dian
Pake senyum segala? Lagi seneng ya?
To : Bu Dian
Biar saya ndak di cap pembohong bu

From : Bu Dian
Maksud kamu?
To : Bu Dian
Ibu Dian bagaimana to?
Masa lupa sama sms saya? Kan banyak yang menunggu senyum Ibu
Makanya saya ikut senang bu :)
From : Bu Dian
Telat!
To : Bu Dian
Ya sudah bu, saya ndak jadi senyum :(
From : Bu Dian
Ha ha ha ha kamu itu bisa juga bikin ketawa
Sudah selesai PKL-nya?
To : Bu Dian
Namanya juga orang koplak bu, ya bisa bikin orang ketawa
Hati-hati lho bu nanti ketularan saya
Ini masih di lab bu, baru mau pulang tadi disuruh lembur
From : Bu Dian
Dapat uang tambahan dong?
Ndak papa, malah seneng bisa ikutan koplak :)
To : Bu Dian
Kasihan mahasiswa ibu nanti bu he he he
Ndak juga bu, kan saya magang bukan kerja
From : Bu Dian
Ya kali saja dapat tambahan, kan bisa gantian traktir aku
To : Bu Dian
Ndak berani bu, kalau pun dapat
From : Bu Dian
Owh.. kenapa?
To : Bu Dian
Sudah bu jangan dibahas lagi, bahas PKL saja :)
From : Bu Dian
Kok gitu?
To : Bu Dian
Ndak enak sama tunangan Ibu :)
From : Bu Dian
Ndak papa kok, atau ndak enak sama mbak diah?
To : Bu Dian
Iya itu salah satunya bu
Bu, saya ijin pulang dulu disini sepi takut sama disamperin setan he he he
From : Bu Dian
Preman kok takut sama setan :p
To : Bu Dian
Yah namanya juga PREMAN,
Pasti laREi kalau Melihat setAN he he he
From : Bu Dian
Ha ha ha Okay, hati-hati ar
To : Bu Dian
Iya bu Dian :)
Aku kemudian bangkit dan berbalik ke arah pintu

“WAAAAAAAAAAAAA.... “ teriakku kaget melihat sesosok manusia di pintu laboratorium

“Apaan kamu itu ar teriak-teriak bikin takut saja?!” ucap mbak echa

“Mbak echa juga aneh, kenapa juga berdiri di pintu bikin kaget saja, sudah lab sepi kaya gini” ucapku

“aku baru mau pulang, lihat kamu masih di lab ya aku samperin, belum juga menyapa kamu sudah teriak” ucap mbak echa

“Namanya juga orang kaget and takut mbak” ucapku

“Dah yuk mbak, cabut dah merinding mbak he he he” lanjutku

“Ah kamu jangan nakut-nakutin” ucap mbak echa

Aku dan mbak echa kemudian berjalan beriringan menuju tempat parkir. Langkah mbak echa nampak bertambah sangat cepat. Aku tertinggal dibelakangnya.

“Mbak kenapa cepat-cepat, takut ya?” ucapku

“Kamu tadi juga, ngapain nakut-nakutin?” ucap mbak echa.

Mbak echa kemudian menungguku dan berjalan di sampingku. Tatapannya tampak lelah dengan kegiatan hari ini. wanita berkerudung merah muda meutup bahunya, baju merah muda berkancing yang ketat dengan celana jeans pensil hitam berhiaskan sepatu berwarna putih. Wanita ini sebenarnya tampak ayu namun ada sesuatu yang disembunyikan dari dalam dirinya.

“Mbak, tidak usah dipikirkan nyante saja kali” ucapku memecah kesunyian ketika kami berjalan bersama

“Apaan sich kamu itu” ucap mbak echa

“lha itu, wajah mbak echa tampak murung, lagi banyak pikiran ya mbak?” ucapku

“Iya...” ucap mbak echa

“Namanya juga pekerjaan mbak, banyak masalah yang pastinya terjadi, apalagi perusahaan yang baru berkembang seperti ini, pasti banyak sekali hal-hal yang harus disesuaikan dengan permintaan konsumen, ya... agar produk kita laku dipasaran dan diakui oleh badan pengawas dari pemerintahan mbak” ucapku panjang lebar

“Sok tahu kamu itu Ar” ucap mbak echa

“Eh... salah berarti perkiraanku mbak he he he” ucapku

“bukan, masalah pekerjaan Ar, tapi yang dirumah” ucap mbak echa

“waduuuu... kalau yang dirumah, berarti masalah listrik, air, cicilan rumah, cicilan mobil, cicilan motor gitu ya mbak” ucapku

“Ha ha ha ha emang masalah rumah itu saja?” ucap mbak echa

“Ya kan saya masih nubie mbak alias masih awam hal-hal rumah yang aku tahu di tipi-tipi ya seputar itu-itu saja mbak” ucapku

“bukan masaah itu, tapi suamiku” ucap mbak echa, deg... aku langsung terdiam sejenak dan tak berani melanjutkan kembali. Terlihat tempat parkir karyawan sudah terlihat di depan kami.

“kok diem?” ucap mbak echa

“he he he ndak mudeng aku masalah kaya gitu mbak, daripada sok tahu mending ndak usah tahu mbak he he he” ucapku sambil menuju motorku yang aku parkir di dekat mobil briyo hijau. Dan ternyata mbak echa juga berjalan ke arah yang sama.

“ya mungkin saja kamu bisa memberikan pandangan ar” ucap mbak echa

“ini mobil mbak echa”

“wah kereeeeen!”ucapku mengalihkan perhatian

“Kamu itu diajak ngobrol tapi nyambungnya ke tempat yang lain” ucap mbak echa

“walah mbak, kalau pandangan tentang metode analisa aku bisa mbak, kalau pandangan masalah misterius mbak aku ndak bisa” ucapku sambil duduk di atas revia dan memakai helm

“Owh...”

“Oia Ar, bagaimana kalau kita makan dulu sebelum pulang?” tawar mbak echa kepadaku

“ndak usah mbak, aku dah sms ibuku kalau aku mau pulang. Kasihan kan sudah dimasakan tapi ndak aku makan” ucapku sambil menyalakan mesin motorku

“Iya dech, kapan-kapan saja”

“Hati-hati pulangnya ar” ucap mbak echa sembari membuka pintu mobil

“mbak juga hati-hati ya” ucapku, dibalas anggukan oleh mbak echa

Aku jalankan REVIA terlebih dahulu meninggalkan mbak echa. Kulihat matahari sudah terlelap dalam tidurnya dan sinar terangnya mulai digantikan oleh sinar lampu jalan. Tubuhku sangat lelah dengan kegiatan hari ini, ditambah lagi bayang-bayang esok hari yang makin banyak sampel akan datang. Hari yang pendek dengan jadwal produksi yang padat dapat dipastikan kalau sampel yang datang akan bertambah lebih banyak lagi. Sesampainya dirumah, ketika hendak naik ke kamar. kulihat Ibu masuk ke rumah dari pekarangan rumah, Ibu tersenyum manis kepadaku. Ku ganti arah langkahku, kira-kira satu setengah meter dari pintu belakang rumah aku langsung memeluknya. Aku tahu Ayahku ada di pekarangan rumah sedang bertelepon ria.

“Dia lagi ngobrol di belakang sama teleponnya” ucap Ibu. Seketika itu pula aku memegang kedua pipi Ibu dengan kedua telapak tanganku, kulumat bibirnya dengan lembut

“puasi aku sekarang bu, mumpung dia lagi sibuk” ucapku pelan

“He’em...” ucap Ibu

Kedua tangannku masih memegang kedua pipinya, kucium lembut bibirnya. Dengan ujung jarinya ibu mengelus-elus lembut dedek arya yang masih terbungkus oleh celana. Luamatan antara bibir kami semakin ganas.

“NIMAAAAAAAAASSSSS!” teriak ayah, mengagetkan kami berdua

“Iya kang mas, ada apa?” ucap Ibu yang berbalik dan masih aku peluk dari belakang

“Ambilkan rokokku di atas TV!” ucap Ayah

“Iya kang mas” ucap Ibu yang kemudian melepaskan pelukanku, aku masih berdiri di tempat yang sama. Setelah Ibu menyerahkan rokok, Ibu kembali kepadaku dan memelukku.

“Hmmm... kayaknya ndak bisa sayang” ucap Ibu pelan

“Padahal dah On Fire ini bu” ucapku pelan

“sabar yah sayangku, mandi dulu gih, bersih besih, bau tuh hi hi hi” bisik Ibu pelan

Aku lepaskan pelukanku, sedikit kecupan pada bibir ibu sebelum aku pergi ke kamarku. Akifitas yang seperti biasanya aku, mandi dan diakhiri oleh makan malam bersama Ayah dan Ibuku. setelah semua selesai aku kembali ke kamarku, kucoba merenungi semua petunjuk dan masih tetap saja buntu. Mungkin memang harus pelan-pelan terlebih dahulu agar nantinya aku bisa merangkainya menjadi sebuah bukti kuat. Saatnya untuk tidur agar esok aku bisa lebih fresh lagi. Tapi ada yang kurang hari ini, aku tidak mendapatkan jatah dari Ibu. Aaaahhhh cenggurrr.... zzzzzzzzzzz.

Centung... centung... centung.. suara notifikasi BBM yang membuatku terjaga. Ibu. Kulihar jam dinding menunjukan pukul 12:00 malam.

From : Ibu
PING!
From : Ibu
PING!
From : Ibu
PING!
To : Ibu
Iya bu...
Tak ada jawaban dari Ibu, selang beberapa saat dari BBM terakhir. Kleeeeeek..... ceklek. Deg, seorang wanita masuk ke kamarku melalui pintu yan gsudah tertutup kembali.

“Ibu...” ucapku penuh dengan senyuman

“Kamu tidak mau melewatkan ini kan sayang?” ucap Ibu dengan tangan kanannya memegang baju dan rok yang sudah dilepasnya. Ibu mengenakan tangk top coklat muda tipis dan G-String putih. Ketika aku hendak berdiri Ibu, melempar pakaiannya dan langsung menubrukku. Aku kini rebah dikasur.

“Kamu dibawah saja sayang, ibu lagi pengen diatas kamu terus”

“Ingat sayang, Ibu di atas” ucap Ibu dengan senyuman nakalnya. Ibu langsung mengulum bibirku dengan lembut, tangan kanannya berada di samping kiri kepalaku dan tangan kirinya mengelus-elus selangkanganku.

“Masukan tanganmu dibawah bantal sayang, Ibu tidak mau melihat tangannmu, atau tidak sama sekali malam ini” ucap Ibu

“Asalkan arya bisa memuaskan Ibu” ucapku sembari menelusupkan tanganku di belakang bantal

Ciuman ibu turun ke leherku, membuat aku menggelinjang. Perlahan turun kebawah tubuhku, disingkapkannya kaosku, lidahnya menari-nari diperutku kemudian naik keatas bermain-main dputingku.

“Arghh sayang... enak sayangku, aku cinta Ibu” ucapku

“Katakan itu terus sayangku slurp slurp” uca Ibu sambil memainkan bibirnya di putingku

“aku cinta Ibu... aku cinta Ibu... aku cinta Ibu... aku cinta Ibu... aku cinta Ibu... aku cinta Ibu... aku cinta Ibu... aku cinta Ibu... aku cinta Ibu... aku cinta Ibu...” ucapku berurutan membuat ibu semakin hebat dalam kulumannya. Ibu kemudian duduk di atas perutku. Di sentuhkannya telunjuk jari Ibu dari kening kemudian turun ke hidung, kemulut, leher, dan bermain-main di putingku

“Anak nakal!” ucap Ibu sedikit membentakku, membuat aku terkejut

“Ergh... Maaf bu” ucapku sembari memperlihatkan wajah bersalahku

“Iya kamu itu anak nakal, suka memberi jatah ke yang lain, tapi Ibu jarang kamu sentuh huh!” ucap Ibu ketus

“Tapi salah Ibu sendiri, jarang dirumah hi hi hi” lanjut Ibu yang kemudian mengangkat pantatnya. Kini posisi Ibu berada di selangkanganku. Ditariknya celana kolorku dengan paksa dan toeeengg...

“Ampun vaginawati, bukan aku yan menginginkannya tapi kakak yang memaksaku untuk masuk ke dalam vagina lain hiks hiks hiks” rintih dedek arya (hanya Arya yang bisa dengar)

“Cuup... ini juga nakal sekali” ucap Ibu yang langsung melumat dedek arya. Dimainkan lidahnya diujung dedek arya, tatapan mata Ibu tampak sangat sensual. Setelah puas di ujung batang dedek arya, dikulumnya dedek arya dengan mulut Ibu.

“Arghhh... bu, Arya sukahhh... terusshh bu emmhhh....” ucapku, namun tiba-tiba Ibu mengehentikan kulumannya

“Suka?” ucap Ibu

“Kulum lagi sayangku” ucapku

“Iya kang mas Arya” ucap Ibu

Kuluman diah membuat aku kembali on fire, aku sudah tidak peduli lagi. Dalam hatiku aku tidak ingin melepaskan Ibu tapi dari semua gelagat selama ini, ibu ingin sekali lepas dariku. Aku paham namun bukan sekarang. Kulihat kepalanya maju mundur memuaskan batang dedek arya. Sedikit cairan pelumas keluar dari ujung dedek arya.

“sayang, cairan beningmu enak mmmmm....” ucap Ibu

“Ibu, suka?” ucapku yang masih sedikit kaku

“Suka mmmm slurrppp...” ucap Diah

Ibu kemudian berdiri mengakangi dedek arya yang masih tegak. Di geser penutup vaginanya, secara perlahan dimasukan ke dalam. Kepalanya mendongak ke atas, bibirnya bawahnya di gigitnya

“sayang... tempik Ibu penuuuhhh sekali... erghhh....” ucap Ibu yang kemudian blesss semua batang dedek arya masuk ke dalam vaginanya. Ibu kemudian jatuh telengkup di atas tubuhku

“Bu...” ucapku pelan

“ergh... maafkan Ibu, sayang. Ibu terlalu sering berada diluar rumah sehingga melupakanmu. Ibu ingin kamu yang sekarang adalah kamu yang selalu masuk ke dalam tubuh ibu. Ibu ingin melakukan semua yang kamu inginkan dan Ibu inginkan. Ibu ingin kamulah yang paling sering menyentuh Ibu. Seandainya kamu tahu sayang, sejak pertama kali Ibu melakukannya bersama kamu, ibu meraskan indah bersamamu. Dan Ibu benar-benar merasakan kebahagiaan bersamamu sayang, terlebih lagi dia tidak pernah menyentuh Ibu sejak beberapa tahun yang lalu. Dan mulai sekarang Ibu akan benar-benar menjadi wanitamu dan selalu menunggumu dirumah sayangku” ucap Ibu

“Aku sayang Ibu, cinta Ibu...” ucapku dibalas senyumannya

“Sayang, sekarang sekalipun ada dia, Ibu ingin melakukannya bersamamu hingga waktu untuk kita berpisah datang sayang” ucap Ibu

“Jika Ibu menginginkannya Arya akan selalu....” ucapku terpotong

“Ssssttt... kita sudah berjanji sayang” ucap Ibu mengingatkanku. Ibu kemudian bangkit, kedua tangannya bertumpu pada lutut kakiku yang aku tekuk.

“ergh sayang, nikmatilah tempik ibu yang selalu ibu rawat untukmu erghhh... kontol kamu akan selalu merasakan nikmat di tempik ibu sayangkuwh.... owghhh... Ibu akan buat kamu selalu berada dirumah sayang emmmhhhh.... kontol kamu milik tempik ibu ahhhhhh....” racaunya

“Ibu... owhhh nikmat tempikmu nikmat Ibu, owgh... ayo sayangku lebih keras lagi” racauku. Ibu kemudian mengocoku vaginanya dengan cepat dan keras. Dalam posisi itu aku hanya bisa merasakan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Kulihat setian ayunan pinggulnya membuat dia menggelinjang nikmat

“Argh... kontol kamu arghhh menyentuh ahhhh rahimku sayang owghh... nikmat owghhh... ibu mau keluarr...” ucap Ibu

“Keluarkan, bu aku ingin meraskannya arghhh....” racauku

“Ibu keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar.... aaaaaaaaaaaaaaaryaaaa...” ucap ibu setengaj berteriak. Tubuhnya ambruk lagi di atas tubuhku. Membuat aku sedikit ketakutan jika dia mendengarnya

“sayangku cintaku, esh esh esh esh...” ucap Ibu sambil memelukku

“bu... hash hash has” ucapku tersengal

“hmmm..” jawabnya

“kalau dia bangun bagaimana?” ucapku

“tenang saja, kamu berteriak dia tidak bakalan bangun. Ibu sudah kunci kamar, kalau dia bangun kita pasti tahu. Lagian dia tadi juga minum obat tidur, dia tadi minta ibu membelikan obat tidur, katanya dia susa tidut hi hi hi” ucap Ibu

“hash has has... bu” ucapku

“Sssst... gendong Ibu tanpa melepas kontol kamu sayang, di ruang TV” ucap Ibu

“sayangku nakal ternyata“ balasku dengan senyuman nakal

Dengan posisi dedek arya masih menancap aku gendong Ibu menuju ke ruang TV. di depan TV aku duduk dan Ibu masih dalam posisi duduk di pangkuanku. Dedek arya masih saja tegang siap berperang. Ibu kemudian secara perlahan menaik turunkan tubuhnya, kedua tangannya berpegang pada bahuku.

“Ergh... sayang... kontol kamu lebih terasa masuk sangat dalamhhh erghhh... argh ah ah ah... nyentuh rahim ibu erghhhh” racaunya

“ergh... linu bu.. emmmhh... tapi enak... susu ibu menggantung indah arghhhhh...” balasku

“enakh sayang? Eh eh mau yang lebih enakhh ash ash ash...” ucap Ibu

“mau bu, goyang terus bu... terusshhhhh erghhhhhh” ucapku,

Setelah aku menjawab pertanyaannya Ibu kemudian menggoyang pinggulnya naik turun lebih cepat. Susu ibu naik turun tidak beraturan, tubuhnya melengking. Kedua tangannya bertumpu pada kedua lututku

“Ibu merasa nikmat sekali sayang owgh... kontol kamu eghh... selalu bisa bikin ibu senang... owhh sayangku... erghhhh....” ucap Ibu

“arya juga bu, enak sekali, tempik ibu enak seklai arghhh.. nikma bu....” racauku

Ibu kemudian menghentikan goyangan pinggulnya. Tubuhnya ambruk ke tubuhku, nafasnya mengalir ke dadaku. Kupeluk tubuh ibu dan aujung jariku mengelus-elus punggungnya.

“emmmmhhh.... geli sayang” ucap ibuku menerima perlakuanku

“suka kan?mmmmhhhh...” ucapku

“He’em...” ucap Ibu

Ku bangkitkan tubuh ibu, kemudian aku arahkan tubuh ibu untuk menungging dengan bertumpu pada sofa. Kuarahkan dedek arya kelubang vaginanya, Doogy style. Sebuah gaya yang bisa membuatku lebih cepat klimaks, karena lubang vagina ibu lebih semppit dari biasanya. Dan bless... dedek arya masuk semua. Perlahan aku mulai menggoyang pinggulku, kedua tanganku memegang pinggang Ibu.

“arghhh.... sayang nikmat, lebih keras lagi... erghhh... buat bu keluar sayangku” ucap Ibu

“Pasti... siap ya Ibuku sayang” ucapku

Aku kemudian mulai menggoyang pinggulku lebih cepat dan keras dari biasanya. Ibu merintih nikmat merasakan dedek arya keluar masuk sesuka hati di vaginanya. Kepalanya ambruk ke depan, kemudian menoleh sedikit kebelakang. Kuraih susu ibu yang menggantung dengan kedua tanganku, goyanganku semakin keras di vagina ibu.

“Arghh... ibu sempith sekalihh owghhh... lebih sempit owghhh....” racauku

“sempit mana sama perawan erlina sayang erghh... erghh... erghh...” racaunya

“sempit punya ibu, lebih enak punya ibu owghh... ibu yang paling nikmat....” racauku

“terus sayanghhh nikamati tempik ibu sayang... erghhh kenthu lebih kerassshhhhh.... erghhhh....” ucap Ibu

Goyanganku semakin keras dan semakin kuat. Kepala ibu tampak mendongak. Kedua tangannya tampak mencoba meremas sofa yang empuk itu. Susunya semakin bergoyang lebih cepat lagi. Aku merasakan spermaku akan segera keluar. Ku alihkan tanganku ke pinggang ibu.

“Keluarkan di mulut ibu sayanghhhh... ibu ingin se..permahhh muwhh owghhh.... terusshhh... goyang lebih kerasshhh... masukan lebih dalam kontol kamuwhhh sayangkuwwhhhh ibu sukaaaahhhhh...” racaunya


“iya bu eh eh eh eh “ ucapku

“aku keluar... arghhhh” racauku.

Segera aku cabut penisku, dan bergeser disamping ibu. Ibu kemudian merubah posisinya duduk dilantai. Dibukannya mulut ibu lebar, dan kuarahkan dedek arya ke mulut ibu. Tapi sebelum masuk kemulut ibu, spermaku keburu keluar terlebih dahulu.

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Spermaku keluar dimulur ibu, ada beberapa yang kelaur di wajahnya. Ada juga yang sudah berada di mulutnya. Tangan kanan ibu kemudian meraih batang dedek arya, dan sedikit menogocoknya dengan posisi mulut masih menganga lebar. Aku hanya diam dan menikmati pemandangan itu. Setelah yakin spermaku sudah tidak keluar lagi, ibu melap wajahnya dengan tangan kiirinya dimasukan sisa-sisa sperma ke dalam mulutnya.

“slurrrp... slurrrp...mmmm... cairan cintamu memang ternikmat buat ibu” ucap Ibu

“dan cinta ibu sangat indah bagiku” ucapku. Aku kemudian duduk disebelah ibu yang masih sibuk dengan kegiatannya. Kupeluk tubuh Ibu dan ku masukan wajahku ke dalam lembah susunya. beberapa saat kemudian, ibu mengelus-elus kepalaku.

“kamu tahu sayang, kamulah yang pertama dan yang terakhir untuk ibu. Karena dengan kamu, ibu bisa menikmati yang namanya cinta dan seks hi hi hi” ucap Ibu

“Arya juga bu mmmmhhh...” ucapku dengan sikap manja masih memeluknya dan menggeleng-gelengkan kepala di antara kedua susunya

“tapi jangan jadikan ibu yang terakhir ya, kalau bisa dian tuh yang terakhir hi hi hi” ucap Ibu

“males banget, ngapain juga ibu bahas-bahas dia” ucapku

“terlanjur suka sama dia” ucap Ibu

“pokoknya sama ibu dulu sekarang mmmhhhhh... ibu ya ibu” ucapku manja

“Iya sayang iya... hi hi hi “ ucap Ibu

Setelah lama kami berpelukan, kami menyudahi persetubuhan ini. Ibu kemudian menyuruhku untuk bersih-bersih secukupnya dan segera untuk tidur. Setelahnya ibu kemudian bersih-bersih. Sebelum kami berpisah, dengan tubuh telanjangku aku memeluk ibu sangat erat dan kami saling melumat bibir. Aku kembali ke kamarku dan Ibu kembali ke kamarnya.

Pagi menjelang, aku raih handuk dan kupakai kaoe serta celana kolorku. Aku kemudian turun kebawah dan ku dapati Ayah sedang menonton televisi di tempat kami bersetubuh malam tadi. Ku sapa Ayah dan aku berjalan kearah Ibu. Aku duduk di kursi meja makan. Oia antara ruang makan dan ruang TV dibatasi tembok yang tingginya lebih dari meja makan. Kucolek pantat ibu dan Ibu menoleh ke arahku. Ibu tersenyum kepadaku, karena pagi ini dedek arya bangun langsung aku lorotkan celana kolorku di hadapan ibu. Tanpa basa-basi Ibu kemudian jongkok didepanku tertutup meja makan dan tembok. Dikulumnya batang kemaluanku.

“Lho ar, Ibumu kemana?” ucap Ayah tiba-tiba yang tidak melihat keberadaan Ibu yang sedang berjongkok di depanku. Sesaat itu berhenti mengulum dedek arya, namun kemudian melanjutkannya lagi dengan perlahan memaju mundurkan kepalanya

“argh... ndak tahu romo, mungkin lagi di belakang” ucapku sambil mengelus-elus kepala Ibuku

“owh ya sudah, nanti kalau sudah balik suruh buatkan teh hangat” ucap Ayahku yang kemudian berkonsentrasi ke televisi lagi

“Iya Romo” ucapku

Dengan segera ibu memaju-mundurkan kepalanya lebih cepat. Kurasakan sedotannya lebih kuat. Gesekan antara kulit dedek arya dan dinding mulutnya membuatku semakin belingsatan. Di pagi hari membuat ku merasakan lebih cepat untuk mencapai klimaks. Dan... Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot. Spermaku keluar dimulut ibu, sejenak Ibu berdiam di depan selangkanganku, aku menunduk dan terpejam. Ibu kemudian bangkit dan sedikit memuntahkan spermaku di tempat cuci piring dan langsung berkumur.

“Bu, disuruh buatin teh hangat romo” ucapku, agak sedikit keras agar Ayahku mendengarnya

“mmm iya...” balas Ibu

“mandi gih” ucap Ibu

“gih bu” ucapku yang langsung bangkit dan mandi

“ni kang mas” ucap Ibu yang ku dengar dari dalam kamar mandi

Setelah beres mandi, ku lihat Ayah masih di depan televisi menikmati acara tersebut. Tak kulihat Ibu, aku kemudian ke kamarku. Sesampainya di kamarku, aku dapati ibu berada di kamarku. Ditariknyaku dan di dorongnya aku hingga rebah di kasur. Ibu kemudian menutup pintu kamar, dan berjalan ke arahku. Ibu sedikit membungkuk, dengan tangan kananya diremasnya dedek arya.

“Pagi-pagi sudah nyusahin Ibu saja” ucap Ibu dengan wajah judes. Aku sedikit takut.

“e... itu anu bu... arya dah ndak kuat...” ucapku. Dengan posisi merangkak, diatas tubuhku ibu mencum bibirku

“Ndak papa sayang, ibu suka karena kamu tambah berani. Ibu juga senang karena gimana ya? Merasa senang saja bisa melakukannya ketika ada dia hi hi hi cup mmmmm” ucap Ibu yang kemudian melumat bibirku. Ibu kemudian bangkit dan menyuruhku segera berangkat PKL

“Bu...” ucapku

“Iya...” balas Ibuku yang membalikan badan ketika hendak membuka pintu kamarku untuk kembali turun ke bawah

“engggg... itu kok Ibu tambah ennggggg gimana ya berani saja?” ucapku

“hi hi hi... ibu baca-baca artikel, dan sempat nonton film di sematponmu waktu kamu masih tertidur kan ada adegan silent sex. Ibu jadi kepengen, Dan lagian kalau kamu ndak dijatah, bisa-bisa kamu main diluar. Kan bisa terkena penyakit nanti sayang” ucap Ibu

“huft... yang penting sama arya saja bu” ucapku

“Pasti, ibu jamin... ehemmmm...” ucap ibu terneyum kepadaku sembari meninggalkanku di kamar
 
Selepas itu, aku berangkat PKL. Sebelum berangkat Ibu kini lebih mengendalikan aku. Dengan sedikit ancaman kalau main diluar, harus ada hukuman dirumah. Aku sedikit geleng-geleng dengan sikap ibu kali ini. Katanya cemburu, dan aku bisa maklum akan hal itu.

Sesampainya di tempat PKL, sampel datang lebih banyak. Seperti kata mbak echa kemarin, kami harus lembur hingga jam 3 sore. Jam 2, mbak ela pamit pulang tapi sampel masih menumpuk banyak. Hingga jam 3 yanto dan encus minta ijin pulang.

“kan sampelnya masih banyak, kalau lembur 2 jam lagi bagaimana?” ucap mbak echa yang kini berada di lab bersama kami bertiga

“aduh mbak, gimana ya? Mas arya saja mbak, kemungkinan satu orang sudah cukup mbak” ucap yanto

“Iya... iya sekalian latihan he he he” ucap encus

“Lho Lho Lho...” balasku

“Mau ya Ar, nanti ada uang saku, okay?” ucap mbak echa

“Yah mbak, kalau aku sendiri bisa sampai malam mbak” ucapku

“Ayolah mas tolongin kita, aku sama yanto mau ada acara keluarga juga, pleaseeeeee” ucap encus

“mau ya mas?” ucap yanto.

Mau ndak mau kini aku mahasiswa magang menghandle semua pekerjaan dilaboratorium. Yanto dan encus akhirnya pulang, mbak echa pun tampak senang ada yang membantunya. Aku kini sendirian di dalam laboratorium, hingga pukul 6 sore sampel masih tersisa sedikit lagi. Mbak echa kemudian meyuruhku istiraha dan makan terlebih dahulu. Mbak echa telah memesankan makan malam untukku. Mbak echa kemudian kembali ke ruangannya dan meninggalkan aku dilab. Aku kemudian keluar ruangan untuk makan dan sssshhhh aaaaahhhh dunhill mild. Aku kemudian menelepon Ibu.

“Halo sayang”

“Bu, ini aku disruh lembur di PKL, sampelnya masih ada untuk di analisa sedangkan karyawannya malah pada pulang, Arya ijin pulang malam”

“Lho gimana to perusahaan itu, malah kamu yang disuruh lembur? Tapi bener kamu masih di tempat PKL? Hayooo...”

“iiih Ibu, kalau ibu ndak percaya, ibu ntar aku telepon pakai nomor kantor sini”

“iya.. iya ibu percaya, ya sudah kamu menginap saja di tempat temen kamu”

“Lha nanti dia ngapa-ngapain Ibu gimana?”

“dah tenang saja, dia belum pulang, paling besok pagi”

“Beneran ndak papa?”

“Ya ndak papa. Asal kalau ada apa-apa cerita sama Ibu dan kalau apa-apanya kaya gitu harus siap dihukum sama Ibu”

“tapi dihukumnya ndak suruh pergi dari rumahkan?”

“Ya ndak to ya, sudah cepet kamu selesaikan pekerjaan kamu”

“Siap Ibuku sayang”

“selamat PKL sayangku emmmuaaaachhhhh....”

“iya ibu emmmuaachhhhh”

Selepas aku telepon dengan Ibu, aku kemudian kembali di laboratorium tepat pukul 18:45. Kembali kerutinitas analisa, Beberapa sampel sudah aku analisa dan tersisa sedikit. Kleeeek... pintu lab terbuka, dan mbak echa masuk ke dalam lab. Masuklah mbak echa, yang mengenakan baju ketat yag berwarna biru muda dan legging hitam, bagian kepalanya dihiasi oleh kerudung berwarna biru.

“Makasih ya ar, kalau ndak ada kamu bisa-bisa ndak jalan analisanya”ucap mbak echa yang duduk diseberang meja

“Santai saja mbak, ndak papa, aku tadi juga sudah minta ijin sama Ibuku mbak” ucapku sambil menganaisa sampel

“Sebenarnya aku juga ndak tega, tapi mau bagaimana lagi perusahaan kadang memeras keringat tapi ndak ada tambahan. Mereka yang sudah biasa di lab jadinya sudah tahu, akhirnya mereka sering menolak kalau tambahannya sedikit. Aku juga ndak bisa apa-apa kalau begitu” ucap mbak echa

“Lha mbak echa kok tadi mau ngasih uang saku aku segala?” ucapku

“Itu uang pribadi aku ar” ucap mbak echa

“ndak usah saja mbak, ndak enak sama yang lain nanti” ucapku

“ndak papa santai saja, kamu pulang malam ndak papa?” ucapnya

“sudah biasa, tadi ibu nyuruh aku nginap di rumah teman” ucapku

“nah selesai juga akhirnya” lanjutku yang sudah menyelesaikan semua pekerjaan

Akhirnya selesai juga” ucap mbak echa

“Lha mbak pulang malam apa ndak dicari suami mbak?” ucapku

“ndak, suamiku itu sering berubah-ubah kadang dingin kadang hangat” ucap mbak echa

“owh...” ucapku yang tidak ingin melanjutkan pembahasan mengenai suaminya

“dia itu kaku ar” ucap mbak echa

“....” aku hanya diam dan memandangnya sambil membersihkan alat lab

“kamu kok malah diem diajak bicara” ucap mbak echa

“ya mungkin mbak echanya yang kaku duluan dan memang dasaranya lelaki itu kaku dan keras mbak” ucapku sekenananya

“nyatanya kamu bisa luwes” ucap mbak echa

“ya aku pun juga pastinya akan kaku juga mbak kalau yang berhadapan dengan aku kaku, sama seperti cowok lain” ucapku

“Ehhhh...” ucapnya sambil meletakan kepalanya di atas tumpukan tangannya

“dia sebenarnya hangat ar, tapi kadang dia tidak bisa sehangat itu ketika kita melakukan...” ucap mbak echa berhenti

“Owh... kurang komunikasi kali” ucapku sok tahu dan tanpa pikir panjang. Ya mungkin karena aku pernah melakukannya

“Hmmm... kamu pernah ya Ar?” ucap mbak echa

“eh... itu aku tahu dari internet” ucapku

“bohong! Jujur ar” ucap mbak echa

“iya aku pernah mbak, eh perna apa mbak maksudnya?” ucapku mengelak kembali

“berlagak bodoh lagi, ya hubungan ranjang” ucap mbak echa

“hufttthhh... iya deh aku ngaku pernah mbak” ucapku yang masih membersihkan alat-alat lab

“terus, ceritain dong ke aku”ucap mbak echa

“yeee... mbak kan juga sudah pernah melakukannya ngapain aku cerita-cerita, parno kali” ucapku

“huh dasar cowok!” ucap mbak echa

“yeee marah....” ucapku

“Dulu sebelum menikah, aku pernah ar sama cowokku sebelum suamiku sekarang. Enak orangnya dan beberapa kali melakukan dengan dia aku merasa jadi wanita. Tapi sialnya dia selingkuh, dan ketika sama suamiku waktu pacaran juga sama seperti ketika setelah menikah kaku” curhatnya

“....” aku diam, dan masih sibuk dengan melap alat-alat lab satu persatu

“iiih kamu itu, mbok dijawab kenapa to” ucap mbak echa jengkel

“Eh... itu anu mbak emmmmm.....” ucapku kemudian berdiam sambil berpikir

“emmm... apa alasan pacar mbak pertama selingkuh? Atau meninggalkan mbak?” ucapku mencoba menelisik

“mmmm apa ya mmmm oh iya, dulu dia pernah bilang ke aku . katanya aku egois kalau sedang berhubungan, awalnya tidak lama kelamaan egois gitu katanya. Menurut kamu, egoisnya perempuan itu seperti apa?” ucap mbak echa. Aku kemudian menata alat-alat lab dan duduk diseberang meja, kini aku berhadapan dengan mbak echa

“maaf mbak sebelumnya, aku tidak pernah tahu hal-hal dalam rumah tangga. Egois itu ingin menang sendiri, apa ketika mbak berhubungan tidak pernah berkomunikasi dengan suami mbak mengenai ehem ehemnya, misal setelah ehem ehem itu selesai” ucapku

“ndak pernah, lha wong kadang kalau dia sudah keluar dia langsung tidur ar, aku ya ikutan masa aku disuruh nungguin orang tidur” ucap mbak echa

“Kalau waktu main?” ucapku menelisik

“Hmmm.. gimana ya, aku sukanya ya gimana istilahnya...” ucap mbak echa sedikit bingung

“lha gimana?” ucapku

“ya menguasai permainan lah, istilahnya begitu” ucap mbak echa

“Owh dominasi, mbak echa suka mendominasi? Gitu?” ucapku

“Iya bener-bener, mendominasi hi hi hi...” ucap mbak

“Hmmm... “ sejenak aku berpikir, aku menundukan kepalaku dan kadang-kadang aku memandang mbak echa

“mbak tahu ndak?” ucapku

“Apa?” ucapnya

“Aku saja, sebagai seorang cowok itu inginnya mendominasi permainan walau kadang aku ingin didominasi, tapi hanya kadang saja mbak. Selebihnya aku harus yang menguasai, walau begitu komunikasi paling penting mbak. Yang terpenting jangan selalu mendominasi, harus ada take and givenya, aku ambil kepuasan dan juga memberi kepuasan” ucapku sok tahu

“Hmmm...” ucap mbak echa sambil memandangku dalam

“Kamu tahu banyak ya? Aku selalu ingin mendominasi dan suamiku aku jadikan objek. Habis mau bagaimana lagi dia lambat ar” ucap mbak echa

“bukannya tahu banyak, dari internet mbak he he he”

“Yeee mbak echa-nya kali yang suka mengambil kesimpulan sepihak. Harusnya mbak echa, tanya ke suami mbak, pengennya apa? Kalau dilihat dari cerita mbak, suami mbak echa itu pendiam ya?” ucapku

“Bener-bener peramal kamu ar, ita dia pendiam jarang ngomong” ucap mbak echa

“makanya diajak ngomong mbak” ucapku

“iya iya... hmmmm.... ar” ucap mbak echa yang berdiri dan berjalan ke arahku

“Iya mbak” ucapku

“apa kamu bisa menunjukan kepadaku, bagaimana agar cewek yang egois seperti aku bisa memahami sorang pria?” ucap mbak echa yang berdiri tepat disampingku

“Eh....” aku terkejut dengan kata-kata mbak echa

“ajari aku ar, agar aku bisa melakukannya dengan suamiku. Paling tidak ajari aku agar aku bisa menghilangkan keegoisanku di hadapan suamiku dan agar aku bisa mengambil serta memberi kepada suamiku” ucap mbak echa

“Yeee.... ndak mbak” ucapku

“Please ar, ajari aku” ucap mbak echa yang kemudian secara paksa membalikan tubuhku ke arahnya. Seketika itu pula di hadapanku dia mulai meremas lembut selangkanganku

“eh.. mbak jangan mbak, bagaimana kalau suami mbak tahu?” ucapku

“Dia ndak bakal tahu ar, kalau kamu tidak memberi tahunya” ucap mbak echa santai kepadaku dan tangannya masih meremas-remas lembut selangkanganku

“mmmhh... mbak sudah mbak...” ucapku

“Kamu ternyata hanya bisa bicara Ar, omong thok (omong doang-bahasa kerennya)” ucap mbak echa. Mata kami saling beradu satu sama lain, matanya tajam ke arah mataku. Kata-kata terakhirnya membuat aku sedikit tidak terima walau pada dasarnya aku memang tidak tahu menahu mengenai perihal rumah tangga. Tapi ucapannya itu membuat aku sedikit terbakar, sudah tahu ada petroleum eter (zat yang sangat mudah terbakar) pakai di kasih api. Aku kemudian memandangnya denga senyuman, ku remas tangannya dan kuarahkan untuk membuka relseting celanaku.

“Sebenarnya aku tidak ingin mbak, tapi aku tidak terima dengan ucapan mbak” ucapku. Mbak echa sedikit terkejut dengan ucapanku namun kemudian dia tersenyum kepadaku. Perlahan mbak echa membuka resleting celanaku, dengan sedikit memaksa dia tarik celanaku. Aku sedikit mengangkat pantatku dan toeeeeengggg.... dedek arya keluar, dedek arya tampak memasang wajah jengkelnya.

“Menghina kita ini kak, aku ndak terima! Buat dia tergila-gila kak” ucap dedek arya (ingat ucapan dedek arya hanya halusinasi saja)

“gede dan panjang ar, punya suamiku hampir sama gedenya cuma lebih pendek sedikit” ucap mbak echa dengan tangan mengelus-elus dedek arya

“Kalau ndak suka ditutup saja mbak” ucapku

“suka? Bagaimana aku bisa bilang suka, Cuma lihat doang” ucap mbak echa yang masih memandang dedek arya dan mengelus-elusnya. Seakan-akan terhipnotis, aku arahkan kedua tanganku dibahunya, dengan sedikit menekannya mbak echa sekarang berjongkok dihadapanku. Pandangannya tidak lepas dari dedek arya

“Coba dikulum mbak” ucapku sedikit nakal

“Ndak! Jorok tahu!” ucap mbak echa sedikit membentakku dan memandangku dengan wajah marahnya. Wah dah kepala tanggung dia sudah jongkok, sayang sekali jika dia harus berdiri lagi. Apa dia belum pernah mengulum ya? Wajahnya memang tampak marah sekali. Kasihan suaminya tidak pernah merasakan nikmat dikulum. Harus sedikit aku paksa agar dia mengenal nikmatnya dedek arya. Wah tambah gila aku ini, masa bodoh!

Trap trap trap trap... suara langkah seseorang melintas di depan laboratorium, aku menoleh ke arah luar laboratorium tampak bayangan seseorang. Ya suaranya sangat jelas, karena posisi perusahaan sekarang memang sudah mulai sepi. Kudengar suara langkah itu kembali dan aku perkirakan menuju ke arah laboratorium. Tampak bayangan itu mendekat ke pintu laboratorium yang terbuat dari kaca buram. Dengan segera kugeser kursiku dan tarik mbak echa dengan paksa, mbak echa tampak terkejut. Kini posisi mbak echa berjongkok tepat di selangkanganku dibelakangnya terdapat meja lab, dan dihadapannya aku yang sedang duduk dikursi dengan dedek arya berwajah sini memandangnya. Segera aku raih bagian belakang kepala mbak echa, kudorong kedepan. Kuarahkan dedek arya ke mulut mbak echa. Mbak echa nampak mencoba menolak, aku tutup hidung mbak echa yang seketika itu mulutnya menganga dan slebbb masuklah dedek arya di mulult mungil mbak echa. Aku kemudian mengalihkan pandanganku ke pintu lab yang akan terbuka. Ku sadari bahwa kepala mbak echa sedikit terlihat, segera aku raih tasku dan ku letakan dihadapanku. Dan masuklah seseorang.

“Lho ar, masih disini?” ucap pak humas

“Erghh... iya pak, baru saja emmhhh selesai...” ucapku sedikit merasakan ngilu dan sakit karena gigi mbak echa mengenai dedek arya

“Ada apa kamu? Sakit?” ucap pak humas. Kucoba menenangkan diriku dan menahan rasa sakit ini, ku turunkan tangan kiriku dan kuraih bagian belakang kepala mbak echa. Ku dorong kedepan dan kutahan.

“Owh... ndak pak, Cuma sedikit capek saja, ada apa pak?” ucapku

“ndak, ini aku mencari managermu, mbak echa, lihat ndak?” ucap pak humas yang kemudian duduk di seberang meja, di kursi dimana mbak echa tadi duduk

“Wah ndakh tahu pak, tadi memang masuk kesini tapi kemudian keluar lagi” ucapku. Sambil mengambil sematponku di dalam tas. Kurasakan mbak echa mulai meronta dan hendak berdiri tapi aku mencoba menahannya. Ku ketik sebuah pesan di sematponku

“Owh ya sudah, mau menyesuaikan laporan sebenarnya, lha kamu kok belum pulang? Mau bareng?” ucap pak humas

“Eh...” ucapku sedikit kaget. Dengan berbagai gaya, aku letakan sematponku di bawah meja tepat dihadapan mata mbak echa.

Tertulis :
Jangan berdiri, kalau ketahuan, pak humas bisa minta jatah juga dan mbak akan melayani 2 orang. atau mbak mau kedepannya dijadikan mainan sama pak humas? Lebih baik kulum dan nikmati!

“Owh ndak pak, nunggu mbak echa saja. Ndak enak kalau pulang duluan, kan aku juga harus kasih laporan pak” ucapku sekenanya. Mbak echa mulai tidak meronta setelah membaca kalimat yang aku ketik di sematponku. Dia kini hanya mengulum tanpa aktifitas apapun, hanya berdiam dengan mulut tersumpal dedek arya.

“Owh ya sudah, nanti kalau mbak echa sudah balik kesini bilangkan ke dia kalau bagian humas mencari. Biar nanti kalau ada waktu bisa mampir ke office, gitu ya Ar?” ucap pak humas

“Okay pak” ucapku dengan senyuman

“Ya sudah aku ke kantor dulu” ucap pak humas yang kemudian berdiri dan keluar dari lab. Posisi mbak echa masih berada di selangkanganku , suara derap langkah mulai menghilang dan mbak echa sedikit mendorongku. Dia berdiri dan menatapku dengan wajah yang marah

“Kamu benar-benar gila Ar! Cuih cuih cuih”

“bagaimana kalau ketahuan?! Kamu itu bajingan!” ucap mbak echa, sembari memandangku dan mengelap mulutnya. Terlihat mbak echa merasa jijik dengan apa yang dilakukannya barusan. Aku hanya memandangnya dengan tersenyum, melihat reaksinya berbeda dari yang aku harapkan. Sambil berdiri, Aku masukan kembali dedek arya kedalam celanaku.

“Maaf mbak, mbak sendiri yang minta pembuktian ditambah lagi mbak sedikit menghinaku. Dan sekarang mbak sendiri yang kecewa atas permintaan mbak” ucapku sambil memandangnya

“Kalau mbak mau mengeluarkan aku dari PKL sekarang juga ndak masalah mbak” ucapku tersenyum kepadanya

“ndak ada kaitannya sama PKL, aku tidak suka perlakuan kamu tadi. Jijik tahu ndak kamu!” ucapnya sedikit membentak. Kurah tas punggungku, ku berjalan kearahnya dan tepat dihadapannya.

“Mbak tahu?” ucapku pelan

“Apa?! kamu mau perkosa aku!” ucap mbak echa

“E-GO-IS!”ucapku pelan dan tegas

“aku pulang dulu mbak, besok-besok lagi ndak usah minta bukti kalau dikasih ndak mau” ucapku sedikit sinis kepadanya. Aku kemudian melangkah menuju ke pintu lab, tiba-tiba tanganku di pegang oleh mbak echa

“Egois gimana maksud kamu?” ucap mbak echa

“Ya, kan bisa lihat sendiri kan?” ucapku yang sedikit membalikan tubuhku ke arahnya

“Aku ndak ngerti” ucapnya

“Cowok itu paling suka kalau alat kelaminnya di mainkan, mungkin mbak jarang memainkan punya suami mbak, mungkin kalau mbak sudah basah minta dimasuki dah selesai. Kepuasan cowok kan ndak Cuma ketika masuk, pemanasan juga bagian penting mbak” ucapku mencoba melepaskan genggaman tangannya. Tapi tiba-tiba mbak echa bergerak dengan cepa mendahuluikku dan merapatkan pintu lab, dan klek.,.. suara pintu lab dikunci. Kemudian dia bersandar di pintu dan memandangku. Aku bengong dengan sikapnya, perlahan dia bergerak ke arahku dan berjongkok dihadapanku. Perlahan dan pasti, dia mulai membuka celanaku, ditariknya pelan celanaku dan toeeeng... dedek arya tegak berdiri. Di elus-elusnya dengan tangan kanannya.

“Main-main sama kakakku, kakakku paling jago main kata-kata, pake marah segala, kalau aku dah masuk baru tahu rasa kamu ha ha ha ha” tawa dedek arya

“Diam kamu ndul” bathinku yang bergejolak

“Aku memang egois ar, ajari aku agar tidak menang sendiri. Setiap kali aku main sama suamiku, aku selalu ingin di atas. aku tidak pernah melakukan pemanasan, karena sebelum aku bermain aku selalu memainkan punyaku sendiri dihadapannya. Baru setelah aku merasa akan keluar, kupaksa suamiku memasukan burungnya. Dan kami bisa keluar bersama ar, aku kira itu sudah membuatnya cukup puas ar, tapi ternyata aku baru sadar kalau pemikiran laki-laki itu berbeda dengan perempuan. jujur ar, kadang aku tidak suka dia memainkan organ-organ seksku, karena bagiku itu hanya akan memperlama. Pandanganku, seks adalah yang penting sama-sama keluar, itu saja”

“semua itu aku dapatkan dari kakak perempuanku” jelas mbak echa

“Hmmm... mungkin suami kakak mbak memang menginginkan permainan seperti itu, tapi suami mbak tidak” ucapku

“Terus, aku harus bagaimana ar?” ucap mbak echa pelan yang memandangku dan tangannya masih mengelus-elus dedek arya.

Ku raih kepala bagian belakang dan kudorong ke depan. Mbak echa yang sudah tahu keinginanku langsung membuka mulutnya lebar. Dimasukannya dedek arya ke dalam mulutnya, perlahan aku maju mundurkan kepalanya.

“aduh... jangan kena gigi mbak, sakit” ucapku sambil mengrenyitkan dahi

“mmm... ah ah ah... terus bagaimana aku tidak pernah ar” ucap mbak echa

“Kaya nemut es krim mbak” ucapku

Dimasukannya lagi dedek arya ke dalam mulutnya. Kini perlahan tapi pasti, dedek arya masuk keluar dari mulutnya. Walau terkadang terkena giginya, aku bisa menahannya. Lama kelamaan mbak echa sudah bisa menikmati aktifitasnya, tampak wajahnya kini sudah tidak mulai jijik. Kulumannya memang benar-benar nikmat sebagai pemula. Sensasi ini bertambah panas dengan balutan kerudung di kepalanya.

“Arghh... nikmat mbak, emmmhh.... terus mbak kulum terus sampai aku merasa cukup” ucapku

“mmm... mmm... mmm...” mbak echa hanya bisa menjawab sekenanya saja, tangan kananya mengocok batang dedek arya dan mulutnya mengulum sebagian batang dedek arya hingga ujungnya,

Segera aku cabut dedek arya ku berdirikan mbak echa, kucium bibirnya dengan lembut. Tanganku memeluknya dan mengelus-elus punggungnya. Mbak echa juga tidak kalah, dia memluk leherku dan menekannya. Lumatan bibir kami begitu brutal, bibir kami saling berpagutan seakan-akan tidak ingin lepas. Ku jatuhkan tas punggungku dan dengan gerak cepat aku buka resleting celana mbak echa. Kupelorotkan celana sekaligus celana dalamnya hingga posisi tubuhku agak sedikit turun namun tidak lepas ciuman kami. aku berdiri kembali dan masih berpagutan dengan bbir mbak echa, kaki kananku ku gunakan untuk menekan kebawah celana mbak echa. Mbak echa kemudian mengangkat satu persatu kakinya, kini mbak echa telanjang pada bagian bawahnya. Ku posisikan diriku dibelakang mbak echa, kepala mbak echa menoleh kebelakang seakan-akan tak mau melepas bibirku. Kedua tanganku meremas payudara mbak echa, kubuka kancingnya satu persatu.

Terbakarnya nafsu membuat aku hilang kendali, karena sulitnya membuka kancing itu aku kemudian menarik baju mbak echa. Tak ada perlawanan darinya, kini terlihatlah BH berenda warna putih. Kuremas-remas kuat payudaranya, kuremas ke atas kesamping sesuka hatiku. Kutarik keatas BH mbak echa dan munculah payudara montok dan sekal, maklumlah belum pernah menyusui. Dengan posisi masih berciuman aku maninkan puting yang sedikit merah itu.

“ahhhh papah enaaakkkhhh... erghhh.... terus pah, mamah enak banget emmmhhh... ssshhhhh.... terus... mainkan pah, mamah suka dimainkan....” desah mbak echa yang tiba-tiba saja memanggilku papah

“kangen sama suami ya mbak?hash hash” ucapku dengan nafas memburu

“erghh... ndak Ar, asssssssshhhh...” ucap mbak echa

“Iya terserah mbak” ucapku

Masih di belakang mbak echa, Kuturunkan tangan kananku ke selangkangan mbak echa. Segera aku menyibak vaginanya, kumainkan dengan sedikit menusuk-nusukan jariku ke vagina mbak echa. Tubuh mbak echa kelihatan sekali merasakan rangsangan, tubuhnya meliuk-liuk setiap kali jari-jemari kananku bermain-main di vaginanya ditambah lagi tangan kiriku tidak berhenti bermain-main di puting susu mbak echa.

“Arghh... papah... erghhh enak bangethh pah... mamah ndak pernah diginiin sama suami mamah, erghhh... papah ayo pah terus pah... mainin sepuasnya, memek mamah buat papah ufthhhh...” racaunya

Kudorong tubuhnya, kuciumi lehernya, mbak echa hanya bisa mengaduh dan merintih nikmat atas perlakuanku. Kuhentikan kegiatanku dan ku posisikan mbak echa duduk di meja lab. Kubuka selangkangan mbak echa, kumajukan bibirku.

“Jijik pah jangan...” ucap mbak echa, aku tidak menghiraukan.

Segera aku memasukan jari kananku ke dalam memek mbak echa, dengan sedikit menekuknya aku maju mundurkan jariku. Denganasih memainkan jariku aku mencium bibirnya tangan kirku memainkan puting susunya. Dengan bertumpu pada tangan kanannya, tangan kiri mbak echa meraih bagian belakang kepalaku menekannya untuk mencium bibirnya lebih ganas. Suara desahan mulut yang tersumpal keluar dari bibirnya. Mungkin jika tak aku seumpal dengan bibirku akan ada teriakan keras. Setelah puas, aku menarik bibirku dari bibirnya dan berpindah ke vaginanya. Segera aku menjulurkan lidahku ke vagina mbak echa, kusapu vaginanya dengan lidahku.

“Arghhhh... papah nikmat sekali... emmmhh.... terusshhh oghhh papahku... mainkan... semua milik papah, mamah suka sekali papah owgh... itil mamah enak banget pah... mamah suka... arghh arghhh mamah, mamah, punya papah owghh... pahh terushh lebi kerasssh mamah mau klimaks pah owgh....” racau mbak echa

“enka banget pahhhh.... arghhhhhhh... sangat nikmat pah, jangan berhenti... ashhhh... papah papah hebat arghhhh....”racaunya kembali

aku perkuat kocokanku dan lebih kasar lagi jari-jariku bermain-main di vagnanya. Dan...

“Papahh.... owghhh.... ehg ehg ehg ehg ... ahhhhhh” racaunya,

Tubuhnya melengking, cairan hangat mengalir dari vaginanya. Kuhentikan aktifitasku an kucabut jariku dari vaginanya. Aku berdiri dan Kulihat tubuhnya masih tersengal-sengal, matanya terpejam. Balutan kerudung itu sedikit acak-acakan. Selang beberapa saat matanya terbuka, kedua tanganya terbuka dan memelukku. Ku balas pelukannya dan kuelus-elus punggungnya.

“Nikmat sekali pah... mmmhhhh hesh hesh hegh ahhhh...” ucap mbak echa

“Manggilnya kok papah mbak? Pasti lagi ngebayangin main sama suaminya ya he he he” jawabku selengekan

“Kamu sekarang papahku ar, aku mau kamu ajari aku semua ar, sisa PKL kamu disini aku adalah istrimu ar, aku siap kapanpun” ucapnya masih sambil memelukku

“Beneran mbak?” ucapku

“mamah, mamah... kalau Cuma kita berdua panggil aku mamah” ucap mbak echa

“Iya mamah, mamah papah belum keluar” ucapku yang sudah terbakar birahi. Aku juga tidak habis pikir mbak echa bisa dengan mudah aku peluk.

“iya pah, masuki burung papah, kita ke sofa ruangan mamah” ucap mbak echa

“burung? Gak ada burung disini mah” ucapku

“iiih papah jorok, iya dech kontol, pindah yuk pah” ucap mbak echa

“Disini saja mah” ucapku sambil mendorong tubuhnya agak sedikit kebelakang. Kini mbak echa bertumpu pada kedua tanganya, kakinya aku buka lebar dan perlahan aku masukan dedek arya ke dalam vaginanya. Licin dan becek, blessss... masuk secara perlahan batang dedek arya.

“erghhh... pah penuh pah lebih penuh daripada kontol suamiku... pelan pah, masuknya pelan pah agak sakit pah ufthhh... papahku owghh... enaaak enaaak banget pah emmmm enak pah terus pah di goyang pah ashhh” racaunya

“memek mamah kok sempit sekali, jarang dimasuki ya?” ucapku menggoda sambil mengoyangnya sebentar dan perlahan

“iya pah paling seminggu sekali pah owghhh... aduh pah, diem dulu sebentar pah... mamah pengen nikmati kontol papah sebentar owgh... “ racaunya

“Papah dah ndak tahan mah erghhh.... pengen ngocok memek kamu pengen ngenthu memek kamu mah” ucapku yang kemudian mulai menggoyang perlahan

“Iya pah kenthu pah, kenthu memekkuhhh owhhh... terus pah pelan pelan dulu pah, kontol papah kebesaren pah... owghhh....” ucap mbak echa

Tanpa pikir panjang lagi, aku kemudian mulai menggoyang pinggulku. Dimulai dengan pelan kemudian bertambah kecepatan menggoyang. Kedua tangan mbak echa sudah tidak dapat menyangga tubuhnya, mbak echa tergeletak di meja lab dengan vagina yang diobok-obok oleh dek arya. Kedua tangannya bereaksi dengan memainkan putingnya sendiri, mungkin karena sudah terbiasa masturbasi. Pemandangan yan gsangat indah, wanita berkerudung dengan baju terbuka, BH terangkat di atas paydaranya yang lumayan besar. Ya, seorang manager QC wanita yang sedang di sodok oleh mahasiswa PKL atau bisa dibilang jatuh kedalam pelukan karyawannya sendiri.

Tubuhnya bergoyang, payudaranya naik turun. Matanya terpejam, lama aku menggoyangkan pinggulku gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Kedua tangannya yang semula bermain-main diputing susunya mencoba menahan gerakan pinggulku namun tak mampu. Kepalanya mendongak ke atas, tubuhnya bergetar dan bergoyang racaunya kembali terdengar. Tak ada lagi yang kulihat wibawa seorang manager, namun yang kulihat sekarang adalah seorang wanita yang butuh dipuaskan. Butuh laki-laki untuk mengajarinya memuaskan suaminya.

“Arghhh papah... jebol memekku pah arghhh... kontolmu nanggok pah arghhhh... terus pah terus arghhh... kocok kontolmu lebih keras pah arghhh lebih dalam lagi, memeku butuh kontol papah aieshhhhh... ayo terus pah terus puaskan mamah pah... agh agh agh agh... erghh... kontol papah enaaaaakkk owghhhh....” racaunya. Aku sedikit tersenyum dengan nafas sedikit tersengal-sengal

“Mamah, ash ash ash mamah itu manager kok ngomongnya jorok!” ucapku dengan nafas tersengal

“iya mama assssshhhhhhhh... mamah manager yang butuh KONTOL PAPAH arghhhhh... terushhh pah mamah hampir sampai.... erghhhhh... terus papahku sayanghhh erhhhh” racaunya

“Sebentar mamah, papah juga maughhhh keluarghhhhh...” ucapku yang semakin cepat menggoyang. Kedua tanganku semakin membuka lebar kedua pahanya dan dedek arya semakin leluasa masuk keluar di vagina manager echa ini.

“Papah owghh... mamah mau keluarrrrrrr.... ashhhhhhhhh” racaunya

“papah juga owgh....” ucapku. Seketika itu pula,tubuh mbak echa melengking tubuhnya bergetar. Tubuhnya menggelinjang beberapa kali, namun aku tetap meneruskan goyanganku. Dan beberapa saat kemudian

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Spermaku dan cairan hangat mbak echa yang baru saja keluar bercampur menjadi satu. Dengan nafas yang tersengal-sengal aku berdiam diri sejenak. Mbak echa hanya terpejam dengan nafas yang tersengal juga, kedua tangannya terbuka lebar. Dengan posisi dedek arya masih tertancap, Ku arahkan kedua tanganku untuk membelai kedua payudaranya.

“Emmmhh... papah nakal, mamah mau istirahat dulu... ergh ergh...” ucap mbak echa

“mah, papah boleh minta dibersihin ndak?” ucapku mencoba menggodanya

“hash hash hash has... minta apa pah? Terserah papah” ucap mbak echa

Aku kemudian naik ke meja lab. Aku kemudian berjongkok di samping kepala mbak echa. Kuarahkan batang dedek arya ke dmulut mbak echa. Matanya masih terpejam, mulutnya yang sedikit terbuka karena masih mengambil nafas panjang. Dengan sedikit memaksa, aku dorongkan dedek arya kemulutnya. Awalnya mbak echa kaget, berusaha menolak namun setelah menatapku dan aku menganggukan kepala. Mbak echa membuka mulutnya dan melumat serta mengulum batang dedek arya. aku jatuhkan pantatku di meja lab, dan mbak echa bangkit. Dengan posisi menungging mbak echa membersihkan dedek arya dengan mulutnya. Kulihat sedikit spermaku mengalir dan menetes dari vagina mbak echa. Sebuah pemandangan eksotis, ketika seorang wanita berkerudung melumati dedek arya. ah kenapa aku jadi ngat mbak erlina? Kalau masalah wanita berkerudung memang yang dikepalaku hanya ada mbak erlina, untuk masalah wanita dewasa dengan kenyamanannya, pastilah Ibu.

Setelah semua bersih, kukecup kening mbak echa. Dia hanya tersenyum manja kepadaku kemudian memelukku. Beberapa saat kami berpelukan kemudian kami berbenah. Aku pakai kembali celanaku, dan saat aku melihat mbak echa timbiul pikiran isengku. Entah kenapa pikiran ini bisa muncul, dan aku bisa setega itu berpikir seperti sekarang ini. jika sama Ibu dan mbak erlina aku tidak sanggup karena mungkin ada rasa sayang terhadap mereka berdua.

“Mah, celana dalamnya ndak usah dipakai” ucapku

“iiih papah apa-apain sich, nanti tembus dan dilihat orang” ucap mbak echa

“kok ndak nurut sama papah to? Katanya minta diajarin” ucapku

“iya nurut sama papah dech” ucap mbak echa. Aku melihat gunting lab, skuambil dan segera Kudekati mbak echa. Dengan sedikit memaksa, aku potong BH mbak echa dan kusuruh mbak echa memakai pakaiannya tanpa dalaman.

“papah, jangan pah, nanti kecetak di baju mamah” ucap mbak echa

“biar tambah seksi mah he he he” ucapku dengan kendali penuh.

Kini mbak echa menngenakan legging dan baju tanpa dalaman. Baju yang dipakainya sudah tidak dapat dikancingkan lagi, jadi dengan kedua tangannya dia harus memegang bajunya agar tidak terbuka. Sebuah pemandangan yang menggairahkan. kudekati mbak echa, dan sedikit aku raba dan remas susunya tak ada perlawanan dari mbak echa. Setelah puas, aku kemudian pamit pulang ke mbak echa.

“Pah, ini bagaimana? Nanti kalau ada pegawai yang masih disini dan tahu mamah kaya begini bisa diperkosa mamah”

“bagaimana? Ya tinggal jalan saja kan mah, sudah ndak ada orang santai saja mah, kalau ada yang mau memperkosa mamah, akan berhadapan dengan papah. Nanti mamah jalan bareng papah sampai parkiran terus kita pisah” ucapku dengan senyum

“kok pisah? papah kan sudah pamit nginep di kos teman, nginep dirumah mamah saja pah” lanjut mbak echa

“Hmmm... memang dirumah mamah ada apa?” ucapku menggoda

“Ada susu dan memek mamah, kalau papah mau, tapi kalau papah ndak mau ya ndak papa. Mau saja ya pah?” ucap mbak echa merajuk. Dia bergerak mendekat kearahku dan memgang kepalaku. Didaratkannya bibirnya di bibirku.

“Kena kamu! Beraninya main-main sama kakak ha ha ha ha” ucap dedek arya

“Diam kamu!” bathinku berucap kepada dedek arya

“Oke kakak, yang penting aku terima jadi” ucap dedek arya

“Tapi ada syaratnya mah?” ucapku

“Apa pah?” ucap mbak echa

“mamah ndak boleh megangi baju selama jalan sama papah ke parkiran, kalau ndak mau papah pulang” ucapku mencoba menguasainya

“iiihh.. oke ndak papa, tapi papah jagain lho” ucap mbak echa dan aku hanya menagngguk tersenyum kepadanya

Aku bersihkan sisa-sisa pertempuran kamu di lab. Setelah itu aku dan mbak echa berjalan menuju tempat parkir, untungnya jalan yang kami lalui tidak ada CCTV-nya jadi aman. Selama berjalan kadang aku berbuat nakal dengan meremas susunya, mbak echa tak kuasa menolak dan hanya bisa menerima perlakuanku. Sesampainya di tempat parkir, mbak echa kemudai masuk kedalam mobilnya. Ketika hendak menutup pintu, ku tahan sejenak kutarik tanganya dengan isyarat membuka relseting celanaku. Seakan tahu apa yang aku inginkan, mbak echa kemudian membukanya.

“Dikulum sebentar mah, sebagai DP sebelum menginap” ucapku

“Iya papahku sayang mmmmmhhh....” ucap mbak echa yang kemudian melahap dedek arya

“sudah mah, cukup... nanti dilanjutkan lagi dirumah ya mah” ucapku setelah beberapa menit mbaj echa mengulum dedek arya

“iya pah, ehm...” ucap mbak echa tersenyum

Mobil mbak echa kemudian bergerak terlebih dahulu, aku kemudian memyusulnya dari belakang. Di pos satpam tampak pak satpam yang tertidur di pos-nya. Aku turun membangunkannya dan berpamitan sebentar. Mbak echa tidak berani keluar dari mobil, setelahnya mbak echa memacu mobilnya dan aku berada dibelakang mobilnya.

Aku nakal? Ya kali ini aku ingin nakal, mumpung ada wanita yang bisa aku nakali karena aku juga sudah tidak ingin lagi dengan tante ima, bisa gaswat kalau Rahman tahu ya mau bagaimana lagi Cuma tante ima yang bisa dinakali. Disisi lain Karena aku tidak ingin nakal dengan ibu ataupun mbak erlina. Bahkan sama bu dian kalau saja aku jadian sama dia aku tidak akan memperlakukannya dengan seliar ini he he he mimpi kali yeee jadian sama bu dian. Mumpung ada kesempatan nakal, nakal saja dech he he he.
 
Sesampainya aku dirumah mbak echa, pintu gerbang rumah terbuka secara otomatis dan diikuti oleh pintu garasi. Mobil mbak echa masuk dan disusul dengan REVIA. Di dalam garasi dengan santai mbak echa keluar dari mobilnya dan bajunya dibiarkan terbuka lebih lebar dibanding dengan waktu dikantor. Di ajaknya aku masuk ke dalam rumahnya melewati pintu dalam garasi yang lansung menghubungkan dengan ruang keluargan. Di dalam ruang keluarga itu mbak echa membalikan badanya sambil melepaskan kerudungnya dan langsung memeluk dan melumat bibirku. Benar-benar ganas sekali sekarang wanita berkerudung ini. Jari telunjuknya bermain di sekitar dadaku, sambil tersenyum nakal kepadaku

“papah nakal banget ngerjain mamah” ucap mbak echa

“itulah imajinasi laki-laki mah, besok-besok kalau sama suami ditanya dulu apa imajinasinya” ucapku

“terus apa imajinasi papah sekarang? Mamah ingin tahu, mamah yakin mamah bisa memuaskan papah. Mamah ingin malam ini mamah pingsan sama kontol papah” ucap mbak echa dengan senyuman nakal

“Hmm... apa ya?” ucapku mencoba beripikir

“Ayo dong pah...” desak mbak echa. Setelah beberapa menit aku memejamkan mata, akhirnya aku menemukan ide untuk malam ini. kupeluk mbak echa dan kubisikan sebuah imajinasiku.

“iiih... papah maunya” ucap mbak echa manja

“Ada tidak mah?” ucapku

“lengkap pah, pokoknya papah tunggu disini jangan ngintip ya, kalau ngintip mamah teriak lho” ucap mbak echa

“Oke mbak” ucapku yang kemudian melepas jaket dan tas punggungku. Kulepas bajuku dan kini hanya mengenakan kaos. Aku duduk di sofa keluarga sambil menyulut dunhill mild yang selama ini menemaniku. Kulihat mbak echa mondar mandir dari kamar kedapur dengan pakaian yang masih sama, setelahnya memberikan aku minuman hangat kepadaku untuk teman menungguku.

Lama aku menunggu hingga dua batang dunhill habis. Diawal aku mendengar guyuran air dari dalam kamar mbak echa, kemudian suara itu menghilang. Hampir hilang nafsuku, hingga kantuk menyelimutiku. Tidak bisa aku pungkiri, sekalipun aku bernafsu tapi letihnya tubuh ini tak bisa membohongiku. Coba saja dibayangkan, tengah malam Ibu datang paginya juga ditambah lagi waktu pulang harus memberikan pelajaran ke mbak echa. Harus ada obat kuat ini, kalau begini terus-terusan bisa-bisa aku tepar sebelum pertandingan kedua. Tak mungkin aku bilang ke mbak echa kalau malam tadi aku habis sama ibu. Bisa gempar dunia persilatan eh perlendiran.

Mataku mulai terpejam, kepalaku sudah aku sandarkan ke sofa tempatku duduk. Namun tiba-tiba di kagetkan dengan suara mbak echa yang manja dan penuh dengan gairah, lebay dikitlah he he he.

“Papah kok tidur?” ucap mbak echa yang di hadapanku.

Aku membuka mataku, sedikit terbelalak begitu cantiknya bidadari ibi. Kuamati dari atas kebawah kulihat dia mengenakan kerudung modern merah jambu, dengan kaos berwarna putih dan rok merah jambu dilengkapi dengan jaket atau blazer entah aku tidak tahu namanya tapi warnanya putih. Mbak echa berdiri di hadapanku kemudian sedikit mundur kurang lebih 1,5 meter, diraihnya ujung dressnya dan diangkat ke atas hingga memperlihatkan bagian selangkanganny. Kemudian kaos yang dimasukan itu dibukanya terlihatlah korset seksi yang dipakainya.

“Ini kan yang papah mau? Ngaku dech” ucap mbak echa sambil tersenyum nakal kepadaku

PAKAIAN MBAK ECHA

KORSET MBAK ECHA
“Hmmm... mamah tambah cantik dech...” ucapku

“Asal papah malam ini jadi milik mamah, apapun akan mamah lakukan papahku sayang” ucap mbak echa yang kemudian melepaskan ujung dressnya, sehingga tertutup rapat kembali

“terus mamah harus ngapain pah? Hi hi hi...” ucap mbak echa

“mamah sayang sini to, sudah kangen ini yang di dalam celana” ucapku

“Kok kesitu emang mamah harus ngapain, udah cantik kok disuruh mainan itu ntar kalau kotor gimana?” ucap mbak echa dengan seyuman nakal

“Aduh... masa papah harus kesitu, sini dech papah bilangin, nanti mamah tambah cantik kalau sudah papah bilangin” ucapku yang mencoba merayu mbak echa

“Kesitu... kaki mamah pegel, ndak bisa kesitu, papah aja yang kesini” ucap mbak echa, yang kemudian jongkok dihadapanku.

“kok malah jongkok, emangnya mamah mau main-main kuda-kudaan?” rayuku. Tanpa diduga mbak echa, meangkak ke arahku

“Kaya gini ya pah?” ucap mbak echa yang merangkak perlahak ke arahku dengan senyuman nakalnya. Wajahnya yang berias cantik dengan balutan kerudung itu membuat dedek arya meronta ingin segera dilepaskan

“Hmm... iya mah, tambah bikin gemes saja” ucapku. Perlahan tapi pasti, mbak echa merangkak dan mendekatiku. Kini kepalanya tepat di selangkanganku, dicium-ciuminya dedek arya yang masih berbalut jeans bermerk Pasar Loak.

“Efthhh... mamah kok tambah nakal to mmmmhhhh...” ucapku

“biar papah tambah pengen... ssssshhhhh... baunya masih terasa pah, bau sperma papah emmmh” ucap mbak echa

Mbak echa mulai mengendusi selangkanganku, terkadang mbak echa mulai menciumi selangkanganku. Ku buka semakin lebar kedua pahaku, mbak echa semakin maju. Pemandangan yang eksotis aku dapatkan disini, mbak echa tidak hanya mengendusi atau menciumi selangkanganku tapi kadang dengan menatapku dia menjulurkan lidahnya. Lidahnya bermain-main diselangkanganku yang masih berbalut jeans pasar loak itu, di jilatinya keatas dan kebawah terkadang dan mata kami terus berpandangan. Senyumku terus mengembang melihat tingkah nakal managerku ini.

“mamah manager, nakal bangeth mmmmmhhh... lidah mamah manager terasa di kontol papah” ucapku

“mamah memang manager, tapi papah direkturnya, sekarang manager mau di puasi sama direkturnya” ucap mbak echa nakal

“Dipuasi apanya mah? Emang papah punya sesuatu untuk muasi mamah?” ucapku merayunya

“vagina mamah, papaaaaah....” ucapnya yang kemudian mengelus-elus selangkanganku

“vagina?” ucapku bertanya

“Memek mamah pengen dipuasi sama kontol papah”

“iiih... papah gitu dech suka nyuruh mamah ngomong jorok, kan malu pah, jahat” ucap mbak echa

“owh... emang ada kontol disini mah? Ndak ada kok” ucapku dengan sedikit tersenyum nakal kepadanya. Bibrnya kemudian manyun dihadapanku, dengan gerak cepatnya tanpa memandangku dia langsung saja membuka paksa celanaku. Kupandangi mbak echa dengan senyum geli karena dia sudah terbawa ke permainanku. Dengan sedikit mengangkat pantatku, ditariknya dan terlepaslah celanaku.

“ini ada pah?” ucap mbak echa yang kemudian menggenggam dedek arya. seketika itu mbak echa memajukan kepalanya dan ku tahan.

“Sebentar mah, kok tega banget sama papah... ini belum dapat jatah kok malah yang dibawah dulu, jarang lho mamah pake lipstick merah jambu” ucapku menggodanya

“iiih... papah, atas sama bawah kan sama saja milik papah, jadi ndak salah kan mamah langsung kebawah” ucap mbak echa

“e e e... jadi Cuma mau yang dibawah ya?” ucapku dengan sedikit wajah jengkel

“Enggak pah, jangan marah gitu, nih pah dinikmati kalau perlu dimakan juga ndak papa, mamah rela kok” ucap mbak echa, yang semakin nakal saja.

Bibir mbak echa kemudian semakin maju dan kutangkap dengan bibirku. Dagunya aku pegang dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku turun ke bagian dadanya. Kuremas lembut bagian dadanya itu satu persatu dengan tangan kiriku. Ku sapu bibir berlipstick merah jambu itu dengan lidahku dan kemudian kami saling berpagutan. Tangan mbak echa dua-duanya berpegang pada dedek arya, tangan kirinya memegang pangkal dedek arya dan tangan kananya mengelus-elus sisa dari batang dedek arya. kami berpagutan lumayan lama, elusan tangan kanan mbak echa berubah menjadi kocokan. Setelah puas merasakan bibir yang sudah dipermak ini, kulepaskan ciuman dan kupandang matanya. Dia hanya tersenyum manis kepadaku.

“Mah, mau nggak biar tambah cantik?” ucapku

“Iya mau dong pah, emang gimana pah?” ucapnya

“dijilati mah kontol papah, tapi kaya pertama tadi mau ndak mah?” ucapku

“iiih papah, masa mamah disuruh kaya tadi kan malu pah” ucap mbak echa

“malu apa mauuuuu? Kalau ndak mau ya ndak papa, papah tak tidur” ucapku

Dengan senyumannya yang nakal, mbak echa sedikit mengecup dedek arya. mbak echa kemudian mundur, kini posisinya adalah posisi orang merangkak. Kepalanya tepat dihadapan dedek arya, pemandangan yang eksotis bukan? Perlahan tapi pasti, mbak echa mulai megeluarkan lidahnya. Di sapunya zakarku dengan lidahnya. Dari bawah lidahnya bermain ke bagian tengah dedek arya, tangannya masih tetap menumpu tubuhnya. Hingga pada ujung dedek arya, mbak echa sedikit mengulum kepala dedek arya. kembali lagi jilatan itu dari zakarku hingga kepala dedek arya. kepalanya naik turun menjilati dedek arya. pemandangan wanita berkerudung merah jambu ini membuatku benar-benar bernafsu, sekalipun nakal tapi berbeda dengan tante ima, tante ima terlalu keras.

“erghhh... mamah hebat, ayo mah dikulum, papah ingin lihat mamah tambah cantik lagi”ucapku

Mbak echa yang mendengar perkataanku langsung saja mengulum batang dedek arya. Kini dengan bantuan tangannya dicobanya memasukan semua batang dedek arya ke dalam mulutnya. Bibir mungil itu yang sudah pernah merasakan bagaimana dedek arya masuk ke dalam masih saja terlihat kewalahan. Tapi dengan segala upaya, mbak echa terus mengulumnya sama sepeti di lab tadi. Kepalanya naik turun memberikan gesekan pada batang dedek arya. kupegang kepalanya dan sedikit aku naik turunkan karena aku sudah terbawa dalam permainan nakalku. Tanpa ada perlawanan mbak echa menuruti pergerakan tanganku. Kepalanya maju mundur, dan...

“mamah, papah mau keluar... owghhh... mulut mamah memang enak, bikin kontol papah keenakan, ayo mah terus papah ingin kelaur dimulut mamah...” racauku sambil menaik turunkan kepalanya, bibir indah itu tanpa ada perlawanan mulai menyedot batang dedek arya lebih kuat.

“mamah papah keluar, telan peju papah maaaahh.... owghhhhhhhhhh.....” teriakku

Crooot croot croot croot croot croot croot croot

Kutahan kepala mbak echa agar tidak lari dari semprotanku. Kedua tangannya tampak mencoba menekan agar bisa lepas dari batang dedek arya. namun percuma gagal, aku lebih kuat darinya. Setelah semua spermaku keluar, aku langsung bersandar pada sofa. Mbak echa langsung melepaskan kulumannya, terlihat sedikit sperma mengalir dari mulutnya.

“uhuk... uhuk... uhuk...”

“papah jahat mamah tadi ndak bisa napas huft huft huft...” ucap mbak echa

“maaf mah, papah refleks habis mamah seksi sekali pakai kerudung sambil ngulumin kontol papah” godaku

“uhuk eh.. jadi papah suka kalau mamah pakai kerudung ya? Mmmmm” ucapnya sambil lidahnya mengelap sisa sperma yang tertinggal di bibirnya. Mbak echa mencoba menggodaku, dengan permainan lidahnya. Jari-jari tangannya melap sisa sperma yang mengalir dari bibirnya dan dimasukan ke dalam mulutnya

“lihat pah mmmmmmm slurp slurp...” ucap mbak echa. Kuamati mbak echa dengan senyuman nakalku, setelah mbak echa selesai dengan kegiatannya itu. Aku raih pundak mbak echa, dan kucium bibirnya. Kedua tangan Mbak echa memegang pinggangku dan kemudian turun ke dedek arya.

“pah, kok tidur, mamah kan belum dapet... papah jahat” ucapnya dengan wajah ngambek

“kecapekan kali mah” ucapku mencoba membela dedek arya. jujur saja tubuhku terasa sangat lelah.

“bisa bangun lagi ndak pah?” ucap mbak echa

“ndak tahu mah, habis kecapekan dari pagi analisa sampel, pulang main sama mamah, sekarang ya loyo...” ucapku sekenanya

“Lho kok bisa?” ucap mbak echa, kemudian berdiri melihat minuman hangat tadi

“kok ndak diminum pah?” ucap mbak echa

“ndak kepikiran minum tadi habis capek banget mah” belaku

“mamah tahu papah capek makanya mamah buatin minuman kuat, diminum pah, plis mamah pengen papah muasin mamah, bukannya mamah egois tapi mamah mohon pah, plisssss” ucapnya.

Kulihat wajahnya memelas yang penuh nafsu itu. Aku tersenyum dan segera kuraih minuman itu, langsung habis kutelan. Dengan tenaga tersisa aku raih tubuhnya dan ku dudukan di samping kananku. Segera aku lumat bibir tipis bergincu merah jambu itu. Kulumat habis bibirnya, kedua tanganku bergreliya di buah dadanya. Kutarik secara perlahan roknya hingga tangan kiriku mampu masuk ke dalam selangkangannya. Stocking hitam yang menghiasi pahanya, dan juga celana dalam warna hitamnya terlihat olehku. Dengan sisa tenagaku, aku elus-elus bagian luar vaginanya.

“owghhh... papah... mamah ingin kontol papah, pengin banget kontol papah masuk terus...ergh....” racaunya

Aku tidak mempedulikan racaunya, segera aku sumpal mulutnya ini dengan bibirku lagi. Kutarik bagian samping CD-nya hingga kedua ujung CD-nya itu bersatu membuat CD itu terselip di vagina mbak echa. Aku goyangkan CD-nya itu kadang pula aku menariknya, tapi lebih sering aku mneggoyangkan CD-nya. Mbak echa yang tidak tahan dengan perlakuanku, langsung ambruk dan bersanda pada sofa dengan kakinya yang dibuka lebar agar aku lebih leluasa memainkan memeknya. Kualihkan Cdnya ke tangan kananku, dan tangan kiriku kemudian ikut memainkan vaginanya.

“papah... owghh papah... jangan berhenti pah, memek mamah owghh memek mamah ashhhh enak banget rasanya arghhhh... papah, owghhh.... mamah suka pah erghhsssshhhhhh...” ucapnya sambil tangannya meraba-raba selangkanganku mencoba mencari dedek arya.

Setelah usaha meraba-rabanya akhirnya ditangkapnya batang dedek arya yang mulai menegang. Aku masih sibuk memainkan vaginanya. Dikocoknya perlahan dan tidak beraturan batang dedek arya dengan tangannya. Aku yang fokus kepada vagina mbak echa, terus memainkannya. Lama aku memainkan vaginanya, terasa ada sedikit tambahan tenaga untuk tubuhku. Kubuka sedikit kaosnya dan Perlahan kulepaskan tali-tali yang berikatan dengan korset mbak echa, kulorotkan CD-nya. Dengan posisi yang masih sama, ku masukan jari tangan kiriku ke dalam vaginanya, tangan kananku beralih meremas-remas susu mbak echa. Ku turunkan kepalaku dan segera aku jilati vagina bagian atasnya. Tangan kananku kemudian membantu bibirku untuk mendapatkan klitoris mbak echa, dan...

“Arrghhhhhhhhhhhhh... papah itil mamah diapain pah erghhhhh.... jilati pah lebih keras, mamah mamah suka... ossssshhhhhhh... lidah papah hebat owghh... mamah suka semua dari papah owghhh... erghhh kocok lebih keras lagi, memek mamah mau dikocok lebih keras lagi pah, lebih keras... mamah suka, ayo pah terushhh” racaunya, aku tak mampu memandang ekspresi mbak echa karena ku sibuk menikmati bau peceran rasa dunhill he he he

“papah terus pah memek mamah mau papah, arghhhh... jilati terus, kocok lebih dalam pah owgh... ajari mamah agar bisa memuaskan papah, ajari manager papah ini seks enak.. owgh buat mamah tidak erghh egois lagi pah... hajar mamah yang kurang ajar sama papah ini orghhh enaaaakk enaaaaakk enaaaaakkhhhhh arghhhhh....” racaunya.

Kata-katanya menjadi lebih berani dan membuat aku kembali bersemangat mengocok. Kulepaskan jilatanku dan kupandangi wajahnya yang bersandar di sofa. Ku kocok semakin kerasmulutnya terbuka, lidahnya seakan-akan ingin kelliar bola matanya bersembunyi di kelopak mata bagian atas. Nafasnya menjadi sangat tersengal-sengal, tangan kananya mencengkram sofa dan tangan kirinya mencengkram pundakku.

“Mamah keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrr....arrrrrrrgghhhh...” teriaknya

Tubuhnya melengking ke atas, kuberhentikan kocokannya. Tubuhnya kemudian menggelinjang beberapa kali, nafasnya tidak teratur. Setelah beberapa kali tubuhnya bergetar beberapa kali, mbak echa mencoba menenangkan nafasnya. Matanya masih terpejam, tubuhnya lemas tak berdaya. Aku kemudian bangkit dan mengangkangi tubuhnya kuarahkan penis ke wajah mbak echa. Ku sodok-sodokan ke mulut mbak echa, mbak echa membuka matanya dan memandangku. Dibukanya mulut indahnya itu dan kumasukan secara perlahan. Hanya sebentar saja, aku kemudian turun di hadapanya.Roknya masih tersibak hingga pinggangnya, ku tarik ke atas kaos mbak echa dan terlihatlah jelas korset yang dikenakannya.

Segera kutarik penutup susunya hingga di bawah susunya itu, sehingga penutup itu menyangga payudara besar mbak echa. Kuposisikan paha mbak echa di atas pahaku, langsung aku terkam kedua buah susunya. kumainkan, kujilat kuremas dan ku sedot-sedot hingga mbak echa yang sudah kehilangan tenaganya menggelinjang nikmat.

“Owghh pah... puting mamah enak, ayo pah nyusu kemamah... suamiku ndak pernah nyusu ke mamah... erghh... terus pah mainkan lidah papah di puting mamah owghhh...” racaunya

Tanganya mengelus-elus lembut kepalaku. Kadang menekan kepalaku ke arah dadanya sehingga membuat aku sedikit sulit bernafas. Ku gigit-gigit kecil bagian susunya sehingga menimbulkan bercak merah. Segera aku bangkit, dan ku pandangi wajahnya dengan senyuman. Mbak echa hanya mampu tersenyum kecil kepadaku. Ku tarik tubuhnya dan kuposisikan menungging di atas sofa.

Plakkk... kutampar pantatnya yang bahenol itu

“Tampar pah, mamah memang egois pah ayo pah tampar lagi, biar mamah tahu kalau papah suka” ucap mbak echa.

Ku tampar lebih keras lagi pantat mbak echa, bukannya mengaduh tapi malah meminta tamparan lebih keras. Kubuka pantat mbak echa, ku cari lubang vaginanya. Ku arahkan dedek arya ke dalam lubang vagina mbak echa. Dengan pengertian, mbak echa memgang dedek arya dan diarahkannya ke dalam lubang vaginanya. Dan blesss....

“ini mah, namanya doggy style alias anjing kenthu mah...” ucapku

“iiih papah hash hash hash masa mamah dijadikan anjing” ucapnya

“lha apa coba namanya?” ucapku sambil perlahan menggoyang pinggulku

“Erghhh... Anjing pah... iya gaya anjing efthhhh mama suka pah... ouwghh... kontol papah enak banget... ayo pah, entot anjingmu ini pah, mamah mau dientot lebih keras lagi pah” ucapnya yang mulai menjadi liar kembali

“Owhhh... mamah itu manager apa itu yang baru disebutin mamah?” ucapku

“Anjing pah, mamah manager papah dan jugaaarghhhh anjing papah owghhh....” racaunya

“Emmmhhh... bukan papah lho yang bilang tapi mamah, kalau papah sih mamah lebih cocok jadi manager pemuas papah...” ucapku nakal

“Arghhh terserah papah, mau anjing mau manager asal papah suka, mamah hanya mau main sama papah selebihnya sama suami mamah... erghhhh....pokoknya selamahhh suami mamah ndak ada papah harus puasin mamah terushhhhh...” racaunya. Aku kemudian menghentikan goyanganku

“kok berhenti? Jangan bikin mama gila pah egrhhhhhh” ucapnya

“yang dipuasin apanya? Pakai apa coba?” ucapku nakal

“memek mamah pah... memek mamah dipuasin pakai kontol papah, cepetan pah goyang pah, robekin memek mamah aaaaaaaaaaaaarghhhhhh....”ucapnya yang kemudian terkejut karena aku mulai menggoyan keras dan ku hentakan ke dalam vaginanya

“ingat mah, hanya papah dan suami mamah memek ini di masuki” ucapku

“iya pah mamah janji, makanyaahhhh ajari mamah memuaskannn papah owghhhhh...” racaunya

“terima ini mah...” ucapku

Aku kemudian mempercepat goyangan pinggulku, kupegang pinggulnya dengan kedua tanganku. Aku memandang balutan kerudugnya dari belakang memebuat aku teringat mbak erlina, namun ingatan itu hilang digantikan oleh Ibu. aku coba berkonsentrasi ke vagina mbak echa, ku goyang kembali lebih cepat. Ku telusupkan kedua tanganku ke dalam susunya. tiba-tiba kepalanya mendoangak ke atas.

“papah.... arghhhhh.... mamah hampir sampai.... owghhhhhhh ssssshhhh... terus pah kocok memk mamah sampe robek pah... arghhhh... enak pah enak sekali pah owgh...” racaunya

Semakin keras aku meremas payudaranya, dan semakin kencang aku menggoyang pinggulku. Kepala mbak echa nampak menggeleng-geleng ke kanan dan kekiri. Kerudungnya amburadul tapi masih tetap memperlihatkan balutan modernya.

“papah kontol kontol papah bikin mamah keluar lagiiiiiiiiiiiiiiii aaaaaaaaaaaaaarghhhhhhhhh....” teriaknya

Aku berhenti sejenak, kunikmati pemandangan tubuh seorang wanita yang sedang mengalai orgasme dari belakang. Aku bangkit dan kupegang pinggulnya. Kurasakan dedek arya meminta penuntasan. Tanpa menunggu lama dan memberi mbak echa waktu istirahat. Segera aku paksa mbak echa berbalik dan ku rebahkan di sofa. Mbak echa terkejut dengan aksiku, sedikit ada penolakan. Segera aku buka kedua pahanya dan kuarahkan dedek arya ke vaginanya. Dan blesss....

“Erghhh... pahhhh bentar pah mamah istirahat dulu... owghhh....” ucapnya

“Sudah mamah diam saja, papah sudah mau keluar...” ucapku sedikit membentak

Penolakan itu kemudian hilang, aku segera menggoyang pinggulku. Langsung aku goyang lebih keras, kedua susunya kini tertutup oleh kaosnya segera aku sibak agar aku bisa memandang gundukan indah itu. Aku goyang semakin keras, mbak echa nampak belingstan

“papah... pelan pah... arggghhhh robek pah memek mamah... gila... papah gilaaaa.... memek mamah bisa robek pahhh owghhhh....” racaunya

“terushhh ayo pah terus robek memek mamah, arghhh... ah ah ah ah... kocok lebih keras pah, maukan lebih dalam pah... arghhhh... aduh....kontol papah nyentuh rahim mamah, mentokk paaaahhhh... kocok lebih keras puaskan hasrat papah... kocok lebih keras lebih dalam owghhhh....” racaunya kembali

Dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun,dan sperma yang sudah di ujung dedek arya. membuat aku semakin keras dan menghentak-hentakan dedek arya di dalam vagiananya.

“mamah owgh mamahku managerku aku akan keluaaaaaaaaar.....” ucapku

“tumpahkan pah, mamag juga hampir sampai, mamah ingin peju papah di memek mamah aaaaarhhhh sirami memek mamah dengan peju papah owghhh....” racaunya

“papah keluaaaaaaaaaaaaar aaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrgghhhhh ah ah ah ah” teriakku

“mamah juga papahkkuuuuuuuu erghhhhhhhhhhh.... eh eh ehe” teriaknya

Croot croot croot croot croot croot croot croot croot

Tubuhnya menggelinjang, begetar beberapa kali kemudian diam. Aku peluk tubuhnya dan kurasakan cairan kami berdua bersatu. Kucium bibirnya dan kami saling berpagutan. Nafas kami bersatu dalam lelahnya seks malam ini. aku tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari ketika aku harus jujur kepada Ibu, hukuman apa yang akan aku dapatkan.

“emmmmhhh... papah hebat hes hes hes... baru kali ini mamah ngerasain kenthu yang enak pah” ucapnya

“besok, kalau suammi kamu pulang coba dipraktekan ya mah... kalau bisa di video terus tunjukin ke papah” ucapku nakal dan masih memeluknya

“iiih papah hash hash hash kan mamah malu...” ucapny

“udah dikenthu papah kok masih saja malu” ucapku

“iya dech pah kalau inget... hi hi hi hash hash hash... pah pindah ke kamar yuk, terus bobo” ucapnya

“iya, tapi papah ingin mamah tetep pakai ini semua” ucapku

“iya pah...” ucapnya dengan senyuman nakal, dengan sisa tenagaku aku membopongnya di depanku dengan posisi dedek arya masih tertancap.

Terasa cairan cinta kami mengalir dari vagina mbak echa. Entah dimana saja tetesan itu jatuh. Hingga dalam kamar aku kemudian merebahkan tubhnya dan kulepaskan dedek arya dari sarangnya. Kudekap tubuhnya hingga tubuhnya tertutup oleh kehangatan tubuhku.

“pah... kalau pengin lagi ngomong ya, kalau mamah ndak mau dipaksa saja pah, khusus papah mamah mau dipaksa” ucapnya

“iya mamahku yang sekarang nakal, hash hash.. sudah bobok dan...” ucapku kemudian berbisik di telinganya

“iiih papah, imajinasinya aneh-aneh dech...”

“tapi papah harus janji pulang siang ndak boleh pagi” ucapnya

“iya mamah, masa memek enak dilewatkan” ucapku

“bobo pah...” ucapnya

Kami kemudian terlelap dalam lelahnya malam. Tubuh kami saling berpelukan dan saling menghangatkan. Kurasakan dinginnya AC membuat kami semakin erat berpelukan. Entah kapan AC itu menyala, mungkin ketika mbak echa berganti pakaian. Nafas kami bersatu hingga tak sadar akan waktu yang terus berdetak.

Pagi hari menjelang, namun aku masih tetap pulas dalam tidurku. Kucoba membuka mataku mbak echa masih tidur disampingku, dengan pandangan buram kulihat jam dinding menunjukan pukul 08:00. Masih terlalu pagi dan aku masih terlalu lelah, aku kemudian mencoba untuk tidur kembali. Kupeluk tubuh mbak echa dan kembali terlelap.

Tak tahu berapa lama aku kembali tertidur, tapi ada yang membuatku harus terjaga dan terbangun. Kucoba membuka mataku, kupandangi jam dinding pukul 10:30. Ku alihkan pandangan mataku ke arah bawah, ke selangkanganku.

“Pagi pah... gimana nyenyak pah tidurnya...” ucap mbak echa. Kemudian dia berdiri di hadapanku yang sedang tidur terlentang ini.

“Seperti keinginan papah kan?” ucap mbak echa.

Ah, aku lupa jika tadi malam aku membisikan untuk membangunkan aku dengan pakaian yang aku inginkan. Jujur saja, aku ingin melihat mbak echa memakai korset dan stockingnya kembali serta kerudungnya saja tanpa pakaian sama sekali. Pemandangan yang aku lihat sekarang adalah yang aku bisikan ke mbak echa tadi malam tapi pagi ini mbak echa tanpa celana dalam. Tiba-tiba mbak echa mengngangkangi dedek arya.

“Pah, mamah sudah ndak tahan, papah dibangunin ndak bangun-bangun” ucapnya sambil mengarahkan batang dedek arya ke vaginanya. Dan blesss... tubuhnya tegak menantang, perlahan dibukanya penutup susunya dan ditariknya kebawah seperti malam tadi sehingga susunya seakan-akan terangkat lebih ke atas lagi. Diletakannya kedua tangannya di dadaku dan mulai menggoyang pelan.

“papah capek ya? Mamah juga pah tapi mamah seneng papah ngajari mamah banyak sekali” ucap mbak echa

“Papah tiduran saja, nanti malah ndak bisa pulang hi hi hi” lanjutnya

“erghhhh hoaaam... main pelan ni mah ceritanya” ucapku

“he’em pah pelan saja, ni erghhh... kontol papah nyodok-nyodok rahim mamah... pengen punya dedek mungkin ya pah emhhh emmh...” ucapnya sambil menggoyang maju mundur sangat pelan dan teratur. Terasa sangat linu, namun aku tidak ingin mengambil resiko daripada aku merasakan lelah berlebih.

“erghhh... emang beneran pengen mah?” ucapku menggoda. Sambil bangkit dan meletakan bantal tambahan di belakangku. Ku belai payudara indahnya itu.

“tapi pah jangan ya pah, biar suami mamag saja, ntar ketahuan bisa gawat pah” ucapnya

“kok bisa ketahuan?”ucapku

“Ya jelaslah, kalau anaknya putih manis ya jelas bertolak belakang sama suami mamah pah” ucapnya

“tinggal bilang saja kalau mirip ibunya” ucapku menggoda walau sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan monumen di dalam kehidupan mbak echa, cukup sejarah saja.

“tetap saja pah, kalau kulitnya putihnya kaya punya papah? Coba lihat mamah pah, sama papah saja masih putihan papah” ucapnya manja

“jangan ya pah, lagian mamahkan belum tahu suami mamah itu pejunya bisa membuahi atau tidak. Kalau seandainya suami mamah periksa dan hasilnya tidak sedangkan mamah hamil, bisa perang dunia dong pah” ucapnya

“iya mah, lagian enakan gini saja mah he he he” ucapku

“pah, papah sama dian saja” ucapnya tiba-tiba. Ah sial kenapa ini cewek malah bahas dosenku

“apaan sih mamah itu, kok bawa-bawa nama dosenku” ucapku

“Kalau mamah sih setuju pah, kalau papah sama dian, mamah ndak ganggu deh. Walau kita ketemu Cuma sebentar, mamah tahu kok dian orang baik.” ucapnya

“hadeeeeh.... kok sampe-sampenya kepikiran kaya gitu to mah?” ucapku yang kemudian mengangkat pinggulku

“Aaaaahhh... papah jahat dech...”

“Ya ndak sih, kelihatanya papah sama dian pasangan serasi. Hi hi hi...”ucapnya kemudian mulai menggoyang agak sedikit keras

“Tapi terserah papah mau sama siapa... yang penting selama seminggu ini ajari mamah untuk bisa memuaskan suami mamah. Karena waktu papah di tempat mamah tinggal seminggu lagi, kalau arghhhh suatu saat ketemu papah menginginkan tubuh mamah. Mamah siap pah owghhh... kontol papah boleh masuk kapanpun pah owghhhh...” ucapnya

“Sekalipun ada suami mamah dirumah?” ucapku menggoda

“Iya pah, mamah akan melayani papah kapanpun papah mau” ucapnya

“ndak mah, ndak tega papah he he he” ucapku yang langsung memegang pinggulnya dan menaik turunkan vaginanya

“owghh pah ini mentok banget pah owghhh kontol papah mentok banget....”racaunya. langsug kudorong dan kurebahkan tubuhnya di kasur, dengan posisi konvensional ku pompa semakin keras.

“papah... owghhh ya tersu pah kontol papah paling nikmat owghhh... ya memek mamah disodok kontol papah, nikmat sekali pah... owghhh terus pah tersu yeahhhh... kocok lebih kuat pah, buat memek mamah gila karena kontol papah owgh ya terus pah terus....” racaunya

“terima kontol papah mah, akan papah robek memek mamah, biar mamah tidak egois lagi!” ucapku sedikit keras

“iya pak, hukum mamah karena mamah egois, sodok lebih keras pah owghhhh.... buat mamah jadi wanita seutuhnya pah arghhhh... owghhh.... nikmat sekali pah....” racaunya

“papah owghh papah mamah suka kontol pappah, mamah hampir keluar pah....” racaunya

“papa, juga hampir keluar mah...” racauku

Aku semakin mempercepat kocokanku. Tubuh mbak echa meliuk-liuk bagaikan ular kepanasan. Kepalanya mendongak, terasa kontolku mentok di dalam vagina mbak echa. Pagi hari, adalah waktu dimana aku sering cepat keluar. Dan....

“mah, papah mau keluar, papah mau keluar di wajah mamah...”racauku

“mamah juga pah, terserah papah mau keluar dimaha owghhh....”

“papaaaaaaaaaahhhhhh kontol papah enaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk....” teriaknya yang disertai tubuhnya menggelinjang nikmat. Bersamaan dengan keluarnya cairan nikmat mbak echa, aku pun juga merasakan hal sama, sedikit aku tahan dan kucabut dedek arya dari vagina mbak maya. Segera aku bangkit dan ku berjongkok di atas tubuhnya.

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Spermaku keluar di wajah mbak echa yang berbalutkan kerudung itu. Sungguh pemandangan yang sangat indah, spermaku sudah terlihat encer walau ada sedikit yang kental. Maklum sudah keluar beberapa kali. spermaku ku tumpahkan tepat diwajahnya, ada yang di matanya, pipinya, mulutnya, keningnya dan bahkan ada sedikit yang muncrat di di kerudungnya. Aku kemudian rebah di bawah selangkangan mbak echa atau dengan kata lain aku rebah berlawanan dengan tubuh mbak echa.

Selang beberapa lama mbak echa bangkit, dan membuka matanya. Kemudian tersenyum ke arahku yang sedang rebahan. Diperllihatkannya spermaku yang mulai mengalir dan jatuh dari wajah mbak echa. Lidahnya kemudian keluar menjilat-jilat sperma itu, dengan bantuan jari-jarinya mbak echa kemudian melap semua sperma itu dan melahapnya. Pemandangan itu akhirnya berakhir, aku dan mbak echa secara bergantian membersihkan diri di kamar mandi.

Selepas kami membersihkan diri, aku kemudian memakai semua pakaianku kembali untuk segera pulang. Mbak echa dengan hanya mengenakan tank-top dan celana dalam mengantarkan aku sampai di garasi. Sebelum aku pulang, aku cium dan peluk tubuhnya, kuremas susunya hanya itu saja. Karena kami saling mengerti bahwa kami sudah kehabisan tenaga.

Akhirnya aku memacu REVIA menuju rumah. Dalam perjalanan aku sedikit merasa bersalah pada Ibu, entah hukuman apa yang akan aku dapatkan. Pikiranku berkecamuk, bagaimana caranya aku jujur kepada Ibu. sesampainya di rumah aku disambut oleh Ayahku di teras rumah, aku salim dan kemudian masuk kerumah. Di dalam rumah ibu menyambutku dengan senyuman manisnya. aku kemudian duduk di sebelah ibu tepat di depan TV.

“Hmmmm.....” Ibu hanya mengguman dan tersenyum kepadaku. Aku jadi salah tingkah sendiri.

“Bu...” ucapku

“Iya...” ucapnya

“itu...” ucapku

“apa?” balasnya

“Maafkan Arya...” ucapku

“Hmmm... pasti deh, dasar kamu itu!” ucap Ibu sedikit membentak

Aku kemudian menceritakan kejadian yang baru aku alami. Kulihat raut cemburu ibu mulai terlkis di setiap nanometer wajahnya. Ibu membuang muka dan hanya memandang televisi. Tak digubrisnya aku, bahkan ketika aku mau memeluknya ibu menepis tanganku.

“Kamu dihukum” ucap Ibu

“Eh... maaf bu... tapi bu...”

“Iya bu, Arya salah...” balasku

“pokoknya dihukum, masuk kamar, istirahat dulu sana” ucap Ibu

Aku kemudian beranjak ke kamarku. Sudah tidak ada lagi pikiran untuk memecahkan misteri-misteri mengenai Ayahku. Hingga sore hari ketika aku mandi pun Ibu tidak mau memandangku. Wajahnya memang tidak melihatkan amarah kepadaku namun untuk memandangku saja tidak mau. Aku kehilangan senyuman bidadariku karena keegoisanku dan rasa tidak ingin diremehkan dihadapan mbak echa. Bahkan sampai pada acara makan malam tiba Ibu juga masih cuek kepadaku. Aku akhirnya pasrah dengan perlakuan Ibu, karena aku tahu aku salah. Aku kemudian tidur tepat pukul 20:00 lebih awal dari biasanya karena aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan.

Cik icik bum alala bum bum cik icik bum alala bum bum. Bunyi ringtone sematponku. Ibu. kuangkat dengan rasa kantuk yamg masih menyelimuti, kulihat jam pada sematponku, 12:00. Ada apa Ibu menelepon malam-malam? Kan bisa datang langsung ke kamar dan menghukumku?

“Iya Bu, halo”

“Turun kebawah, ke kamar Ibu, ada hukuman buat kamu”

“Eh kok dikamar Ibu, Dia dimana bu?” (karena bisa gawat kan kalau ibu meminta dan Ayah di sana)

“Pokoknya kesini, biar kamu tahu rasanya dihukum” tuuuuuuuuuuttt....

Aku terkejut, apakah Ibu sudah bilang ke ayah mengenai hubunga kita? Mati aku... aku kemudian bangkit, rasa kantukku hilang dan segera aku menuju kamar Ibu. Kusiapkan mental baja dan tulang besi serta otot kawatku. Kuhela nafas panjang di depan pintu kamar Ibu. I’m ready to kill him, itulh kata-kata yang terus berputar di kepalaku. Kubuka pintu pelan kleeeeeeeeeeeeek....
 
Helaan nafas panjangku akhirnya kembali normal, ku buka pintu kamar orang tuaku. Kleeeeeeeeek.... dan kulihat sesosok wanita keturunan jepang dengan pakaian kebaya hitam dengan belahan dada sangat rendah berhiaskan jarit bermotif batik keris sedang duduk bersimpuh disamping kanan kepala suaminya. Kebaya yang sangat ketat atau bisa dibilang sangat seksi sekali, rambutnya di sanggul dibelakang kepalanya. Dengan wajah sedikit cemberut dia menyuruhku segera mendekatinya. Jari telunjuknya naik turun mengisyaratkan agar aku lekas mendekatinya.

“berdiri disitu...” ucap Ibu menunjukan posisi dimana aku harus berdiri. Tepat di samping kepala Ayahku.

“Bu, pelan nanti kalau dia bangun bagaimana? Arya siap dihukum tapi tidak begini juga bu” ucapku sedikit memelas

“Banyak bicara kamu arya! Dasar lelaki!”

“Takut ya?! Bukannya kamu sudah janji mau melindungiku?” ucap Ibu tegas.

Aku menganggukan kepala dan menunduk dengan wajah bersalahku. Namanya juga berdiri dan Ibu duduk bersimpuh sekalipun aku menunduk, tetap saja aku bisa melihat wajah Ibu. Tiba-tiba tangan halus ibu nan putih mengelus-elus dedek arya di dalam celana kolorku. Aku sedikit terkejut, spontan aku memegang tangan ibu dan mencoba mencegahnya. Maklum, rasa takut sudah level 99.

“bu...” bisiku

“kamu itu dihukum, beraninya pegang tanganku, taruh tanganmu dibelakang” ucap Ibu dan aku menurutinya dengan raut wajah yang masih sama

“Ibu cemburu....” ucapnya, aku hanya menunduk

“bukan karena kamu bermain dengan banyak wanita, hanya saja kamu selalu memanggil mereka dengan sebutan mesra. Sedangkan denganku, kamu selalu memanggilku dengan sebutan itu-itu saja. Dan hanya ada tambahan sayang cinta, dan itu membuatku terkadang bosan”

“Kamu tidak pernah punya panggilan sayang khusus buatku, itu yang membuat aku sangat cemburu” ucapnya. Tanganya mulai meremas batang dedek arya yang tercetak.

“Ampuuun vaginawatiku, ampuuun.... aku benar-benar minta ampuuuun” ucap dedek arya

“Dasar kamu bisanya menjilat” bathinku terhadap dedek arya

“kamu tahu, Aku juga ingin merasakan kebahagiaan dengan kamu memanggilku dengan panggilan sayang tapi kamu tidak pernah memanggilku dengan sebutan itu” lanjutnya

“Tapi bu, aku lebih suka memanggilmu dengan sebutan Ibu” ucapku pelan

“Owh gitu ya... jadi kamu lebih suka sama echa, ima, maya gitu atau erlina?” ucap Ibu

“bukannya begitu bu itu anu... e... itu....”

“Baiklah, arya harus panggil ibu apa?” lanjutku

“Diah, aku ingin kamu panggil aku diah, itu membuatku merasa bahwa aku benar-benar kekasihmu” ucap Ibu

“Eh...” aku terkejut dan diam sesaat

“Di... di... Diah...” ucapku pelan

“Iya, mas arya ehemm....” ucapnya sambil tersenyum kepadaku, membuatku sedikit lega

“Bu... eh... diah, di luar saja...” pintaku

“owh... tenang mas, dia sudah aku kasih obat kok kang mas”

“Kalo kang mas mau teriak, teriak saja ndak bakalan bangun, wong obatnya saja dosis tinggi kang mas” ucap Ibu. suasana berubah menjadi sangat horny dan penuh nafsu, apalagi pakaian Ibu yang sangat aku idam-idamkan. Kebaya hitam seksi, selain memperlihatkan belahan dadanya juga melihatkan bahunya yang putih mulus. Aku mulai terangsang dengan sentuhan-sentuhan lembutnya.

“Diah emmmh... boleh aku panggil kamu dengan sebutan dinda juga kan?” ucapku

“boleh kang mas, boleh diah seneng kalau dipanggil dinda” ucap Ibu

“jangan panggil aku kang mas, aku ndak suka, aku bukan dia” ucapku

“oh... maaf sayang, kanda saja ya, muach....” ucapnya sambil mencium dedek arya. kucoba memegang tangannya dan langsung ditepisnya

“Kanda masih dalam hukuman, kanda pokoknya harus nuruti dinda malam ini” ucap Ibu

“Eh... iya, ufthhh... kanda krasa enak banget sssshhhh...” ucapku pelan

Dengan gerak cepatnya, ibu meloloskan celanaku. Dilorotkannya hingga bagian bawah, dengan satu dua gerakan kakiku celana itu terlepas dari kakiku. Dedek arya kini mematung dan mengacung ke arah wajah Ibu.

“Ayo diah, dindaku...” ucapku merajuk dan memohon kepadanya

“E e e e... minta ijin dulu sama yang dibawah kanda, masa ndak ijin dulu, ndak enak to ya” ucap Ibu. Ergh... bikin suasana kacau saja ini tubuh bernyawa yang lagi asyik tidur

“Woi, mahesa mulai sekarang dan seterusnya jangan pernah sentuh kekasihku ini, adindaku ini, sekarang kamu cukup menjadi pasangannya tapi untuk cinta dan kasih sayangnya hanya denganku” ucapku sambil melihat kebawah tampak senyum Ibu terbuka lebar

“Iiih kanda sekarang galak, masih dihukum kok galak, ndak boleh galak, pelan-pelan” ucap Ibu

“Aduh...” ucapku, aku kemudian berimpuh, ku ucapkan pelan suaraku tepat di depan wajah Ayahku

“Romo, arya harap romo mengijinkanku menjadi suami Ibu, dengan catatan romo jangan pernah menyuentuhnya lagi, dan dinda kamu harus menjaga agar kamu tidak disentuh olehnya” ucapku pelan

“Iya kanda, sekarnag kanda berdiri lagi, tangannya dibelakang, ingat kanda sedang dihukum” ucap Ibu

Aku kemudian berdiri kembali seperti semula dengan tangan berada di belakang. Kepala Ibu kemudian maju perlahan, dibukannya mulutnya dan dijulurkannya lidahnya. Lidahnya kini bermain-main di ujung dedek arya, sensasi yang luar biasa. Ditambah lagi, kegiatan yang dilakukan Ibu berada tepat diatas wajah Ayah.

“Owgh Diah. Kanda suka jilatanmu diah, hukum kanda karena terlalu mesra dengan yang lain” ucapku meminta

“hmmm... kanda janji ya jangan panggil sayang-sayang lagi sama yang lain” ucap Ibu yang kemudan menjilati lubang kecil di ujung dedek arya

“Iya diahku, dindaku owghh... kulum dinda, kanda sudah kangen dikulum, kulum kontol anakmu dengan bibir manism bu” ucapku

“Kanda ndak boleh minta aneh-aneh, sekarang kanda sedang dihukum, ingat itu ya!” ucap Ibu sedikit membentak

Aku hanya mampu terdiam menerima perlakuan Ibu. Tak bisa aku meminta, dan hanya mampu menunggu apa yang akan dilakukan oleh Ibu. ku pandangi wajahnya yang juga memandangi wajahku, Ibu tersenyum manja kepadaku. Tangan kananya sedikit mengocok batang dedek arya, dan lidahnya masih menari-nari di ujung dedek arya. pemandangan yang selama in imembuatku rindu, kebayanya. Dibuka mulutnya semakin lebar, dan dimasukannya helm dedek arya kedalam mulutnya. kepalanya maju mundur, bibir indahnya mengusap helm dedek arya.

“Owghh... nikmat sekali bunda, hukum arya bunda hukum kanda... arghhh....” rintih kenikmatanku

Kepalanya semakin maju menandakan mulut indahnya mulai melahap sebagian batang dedek arya. dan itu sudah maksimal, karena tak bisa keseluruhan batang dedek arya bisa masuk ke dalam mulutnya. kepalanya maju mundur, terlihat sekali ketika kepalanya mundur bibirnya tampak mancung menberikan sedotan kuat pada batang dedek arya. tangan kirinya mengelus-elus bagian bawah zakarku, membuat aku semakin ON FIRE FIRE FIRE. Semakin lama, semakin basah batang ddek arya dengan denga air liur Ibu, beberapa tetes air liurnya menetes kebawah dan jatuh di kening ayah, ada juga yang jatuh tepat dibibirnya. Sensasi yang luar biasa.

Aku hanya mampu mendesah, tak berani aku berakta-kata. Hukuman paling nikmat yang pernah aku rasakan. Kepalanya smeakin cepat bergoyang, sedotannya semakin kuat, lidahnya selalu menyapu-nyapu bagian bawah batang dedek arya.

“Owghh... dinda diah, kanda mau keluar sayangku, owgh...”

“Diaaaaaaah... kanda keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar....” ucapku sedikit berteriak

Croot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Spermaku akhirnya keluar dimulutnya, dilepaskannya kulumannya. Dengan salah satu tangannya menengadah di bawah dagunya menjaga jika ada yang terjatuh. Dibukanya mulutnya lebar dan diperlihatkannya kepadaku, sedikit encer tapi ada beberapa yang masih kental. Ditelannya yang berada dalam mulutnya dan tapi ada kejadian dimana Ibu menjatuhkan sedikit kewajah Ayah.

“Aduh mahesa maaf, itu tuh anak kamu nakal sekali masa Ibunya suruh ngulum kontolnya, dicrotin dimuka kamu lagi, ndak papa ya mahesa... biar kamu tahu rasa”

“Kanda juga nakal, ngecrot sembarangan masa dimulut ibu kamu sendiri” ucap Ibu

“Dinda kok tambah nakal bicaranya” ucapku

“Biar, kanda tahu rasanya dinakali sama dinda” ucap Ibu dengan senyum nakal

Ibu kemudian menyuruhku berdiri diatas kepala Ayah. Ibu kemudian merangkak tepat di atas wajah Ayah, tapi terlebih dulu Ibu menyingkap jaritnya hingga di pinggangnya. Ibu kemudian menoleh kearah belakang dan memandangku. Aku tahu maksudnya.

“Kakanda, sekarang kakanda hanya boleh pakai tangan kanan saja ndak boleh lebih, sama mulut kanda. Ingat kalau lebih, kita selesai sekarang!” ucap Ibu sedikit membentak.

Aku hanya mengangguk mengiyakan apa perintah Ibu. Posisi kedua paha Ibu tepay berada di samping kanan kiri leher Ayah. Vaginanya telrihat sangat indah, merah merekah seperti tidak pernah digunakan saja. Aku kemudian memajukan kepalaku dan dengan tangan kananku aku buka bibir vaginanya.

“Diah, tempikmu selalu membuat aku kangen sayang, slurrrrpp....” ucapku dan langsung menyosor vaginanya. Memang sedikit sulit denganposisiku sekarang ini, tidak bisa mengeksplor keseluruhan vagina Ibu.

“owghhh... lihat mahesa, anakmu sedang memberiku kasih sayang aku yang tidak pernah kamu berikan kepadakuhhh.. arghhh... kanda owghhh.... terus masukan jari kakanda juga owghh... diah ingin merasakan lebih, buat diah kelua, harus keluar kanda sayang owghh.....” racaunya

Ku masukan jari tengah kedalam vagina Ibu, dengan jempol yang selallu mencoba meraih klitorisnya ketika jari tengahku masuk tapi ketika jari tengahku nkeluar jangkauan jempolku tak sanggup meraih klitorisnya. Lidahku bermain-main di bagian vagina yang dekat dengan anusnya. Aku sangat menikmati momen ini , ditambah lagi keberadaan Ayah yang sangat aku benci ini berada di sini.

“owghh... kakanda nakal sekali berani-beraninya mengocok tempik ibu kanda dihadapan ayah kanda... erghhh... kanda... kanda.... teruskan kanda.... dinda sangat menyukainya, diah sangat menyukainya teruss buat tempik diah keluar banyak... dinda ingin kanda buat tempik diah muncrat... dinda sayang kanda owghh... kandaku aryaaaa.....” racaunya yang mulai terlihat nakal

Semakin cepat aku mengocok jari tengahku yang sedikit aku tekuk agar mampu menyentuh bagian G-Spotnya. Desah nikmat dan racaunya semakin menjadi-jadi. Aku semakin bersemangat menjalani hukuman dari Ibu.

“kanda... Diah mau keluar... kanda... owghhh.... jari kanda bikin tempik diah enak owghhh.... terus kanda terus lebih cepat... buat tempik ibumu muncrat kanda,,, owghhh erghhhh... ah ah ah... anakku tempik ibumu nak, argghhhh kamu apakan owghh terus naaaaakkk owgh....”

“arya kamu erghhh buat ibumu ngecrot owgh.... egh egh egh egh egh egh” teriaknya

Beberapa kali tubuhnya menggelinjang, melengking. Aku berhentikan kocokanku dan memperhatikan wanita keturunan jepang dengan kebaya seksinya ini menikmati puncak kenikmatan. Kepalanya kemudian jatuh diperut Ayah, cairannya aku tampung di telapak tangan kananku sedikit ada yang menetes di wajah Ayahku. Nafas ibu masih tersengal-sengal menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ibu rasakan. Suara deru nafasnya sangat keras, terdengar olehku.

“esh esh esh kanda sekarang masukan, buat Ibumu ini bisa meraskan nikmat lagi, diah ingin merasakannya lagi disini, masui tempik ibumu nak... cepathhh aahhhh” perintahnya

“Dindaku sayangku cintaku... erghhhh....” ucapku sembari memposisikan diriku tepat di belakang Ibu dan kemudian memasukan dedek arya yang sudah on kembali ke sarang tercintanya

“Arghhh... kanda..... kontol kanda masuk ke tempik diah ibumu ini, dorong kanda erghhh.... terus... dinda suka sekali kontol kanda owghhh....” ucapnya sambil kepalanya mendongak keatas

“iya diah, kontol arya senang sekali, owghhh sempit sekali dinda... rawat terus buat kanda...jangan berikan pada laki-laki lain selain kanda... kontol arya masuk ke tempik ibu, nikmat sekali diaaaaaahh” racauku yang sangat bahagia sekali

“erghh... iya kontol kanda masuk ke tempik ibu, nikmat sekali kanda... owgh... terus goyang lebih cepat kanda... buat dinda terbang dengan kontol kanda... erghhh... terus ah ah ah ah .... erghhhh...” racaunya

Aku semakin cepat menggoyang, kedua tanganku berpegang pada pinggulnya. Suara persatuan bersatunya kelamin kami sangat keras terdengar, plek plek plek plek plek plek. Kedua taanganya sudah tak mampiu lagi menahan tubunya, Ibu ambruk lagi namun aku tetap menggoyang pinggulku dengan tem[o semakin cepat, dedek arya keluar masuk di vagina ibu.

“Erghh... kanda... setubuhi ibu kanda, kenthu ibumu lebih keras di hadapan ayahmu... terus kanda.. owghhh... kontol kanda, dinda suka kontol kanda... besar kuat dan arghhhh... menyentuh rahim dinda ibumu ini owghhh... arghhh.... erghhhh... dalam sekali... kontol kanda memenuhi tempik ibu arghhhhh....”

“iya akan kanda penuhi tempik ibu dengan kontol anakmu, ah ah ah ah... kanda suka tempik ibu, arya suka tempik ibu, anakmu suka tempik ibu... owghhh... ibu aku cinta kamu bu.....kanda cinta dinda diah...” racauku

“owghh... kanda anakku, ibumu juga cinta kamu, asssshhhhh owgh kontol anakku buat aku keluaaaaaaaaaaaaarr.....” ucapnya, seketika itu tubuhnya menggelinjang untuk kedua kalinya. Cairannya mulai membasahi batang dedek arya.

“istirahat duluhh ash ash ash kanda....” ucapnya. Aku yang semula masih menggoyang kemudian membenamkan dedek arya didalam vagina Ibu dan kudiamkan

Ibu kemudian maju dan terlepaslah batang dedek arya dari vaginanya. Aku masih tetap pada posisiku dan kini ibu memposisikan dirinya tepat di samping Ayah, dia berbaring dan kemudian menyuruhku mengambil posisi di selangkanganya. Lalu aku bangkit dan memposisikan diriku tepat di selangkangan Ibu. posisiku, Ibu dan ayah kini sejajar. Tangan kananya meraih leherku.

“Kanda, jangan sungkan-sungkan, tempikku bukan miliknya lagi, cintaku juga bukan miliknya lagi, sekarang semua menjadi milikmu. Masukan anakku... ibu ingin malam ini kita lewati bersama dengan ayahmu. Ayo nak, masukan kontolmu ke tempik ibumu ini yang Cuma ingin kontol anaknya” ucap Ibu. kumajukan bibirku dan melumat bibirnya, tangan kanan ibu mengarahkan dedek arya ke vaginanya dan bless.... ku tekan sangat dalam. Tanganku dengan sedikit memaksa mencoba merobek kebayanya namun ditahan.

“Ini nanti, tidak ada susu saat ini kanda....” ucap ibu nakal

“kapan? Aku pengin nyusu diah...” ucapku manja

“nanti, sekarang puaskan diah, arya...” ucap Ibu

Aku tersenyum dan kemudian menggoyang pinggulku. Dengkuran keras ayah masih terdengar dari awal kami bercinta hingga sekarang. Entah berapa dosis yang diberikan oleh ibu kepada ayah, namun bisa dipastikan overdosis. Kalau ndak bangun bagaimana coba? Bodoh ah! Aku goyang semakin keras, ibu mendesah keras tepat di sampin ayah. Kepalanya menggeleng-geleng ke kanan kekiri merasakan dedek arya menyentuh rahim. Terasa sangat mentok di dalamnya.

“Arghhh... mentok arya... kontolmu menthok di tempik ibu owghh... “ racaunya

“diah, mana yang lebih enak diah, punyaku apa punya mahesa?” ucapku

“punya anakku, punyamu, punya kanda paling enak dan terenak, ternikmat owghhh... buat diah selalu bisa keluar erghhh... aisssshhhh aaaarrrhhhhh esttthhhhhhhh kanda.... kandaku anakku... nikmaaaaaaaaaaaaaaaaathhhh arghhhh.... terus sodok tempik ibumu dengan kontolmu anakku owghhhh....nikmat sekaliiihhh argghhhh....” racaunya

“iya sayangku, kontolku masuk dan menyodok tempikmu, aku ngethu ibuku, enak sekali owghhhh... nikmat sekali... tempikmu enaaaaak... aku mau keluar ibu, keluar di tempik indahmu keluar di tempik diaaaaaahhh... arghhh...” ucapku

Semakin sering aku menggoyang lebih cepat,semakin terasa kenikmatan gesekan antara dinding vagina ibu dengan kulit dedek arya. membuat aku semakin cepat menggoyang dan semkin cepat untuk merasakan kenikmatan. Sungguh sensasi yang berbeda aku rasakan ketika bercinta di samping orang yang selama ini aku benci.

“diah, aku keluar aku hampir keluar owghhhh...” ucapku

“diah juga sayang, keluar bersama sayangku, kanda aryaaaahhhhh....”balasnya

“aku keluaaaaaaaaaaaaaaaar.......” ucapku. Kuhentakan sekeras-kerasnya ke dalam vagina ibu. tubuh ibu melengking dan mengejang beberapa kali.

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Kedua kalinya aku keluar, entah yang keluar sperma atau hanya cairan putih aku tidak tahu. Hanya saja aku bisa merasakan nikmat menjalar di tubuh kami berdua. Kupeluk erat tubuh ibu dan kuciumi seluruh wajahnya. Aroma wangi keringat tubuhnya menyeruak indra penciumanku. Aliran deras nafasnya mengalir di leherku.

“terima kasih arya, diah senang banget, kontol kamu bikin diah puas... ssh ssh ssh ssh” ucap ibu

“arya juga diah...has has has has...”ucapku

Lama kami berpelukan mengumpulkan energi yang cukup. Ibu kemudian mendorongku dan aku bangkit, duduk dipinggir ranjang. Kulihat ibu duduk dan mengelap wajah Ayah yang terkena cairan cinta kami berdua di awal pertempuran kami. dambilnya minyak wangi dari meja riasnya dan disemprotkan ke seluruh tubuh ayah. Setelahnya, didekatinya aku.

“Kanda, bopong Diah, Diah pengen bobo bareng kanda” ucapnya

“nanti kalau kesiangan bisa ketahuan diah”balasku

“tenang saja, kan bisa dikunci kanda hi hi hi” ucapnya. Aku hanya tersenyum, kuraih celana kolorku dan kubopong ibu ke kamarku dengan dedek arya menggantung di selangkanganku. Tak lupa, ibu menyuruhku berhenti sebentar untuk mengunci pintu. Sesampainya di kamar, kurebahkan tubuhnya.

“Kanda, ndak pengen nyusu? Tapi diah ndak bisa buka, dibukain kanda” ucapnya manja

“Diah manja sekali hari ini” ucapku

“Biar disayang kanda terus hi hi hi” ucapnya.

Dengan sekuat tenagaku aku sobek kebaya ibu, kulepas semua yang berada di tubuhnya. Kulepas kaosku, dengan tubuh telanjangku ku peluk ibu dengan sangat erat. kini aku tidur bersama bidadariku. Kucium bibirnya dengan mesra, perlahan ciuman itu turun semakin kebawah. Tepat di susunya aku menyedot kedua susu itu secara bergantian.

“Sedot yang kuat, netek yang puas sayang seperti dulu ughhhh.... mmmmmmhhhhh....” ucap Ibu yang kemudian melenguh atas perlakuanku.

Lama aku mengulumi puting susunya layaknya anak kecil. Tubuhku tidak dapat berbohong akan rasa lelah yang datang. Ku posisikan kepalaku berhadapan tepat dengan wajah Ibu dan kemudian aku mencium bibirnya. Setelah puas berciuman aku peluk tubuh telanjang Ibu, namun ibu kemudian membalikan tubuhnya dan membelakangiku

“Kanda, kontolnya masih bisa berdiri tidak?” ucap Ibu

“sedikit tegang diah, mau dimasukan lagi?” ucapku

“He’em... pengen bobo sambil kontol kanda masuk ke tempin diah” ucapnya sambil mengangkat salah satu kakinya

Tanpa komando tambahan aku kemudian mencoba memasukan dedek arya ke vagina Ibu. Dengan segala upaya, kucoba memasukan dedek arya yang sudah setengah pingsan ini kedalam vagina Ibu. semakin sering mencoba semakin bertambah tegang dedek arya dan sleebbbb masuk. Kuturunkan kakinnya dan kupeluk tubuh ibu.

“Peluk diah yang erat...” ucap Ibu

“iya sayangku yang manja...” ucapku

“mmmm....” suara senyum manjanya

Akupun kemudian terlelap, entah esok mungkin aku akan ijin tidak berangkat. Bagaimana tidak, melihat sikap ibu seperti ini mengalihkan semua konsentrasiku untuk PKL. Pelukanku emakin erat, sambil meremas-remas susunya aku mengecup leher indahnya. Semakin lama perlakuanku semakin lemah, kudengar dengkuran halus ibu. aku pun mulai tertidur....

Pagi menjelang, ku raba-raba tempa tidurku dan tak kudapati tubuh indah yang menemaniku semalam. Dengan mata yang sangat berat aku melihat sekeliiing kamarku. Pandanganku masih rabun, kucoba memandang jam dinding di kamarku. Tak terlihat jelas, aku kemudian bangkit dan mendekatinya

“Gila, jam 08:00 aku terlambat!” teriakku. Segera aku raih sematponku sebuah BBM. Ku buka BBM terlebih dahulu, dan itu dari Ibu menyuruhku untuk minta ijin terlambat. Segera aku telepon perusahaan, tanpa berpikir panjang aku ijiin untuk terlambat berangkat dengan catatan sampai di tempat PKL pukul 10:30 dikarenakan membantu ibu begitulah alasanku. Setelahnya, aku kupakai pakaianku dan kuraih handuk segera aku turun kebawah dengan masih membawa sematponku. Baru aku sampai di pintu kamarku, sebuah nomor meneleponku.

“Hallo, selamat pagi”

“Hallo papah....” (Eh... mbak echa)

“Eh mamah echa he he he...”

“capek banget ya kemarin Ar? Hi hi hi”

“Iya mbak, jadinya hari ini bangun kesiangan”

“Ya sudah, boleh terlambat asal tetap berangkat ya, nanti pas istirahat langsung ke ruanganku”

“Iya mbak, oia kok keruangan mbak echa?”

“Aku pake daleman kesukaan kamu ar, hi hi hi” (WOW WOW WOW)

“iya dech mbak echa, jadi nakal ya?”

“nakalnya Cuma sama kamu hi hi hi... oia aku mau cerita nanti, pokoknya sekarang istirahat dulu ya persiapan buat nanti hi hi hi dah arya...”

“Iya mbak” tuuuuuuuuuut

Tepuk jidat, hanya itu yang bisa aku lakukan. Bisa-bisa aku memang menjadi Penjahat Kelamin sungguhan, eits tidak bisa, tidak bisa, lha wong dia yang minta bukan aku. Ya sedikit pembelaanlah untuk posisiku sekarang. Kulanjutkan langkahku keluar kamar, hingga ketika aku turun dari tangga aku terdiam sejenak melihat pemandangan di dapur. Aku sangat terkejut pagi itu, ibu hanya menggunakan celemek saja tanpa kaos atau rok .

“bu...” ucapku

“Kok Ibu?” balasnya sambil menoleh ke arahku

“Eh... Diah, kalau ketahuan?” ucapku membenarkan

“Sudah tenang saja, dia sudah berangkat kok...” ucap Ibu santai, segera aku melangkah ke arahnya dan kupeluk dari belakang

“Ini lanjutan tadi malam ya?” ucapku sambil mencium leher jenjangnya

“bukan, bonus... agar peju sayang tambah ndak keluar”

“Diah tahu kok, pasti nanti si echa minta lagi jadi biar dia dapat kontol saja tapi ndak dapat peju hi hi hi” ucapnya nakal

“berarti pagi ini harus dikeluarkan?” tanyaku

“Harus! kanda harus dikeluarkan, diah ndak peduli kalau kanda tambah loyo, pokoknya si echa harus dapat sisa diah” ucapnya dengan wajah sedikit cemberut

“jangan cemberut gitu dong sayang, iya dikeluarkan setiap pagi, tapi buatin minuman kuat ya kalau pagi habis keluar, kasihan kanda nanti PKL-nya gimana?” ucapku memohon

“Iya, pastinya kanda, asal bangun pagi setor dulu ke diah baru dibuatin” ucap Ibu

“pasti diah ibuku sayang cup cup cup...” ucapku sambil mencium dan mengendusi leher jenjangnya

“Ughh... kanda... emmmm... kanda mau apaaaahhh aarghhhhhh....” desah Ibu

“ingin kenthu kamu sayang...” ucapku pelan di dekat telinganya

“emmmhhh... Cuma itu kanda? Kuno egghhh bangethh....” tantang Ibu yang sedikit membuatku berhenti di tengkuk lehernya, hmmm... kelihatanya memang harus sedikit nakal.

“Anakmu ini pengen ngenthu kamu bu, pengen ngecrot di wajah Ibu, pengen nusukin kontol di tempik kamu bu mmmmm slurpp...” ucapku sambil mengulum sedikit kupingnya

“Ibu juga pengen kamu kenthu sayang, ayo anakku masukin kontol kamu di tempik Ibu mmmhhhhh” ucap Ibu sambil mendesah

Sejenak aku peluk erat tubuh Ibuku, kemudian kedua tanganku mulai meremas kedua susu besarnya itu. Remasan-remasan halus dan kecupan mesra di tengkuk lehernya membuat ibu menggelinjang kenikmatan. Kedua tanganku kemudian menyusup ke dalam celemek yang menutupi susunya itu dan kukeluarkan susunya dari samping celemeknya. Kini celemeknya berada di tengah-tengah susu ibu. kuremas lebih kuat susunya, remasanku semakin maju kedepan hingga pada puting susunya. tepat diputing susunya, kupelintir puting susu Ibu dengan jempol dan jari-jariku.

“Argghhhh... anakku... ergghhh... terus sayang pelintir sesukamu sayangku... mmmhh... remas lebih kuat...” ucap Ibu dengan tangan kanannya menarik kepalaku untuk mendekat ke wajahnya dan slerrp... slerrpp... kami berciuman.

“kamu suka susu ibu nak, erhhhh... mainkan mainkan sesukamu tubuh ini milikmu nak owghhh...” ucap Ibu

“Ya bu, aku suka, Ibu semalam lupa memberikan servis ke kontolku dengan susu ibu yang besar dan montok ini, susu ini harusnya juga menghukum kontol arya semalam” ucapku nakal

“Kalau begitu ergghh... pelan sayang... oufthhhh... sekarang hukum ibumu nak, tubuh ibu akan servis seluruh tubuhmu” ucap Ibu, aku yang dibelakang tersenyum senang.

Aku memang sedikit suka ketika ibu nakal, tapi mungkin untuk pagi ini karena aku lebih suka ngenthu ibu yang anggun dan penurut. Tangan kananku kemudian turun dan menyibak kain yang menutupi selangkangannya. Perlahan jari tengahku mendekati vagina indah milik ibu, dari bagian atas vaginanya jari tengahku mencari-cari klitorisnya. Lama jari-jariku menguak vagina ibu, dan hap dapat. Langsung aku mainkan melodi jariku di klitorisnya.

“erghhh....” rintih ibu ketika jari-jariku memainkan klitorisnya, kini ibu bertumpu pada tempat piring yang sudah dicuci itu. Tubuhnya hanya bertumpu pada kedua siku tangannya. Kepalanya merunduk melihat kebagian selangkangannya yang sedang di obok-obok oleh jari-jariku

“Iya ibu Arya hukum, sekarang ibu ingin apa dari arya ayo bu katakan kepadaku, apa yang ibu inginkan dari anak ibu ini?” ucapku memancing Ibu

“ibu ingin dikenthu sama anakku... owgghhh... sssshhhhhhh....” ucap ibu dengan kepala yang merunduk dan kemudian menengadah ke atas

“kuno ah..” jawabku meniru ucapanya

“owghh ibu ingin kontol anak ibu masuk ke tempik ibu, ingin merasakan peju kamu diwajah ibu erghhhh... ingin disodok kontolmu terus aryaaahhh arggghhhhh...” racaunya

“suka ya kontol anakmu ya bu?” ucapku nakal

“suka suka kontol arya aissshhhhhhhhh esh esh esh terus masukan jari kamu kocok tempik ibu kocok tempik diah kandahhh owghhhh...” racaunya

“arggggggggghhhhhhhh.....” teriak ibu yang kemudian tubuhnya mengejang beberapa kali terasa cairan hangat mengalir di jariku dan di sela-sela paha ibu.

Aku kemudian mundur dan memandang Ibu yang setengah badannya berada di tempat piring yang telah dicuci itu. Ku amati tubuhnya yang putih dan indah, segera aku lorotkan celanaku. Ku pandangi lagi pemandangan indah itu, tuuh indah itu masih tersengal-sengal menikmati sisa-sisa kenikmatan. Aroma cairan kenikmatan ibu menusuk hidungku ditambah lagi aroma keringatku yan gbercampur dengan ibu menambah nafsuku semakin menggebu-gebu. Aku harus menghukumnya, he he he

PLAK PLAK PLAK kutampar bokong bundar nan indah itu setelahnya aku langsung duduk di kursi yang aku hadapkan ke arah ibu

“argh... uwh... iya kanda sayang”ucap Ibu sambil menoleh kebelakang

“Ayo... sini cepat sayangku, hukumannya belum selesai” ucapku sambil mengelus-elus dedek arya

“Iya kanda, maafkan dinda ya sayang ya” ucap Ibu yang kemudian beranjak ke arahku dan langsung memposisikan dirinya bersimpuh di selangkanganku

“sandarkan kepalamu di pahaku, kecupi kontolku dan jilati juga...”

“Oia dinda ibuku, tolong perlakukan kontolku seperti permen ya dinda dan jadilah wanita yang suka memuaskan kontol anakknya” ucapku nakal

“iya kanda anakku.. cup cup cup” ucap ibu sambil mengecup dedek arya dari samping kiriku sehingga pemandangan itu terlihat seperti seseorang yang makan sate namun ini di kecup dan dijilati

PLAK ku tampar pahanya

“Ehh... ada apa kanda anakku, apakah dinda ibumu ini ada salah?” ucap Ibu

“Kalau lagi memainkan kontol pandangi mataku dinda ibuku” ucapku, ibu hanya tersenyum dan kemudian mengecupi dan menjilati dedek arya sambil berpandangan denganku

Aku yang duduk dengan gagah, kedua pahaku terbuka lebar serta seorang wanita cantik sedang memainkan kelaminku, dedek arya. pemandangan ini sungguh indah, ditambah aroma keringat kami berdua. Ku elus perlahan kepala Ibu dengan tangan kiriku dan punggung tangan kananku mengelus-elus pipinya.

“Sudah puas apa belum dinda?” ucapku, kepalanya mengangguk

PLAK kutampar lagi paha kirinya pelan

“Ingat jawabannya harus belum puas terus sekalipun nanti kamu keluar terus sayang, karena ibu sedang dihukum” ucapku dengan tersenyum, Ibu hanya mengangguk

“Sudah puas?”ucapku kembali dan ibu hanya menggeleng hanya aku balas dengan senyuman kepadanya

“Sekarang kulumin dan jilatin pake lidah ya sayangku” perintahku

“Iya kanda, dinda kulumin ya kontolnya” ucap Ibu

Ibu kemudian merubah posisinya bersimpuh di hadapanku, dibukanya mulut Ibu. dimasukannya perlahan dengan lidah menjulur kedepan terlebih dahulu. Sebelum masuk, lidahnya bermain-main di lubang dedek arya. sensasi yang sangat luar biasa bagiku, melihat Ibu sedang memainkan lidahnya di dedek arya. kulihat Ibu tersenyum walau mulutnya sedikit terbuka. Dimajukannya perlahan kepalanya dan masuklah dedek arya ke dalam mulut ibu. kepalanya kemudian maju mundur mengulum batang dedek arya, lidahnya menyapu-nyapu batang dedek arya setiap kali kepalanya maju mundur.

“Argghhh... bu kontol anakmu terasa nikmat sekali, lebih kuat bu sedotannya, ayo dinda di sedot lebih kuat lagi” rintihku sambil mendongakan kepalaku

Sedotan Ibu semakin kuat membuat aku kelojotan dan merintih nikmat. Kepalanya kemudian maju mundur dengan lebih cepat lagi, sehingga membuat batang dedek arya merasakan nikmat luar biasa. Kadang kuluman itu dilepas dan lidahnya bermain sebentar di ujung penis tepatnya di lubang kencing dedek arya, setelahnya dimasukan lagi. Aku merasa tidak kuat dengan kuluman Ibu kemudian mengehntikannya dengan memegang kepala Ibu. ku bangkitkan Ibu dan kuposisikan menungging dengan separuh tubuhnya berada di meja makan. Ku buka bongkahan pantat Ibu dan perlahan kumajukan dedek arya ke dalam vaginanya. Tepat di depan mulut vaginanya kumainkan sebentar

“Owghh.... kanda, capat masukan dinda sudah tidak tahan lagi kanda owghhh...” ucap Ibu

“Apanya yang dimasukan yang jelas dong Dinda Ibuku” ucapku sedikit nakal

“Kontol kanda anakku, kontol anakku, Ibu mohon masukan ke dalam tempik Ibumu nak, Ibu sudah tidak tahan lagi” ucap Ibu

“Owhhh....” balasku

“Egggggghhhh....” rintih tertahan Ibu ketika kuhentakan keras dedek arya ke dalam vagina Ibu

Perlahan aku mulai menggoyang pinggulku. Dimulai dari goyangan pelan hingga akhirnya aku goyang semakin cepat. Tubuh depan Ibu ambruk di meja makan, kedua buah payudaranya tergencet oleh tubuhnya sendiri. Kupegang pinggul ibu dan kupompa semakin cepat.

“Arghh.... Ibu tempik ibu sempit, Arya anakmu ini suka tempik Ibu... owghhh.... yah... arya ingin pompa terus tepikmu bu” racauku

“Assshh... terussshhh nak, terus pompa tempik ibu dengan kontolmu owghhh.... masukan lebih dalam lagi kanda... dinda suka kontol kanda masuk ke tempik dinda... ah ah ah ah nikmathhhh kandaaaahhh nikmat sekali kontol kanda anakku owhhh... yah terush buat ibu keluar... owhhh... yah terus sayangku... begitu... kocok lebih keras owghh dan lebih aaaahhhhhhh dalam lalgi ohhh... ya terus sayangku terussshhhh....” racaunya semakin nakal

“Owhhh... kontolku mentok di tempikmu bu owhh... nikmat sekali... yah aku akan terus memompa tempik Ibu owh... nikmat sempit dan menjepit bu owhhh tempikmu nikmat...” racauku

Setiap kali goyangan kata-kata nakal keluar dari mulut kami berdua. Kami sudah tidak lagi peduli dengan tetangga jika mendengar teriakan kami. Mendengar? Mana mungkin mereka mendengarnya perumahan ini adalah perumahan yang sepi di pagi hari, kalaupun ada orang mereka juga tidak akan mendengarnya ha ha ha. Lama kami bersetubuh, aku kemudian memeluk tubuh ibuku dari belakang. Terasa spermaku mulai berkumpul di ujung dedek arya.

“Owhhh bu... pejuku mau keluar, peju anakmu mau keluar di tempikmu owhhh... aku ingin keluar di tempikmu bu yaahhhh owhhh sssshhhh cup cup cup... slurpp slurrp slurrrp” ucapku sambil mengecupi punggungnya dan menjilatinya

“keluarkan pejumu di tempikku sayang, keluarkan yang banyak jangan sisakan untuk yang diluar arghhhh owh owh owh owh ... sirami tempik ibu dengan pejuhmu... ibu juga mau keluar lebih keras lagi owghhh lebih dalam lagi yaahhh begitu lebih keras dan lebih dalam lagi kanda sayangku owhhh....” racaunya yang membuat aku semakin mempercepat pompaanku

“Anakmu keluar yahh... keluar di tempikmu bu aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh....” ucapku sambil memeluk erat tubuh ibu

“Ibu juga anakku kandaaaaaa aaaaaaaaaaaaa.... egh egh egh egh” ucap ibu

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Cairan kenikmatan kami bersatu, tubuh kami mengejang bersamaan. Aku peluk tubuh ibu dengan erat, mencoba mengatur nafas begitupula dengan ibu. lama kami berpelukan, ibu kemudian sedikit mendorong tubuhku untuk berdiri, aku pun berdiri. Ibu berbalik dan kemudian memeluk tubuhku dengan erat. kukecup keningnya.

“bu... susunya belum nyervis, hukumannya berarti belum selesai sampai has has has susu ibu servis kontol arya” ucapku

“iiih nakal kamu, masa ibu suruh servis kontol kami terus” ucap ibu

“haru to ya... hukumannya selesai kalo servis susu ibu sampai ke kontol arya” ucapku nakal

“Iya sayang, mmmm nikmat banget tubuh kamu hangat sekali sayang” ucap Ibu

“tubuh Ibu juga...”balasku

Lama kami berpelukan, tak membuat kami lupa akan waktu. Ibu segera menyuruhku mandi untuk segera berangkat ke tempat PKL. Setelah aku mandi begitupula dengan ibu aku pamit untuk berangkat PKL. Sebelumnya aku diberikan minuman hangat penguat tubuh. Tepat di garasi, Ibu tiba-tiba mengulum dedek arya dengan paksa. Dengan paksa pula ibu memposisikan aku rebah di lantai garasi. Dengan gerak cepat, dimasukannya dedek arya ke dalam liang vaginanya untuk kedua kalinya di pagi hari ini hingga ibu klimaks dan aku kentang. Ibu melepaskan dedek arya dan memasukannya kembali ke dalam celanaku.

“Bu, kalau gini arya harus mandi lagi dong” protesku

“ndak usah, biar yang dikantor kamu itu dapat bekas ibu hi hi hi” ucap Ibu

“yaelah.. segitunya bu bu” ucapku

“hush, nurut sama ibu atau ibu ndak mau dihukum lagi atauuuuu kamu ibu hukum lagi tapi lebih berat?” ucap ibu

“iya bu, hukuman ibu seperti tadi malam saja bu jangan lebih berat lagi he he he” ucapku

Kami kemudian berpelukan dan saling melumat bibir. Setelahnya aku pamit dan berangkat menuju tempat PKL. Sesampainya di tempat PKL aku mengobrol sebentar dengan pak satpam, tepat pukul 11:25 aku langsung menuju ke ruangan mbak echa. Disambutnya aku dengan senyuman, dan kemudian dengan bahasa isyarat tangannya aku di suruh untuk mengunci pintu ruangannya. Dengan isyarat tangannya pula, aku disuruh mendekatinya pula. Kini posisiku tepat disamping mbak echa.
 
Di ruangan manager pengendali kualitas atau lebih sering disebut dengan nama bekennya Quality Control. Ingat Control bukan kontol, aku sedang berdiri disamping managerku. Wajahnya nan ayu dengan balutan kerudung merah jambu, dan juga semua yang dipakai hingga rok berumbainya itu juga berwarna merah jambu.

“Pah, nih...” ucap mbak echa membuka roknya dan melebarka pahanya. Tampak korset yang malam itu dia pakai, model sama hanya warnanya merah muda sama seperti dengan warna kerudung, baju serta rok rumbai.

“Hmmm... mamah, pengen ya?” ucapku, dia hanya mengangguk

“tapi jangan dimasuki pah, takutnya ntar tercecer peju papah hi hi hi” ucapnya.

Aku hanya tersenyum dan kemudian jongkok tepat dihadapan selangkangannya. Kuelus perlahan vagina yang tertutup celana dalam tipe G-Stringnya itu. Kadang aku juga menciumi vagina yang masih berbalut celana dalamnya. Dengan sedikit gerakan, aku geser penutup itu dan aku masukan jariku ke dalam vagina mbak echa. Kutekuk dan ku coba mencari G-Spotnya lalu kukocok dengan perlahan sambil mengobrol dengan mbak echa.

“Mamah... dikeluarin dulu ya, nanti dilap pakai tisu terus cuci di kamar mandi” ucapku

“erghh... papah nakal, owhhh... ya pah terserah papah, mamah juga sudah kangen jari papah owghh...” racaunya

Sambil berciuman, aku semakin cepat mengocok tanganku di vagina mbak echa. Mbak echa kadang melepaskan ciuman hanya untuk melenguh, mendesah dan kadang merintih yang tertahan. Lama kami melakuakn aktifitas itu, hingga mbak echa mengalami puncak kenikmatannya. Disambarnya tisu di atas mejanya dan kemudian dilapnya vagina hingga bersih. Aku kemudian bangkit, kucium sebentar bibirnya dan kuberikan kecupan pada keningnya. Setelahnya aku duduk di sofa ruangannya.

“Mbak mau cerita apa?” ucapku

“iiih kok mbak sih...” ucapnya sambil masih membersihkan cairan sisa-sisa kenikmatannya

“iya mamah... mamah mau cerita apa?” ucapku

“dengerin ya pah...” ucapnya

Mbak echa kemudian menceritakan bagaimana malam harinya setelah aku pulang. Mbak echa memberika servis yang luar biasa dari pengalaman melakukan hubungan seks denganku kepada suaminya. Suaminya sampai gelagapan dan tak sanggup meladeni mbak echa. Hanya dua kata yang dikatakan suami mbak echa kepadanya yaitu “sangat puas”. Aku tertawa terkekeh-kekeh, mbak echa kembali bercerita mengenai dia mengulum penis, menjilati dan meminta suaminya menjilati miliknya. Suaminya bak orang idiot dengan seribu kebengongan ketika mendengar kata-kata kotor keluar dari mulutnya. Tapi setelah semua terjadi, suaminya terus meminta mbak echa menservisnya hingga tengah malam. Dan ternyata mbak echa, terlambat datang ke kantor karena semalaman menservis suaminya yang merasa berada di surga.

“Lha terus suami mamah sekarang berangkat kerja?” ucapku

“dia ijin tidak berangkat, nih lihat dari tadi dia ngirimi foto kontolnya terus, bahkan dia meminta pihak kantornya untuk tidak memberikan perjalanan dinas ke luar kota lagi tadi pagi, itu juga karena hi hi hi “ ucap mbak echa, aku haya tertawa pelan mendengar cerita mbak echa.

Setelah ngobrol lama dengan mbak echa, aku kemudian ke lab untuk melanjutkan tugasku sebagai mahasiswa PKL. Tak ada yang aneh, kami semua bercanda satu sama lain. Yanto, encus dan mbak ela pun semua sadar kenapa aku terlambat. Ya mereka bersimpati karena hya aku yang mengerjakan sampel hingga malam hari. Seandainya mereka tahu, aku telah menggagahi manager mereka. Hingga ketika menjelang pulang, mbak echa meminta salah satu dari kami untuk menemaninya membuat laporan. Ya seperti biasa itu adalah alasan mbak echa yang intinya agar mereka menolak semua dan pulang sehingga hanya aku yang tertinggal di lab. Dan itulah yang terjadi, setelah semuanya pulang aku bawa semua barang bawaanku dan masuk ke ruangan mbak echa. Mbak echa tampak duduk dikursi managernya, segera aku tutup pintu dan menguncinya. Kudekati mbak echa, dia masih duduk dan mendongak memandang wajahku. Kami berbalas senyuman, pelan tapi pasti mbak echa kemudian membuka celanaku dan dikeluarkannya pentungan yang ada didalamnya. Dengan lahapnya layaknya eskrim dia langsung menjilati dedek arya. kupegang pangkal dedek arya dan kadang aku gerak-gerakan ke kanan dan kekiri membuat mbak echa sedikit kelabakan menangkap dedek arya dengan mulutnya. kadang aku tamparkan dederya ke pipi mbak echa, pemandangan yang indah seorang wanita berkerudung merah jambu sedang mencoba berusaha melahap dedek arya.

“Ayo mamah, kok ndak dikulum?” ucapku nakal dengan gerak cepat digenggamnya dedek arya dengan tangan kanannya

“papah nakal, diem dulu napa, dah kangen niiiih...” ucap mbak echa, yang serta merta langsung melahap dedek arya.

Kulumannya memang sudah lebih baik dari malam itu, kupegang kepalanya dan kumaju mndurkan perlahan. Mbak echa mengikuti gerakan tanganku dengan terkadang dia menggerakan bola matanya ke atas memandangku. Aku hanya mampu tersenyum dengan apa yang ada dihadpanku. Setelah puas, aku angkat mbak echa dan aku posisikan menungging di meja kerjanya. Kusingkap roknya dan Kutarik G-Stringnya ke atas kemudian aku goyang-goyangkan.

“eehhhh papah, kena itil mamah itu emmmm... enak pah terus... uftthhhh.... mamah sudah ndak tahan pah, masukin saja pah kontol papah ke memek mamah... sudah kangen banget...” ucap mbak echa

“mau main cepat nih?” ucapku menggoda

“iya pah, udah kangen kalau kelamaan nanti banyak yang curiga pah, suami aaaahhhh mamah juga sudah nunggu mamahh essshhhhh cepetan pah masukin kontol gede papah itu owhhhh....” ucap mbak echa

“iya mah, oia mamah tadi pengen apa?” ucapku menggoda lagi yang masih menggoyang-goyangkan G-stringnya

“pengen kontol pah, kontol papah masuk ke memek mamah cepeeeeeeeeeeethhhhhh efthhh...” racaunya

Sebenarnya didalam hatiku aku tertawa puas karena sudah mengerjai mbak echa, namun dipikiranku terlintas ibu. Tak apalah ini kan bekas tadi pagi he he he. Aku lorotkan G-stringnya hingga ke paha mbak echa, dengan segera aku cari lubang senggamanya. Kuarahkan dedek arya ke vagina mbak echa. Kutarik tubuhnya agak sediit mundur dan ku tekan punggungnya agar vaginanya lebih terlihat lagi. Kugoyang-goyangkan dedek arya di sekitar vagina mbak echa.

“papaaaaaaaaaaaaah masukin kontolnya pah, cepetan mamah sudah basah dari tadi pah, pleaseee pah please...” ucap mamah

“mamah nakal bicaranya, ini mah....” ucapku sembari menghentakan dedek arya jauh ke dalam vagina mbak echa.

Mbak echa menjerit tertahan dengan kepala mendongak ke atas kemudian diletakannya lagi di meja kerjanya. Perlahan aku mengooyangnya, diawali dengan kecepatan perlahan kemudian semakin cepat aku menggoyang.

“owghh... becek banget mah... udah pengen banget ya mah ughhhhh...” racauku

“iya pah, sudah argh dari ssssshhhh tadi emmmmhhh... terus pah dorong yang kuat, sodok memek mamah lebbih kuat lagi... owhhhh lebih dalam pah lebih dalam mentok pah....” ucap mbak echa kesetanan

Aku semakin menggoyang cepat. Suara kelamin beradu sangat nyaring kami dengar. Ditambah suasana perusahaan yang sudah mulai sepi membuat suara perpaduan kelamin kami lebih nyaring lagi.

“papaaaaahhh... owghhh.... terussshhhh buat mamah keluar... buat mamah ngecrot kaya papah owghhh... papah enak pah sangat enak... owghh... kontol papag enaaaaaaaaaakkhhhhhh ah ah ah ah ah ah....” racaunya

“mah, papah manu keluar...” ucapku

“bareng-bareng pah... mamah juga mau keluar...” ucapnya

Goyanganku semakin keras, membuat mbak echa kelojotan dengan sendirinya. Kupegang pinggulnya lagar kecepatan goyangku lebih kuat lagi. Kepala mbak echa menggeleng-geleng ke kanan dan kekiri. Setelah lama aku menggoyang, Aku merasakan dedek arya mau muncrat. Kuhentakan keras, dan tubuh mbak echa melengking. Bersamaan dengan keluarnya cairan vagina mbak echa, aku cabut dedek arya dari vaginanya. Kutarik dengan cepat tubuh mbak echa agar jongkok diselangkanganku. Dengan sigap mbak echa, membuka mulutnya dan ku arahkan dedek arya ke mulut mbak echa. Dengan sedikit kocokan...

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Keluarlah semua spermaku di dalam mulut mbak echa, ada beberapa yang muncrat hingga ke kening mbak echa. Kulihat mbak echa masih membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya menunggu semua spermaku keluar. Setelah semua spermaku keluar, kutarik kursi beroda milik mbak echa dan aku duduk dihadapanya. Mbak echa pun kemudian membersihkan sisa-sisa sperma yang belepotan di wajahnya.

“papah, enak pah tapi sedikit pah, kemarin banyak keluar ya pah hi hi hi” ucap mbak echa yang tidak tahu kemarin aku dihabisi oleh Ibu

“iya mah, mamah juga kan yang ngeluarin banyak” ucapku

“hi hi hi... iya sih he he he” ucapnya

Setelah kami selesai, kami kemudian membersihkan diri kami masing-masing. Setelah semua bersih, kami memutuskan untuk pulang. Sebelum keluar dari ruangan mbak echa, kami berpelukan dan saling melumat bibir kami. Dan akhirnya kami berpisah ketika kami harus mengendarai kendaraan kami masing-masing, tak ada yang curiga. Lelah tubuhku menemaniku hingga dirumahku. Ibu menyambutku namun tampak sinar kelelahan terpancar dari wajahnya. Ayah berada dirumah, walau sebenarnya kami bisa saja nekat tapi tubuh kami berdua sudah cukup lelah menjalani hari ini. dan ibu tahu, jika aku lebih lelah daripada dirinya.

Menjelang hari kedua hingga hari keempat minggu terakhir aku PKL, semua berjalan seperti hal-nya di hari pertama. Berangkatku selalu terlambat, paling tidak perusahaan masuk pukul 07:30 dan aku sendiri masuk pukul 10:00. Tak ada yang protes, dan tak ada yang komplain karena memang alasan yang disampaikan mbak echa ke pihak kantor adalah aku mengurus keperluan penarikan PKL jadi hingga hari terakhirku PKL aku datang terlambat. Padahal tidak, pagi hari setelah ayah berangkat Ibu memberikan servis seperti pada hari pertama tapi aku selalu melarangnya dengan menggunakan payudara indahnya dengan berbagai alasan aku ungkapkan, padahal didalam hati aku masih ingin menghukum ibu. setelah dengan Ibu, di tempak PKL aku memberikan finger atack kepada vagina mbak echa dikala istirahat dan kemudian dick atack kepada vagina mbak echa ketika pulang. Alasan selalu sama, membantu membuat laporan padahal laporan bisa saja dikerjakan oleh mbak echa sendiri. Bahkan mbak ela pun tidak tahu bentuk laporan seperti apa yang kami kerjakan. Ya mungkin saja kalau dia tahu, kami sedang mengerjakan sex report ha ha ha.

Hari kelima, hari terakhirku PKL sebelum penarikan di hari keenam. Aku berangkat seperti biasa, namun pagi ini Ayah tidak berangkat kerja sehingga membuatku tidak mendapat servis dari Ibu. Tapi di dalam garasi hanya sekedar pelukan, kecupan mesra dan lumatan bibir yang aku dapat itu sudah membuat aku cukup bahagia. Sesampainya di tempat PKL tepatnya di lab di depan pengendali kualitas yang lainnya, mbak echa memberitahukan ke aku kalau aku bisa pulang lebih awal nanti tapi sebelumnya harus menemui mbak echa di ruangannya ketika istirahat. Tak ada yang aneh dengan sikap mbak echa, karena setiap kali dihadapan bawahannya wajahnya kembali seperti semula. Hingga waktu istirahat aku menuju ke ruangan mbak echa. Mbak echa mengisyaratkan kepadaku untuk tidak mengunci pintunya

“Oke mbak, ada apa ya?” ucapku yang kemudian duduk di sofa disamping mbak echa

“siiip! Kamu tahu aja Ar kalau “Mamah papahnya” ndak sekarang” canda mbak echa

“Yeee... kan ndak dikunci mbak” ucapku

“hi hi hi...”

“Gini Ar, nanti kamu pulang jam 3 sore ya, terus ke tempat ini dan ini tanda buktinya, kamu kesana langsung nanti aku susul” ucap mbak echa

“Eh...” ucapku sambil membaca alamat tersebut.

“Aish! Ini kan hotel tempat pak dhe warno, bu dhe ika dan tante ima waktu itu. Wah... ceritanya ngamar di hotel ini” bathinku

“kok bengong?” ucap mbak echa

“Eh... Ya kan lagi mikir mbak, dan aku sudah ingat ini hotel yang di sampingnya ada pemandangan yang bagus kan mbak?” ucapku

“Iya, nanti kesana ya Ar, “mamah-papah” lagi, kangen” ucapnya

“nginep mbak?” tanyaku, mbak echa geleng-geleng kepala

“pengennya Ar, tapi suamiku sekarang tergila-gila sama iniku ar, jadi ya maafnya ndak nginep hi hi hi cukup perpisahan sederhana saja kok ar...” ucapnya sambil menunjuk selangkangannya yang tertutup rok itu

“owh untung deh, masalahnya kalau menginap bisa dibunuh orang rumah aku mbak” ucapku yang sebenarnya aku malas untuk keluar rumah apalagi harus menginap di hotel

“iya, sebentar saja kok, suami aku juga cuma ngebolehin sampai jam 6 doang ya lebih dikit boleh lah”

“Oia Ar, makasih ya sudah di ajarin, sekarang baru tahu aku nikmatnya seks dan aku ndak akan pernah merasakan nikmat kalau tidak disuruh ngemut ini” ucapnya sambil mentowel selangkanganku

“Yaelah! Kemarin aja nolak ndak mau-ndak mau, sekarang terima kasih minta acara perpisahan lagi! Dasar gatel kamu!” teria dedek arya

“Bisa diem kagak kamu!” bathinku berperang dengan dedek arya

“oh iya mbak sama-sama, lagia aku juga dapet ini sama ini sama ini dari cewek berkerudung cantik seperti mbak” ucapku sambil mentowel bibir, payudara dan mengelus selangkangannya

“iiih Ar, sudah ingat itu ndak dikunci lho” ucapnya

“Iya mbak aku he he he” ucapku

Sebentar kami bercanda, kemudian aku meninggalkan ruangan mbak echa. Remasan halus aku lakukan pada payudaranya, mbak echa menggelinjang pelan namun kemudian mengingatkan aku agar tidak nakal. Aku kemudian ke kantin dan berkumpul dengan mbak ela, yanto serta encus. Kami bercanda bersama, sedih? Tentunya tapi tidak sesedih perpisahan yang cetar membahana. Karena disisi lain aku masih bisa bertemu dengan Yanto dan encus sedangkan mbak ela kemungkinanpun aku juga masih bisa bertemu. Selepas istirahat kami kembali di lab, suasana lab juga sama saja bercanda dan bergurau bersama. Hingga akhirnya tepat jam setengah tiga aku ijin pamit ke penghuni lab.

“Mbak Ela, aku pamit dulu ya mbak, maaf-maaf kalu ada salah selama aku disini” ucapku pamitan kepada mbak ela

“Owh... okay, santai saja ar, kita malah terbantu, bener ndak yan? Cus?” ucap mbak ela

“Iya mbaaaaak” ucap mereka bersama

“Ha ha ha... oia cus aku pamit dulu” ucapku

“Okay mas” ucap encus

“Yan, pamit yow” ucapku

“Iya mas...” ucap yanto

“Bukannya besok masih kesini Ar?” ucap mbak ela

“Iya mbak, tapi ya langsung penarikan mbak ndak ikut bantu-bantu” ucapku

“Oh iya ding he he he” ucap mbak ela

Selepas obrolan sebentar aku kemudian ke ruangan mbak echa. Mbak echa kemudian menyuruhku untuk segera menuju ke tempat tujuan. Aku percepat pergerakanku, segera aku keluar dari perusahaan. Pamit dengan pak humas dan satpam? Besok sajalah besok kan aku masih ke sini ngantar surat penarikan.
 
Sesampainya di hotel tempat pak dhe dan tante ima bertemu, aku langsung menuju resepsionis. Ku perlihatkan kertas yang bertandakan lambang hotel tersebut. Resepsionis kemudian memberikan aku kunci dan setelahnya aku bergerak menuju ke kamar hotel tersebut. Sesampainya di kamar hotel, kamar dengan model yang sama dengan milik bu dhe waktu itu. Aku membuka jendela dan menyulut sebatang dunhill, aku duduk di pinggiran jendela.

“entah apa yang akan terjadi sore ini, besok aku akan....” bathinku

Centung... centung... centung.... BBM notifikasi. Bu Dian. Kubuka pesan tersebut.

From : Bu Dian
PING!
From : Bu Dian
Hai Ar, apa kabar?
From : Bu Dian
Besok penarikan ya?
To : Bu Dian
Baik Bu, bagaimana kabar Ibu?
Iya bu besok penarikan
From : Bu Dian
Baik juga, kalau begitu besok kita ketemu di perusahaan jam 8 pagi saja ya

To : Bu Dian
Ibu juga ikut? Kan hanya penarikan saja bu

From : Bu Dian
Kamu kan tanggung jawabku, jadi aku harus tahu tentang kamu di tempat PKL

To : Bu Dian
Iya bu terima kasih sebelumnya
Tapi biasanya dosen tidak iku tidak apa-apa bu
Berdasarkan pengalaman kakak tingkat

From : Bu Dian
Pokoknya kamu datang saja jam 8
Ndak usah bantah

From : Bu Dian
Iya bu iya, maaf saya hanya menyarankan ke ibu saja
Mungkin saja ibu ada urusan atau bagaimana daripada nanti mengganggu urusan ibu

From : Bu Dian
Ya, mpe ketemu besok

To : Bu Dian
Iya bu

“Dasar dosen judes, di gampangin malah pengen susah. Kakak tingkatku saja tidak ada yang diantar dosen waktu penerjunan apalagi penarikan. Dian JUDES!” bathinku

Jujur saja aku tidak pernah tahu jalan pikiran dari dosenku ini. kenapa juga harus dia yang menjadi Dosbing dan DPL-ku, membuat rumit saja dengan kehadiran dosen ini. rumit? Jelas rumit... karena setiap kali aku bertemu dengannya membuat aku kadang membencinya kadang juga muncul rasa kasih sayang. Ah bodoh lah... aku kemudian melepas jaketku serta baju HEM-ku, dan kini hanya mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Aku merebahkan tubuhku di tengah-tengah tempat tidur yang luas, itu hingga aku terkantuk dan tertidur.

“Eh... eh... eh.... apa ini?” bathinku

Kubuka mataku yang sudah terlelap dan kupandangi bagian selangkanganku. Seorang wanita berkerudung merah jambu sedang mengulum dedek arya, entah kapan bagian bawahku telanjang seperti ini. sambil menjilati batang dedek arya dari bawah keatas dipangdangnya wajahku dengan senyuman nakalnya, mbak echa.

“Erghhh... mbak...” ucapku lirih yang diiringi oleh gelombang nafsu yang mulai meledak-ledak

“Kok mbak? Mamah dong pah slurpp slurrppp...” ucap mbak echa

“oh ya mamah, ini jam berapa oughhhh.... sedot kencang mah....” racauku

“jam slurp setengah slurp lima slurpp....” ucap mbak echa sambil menjilati dan mengulum

“terus mah lebih kuat lagi sedotannya oughhh ya jilati semuanya mah emmmhhh....” ucapku

Kira-kira beberapa menit berselang tiba pintu kamar hotel terbuka. Dengan wajah penuh kenikmatan aku kemudian menoleh kearah pintu hotel. Masuklah seorang wanita yang tidak asing lagi bagiku, mbak ela.

“Mbak... mbak, sudah ada mbak ela” ucapku

“Sudah tenang saja Ar, aku kesini kan juga pengen gara-gara mbak echa hi hi hi” ucap mbak ela yang kemudian menutup pintu dan melangkah mendekati kami berdua

“tenang saja papah, sekarang kan hari terakhir mamah kasih mami tuh” ucap mbak echa santai

“iiihh gemesin ternyata ya mbak, ndak rugi aku ikut mbak” ucap mbak ela

Aku hanya terbengong-bengong dengan kelakuan mereka berdua. Yang satu berkerudung merah jambu dan yang satunya lagi berkerudung biru muda. Mbak echa masih sibuk mengulumi batang dedek arya, yang kemudian tiba-tiba menarik kakiku. Aku yang tidak tahu apa yang akan mereka lakukan hanya pasrah dan menuruti tarikan mbak echa yang kemudian di bantu mbak ela. Kini posisiku duduk di pinggir ranjang dengan kedua paha terbuka lebar. Dan....

“Papi, sekarang papi harus kuat ya papi, akan ada mamah sama mami hi hi hi” ucap mbak ela yang kemudian cup melumat bibirku

Aku sedikit terkejut dengan tindakan mbak ela yang kini duduk disampingku dan mbak echa yang sibuk mengulumi dedek arya. setelah keterkejutan itu, nafsuku kembali meledak-ledak. Kulumat bibir mbak ela, kurengkuh tubuhnya dengan tangan kananku sedang tangan kiriku meremas-remas payudaranya. Dibukannya kaosku oleh mbak ela, memang terlihat lebih profesional daripada mbak echa ketika pertama kali aku main. Ini aku benar-benar telanjang di hadapan dua wanita berkerudung ini. Dijilatinya putingku oleh mbak ela, kuelus kepalanya dengan tangan kiriku sedang tangan kananku mengelus-elus kepala mbak echa. Trisum? Ini pengalaman pertamaku.

“Mah, gantian dong...” ucap mbak ela

“sluuurrrrp ah... iya mi, ni enak lho mi, mamah aja ketagihan hi hi hi” ucap mbak echa

“haduh... mah, mi... satu-satu... sajah hash hash has bbbbbbbbbebebeb...” ucapku yang langsung disumpal oleh bibir indah mbak echa sambil memainkan putingku.

Kini giliran mbak ela yang mengulum batang dedek arya. benar-benar sensasi yang luar biasa, dua wanita berkerudung ini memiliki nafsu yang besar terhadapku. Ciuman mbak echa turun ke putingku dimainkannya lidahnya. Batang dedek arya pun tak kalah nikmat, di jilatinya dan dikulumnya oleh bibir indah mbak ela. Selang beberapa saat, mbak echa turun dan bersimpuh disebelah mbak ela. Mbak ela masih mengulum batang dedek arya naik turun sedang mbak echa tiba-tiba mengulum buah zakarku.

“Ayo mah, mi nikmati kontol papah ini kontol papi ini oughhh... nikmat sekali... senyum dong mah mi ke papah owghhh...” ucapku yang kemudian mereka berdua melakukan aktifitasnya dengan memandangku. Entah dikomando atau tidaknya, mereka secara bergiliran menikmati batang dan zakarku.

“terushhh sedooooth yang kuat, kontol papah mau keluar owghhh ayo mih kulum yang telur papi ughhhh....” racauku

“arghhh keluar mau keluar mamah mami papah mau keluar papi keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar....” teriakku

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Dengan gerak cepatnya mereka membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya ke arahku. Dengan memgang dedek arya, kuarahkan ujung penisku ke mulut mereka masing-masing. Beberapa ada yang tercecer di wajah mereka. Setelah puncakku selesai, aku bertumpu dengan kedua tanganku kulihat mereka melap wajah mereka dengan jari-jarinya. Setelah beberapa saat. Kutarik mereka berdua untuk rebah di tempat tidur, kulolosi celana dalam mereka semua. Dan...

“Papiiiiiiiiiiiiiii.... erghhh diapain itu piii erghhhhhh... aduuuh enak banget pi memek mami oughhhh terus pi jilat pi itil mami, sedot pi jilati pi....” ucap mbak ela

“erghhhhhhhhhhhh... papah owghhh kocok yang lebih keras pah jari papah enak owghhh... yah terus pah terussshhhh....” ucap mbak echa yang aku kocok dengan jari tengah kananku

“papi papi aduh pi kok enak banget pi, aduh jari papi ouhhhh.... terus pi lebih keras lagi pi ngocoknya...” ucap mbak ela yang menerima jilatan lidah dan kocokan jaru kiriku

Lama aku melakukannya, tubuh mereka bergerak tidak karuan. Hingga akhirnya tubuh mbak ela mengejang terlebih dahulu, tak menunggu lama aku berpindah fokus ke vagina mbak echa. Langsung aku lahap vaginanya.

“hesh hesh hesh... mamah ndak salah pilih papah” ucap mbak ela yang kemudian menciumi mbak echa dan meremas-remas susunya

“Erghh... mami owghh... papah... essssssssssssshh yang keras pah nyodoknya ouwgh... lebih keras lagi mamah mau keluar... mami remas yang kuat mih owghh....” racaunya

“egh egh egh egh egh..” tubuh mbak echa mengejang aku kemudian bangkit dan memandang separang wanita berkerudung ini sedang menikmati sisa-sisa kenikmatan.

Segera aku mendekati mereka berdua, tanpa babibu aku mulai melepaskan pakaian mereka semua. Tanpa disuruh pun mereka melepaskan semua pakaiannya begitu pula dengan kerudungnya. Sekarang di hadapanku terpampang dua wanita telanjang. Yang satu manager yang satunya kepala lab, WOW.

“pah, mami dulu saja tuh dah pengen tapi papah dibawah ya hi hi hi” ucap mbak echa

Aku hanya tersenyum dan kemudian memposisikan tubuhku terlentang. Mbak ela dengan perlahan memasukan dedek arya di vaginanya.

“ufttthhh sempit banget mih...emmmmm.....” ucapku

“sempitlah pih, punya papih gede... erghhhh.... ah ah ah ah ah ah ah....” ucap mbak ela yang setelahnya menggoyang pinggulnya naik turun. Mbak echa kemudian memposisikan dirinya mengakangi kepalaku. Sambil merasakan nikmat dari vagina mbak ela, aku mainkan kembali klitoris mbak echa. Kulihat mbak echa juga memainkan puting susu mbak ela yang sedang naik turun memompa dedek arya.

“owghh... kontol gede emmmm mentok pih mentok pih owghh.... mamah owghh... terus mah dimainkan mah....” racau mbak ela

“awwww... papah jangan digigit pah” ucap mbak echa sedikit menngangkat pinggangnya, aku hanya tersenyum

Tiba-tiba, mbak ela menaik turunkan pinggulnya dengan sangat cepat. Kepalanya mendongak ke atas, ritme goyangannya lebih cepat. Mbak echa kemudian turun dari kepalaku dan kini duduk di kasur tepat di atas kepalaku. Kupegang tubuh mbak ela, kuremas susu indahnya itu. Rambut panjangnya awut-awutan dengan susu seukuran mbak echa namun lebih kecil sedikit.

“papih pappih kontol papppppih masuk dalem enak , besar, mamih suka arghhh mami suka kontol papik di memek mamih owghhh argghhh yah enak enak enak bangetttthhhhh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” ucapnya yang kemudian ambruk di atas tubuhku, perlahan mbak ela kemudian turun dari tubuhku dan tidur terlentang dengan nafas tersengal-sengal. Kucium keningnya dan pipinya, namun tak perlu lama, mbak echa langsung menelantangkan tubuhku. Dinaiki tubuhku dan...

“ini kontol kesukaan mamah owghhh... yah enak sekali... hmmm.... owgh.... dalemmmm bangetthhh oghhhh.... erghhh....” ucapnya sambil menggoyang pelan pinggulnya

“ayo goyang mamah sayang...” ucapku

“Seperti ini pah... ah ah ah ah ah ah ah... kontol nikmat kontol papah nikmat oghh... yah nikmat sekali ouwghh yeah.....mmmmm...” ucap mbak echa, aku hanya mampu memandanngnya dengan meremas-remas susunya

Sama seperti mbak ela, tubuh mbak echa tiba-tiba menggoyang dengan kecepatan tinggi. Aku tak mampu lagi meremas susunya, kupegang pinggulnya saja. Kedua tangannya bertumpu pada dadaku. Goyangannya semakin liar

“owgh papah enak banget kon... tol... pa.... pah aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” ucapnya yang langsung ambruk di tubuhku.

Kukecup keningnya dan kemudian aku rebahkan di sampingku. Aku kemudian bangkit dan mencoba menubruk mbak echa.

“paaah... sama mamih yang sudah istrirahat tuh...” ucap manja mbak echa

“oh iya...” ucapku langsung merangsek ketubuh mbak ela dan bet bet bet blessss

“awwwwwwwww..... pelan piiiiih”

“pelan pih pelan aggh ah ah ah kontol papih masuk dalem banget owghhh... terusssh pih tersu pih owghh ya begitu pih terus pih jangan berhenti” ucapnya

“memek mamih sempit enak mih owghh...” racauku. Aku menggoyang dengan lebih cepat lagi.

“papih mami keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar” ucap mbak ela dengan tubuh melengking ke atas dan kemudian mengejang lagi

“hash hash has... sama mamah pih hash hash hash” ucapku sedikit kecewa karena baru saja menggoyang sudah keluar lagi. Aku beranjak kembali ke arah mbak echa dan blesss....

“Ayo pah, puaskan dirimu pah akan mamah buat papah keluar....” ucapnya dengan senyuman nakal

“Owghh... ya mah buat kontol papah keluar... ughhhh smepit enak mah....” ucapku sambil menggoyang

“iya pah terus goyang lebih keras lagi pah owghh.... nikmat pah kontol papah nikmat” ucap mbak echa

Aku terus menggoyang dengan sangat keras dan cepat. Tubuh mbak echa bergerak tidak karuan, hingga akhirnya tubuhnya melengking dan kurasakan cairan hangat membasahi dedek arya. namun aku tidak menghiraukannya. Aku tetap dan terus menggoyang pinggulku.

“cepeet pah, mamah capeeekhhh arghhh cepat pah keluarkaaaaaaaannn....” racaunya

“iya mah ini sedikit ah ah ah lagiiiiiihh.... oghhh...” ucapku

“papah keluaaaaaaaaaaaaar.....” ucapku

Yang langsung mencabut dedek arya dan kuarahkan ke wajah mbak echa. Dan crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot tumpah spermaku di wajah mbak echa. Mbak ela yang melihat itu kemudian mendekat dan menjilati spermaku yang berada di wajah mbak echa. Aku kemudian duduk dan memandangi tingkah mereka. Aku hanya tidak habis pikir dengan ulahku selama ini hingga saat ini. kuamati mbak echa hanya terdiam dan kemudian memejamkan mata, nampaknya dia begitu kelelahan. Di tambah lagi mbak ela yang kemudian memeluk mbak ela dan ikut tertidur. Aku kemudian bangkit dan ke kamar mandi membersihkan diriku. Setelah bersih aku pakai lagi pakaianku, kuamati 3 nampan berisi makanan di meja kamar. tanpa minta ijin aku langsung melahapnya.

“Lapar ya pah? Hi hi hi” ucap mbak echa yang kemudian bangkit dan menuju kamar mandi

“he’emmmm mmm” ucapku memandang mbak echa yang masuk kamar mandi

Setelah selesai makan aku buka jendela kamar hotel, seperti biasa aku duduk di jendela dengan sekaleng minuman yang tersedia dimeja tadi. Kusulut dunhill, ku buang asap-asap penuh nikotin itu keluar jendela.

“hati-hati pih ntar jatuh lho” ucap mbak ela yang aku balas hanya dengan senyuman.

Mbak ela kemudian bergantian dengan mbak echa untuk membersihkan badan. Kulihat mbak echa tersenyum kepadaku sambil mengenakan pakaiannya. Mbak echa kemudian makan selang beberapa saat mbak ela keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaiannya lagi. Mereka kemudian makan bersama. Aku masih di jendela dengan dunhill ketiga yang aku sulut, kupandangi wajah ayu mereka ketika berkerudung.

“Kenapa mbak eh... mamah ngajak mamih?” ucapku tiba-tiba

“kan dia simpanannya suami aku pah” ucap mbak echa santai

“Hah!” aku terkejut

“Sudah jangan terkejut gitu pah” ucap mbak echa

“ya mau gimana lagi pih, kan diajak mamih hi hi hi” ucap mbak ela

Kemudian mbak echa menceritakan kejadiannya, dimana setelah dengan aku suaminya sering berada dirumah. Walau hanya baru beberapa hari setelah aku bermain dengan mbak echa, suaminya jarang sekali keluar karena sudah merasakan nyaman dengan mbak echa. Namun ketika hari keempat, atau tepatnya kemarin mbak ela menemui mbak echa. Mbak ela kemudian menceritakan semuanya, semua tentanng suaminya yang sering ke rumah kontrakannya. Di awal mbak echa kaget dan marah, namun kemudian mbak ela memohon untuk didengarkan terlebih dahulu. Suami mbak echa memang selama ini selalu melakukan perjalanan dinas, namun ada satu hari dalam satu minggu tepatnya di hari ketiga atau rabu suami mbak echa ijin dinas tapi berbelok ke rumah mbak ela. Awalnya memang mbak ela mengenal suami mbak echa ketika main kerumah mbak echa, namun ternyata suami mbak echa mendekati mbak ela. Dan mbak ela jatuh dalam pelukannya. Hingga beberapa hari ini, suami mbak echa mulai meninggalkan mbak ela. Dengan seribu alasan suami mbak echa meminta untuk menghentikan hubungan ini yang akhirnya diketahui adanya kemungkinan kepuasan bermain dengan mbak echa. Mbak ela tidak terima karena keperawanannya sudah direnggut dan ditinggalkan begitu saja.

“Ya karena, mamah sayang sama mami dan mami itu partner kerja mamah, ya mamah ajak sekalian”

“enak kan mih?” ucap mbak echa

“iiih mamah ngajaknya telat sich hi hi hi” ucap mbak ela, aku hanya menggeleng-geleng kepala

“terus kedepannya?” ucapku

“Ya, aku mau berbagi sama mami kok pah, jadi biarkan suami mamah punya dua istri dan biar kelabakan dia dirumah nanti” ucap mbak echa

Ternyata dibalik ke-liar-annya tersembunyi rasa belas kasihan dan persaudaraan. Sedikit aku menyesal membuatnya menjadi sedikit liar seperti ini. hanya yang aku takutkan jika mereka seliar seperti tante ima.

“Mah, mih, apa kalian akan mencari laki-laki lain setelahku?” ucapku

“Ndak!” ucap mereka serempak

“kok?” ucapku

“sudah cukup sama papah” ucap mbak echa

“Iya pih” ucap mbak ela

“sudah saatnya kembali ke normal life lagi” ucap mbak echa

“iya cukup papih saja” ucap mbak ela

Aku sedikit tertegun dengan ucapan mereka, normal life. Ibu, ah kenapa semuanya harus terjadi? Selang beberapa saat kami berpisah dan aku kembali kerumah. Dalam perjalanan kata-kata mbak echa dan mbak ela terngiang-ngiang di telingaku dan otakku. Normal life? Can I? Entah aku mampu atau tidak ketika aku harus kembali ke kehidupan normalku. Sesampainya dirumah ibu hanya tersenyum melihat wajah lelahku, dan menyuruhku kembali ke kamar dan tidur.

Centung... Bu Dian

From : Bu Dian
Besok jam 8 ingat, jangan terlambat!

To : Bu Dian
Iya bu...

Hanya itu yang aku kirimkan, tak ada balasan dari Bu Dian. Aku akhirnya terlelap dalam lelahnya malam yang berselimutkan sisa kenikmatan dari dua wanita berkerudung. Tiba-tiba ibu masuk dan hanya mengecup keningku dan mengucapkan selamat malam.

Pagi hari, aktifitas seperti biasa. Ayah libur dan Ibu menyiapkan makan pagi. Kubisikan kepada Ibu kalau hari ini adalah hari terakhir PKL-ku jadi tidak perlu minuman kuat. Ibu hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya. Aku kemudian berangkat ke tempat PKL, tepat pukul 07:55 aku masuk ke ruangan mbak echa. Disana sudah ada bu dian menunggu, mereka tampak asyik bercanda. Tak ada yang istimewa dari penarikannku hari ini. cukup sedikit obrolan dari kami bertiga. Setelah selesai, aku kemudian pamit dengan mbak echa yang tersenyum sedikit nakal ke arahku. Tak lupa aku pamit ke teman-teman QC, oh mbak ela dia juga tersenyum nakal kepadaku. Akhirnya aku pulang bersama Bu Dian diantar oleh mbak echa hingga tempat parkir. Setelahnya aku pulang, sedikit bisikan dari mbak echa.

“itunya dijaga, sama dian aja pah, dia cantik lho” ucap mbak echa

“hadeeeehh....” ucapku dan tepuk jidat

“kalian ngapain kok bisik-bisik?” ucap Bu Dian

“ndak ada yan, Cuma kangen saja sama arya kan sudah selesai PKL-nya hi hi hi” ucap mbak echa

“Ternyata kamu macari echa ya Ar?” ucap Bu Dian

“ndak bu ndak, ndak berani saya bu” ucapku

Akhirya aku pulang, tapi ku arahkan motorku ke kosan mbak erlina. Sesampainya disana aku langsung membuka pintu kamar kos mbak erlina. Kulihat mbak erlina sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

“Ada apa? Minta jatah?” ucap mbak erlina tiba-tiba dengan nada sinis

“Eh...” aku sedikit terkejut kemudian tersenyum manis kepadanya

“jenguk mbak...” ucapku yang kemudian duduk dibelakangnya. Suasana kali ini tampak lebih horor jadi aku tidak berani menyentuhnya

“Ada nasi?” ucapku

“Ada, itu” ucapnya sambil menunjuk rice cooker dikamarnya, aku kemudian berdiri dan mengambil nasi dua piring lalu kubawa ke dapur. Dengan berbekal pengetahuan yang diajarkan wongso, aku masak nasi goreng dan kemudian aku bawa ke kamar mbak erlin.

“Makan dulu” ucapku sambil meletakan nasi goreng di sampingnya

“Iya makasih” ucapnya ketus

Aku tidak meghiraukannya dan kemudian memakan habis nasi goreng. Setelahnya ku duduk di depan kamar kos mbak erlina dan menyulut dunhill. Satu bayang dunhill telah menjadi asap dan abu, tinggal filter saja yang masih utuh.

“Aku pulang dulu” ucapku

“Ndak minta jatah?” ucap mbak erlin ketus

“Aku bukan koruptor” ucapku yang langsung meninggalkan kamar kosnya

“Jangan berlagak” ucap mbak erlin yang masih bisa aku dengar, aku kemudian menoleh dan melempar senyum kearahnya

“I’ll keep my promise and show you that i’ll make him dying”

“And to keep my promise... i don’t need your body to keep it, just your smile as my big sister” ucapku yang langsung meninggalkan mbak erlina. Aku pacu motorku dan kembali kerumah.

From : erlina
Come back, i’ll give it to you
Maafin aku...

To : erlina
Ndak perlu minta maaf mbak
Aku sudah pernah bilangkan, kalau sebenarnya untuk membalaskan dendammu
Mbak tidak perlu memberikan milik mbak

From : erlina
Cepetan sini pokoknya
To : erlina
Aku dah di rumah mbak, capek seharian PKL

From : erlina
Sekarang pokoknya kapanpun kamu mau
Aku siap, ndak perlu satu minggu sekali, seminggu 7 kali pun ndak papa

To : erlina
Ingat mbak, no love
I see something wrong from your eyes
Istirahat dulu mbak, jangan keseringan nanti mbak jatuh cinta ma aku bagaimana? He he he
From : erlina
Itulah kamu
Tapi bukan berarti kamu tidak main ke kosku
To : erlina
Iya aku bakal main, tapi ndak harus gitu, okay?
From : erlina
Okay, but if i want it
Kamu harus kasih hi hi hi
To : erlina
Okay :)

Shot through the heart and your too blame, you give love a bad name. Ringtone sematponku. Bu Dian

“Halo bu”

“Ingat janji kamu?”

“Eh... iya bu”

“Besok malam, jemput aku”

“tidak bu, kita ketemu saja di tempat tujuan”

“eh... baiklah, ketemu di tempat biasa”

“eh dimana? Kok biasa bu?”

“Di taman yang waktu itu”

“Owhh.. yang Cuma sebentar saja itu bu disana”

“eh.. iya, maaf”

“ndak papa bu, santai saja bu, okay bu jam berapa?”

“jam 7”

“iya bu” tuuuuuuut bu dian menutup telepon dan Kleeek... Ibu masuk ke kamarku.

“cerita ayo...” ucap ibu yang kemudian duduk di sampingku

“iya ibuuuu....” ucapku. Kuceritakan kejadian di hotel, mbak erlina dan janji dengan bu dian.

“hi hi hi main bertiga kamu sayang? Capek pastinyaaaaaaaaaaaaaah” ucap ibu sambil mencubit jengkel

“adaow sakit bu” ucapku sambil mengelus-eslu tanganku

“ya sudah, makan malam dulu sayang” ucap Ibu

“oh iya, kamu harus temui dian, pokoknya temui dia” ucap ibu dengan wajagh seriusnya

“iya bu....” ucapku mengiyakan

Detik berdetak, menit berjalan dan jam pun berganti. Hingga akhirnya malam pertemuan aku dengan dosen judesku menghampiri. Aku pamit kepada ibu, Ayah? Main perempuan mungkin. Hingga akhirnya aku sampai di tempat ketemuan. Aku duduk di ujung bangku taman yang panjang, dengan sekaleng minuman dan dunhill yang terbakar di tanganku.

“Sudah lama?” ucap seorang wanita

“Eh...”

“Barusan bu...” ucapku sambil menoleh ke asal suara itu

Perempuan dengan rambut terurai dan kaos sedikit ketatnya dihiasi celana jeans legging dan tas kecil yang menggantung di bahunya. Bu Dian, dia tampak anggun malam ini. bu dian kemudian duduk di ujung bangku yang berlawanan denganku. Jarak kami jauh, dan sesekali aku melirik ke arah bu dian.


“Ar....” ucapnya
 
Mohon maaf kepada semua suhu dan agan-agan yang menunggu update dari nubie
bukan maksud membuat lupa reader untuk lupa jalan cerita atau tidak ingin update
dikarenakan ini masih kumpul-kumpul dan reunian jadi belum bisa update ditambah lagi sebelum hari H banyak acara dan kegiatan

update kali ini rapelan, dan semua berkisar di SS karena nubie lagi "tinggi-tingginya" jadi imajinasinya hanya tentang SS saja
untuk masuke jalan cerita mohon bersabar, karena nubie sebelumnya memang benar-benar berimajinasi mengenai SS saja

mohon maaf jika update kali ini kurang berkenan dan tidak sesuai harapan para agan dan suhu sekalian terima kasih
 
terima kasih suhu atas updtanya....panjang banget...fulll lagi..***k bisa komen apa2.. hanya ucapn terima kasih buat suhu downhill....trimabkasih....smangat suhu
 
Tks untuk update nya suhu

Klo baca cerbung punya suhu. Mu panjang keq apa juga. Ane baca sampe tuntad. Karena plot nya enak buat di baca nya
 
Terimakasih gan sudah update yang banyak.. Sampai berkunang-kunang bacanya heehee.. Kesannya update kali ini LIAR ! :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd