Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Ini baru keren, udh siap share cerita. Alurnya jelas. Sex scene nya jelas, ceritanya logis, updatenya pun gak terlantar. Semangat ya bro nulisnya
 
Terima kasih buat komen-komennya agan-agan dan suhu :((
Nubie akan lebih giat lagi bikin ceritanya suhu :((

Gak nolak thanks and GRP tentunya :D

#Ngarepdotcom (jangan :bata: suhu)

BTW ANIWEI BUS WEI, ada yang bisa ngajarin bikin emot harimau yang kaya suhu-suhu dan agan-agan tampilkan? matur suwun :)
 
terima kasih buat komennya, ditunggu komen-komen reader yang lain biar lebih semangat ngetik lagi :D

untuk update lihat sikon agan-agan dan suhu-suhu,
jika nanti malam bisa konek nubie update :D

tapi kalau tidak bisa ya tidak janji kapan updatenya he he he:cool:
 
he he he... makanya imajinasi nubie ceweknya ke jepang-jepangan semua suhu :D
ndak nyangka bakalan ada yang suka suhu :((
monggo dinikmati ceritanya suhu :D
Yoi gan ane juga suka. Suaranya itu loh beh bikin konak abis. For updatetannya mantap gan, panjangnya bukan main. Entar mau ending ane dukung sama bu dian gandown kayanya top markotop kalau sama bu dian :haha:
 
Terakhir diubah:
Terima kasih buat komen-komennya agan-agan dan suhu :((
Nubie akan lebih giat lagi bikin ceritanya suhu :((

Gak nolak thanks and GRP tentunya :D

#Ngarepdotcom (jangan :bata: suhu)

BTW ANIWEI BUS WEI, ada yang bisa ngajarin bikin emot harimau yang kaya suhu-suhu dan agan-agan tampilkan? matur suwun :)

itu di atas kan ada daftar emot nya tinggal di pilih mau yang macan apa yang mana gan yang kaya gini macan nya :jempol: kayaknya kucing deh gan :D
 
Terima kasih buat komen-komennya agan-agan dan suhu :((
Nubie akan lebih giat lagi bikin ceritanya suhu :((
Gak nolak thanks and GRP tentunya :D
#Ngarepdotcom (jangan :bata: suhu)
BTW ANIWEI BUS WEI, ada yang bisa ngajarin bikin emot harimau yang kaya suhu-suhu dan agan-agan tampilkan? matur suwun :)
entar masih di godog belum mateng cendolnye gandown. Buat emot itu ada kan gandown diatas judul thread kalo dihp kalo dipc waktu komen ada more emot nah kalo yg ini
old-pervert-55.gif
pake url gan kalo yg ini quote aja komen ane ada urlnya gan tinggal kunjungi.
 
Bimabet
Di sebuah gang kecil dan sempit ini aku memarkirkan motorku di depan sebuah rumah yang sangat sederhana. Mencoba menemui seseorang yang ingin aku investigasi layaknya seorang detektif. Ketika laki-laki itu membukakan pintu dan melihat wajahku, dia terkejut seakan-akan melihat sesosok bayangan di masa yang telah berlalu. Wajah yang berubah drastis seakan-akan alergi terhadap seorang pendatang.

“Hah?!” ucapnya dengan terjejut

“Maaf pak, apakah bapak bernama sukoco?” tanyaku, dalam hati aku merasa heran kenapa laki-laki ini terkejut ketika melihatku

“Bukan, bukan, saya tidak kenal dengan dia” jawabnya yang kemudian akan menutup pintu tapi aku tahan dengan tangan kananku, terlihat ukiran ketakutan di raut wajahnya

“Maaf bapak, saya hanya ingin bertemu dengan Bapak Sukoco dan saya tidak ada maksud apa-apa, mohon bapak bisa mengerti” ucapku perlahan, kemudian laki-laki itu memandangku dengan tatapan tajam, memperhatikanku dengan seksama

“Saya Sukoco, ada perlu apa saudara ke mari?” ucapnya kepadaku

“Saya hanya seorang mahasiswa dari universitas sabarin, saya kesini ingin berbincang dengan bapak, apakah saya bisa duduk bersaman dengan bapak?” ucapku, Bapak Sukoco akhirnya mau menerimaku dengan sedikit terpaksa. Aku kemdian dipersilahkannya masuk ke dalam rumahnya. Tampak dia masuk ke dalam dan mengambil dua gelas teh hangat untuk kami berdua. Di awal saya hanya berbincang mengenai kondisi di daerah ini selayaknya mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas tanpa mengenalkan siapa nama saya sebenarnya. Agar lebih akrab aku memanggilnya Pak Koco seperti halnya orang-orang memanggilnya. Pak Koco memang tidak begitu terkenal di daerah pantai-pantaian dikarenakan baru tinggal, hanya seggelintir orang yang mengenalnya. Pertanyaan demi pertanyaan akhirnya merembet ke pekerjaan dia dan memang betul dia adalah penjaga losmen tersebut di waktu Ibu diperkosa. Dan akhirnya kita mengobrol santai dan situasi memang aku buat seakan-akan tugas kuliahku selesai. Dalam obrolan santai tersebut...

“Pak, jenengan (Anda) kenapa terkejut ketika pertama kali melihat saya?” tanyaku kepada lelaki ini sambil menyulut sebatang Dunhill Mild

“Aku itu cuma kaget mas bukan berarti apa-apa?” jawabnya

“Ouwh... saya kira saya itu mirip dengan seseorang di masa lalu bapak he he he tapi ya ndak mungkin ya pak ya” ucapku cengengesan mencoba menyelidiki

“Tidak mas, sebenarnya sekilas wajah kamu mirip dengan seorang wanita tapi aku lupa siapa dia hanya saja bukan wajahnya tapi kulit putih kamu itu yang mirip sama masnya” ucap pak koco

“Jika saja saya ada hubungannta dengan wanita tersebut bagaimana pak?” ucapku langsung ke poin utama

“Eh...” suara terkejut yang pelan menunjukan ekspresi wajah terkejut dari wajahnya, pandangannya menelanjangi setiap nano meter wajahku. Dari ujung rambut hingga ujung kakiku tak lepas dari pandangannya.

“Sebenarnya siapa kamu? Kamu bukan mahasiswa yang mencari tugas” ucap pak koco yang membuat suasana menjadi tegang

“Saya Arya, Arya Mahesa Wicaksono” begitu ucapku dan seketika itu pula orang itu mendelik dan terlihat wajahnya menjadi takut dengan sedikit lukisan kebersalahan di wajahnya

“Pulanglah dan cepat pergi dari rumahku, jangan kau bawa-bawa aku lagi!” ucapnya sedikit membentak dan berdiri menunjuk ke arah pintu keluar

“Saya tidak akan membawa pak koco dalam masalah ini, hanya saja saya ingin tahu mengenai semua yang pak koco ketahui mengenai Si pembuat masalah itu, Mahesa Wicaksono, dan bapak pasti tahu nama itu” ucapku santai yang masih duduk dan menyulut dunhill mild, mendengar kata-kata “si pembuat masalah” membuat ketakutan pak koco mereda

“Sudah... lah aku tidak ingin ikut capmur urusan kalian para manusia kotor yang membuat aku hancur seperti ini” ucapnya kembali, dia melihatku dan menatapku dengan tajam. Kutatap matanya dengan mata penuh ketenangan kemudian dia duduk dan mengambil rokok dunhiill di atas meja dan menyulutnya tampak matanya menerawang jauh ke masa lalu, masa dimana dia terjerumus dalam kejahatan ayah dan om.

“Baiklah... setelah aku ceritakan pergilah dan jangan sangkut pautkan aku dengan mereka lagi ” ucapnya

“Sebelumnya, Apakah Ibumu itu seorang jepang berkulit putih...” ucapnya dengan semburan asap putih tembakau yang terbakar

“Jika yang saya maksud sama dengan yang pak koco maksud, berarti wanita yang bapak lihat di masa lalu itu adalah Ibuku” jawabku, dipandangnya aku dengan wajah menyesal dengan kepulan asap yang mulai menyelimuti ruangan ini

“Maafkan aku, jika saja kedua bajingan itu tidak menjebakkku..... aku tidak akan pernah membantu mereka memperkosa Ibu dan satu lagi gadis india itu, jika kau mau membunuhku sebagai balasan karena perbuatanku di masa lampau, monggo silahkan” ucapnya, ternyata memang benar itu adalah Ibu dan tante ima, aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum kepadanya walau dalam hatiku aku ingin membunuhnya

“Tidak, kenapa harus membunuh anda, saya kesini hanya meminta keterangan dari pak koco”

“Jika tidak keberatan ceritakan kepada saya kenapa pak koco ikut rencana mereka” ucapku kepada pak koco

“Karena.... kare hiks hiks hiks....” tiba-tiba air mata pak koco mengalir dari matany, tangan kanannya mencoba menyeka air yang mengalir itu, terharu ketika aku melihat itu, kejahatan apa lagi yang diperbuat oleh Ayah dan om Nico.

“Akan kuceritakan semuanya, dari awal hingga akhir dan yang membuat aku bersalah hingga sampai saat ini kepada Ibumu, wanita india itu dan juga..... istriku....” setiap kata-kata yang terucap nampak berat sekali keluar dari mulutnya. Istrinya? Kenapa?

“Hufth.... hm.....sssshhhhh....” hela nafasnya disertai kepulan asap dunhill mild keluar dari hidung dan mulutnya membuat suasana ini menjadi lebih berkabut se-berkabutnya pikiran dan masa lalunya.

“Dulu, aku hanyalah seorang penjaga losmen yang kesehariannya mengurusi losmen yang sekarang menjadi hotel melati. Losmen tersebut merupakan losmen paling laris karena pelayanan dan kuallitas kamarnya yang istimewa. Dan satu-satunya losmen, pada saat itu belum ada losmen seperti losmen melati. Dulu orang-orang yang berlibur, mencari angin, selalu menginap di losmen itu tak terkecuali orang-orang yang sedang di mabuk asmara”

“Kurang lebih enam bulan aku bekerja di losmen itu aku dipertemukan dengan seorang wanita keturunan, yang kemudian aku nikahi. Aku selalu bekerja dengan giat untuk bisa membahagiakan istriku dan ayah Ibunya, hingga akhirnya aku berkenalan dengan Mahesa dan Nico, sepasang sahabat dengan gaya hidup glamor dan berfoya-foya. Sebelumnya tidak ada masalah dengan mereka, aku sering di ajak mereka jalan-jalan ditraktir makan, rokok atau apapun itu. Masalah muncul ketika Orang tua istriku mengidap penyakit yang harus di operasi, aku kebingungan mencari uang hingga akhirnya aku meminjam uang ke mahesa dan nico. Entah itu suatu keberuntungan atau kebodohanku. Tapi usahaku sudah mencapai tahap akhir dan Ayah Ibu istriku tidak dapat ditolong. “

“Hutang menumpuk, tapi dengan tenang aku menjalani hidupku dengan mengembalikan uang mereka satu persatu walau sedikit. Tapi Ketika itu Mahesa dan Nico meminta uangnya kembali dalam jangka waktu yang sebentar dan itu membuat aku kelabakan. Karena hutang terbanyakku ada pada mereka.”

“MAHESA BAJINGAN.... NICO BAJINGAN....!” ucapnya berhenti ketika pak koco mengingat kejadian itu, air matanya mengalir sangat deras

“Pak jika bapak tidak berkenan menceritakan kepada saya, mungkin itu sudah cukup” jelasku kepada pak koco, karena aku tidak tega ketika melihat air matanya mengalir

“Tidak, kamu harus tahu semua mengenai kedua bajingan itu, aku tidak peduli lagi jika kamu marah atau membenciku dengan aku menyebut mereka bajingan...”

“Ingat mas, tujuanku adalah untuk menunjukan wajah ayahmu itu agar kamu tidak mengikuti jejak mereka karena aku yakin kau adalah orang baik yang akan membawa mereka masuk dalam kubangan lumpur hufffffffffttth” ucapnya dengan kepulan batang dunhill mild baru disulutnya

“Saya memang ingin mengetahui semua tentang Ayah saya, Mahesa, setelah saya tahu saya tidak akan pernah lagi menghubungi bapak dan saya harap bapak juga tidak membocorkan kepada siapapun mengenai kunjungan saya kerumah ini” ucapku dengan senyuman, sebuah tatapan kudapatkan dari pak koco tatapan akan keyakinan yang terus mendorongku untuk mengubah keadaan.

“Baiklah aku lanjutkan....”

“Kedua bajingan itu, kemudian menyuruhku.... hufftttthh ssssshhhh.... mereka minta istriku untuk melayani mereka, aku tidak setuju dengan ucapan mereka. Ketika itu mereka meminta uang di rumahku. Dan... mereka memperkosa istriku di hadapan kedua mataku, dengan tubuh terikat itu aku hanya hiks hiks hiks hiks hiks bisa menangisi semua. Mereka juga merekam adegan pemerkosaan itu dengan tawa masing-masing. Setelah kejadian itu istriku tidak pernah menyalahkanku akan semua itu, dia tetap sayang kepadaku. Tapi itu semua tidak berhenti begitu saja, Nico terus datang dan meminta jatah kepada istriku dengan kasar dengan bertubi-tubi, aku tidak bisa berbuat banyak karena aku pasti di lumpuhkannya terlebih dahulu hingga akhirnya istriku hamil dan melahirkan anak perempuan. Walaupun sebenarnya aku tidak mempermasalahkan dari mana datangnya anak itu tapi Nico malah membawa pergi mereka berdua, entah dimana mereka. Yang aku ingat tentang istriku, hanya sebuah uluran tangan memohon kepadaku untuk diselamatkan, tapi apa dayaku pada saat itu aku terkapar dengan lumuran darah dari wajahku. Aku sering memohon kepada Nico untuk mempertemukan aku dengan istriku tapi yang aku dapat adalah nihil, tendangan dan makian yang aku dapatkan, kucoba mencarinya tapi tak pernah aku temukan. Rindu kepda istriku masih aku simpan hingga sekarang”

“Dengan berbagai ancaman di daratkan kepadaku mulai dari video akan disebarkan, hutang belum dibayar dan akan dilaporkan polisi akhirnya aku menuruti semua permintaan mereka. Jujur saja aku rindu akan istriku. 4 tahun setelah kejadian itu aku yang sudah menjadi budak mereka mau tidak mau harus menuruti kemauan mereka. Menjalankan rencana pemerkosaan terhadap anak kepala daerah, Ibumu, dan wanita india itu. Sebenarnyaitu adalah rencana sederhana hanya membuat mobil mereka bocor dan menyiapkan kamar yang sesuai dan merekam kejadian itu. Yang paling parah adalah wanita india itu, ku dengar dengan samar bagaimana nico memperkosanya dengan brutal hingga menjerit histeris tapi mahesa tidak dia memperkosa Ibumu dengan cepat. Mobil yang mereka kendarai aku yang menambalnya.” Ucapnya terhenti ketika dunhill telah mencapak pada filternya dan menyulutnya lagi

“Pantas saja tante ima segila itu ketika melakukan seks” bathinku

“Paman mengenai minuman keras itu...?” tanyaku

“Ternyata kamu tahu banyak ya, aku tidak tahu siapa yang memberi tahumu, tidak ada minuman keras yang diminum hanya di kumur-kumur saja dan kemudian sedikit di tumpahkan ke baju mereka sebagai tanda mereka mabuk. Kalau kamu tahu cerita itu entah dari siapa, pastinya kamu heran mereka bisa menyetir mobil setelah kejadian itu”

“Kedua wanita itu diperdaya habis-habisan oleh mereka dengan satu tujuan kekayaan. Kamu tahu, Ibumu anak kepala daerah yang berwibawa dan wanita india itu anak dari seorang kepala dinas pemerintahan. Aku tidak tahu menahu tentang tujuan mereka yang aku tahu adalah ketika mereka mengobrol sebelum kejadian yang mereka bicarakan hanyalah uang, uang dan uang”

“Ketika itu wanita india keluar dari losmen terlebih dahulu dan selang beberapa menit, Ibumu. Mereka tampak menangis dan aku hanya memandang mereka dengan tatapan penuh penyesalan. Membantu si bajingan-bajingan itu dengan menolak semua pemesan kamar yang akan menginap waktu itu. Seandainya kamu tahu, di losmen itu tidak ada satupun pengunjung pada hari itu kecuali mereka berdua padahal banyak orang yang memesan kamar di losmen itu” Jelasnya dengan wajah tertutup sebagian oleh asap dunhill

“Pak koco, apakah pak koco tahu mengenai tujuan mereka?” tanyaku kembali memastikan

“Aku sudah katakan kepadamu, tujuan mereka hanya kekayaan dari kakek mu dan ayah dari wanita india itu” ucapnya, aku hanya merunduk dan menggosok wajahku dengan kedua telapak tangaku, kulihat pak koco melihatku dengan tatapan tajam.

“Kenapa bapak bisa seterpuruk seperti sekarang ini? Apakah karena mereka juga?” ucapku menanyakan tentang keadaan yang sekarang

“Ketika Losmen itu dibeli oleh seorang pengusaha, mereka berdua menghasut pemilik baru agar aku keluar dari Losmen yang sudah menjadi hotel itu. Kemudian mereka menyebarkan berita miring tentangku, aku stresslah, aku banyak hutang, pecandulah yang membuat warga sekitar memandangku dengan sinis dan selalu mencibirku. Aku tidak tahan dan pindah dari rumahku yang dulu. Tujuan mereka memfitnahku adalah jika suatu saat nanti aku membocorkan kejahatan mereka tidak ada yang mempercayainya karena aku seorang yang gila” jelasnya dengan pandangan mengingat akan masa itu

“Ternyata bapak orang yang baik...” ucapku, kulihat matanya kembali menitikan air mata ketika mendengar perkataan itu.

“Mas, aku bukan orang baik... maafkan aku” ucapnya kepadaku

“Sudahlah pak, jika saja tidak ada kejadian itu aku tidak akan berada disini” ucapku dengan senyuman. Disulutnya sebatang dunhill mild kembali, kepulan asap kembali menyelimuti wajahnya.

“Cobalah kau temui orang tua mahesa, kemungkinan mereka tahu alasannya... kalau orang tua nico kelihatanya mereka sudah tidak ada. Dari yang aku tahu, nico dibesarkan oleh orang tua mahesa juga... cepatlah kau cari mereka jika ingini mengetahui semua jawaban dari pertanyaanmu” ucapnya, aku mengangguk tersenyum kepada pak koco, akhirnya dengan beberapa pertanyaan di jawab oleh pak koco dengan jelas sejelas-jelasnya. Akhirnya aku pamit dan diantar pak koco keluar rumah.

“Pak, apakah bapak masih ingin bertemu dengan istri bapak?” ucapku

“Tentu saja... Aku masih mencintai istriku sekalipun mungkin dia tidak lagi mencintaiku...” jawabnya

“Jaga rahasia ini, dan aku berjanji akan membawa istri bapak ke pelukan bapak lagi, setelah itu bawalah wanita itu pergi dari daerah ini” ucapku tegas, pak koco memadangku dan meneteskan air mata. Dia kemudian memelukku dan mengucapkan terima kasihnya.

“Tapi aku tidak janji jika dalam waktu dekat, jika aku berhasil menemukannya aku akan hubungi pak Koco” ucapku kepada pak koco, kemudian pak koco memberikan nomor HP-nya kepadaku. Dia berpesan kepadaku agar aku lebih berhati-hati agar mereka tidak mengetahui keberadaanku, Dia sangat berharap keberhasilanku, agar dia bisa bertemu dengan istrinya.

Perjalanan pulang aku tempuh, berjuta pertanyaan bertambah di dalam otakku. Aku saja selama ini tidak pernah tahu keberadaan kakek dan nenekku dari Ayah, bagaimana aku bisa menemukannya? Jika saja aku harus menanyakan kepada Ayah, itu akan sangat berbahaya bisa saja Ayah mencurigaiku. Aku sampai dirumah, tampak Ayah dan Ibu sedang bersiap-siap untuk pergi.

“Lho Romo dan Ibu mau kemana?” tanyaku kepada mereka berdua, nampak Ayah masih sibuk dengan HP-nya

“Tante Ratna sakit, dia meminta Ibu menemaninya karena Suaminya sedang keluar kota ada proyek hingga awal tahun dan Ayahmu ini ada pertemuan dengan koleganya” ucap Ibu tersenyum kepadaku,tampaknya akan lebih bahagia jika tidak dirumah

“Ouwh... Oke dech kalo begitu” ucapku

Aku masih menunggu mereka berkemas-kemas, setelah semua perlengkapan beres Ayah kemudian keluar terlebih dahulu. Aku kemudian membawakan Tas Ibu dan barang-barang lainnya untuk dibawa kerumah Tante Ratna. Ketika masih di lorong rumah.

“Maafkan Ibu ya nak, mungkin kamu bakal puasa lama hi hi hi” ucapnya kepadaku dengan senyum nakalnya

“Tidak apa-apa bu... Arya bisa tahan bu” balasku

“Iya deh percaya ada satu lagi...” ucapnya terpotong

“Itu lagi, itu lagi... bosen Arya dengernya bu, pokonya kalau si itu minta Arya tidak tanggapi, janji...” ucap Ibu

“Pokoknya seizin Ibu ya...” ucap Ibuku

Ibu kemudian memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Pelukan dan remasa aku berikan kepada tubuhnya, kuremas dengan sedikit kuat pada susu Ibuku. membuatnya semakin ganas dalam mencium bibirku.

Tiiiiin Tiiiiiin Tiiiiiin.... terdengar klakson dari mobil Ayah. Kami menyudahinya dan kemudian aku mengantar kepergian Ibu. Setelah mereka berangkat aku hanya mematung di dalam ruang tamu, berpikir sejenak apa yang harus aku lakukan besok. Aku melangkah menuju ke kamarku, ketika aku melintas melewati dapur rumah pandanganku tak henti-hentinya memandang dalam sebuah ruang penyimpanan disamping dapur rumahku. Pandanganku memapah kakiku menuju ke dalam ruangan itu.

“Mungkin aku bisa mengetahui identitas dari orang tua Ayahku dari ruangan ini” bathinku

Ruangan yang begitu sempit tampak trap-trap almari dari kayu jati berdiri kokoh. Aku masuk di kanan kiriku semuanya adalah almari kayu jati. Sambil menutup mataku kuhirup aroma kayu jati tua perlahan dan kubuka mataku. Satu persatu trap almari aku buka mencari dokumen-dokumen yang aku butuhkan. Lama aku mencari dari setiap trap, kadang aku sangat bahagia ketika aku membuka almari-almari ini. Ijazah dan rapor-rapor Ibuku dari SD hingga S2, kulihat perubahan wajahnya yang dulu imut dan menggemaskan sekarang menjadi sangat cantik, manis dan menentramkan. Kutemukan pula ijazah SD hingga SMA-ku, tak ada yang menarik hanya saja lucu juga ketika melihat wajahku ketika SD. Ku cari terus dan terus dan akhirnya aku menemukan sebuah dokumen keeper yang berisi ijazah, Akta kelahiran, Kartu Keluarga ketika belum menikah milik Ayahku. Kucoba membukanya satu persatu dan kuamati benar-benar wajah seorang anak mama. Foto ketika dia SD membuat aku sangat tertawa terpingkal-pingkal bagaimana seorang penjahat kelas kakap seperti sekarang ini dulunya culun.

Dan akhirnya aku membuka dokumen-dokumen penting lainya. Wicaksono, ya aku temukan nama Kakekku dan Mahesawati, nama nenekku. Kuteliti setiap dokumen-dokumen dengan sangat detail dan teliti lagi. Dan yupz akhirnya aku dapatkan alamat mereka, dari universitasku ke arah barat dan tepatnya di perbatasan kota kurang lebih 40 Km dari Universitasku. Aku kemudian merapikan semuanya kembali dan ku tata rapi sesuai dengan letaknya. Aku kembali ke dalam kamarku, kunyalakan telepon cerdas temuanku. Kucoba membaca semua isi sms dari Ayahku ke KS, beberapa sms di awal sebelum KS mulai melawan Ayah tampak smsnya penuh dengan teka-teki.

Di bokong,da KR.Pi’ah
id ilakrila 1/9/8/7 cium ikan mati
Ketika asap berhenti mengepul
Temui hewan pelari cepat dan pemangsa
Di bawah penari berleher panjang
Antarkan sesuai perintahku
/X+-

Ya ini adalah sms yang terpotong ketika aku membacanya hanya muncul 1 kalimat terakhir dan tanda /x+-. Sms-sms di awal tampak sms yang tidak dapat dipahami olehku, tapi hingga sms KS mulai melawan dan diancam akan dibunuh tampak terlihat jelas jika KS sudah mulai melawan Ayah. Apa maksud dari itu semua? Id ilakrila apa maksdunya?. Ah sangat membingungkan, kusulut dunhill mildku kembur sambil berbaring di lantai kamarku. Kuamati semua dinding kamar, melihat semua bagian-bagian dari kamrku ini. Dengan sedikit menengadahkan kepalaku dalam posisi tidurku, kusapu semua bagian kamarku ini tampak pula kursi, meja belajar, almari kamarku. Pandanganku terhenti pada kursi kamar.

Ku amati kursi itu, semaikin lama aku mengamatinya semakin menyambung dengan kebingunganku selama ini. aku kemudian tengkurap terlihat kursi kamar sewajarnya, aku terlentang dengan kepala menengadah tampak aangka empat, tengkurap lagi kursi lagi, terlentang lagi angka 4 lagi. Aku bangkit dan aku ambil telepon cerdas temuanku itu. Ya, id ilakrila adalah di kalialir, coba aku browsing melalui simbahe “guugel” dan kutemukan, ini adalah sebuah tempat dimana industri-industri besar dan juga instansi-instansi pemerintahan berdiri megah disana. Di tempat itu banyak kabar mengenai kasus-kasus penyuapan yang tidak pernah terungkap sama sekali. Pihak kepolisian kewalahan dalam mengungkap kasus ini karena sulitnya akses masuk ke dalamnya yang dilindungi oleh orang-orang yang memiliki jabatan dalam pemerintahan di daerah itu. Pernah aku mendengar berita dimana Kepala Kepolisian mengungkapkan Jika saja ada orang yang membantu pihak kepolisian walau sedikit saja informasi, pasti pihak kepolisian akan bisa meluluh lantakan kejahatan di tempat itu.

Daerah Kalialir merupakan sebuah nama dari kawasan di Industri di kecamran yang masih satu kota dengan kotaku yaitu kecamatan Amis. Daerah tempat tinggalku merupakan sebuah kabupaten dengan luas yang sangat luas, terdiri dari beberapa kecamatan dengan penghasilan daerah yang sangat besar dan terbesar di provinsinya. Kecamatan Amis? benar saja cium ikan mati itu adalah maksud dari kata-kata itu. Mulailah aku mencoba mengartikan setiap kata-kata dari sms itu. Ketika asap berhenti mengepul, menjadi tanda tanya besar dalam hatiku, otakku dan hatiku oh oh huooooooooooo. Bener-bener orang sempak yang mengirim sms ini, Aaaaaaaaaaaaaaaah. Centung.... ada BBM masuk ke dalam telepon cerdasku (bukan telepon cerdas temuanku). Kubuka dari Bu Dian, kenapa juga malam-malam BBM aku.

Dari : Bu Dian
Kaosnya beneran buat saya?tidak apa-apa kan?
“kenapa juga ditanya lagi to bu bu, lha wong mau buat lap pel saja juga tidak masalah” bathinku

To : Bu Dian
Iya bu tidak apa-apa, buat bu dian
Maaf Bu, Ibu Dian kok belum tidur? Kan sudah malam?
Dari : Bu Dian
Sedang mengerjakan karya ilmiah
untuk di ajukan sebagai penelitian
To : Bu Dian
Wah, senangnya penelitian :D
Asyik ya bu bisa penelitian

(aku mulai sok akrab dengan bu dian)

Dari : Bu Dian
Kalo kamu mau, kamu bantu saya dalam penelitian ini bagaimana?
Waktunya masih lama sampai semester depan berakhir

To : Bu Dian
Wah Bu, saya yakin KTI bu Dian number one
takutnya kalau nanti persentasi di luar kota
saya tidak sanggup Bu

Dari : Bu Dian
Maksudnya kamu bantu saya saja mengerjakan penelitian ini
Nanti yang persentasikan saya, ini juga bisa kamu gunakan sebagai
Judul skripsi kamu
To : Bu Dian
Ouwh begitu ya bu, gimana ya bu?
Jujur saja kalau keluar kota saya masih malas bu
Karena tidak mau meninggalkan rumah kasihan yang dirumah
Dari : Bu Dian
Iya saya tahu, kamu lagi mencoba mandiri
buka toko baju sama Ibu kamu, santai saja, saya Cuma butuh bantuan kamus saja
To : Bu Dian
Oke bu, saya pertimbangkan
Dari : Bu Dian
Kok belum tidur?
“Haruskah aku mengatakan kalau aku sedang memecahkan teka-teki?mungkin aku bisa mendapatkan batuan dari Dosenku ini”bathinku

To : Bu Dian
Ini bu lagi baca komik detektif, ada kata-kata yang tidak aku mengerti
Jadinya ya saya cari, komiknya terbit 1 bulan lagi
Dari : Bu Dian
Memangnya apa?mungkin bisa aku bantu
Daripada kamu nanti mati penasara
“Sial ini cewek, cantik, judes, suka ngeledek orang, harus aku samarkan sedikit” bathinku

To : Bu Dian
Ini si tokoh utama lagi mencari kata-kata dari
“bertemu di bawah penari berleher panjang, adalagi waktu dimana asap berhenti keluar, dan menemui pelari cepat dan pemangsa” begitu bu...
Lama aku menunggu jawaban dari bu dian, satu batang dunhill mild pun habis terbakar.

Dari : Bu Dian
Sudah ketemu? Saya sudah menemukannya, bagaimana dengan kamu?
To : Bu Dian
Kalau sudah ketemu, saya tidak akan tanya bu dian
Dari : Bu Dian
*ROTFL* Itu maksudnya....
Sometime i feel like live in a dream, alone in my paradise lost, can it ber real tell me what does it mean alone in my paradise lost.... telepon cerdasku berbunyi... Bu Dian

“Ya Halo selamat malam” ucapku

“Mau tahu jawabanya?” ucapnya

“Iya bu...” jawabku

“Dengan catatan kamu harus mau bantu KTI saya, bagaimana?” ucapnya ditelepon

“Kalau saja ini benar-benar komik, aku pasti akan menolaknya, tapi aku sangat membutuhkannya” bathinku

“Iya bu saya siap menerima tawaran Ibu, saya akan bantu Ibu” jawabku

“Oke dengarkan ya... bertemu di bawah penari berleher panjang itu kan tidak mungkin bertemu jerapah yang sedang menari kan? Yang jelas itu adalah sebuah nama tempat atau bisa juga nama sebuah pohon, itu maksudnya pohon angsana, karena angsa berleher panjang”

“Ketika asap berhenti mengepul, seperti orang merokok, kalau asapnya berhenti mengepul berarti dia sedang beristirahat sejenak, kemungkinan itu adalah waktu dimana sebuah usaha berhenti untuk beristirahat”

“Yang terakhir saya sebenarnya sedikit bingung, komik kamu keluaran dari negara mana?” jelasnya,

“Eeeee.... Komik Lokal Bu, buatan sahabat saya dari luar pulau, memangnya kenapa bu?” jawabku sekenanya, gelagapan juga sebenarnya he he he

“Itu begini, sebenarnya kalimat itu memiliki maksud tentang kendaraan bermotor mungkin, kamu tahu sendiri kan di beberapa negara ada beberapa nama mobil/ motor yang biasanya di identikan dengan nama hewan, kalau itu di negara kita sendiri mungkin saja itu pelari cepat itu kijang, kuda pemangsanya panther, tiger, bisa juga kan?” ucap Bu Dian

“eh iya bu, terima kasih banyak bu...”

“Ya sudah pegang janji kamu, sekarang saya mau istirahat dulu, sudah ya...tut...” salam perpisahan dari Bu Dian, bahkan aku sendiri belum mengucapkan salam dia sudah mengakhirinya

To : Bu Dian
Terima kasih banyak bu, saya tidak pernah menyangka
bisa ngobrol dalam waktu lama dengan Bu Dian
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih
Dari : Bu Dian
Ya, sama-sama, sudah cepat sana tidur!
Wiiii galak banget ni cewek, tapi memang aneh juga dengan sikap Bu Dian. Kenapa juga malam-malam begini menanyakan mengenai kaos lengan panjangku? Kangen sama aku? He he he he he GeEr jadinya. Kalau dipikir lebih jauh lagi, aneh juga Bu Dian mau meneleponku hanya karena masalah komik-komikanku. Bu Dian... Bu Dian... aku tersenyum sendiri dengan semua yang terjadi.

Aku kemudian merebahkan tubuh di lantai kembali, kepalaku membentur sesuatu. Ya itu adalah telepon cerdas temuanku, kubuka lagi dan kuingat-ingat kembali apa yang dikatakan Bu Dian. Memang benar adanya semua analisa bu Dian mengenai pesan itu. Aku pejamkan mata ini yang lumayan lelah, sel-sel otak kembali berputar-putar mencoba merangkai ingatanku dan teka-teki itu.

Tiba-tiba sebuah ingatan terpampang jelas membuat sebuah jawaban atas teka-teki itu. Kuda dan Panther sepasang mobil ini pernah aku lihat di rumah Rahman. Itu adalah mobil Om Nico, berarti memang benar pada saat itu mereka sedang melakukan transaksi dengan kurir KS. Dari semua yang telah aku lalui, kedua orang itu adalah sepasang penjahat yang berkedok sebagai pejabat. Kubaca lagi, di bokong ada KR.Pi’ah, dan 1/9/8/7, kenapa juga tadi tidak aku tanyakan kepada Bu Dian.

Dengan mencoba mengikuti jalan pikiran Bu Dian dari penjelasannya kemudian aku menelaah hsendiri isi dari pesan itu. Tak perlu waktu lama seperti sebelum-sebelumnya, Dibagian belakang ada R.Pi’ah mungkin itu Rupiah atau uang, karena mereka sedang melakukan transaksi. 1/9/8/7 itu mungkin saja mengenai nomor tempat Kalialir tersebut. Kuhubungkan angka tersebut dengan tanda di bawah pesan /+x-, tidak mungkin aku membagi angka-angka tersebut tapi kenapa tandanya adalah tanda / (bagi). Ku amati lagi, mungkinkah? / diganti + dan x diganti -? Dan kucoba sekali lagi 25 yang aku dapatkan. Langsung aku browsing melalui guugle dan kutemukan gambar sebuah taman di kecamatan Amis. Lengkap sudah semua teka-teki ini, Mahesa dan Nico sepasang penjahat yang sedang menikmati aliran uang tersebut. Kurapikan kamarku dan kusimpan rapat telepon cerdas temuanku itu dalam tempat yang aman.

Aku terlelap dalam tidurku, hingga pagi menjelang. Aku segera berangkat kuliah dan keseharian fokus pada kuliah dengan melupakan semuanya terlebih dahulu. Beberapa hari dalam kesendirian aku mendapat kabar bahwa Ibu akan tinggal bersama tante ratna dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan karena selain tante ratna sakit, Tante juga takut tinggal sendirian karena suaminya sedang dalam tugas dari perusahaan yang harus membuat om Andra berangkat ke negeri Tirai bambu. Ayah? Dia sedang dalam perjalanan Dinas Luar Kota hingga beberapa bulan ke depan. Lengkaplah sudah, kini aku juga harus fokus dengan kuliahku terlebih dahulu sebelum mulai mengungkap teka-teki mengenai Ayah. Tak ada hari libur karena aku sudah berjanji pada Bu Dian akan membantunya.

Bulan demi bulan aku lalui dengan fokus pada kuliah dan KTI Bu Dian. Aku semakin dekat dengan Bu Dian, karena hasil kerja kerasku membuahkan hasil dimana KTI Bu Dian akan di “tarungkan” di tingkat nasional. Namaku juga ikut di cantumkan dalam KTI tersebut tapi aku tidak diikutkan dalam persentasinya. Tak terasa semester 5 hampir berakhir, Ibu masih dengan Tante Ratna ditambah lagi giliran kakek dan nenek yang sakit sehingga mengharuskan Ibu merawat mereka berdua, begitupun tante ratna. Ayah? sangat jarang pulang, Ayah hanya pulang sesekali dalam waktu dua minggu. Pernah ketika Ayah pulang dan aku sedang menonton TV, Dia masih tetap dingin kepadaku.

Hingga pada suatu malam ketika aku pulang malam, aku menemukan Ayah tertidur dengan pulasnya di kamar. Dompet dan HP-nya tertinggal di kursi ruang keluarga. Iseng-iseng aku buka HP dan kubaca setiap isi smsnya, bersih-sih tidak ada sms yang menjurus ke masalah KS atau suatu kejahatan-kejahatan yang akan dilakukan. Ku coba mebuka aplikasi Note pada HP-nya, kulihat sebuah note yang bertuliskan PIN dan yupz itu PIN ATM Ayah, 123456789, kusimpan PIN tersebut dalam telepon cerdasku. Tak akan lengkap PIN ATM tanpa kartunya maka kuambil kartu ATM Ayah dari dompetnya dan kusimpan, kuletakan lagi pada posisi semula. Kutengok Ayahku yang berada dalam kamarnya, Ah... ternyata HP yang biasa di gunakan untuk komunikasi Ayah berada dalam genggamanya. Tak apalah, yang terpenting aku mendapatkan ATM-nya, aku bisa mengurasnya habis jika aku mau tanpa harus ketahuan. Kembali aku keluar rumah lalu ku sms Ayah jika aku tidak pulang dalam beberapa hari karena menginap di kos temanku dengan mengirimkan sms kepada Ayahku, membuat sebuah keadaan jikalau nanti Ayah mencari ATM-nya dan ternyata Kartu ATM-nya hilang dia tidak akan mencurigaiku.

Setelah beberapa hari aku tidak pulang kerumah, Ayah meneleponku menanyakan kepadaku mengenai kartu ATM-nya, dan jelas saja aku jawab aku tidak mengetahuinya karena dalam beberapa hari ini aku menginap di kos temanku. Ayahpun percaya kepadaku dan alibiku berhasil dengan baik. Pada suatu malam hari di malam dimana aku sendiri di dalam rumahku. Aku mulai melihat kartu ATM ayahku, apakah kartu ATM ayah masih fungsi atau tidak, jika masih berfungsi berarti aku bisa mengambilnya.

“Aku harus mengeceknya, aku harus mempunyai rencana agar jika nanti aku terekam di CCTV ATM mereka tidak tahu siapa aku, bisa saja dilacak mengenai lokasi penarikan” bathinku

Pada malam itu, malam dimana aku sendiri di rumah, aku pergi ke warung nasi kucing daerahku dimana aku biasa nongkrong ketika aku SMA. Tak lupa aku membawa tas hikingku. Disana aku meminjam sepeda motor pemilik warung tak lupa aku meminjam wig dari seorang waria yang sering mangkal di daerah itu. Kukendarai motor itu hingga pada suatu tempat yang sepi aku menyamar menjadi orang lain, menggunakan wig dari seorang waria, kemudian memakai pakaian lengan panjang. Tentunya wajah ditutupi dengan seabrek make-up entah solasi hitam dijadikan kumis palsu dan yang lainnya. Yang terutama adalah menutupi kulitku yang berwarna putih ini, bisa berabe jika terekam karena Ayah pasti akan langsung mengetahui siapa yang mengambil. Dengan menggunakan motor pinjaman aku pergi menuju ATM terdekat, masukan kartu dan kucoba memasukan PIN dan berhasil. Ku cek saldo milik Ayah, WHAT THE HELL????! Uang dengan jumlah 6 angka nol masuk dalam tabungan Ayah. Tidak mungkin jika itu adalah uang dari pekerjaan Ayah.

Segera aku kembali kerumah yang terlebih dahulu mengembalika motor dan untuk Wig tidak jadi aku kembalikan biasa sudah keburu mangkal lagi pula waria itu juga temen dekatku ketika masih SMA. Kulhat jam dinding di rumah menunjukan pukul 23:00. Ku cek di laptop mengenai kartu ATM ayahku, ternyata kartu ATM jenis ini hanya dimiliki nasabah prioritas dan bisa mengambil hingga 25 juta per harinya. Jika nasabah reguler hanya sampai pada 5 juta per hari dalam satu penarikan. Segera aku bangkit dan menuju warung nasi kucing itu dan kembali meminjam untuk mengambil uang dari ATM tersebut. Penarikan aku lakukan sebesar 25 juta perhari dan aku lakukan selama kurang lebih satu bulan tanpa diketahui oleh Ayahku. 1 bulan 30 hari dikalikan 25 jutajika di hitung penghasilan dalam 1 bulan ini aku mendapatkan 750 juta dari penarikan dari ATM Ayahku. Dengan pemikiran yang teratur aku menyimpannya dalam kamarku tanpa diketahui oleh siapapun. Kartu ATM masih aku simpan di tempat rahasia dimana tidak ada siapapun mengetahuinya. (Ingat ini hanya fiktif, yang sebenarnya mengenai pengambilan ATM batasannya berapa saya juga tidak tahu, hanya berdasarkan pada browsing internet so be calm okay, it just my imagination)

Bulan demi bulan berjalan, Terkadang aku juga menjenguk Ibu karena saking kangennya, tapi tak bisa berharap banyak. Aku kadang mengajaknya pulang sebentar tapi tante ratna selalu memasang wajah memelasnya dan membuat Ibu tidak tega meninggalkannya sendirian. Apalagi Kakek dan nenek juga masih dalam keadaan yang belum sehat betul, kalaupun hanya tante ratna dirumah kakek rasanya juga tidak mampu untuk merawat mereka berdua. Cenggur? Pastilah... apalagi selama semester 5 ini aku selalu menolak ajakan Rahman untuk menginap di rumahnya. Mungkin di semester 6 nanti aku mulai berangkat lagi. Memang aneh dalam semester 5 ini, dalam jangka waktu satu minggu aku mendapati semua kenyataan-kenyataan pahit terkuak tapi kulupakan sejenak untuk fokus dengan kuliahku, itulah pesan Ibu. Tante Ima? Ya tante ima kadang-kadang sms aku, Dia sudah diperbolehkan Om Nico untuk keluar rumah tapi aku terus menolaknya karena situasi saat itu tidak memungkinkan karena aku tidak pernah tahu keberadaan Om Nico dan apa yang dia lakukan. Sekalipun aku bisa menginap dirumahnya dan tante ima memberikan obat tidur lagi, aku masih menolaknya takut Ibu cemburu. Tante Ima pun memahami itu semua karena dia juga sebenarnya ketakutan dalam kondisi ini. Jika aku ingat lagi, aku hanya melakukan persetubuhan itu di satu minggu itu saja. Setelahnya tidak pernah sama sekali dan membuat aku merindukan Ibu, Ibu dan Ibu.

Demi mengalihkan perhatian akan nafsuku, aku mengalihkan perhatianku ke Wicaksono dan Mahesawati, Kakek dan Nenekku. Besok sudah memasuki minggu tenang selama 2 minggu untuk menyambut Ujian Semester 5, aku putuskan untuk mencari Kakek dan Nenekku. Aku berangkat tanpa memberitahukan Ibu dan Ayahku kemana aku pergi tak lupa aku membawa uang yang cukup banyak 50 juta dalam perjalananku. Kuarahkan ke arah barat Revia, melewati daerah Rumah Kakek dan Nenekku dari Ibu. Hingga mendarat pada sebuah daerah yang bernama Desa Banyu Sawah, di desa yang sejuk belum tercemar asap-asap pabrik ataupun asap kendaraan bermotor yang berlalu lalang. Karena rata-rata di daerah ini orang-orang menggunakan sepeda, mau bagaimana lagi jalan di desa ini baru terjamah kerikil aspal saja belum. Aku hentikan langkah Revia di sebuah warung dengan dinding anyaman bambu, sejenak aku beristirahat dan beradaptasi dengan daerah itu. Aku berada di tempat itu tepat pukul 16:00 ketika aku melihat sematpon ku.

“Bu, minta kopi hangat satu bu?” ucapku kepada Ibu Penjual yang putih cantik dengan senyuman menawan

“Kok Bu to mas, saya itu masih 30 tahun mas, dipanggil mbak saja”

“Kopi hitam apa kopi instan mas?”jawabnya

“Iya Bu eh mbak, Kopi instan yang wait ya mbak” balasku cengengesan

Segelas kopi wait dengan pemandangan desa yang sungguh luar biasa indah. Warung yang berada ditepi jalan dengan pemandangan sawah, sungau dan perbukitan nampak melengkapi kekosongan hati ini. Sore semakin larut dalam gelapnya malam tapi hingga aku berada disini kuberanikan diriku bertanya dan mengobrol dengan mbaknya.

“Mbak, tahu rumahnya Pak Wicaksono dan Bu Mahesawati?”ucapku kepada mbaknya, dia tampak terkejut ketika mendengar nama itu. Kuperhatikan matanya yang menelanjangiku, aku tetapi santai dan otakku mencoba memikirkan apa yang harus aku katakan ketika nanti ada pertanyaan-pertanyaan tambahan dari wanita ini.

“Mas itu siapa kok nyari-nyari mereka berdua?” ucapnya

“Saya orang dari kota mau mengantarkan kiriman uang dari siapa saya tidak tahu, saya hanya suruhan dari jasa ekspedisi istilahnya ya perusahaan jasa pengiriman, dan alamatnya yang tercantum di daerah ini mbak”

“Kalau tidak ketemu saya bisa kena pecat mbak” ucapku kepada mbaknya

“Mas, mereka berdua sudah pindah mas, tidak ditempat ini lagi mereka menghindari anaknya itu yang saya ketahui, mungkin Bapak saya tahu dimana mereka sekarang”

“Apa masnya mau mampir dulu kerumah saya? Nanti saya pertemukan dengan bapak saya, masnya tanya-tanya dengan bapak saya saja mas” jelasnya, tanpa menghiraukan esok hari aku menyetujui untuk kerumah mbaknya. Kami berbincang-bincang mengenai desa ini, dari perbincangan itu akhirnya aku mengetahui namanya Mbak Maya, wanita berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut yang panjang hingga punggungnya, tingginya kurang dari tinggi Ibu dan wajah Ayu nan manis yang bisa membuat semua laki-laki tergoda. Hingga akhirnya aku dan mbak maya pulang kerumahnya, tepat pada jam 18:00 aku sampai di rumab mbak maya. Aku diperkenalkannya kepada mereka semua yang ada di rumah, Ayah mbak Maya Pak Roto, Ibunya Bu Roto dan satu orang anaknya mbak Maya yang berumur 4 tahun bernama Isti. Malam menjelang tepat pukul 19:00, akhirnya aku berbincang dengan Ayahnya di beranda rumah sederhana dengan teras yang sangat luas.

“Apaka kamu benar-benar dari kota, dan dari perusahaan pengiriman?” tatapan mata yang tajam membuat aku merinding ketika mata itu semakin menusuk. Ya Ayah mbak maya hanya seorang petani perawakannya setinggi mbak maya. Aku kemudian tersenyum kepadanya.

“Bisa iya bisa tidak pak?Apakah ada yang salah dengan saya pak?”jawabku dengan senyum candaku

“Sudah jelas kamu pasti bukan dari perusahaan pengiriman barang, kamu pasti ada hubungannya dengan anak dari pak wicak (panggilan kakek dari ayah)” ucapnya kepadaku

“Pak, sebelumnya saya minta maaf, saya memang bukan dari perusahaan pengiriman barang, dan jika saya salah, saya mohon dimaafkan”

“Saya memang ada hubungannya dengan anaknya, tepatnya aku anak dari anak Kakek Wicaksono” jawabku, membuat kedua mata pak roto mendelik kaget melihatku

“Tenang pak, saya kesini bukan maksud apa-apa hanya saja, saya kesini untuk mencari kebenaran pak, seandainya bisa tolonglah agar saya diberitahu keberadaan kakek dan nenekku” ucapku kepada pak roto, sembari mengeluarkan dunhill mild dan menyulut sebatang. Kepulan asap dunhill nampak kalah bertarung dengan kepulan asap dari rokok lintingan pak roto.

“Apa tujuanmu sebenarnya? Jika memang mencari kebenaran, jangan pernah sekali-kali kau bawa mereka berdua kembali dalam kubangan dosa anaknya, mahesa”

“Mereka sudah terlalu menderita” jelasnya yang membuat aku terbatuk-batuk, tersedak ketika menyeruput teh hangat buatan mbak maya yang sudah disediakannya di awal perbincangan kami berdua.

“Apa maksud bapak? Menderita bagaimana? Ayah hidup bergelimang harta, kenapa kakek menderita? Apakah ayah menyakitinya?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulutku, membuat pak roto memandangku dengan terheran-heran

“Apa kamu tidak mengetahui keadaan kakek dan nenekmu?” tanyanya, aku hanya menggelengkan kepala

“Mereka pindah ke desa banyu biru, agar tidak ada seorang pun tahu keberadaan mereka, aku hanya tahu itu saja, banyu biru terletak di balik bukit itu, kamu harus jalan kaki melewatinya”

“Paling tidak butuh waktu 4-5 jam untuk mencapai daerah itu, di desa itu hanya beberapa penduduk yang tinggal mungkin 10-12 Kepala keluarga disana” jelasnya kepadaku

“Jika kamu tahu, Ayahmu selalu membuat menderita mereka berdua, dulu mereka adalah orang terkaya di desa ini selalu berbagi dan dihormati oleh warga, aku tidak tahu menahu soal Ayahmu, yang jelas mereka menjadi miskin dan terlantar karena Ayahmu, Mahesa, makan saja mereka mendapat belas kasih dari tetangga” jelas Pak Roto, membuat aku tertunduk dan di tanganku yang bertumpu pada lutut kakiku. Tetesan air mata mulai mengalir dari mataku, mengingat bagaiman Ayah, Ibu dan Aku selalu dalam kecukupan tetapi Kakek dan nenek wicak malah kelaparan. Tiba-tiba tangan yang kasar mengelus kepalaku dengan lembutnya.

“Kamu cucu yang baik, datanglah kesana esok hari, dan akan aku antarkan kau melalui jalanl terdekat, mungkin hanya 2-3 jam kamu bisa sampai disana. Tidurlah dirumah bapak, kumpulkan semua tenagamu karena besok adalah perjalanan terberatmu” ucapnya, aku kemudian melihat kedua mata itu, aku mengusap air mataku dan kemudian sungkem di bawah pak roto mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.

Malam larut dalam kegelisahanku disertai suara burung hantu yang membuat kami kedinginan. Kami akhiri semua percakapan kami, aku dipersilahkannya tidur di kamar paling belakang rumah ini. Rumah sederhana terdiri dari ruang tamu, kemudian ruang kumpul keluarga yang lumayan luas di samping ruang keluarga terdapat 2 kamar yang berdekatan. Keluar dari rumah di bagian belakang ada pekarangan beralaskan tanah, kamar mandi dengan sumur tradisional di sebelah kanannya dan sebuah kamar kosong yang sering digunakan pak roto untuk kamar tamu yang menginap, dulunya itu adalah kamar milik anak lelakinya yang kini sudah tinggal di kota berada di kiri tepatnya di depan kamar mandi itu. Ketika berdiri di tengah-tengah pekarangan atau diantara kamar dan kamar mandi itu kita bisa melihat pemandangan sawah kemudian bukit yang indah.

Pak roto mengantarku ke kamar itu dan meninggalkan aku sendirian. Aku kemudian masuk dan merebahkan diri di kamar yang bersih dari debu ini. Kulihat sekelilingnya tampak sangat bersih, berati kamar ini selalu dibersihkan oleh keluarga ini. Malam semakin larut aku masih tidak dapat tidur, aku menyulut dunhill mildku di luar kamar ini. Kamar ini memliki teras kecil didepannya yang beralaskan ubin keramik, tidak begi luas hanya berukuran 2 x 7 ubin keramik. Tampak rumah pak roto yang sangat sepi, tiba-tiba mbak maya keluar dari rumah menuju kamar mandi. Dia tersenyum kepadaku akupun membalasnya dengan senyuman itu. Setelah dari kamar mandi dia menghampiriku, kami kemudian duduk bersebelahan

“Belum tidur mas?” ucapnya kepadaku dengan wajah putih nan Ayunya itu dihiasi oleh rambut panjang yang di letakan dibahu kanannya

“Belum mbak...” ucapku kepada mbak maya

“Kepikiran besok ya?” ucapnya kepadaku hanya aku balas dengan anggukan

“Dulu itu kakeknya mas Arya, benar kan mas Arya namanya? Tadi saya sedikit nguping he he he” ucapnya, aku hanya bisa mengangguk pandanganku tak luput dari tubuh semoknya yang hanya berbalut kaos ketat selengan dengan belahan dada sedikit kebawah, dibagian bawahnya dihiasi rok yang merumbai-rumbai selutut. Yang membuat aku tidak konsen adalah ketika aku memandang mbak maya, aku memandangnya dari samping jadi sangat terlihat jelas bagaimana tonjolan payudaranya itu

“Kakek mas Arya, orang yang baik di daerah ini semua warga disini pernah ditolong olehnya, dari dibangunkan rumah, diberi garapan sawahnya bahkan ketika itu ada yang mau nikah saja dia yang membiayai semuanya. Tapi anaknya kelakuannya HEEEHHHH!” jelasnya dengan nada sedikit kesal ketika menyebut anak dari kakek, ayahku.

“Maka dari itu mbak, saya mau mencari kebenaran” ucapku,

Kami berdua akhirnya terlibat obrolan yang hangat, dari cerita mbak maya aku dapatkan jika suami mbak mmaya berjualan di daerah tempat tinggalku. Dia hanya pulang dalam 2 minggu sekali. Tak ada pembicaraan ngeres dari mulut kami berdua, tapi jika aku punya pikiran ngeres ya jelaslah. Kami mengakhiri obrolan kami dan kembali ke kamar masing-masing. Aku merbahkan tubuhku tampak sms dari Bu Dian.

Dari : Bu Dian
BBM kamu kok tidak aktif?
To : Bu Dian
Saya lagi dipedalaman bu, tidak ada koneksi data
Ada apa yan Bu? Bisa saya bantu?
Dari : Bu Dian
Kamu itu bagaimana to?kan besok saya mau berangkat persentasi
Tidak di ucapkan semangat atau bagaiman?
Kamu itu tim saya
To : Bu Dian
Aduh Bu maaf...
Teruntuk Bu Dian, Dosen terhebatku
Semoga besok perjalanan menuju tempat persentasi di lancarkan
Dan persentasinya juga lancar
amin
Dari : Bu Dian
Telat!
To : Bu Dian
Ya maaf bu, lupa... he he he
Lagian Bu Dian kok malah tidak minta ke pacarnya
Malah minta ke saya
Dari : Bu Dian
Ya sudah...!
To : Bu Dian
Jangan marah bu, kan saya Cuma bercanda he he he
Dari : Bu Dian
Karena kamu itu satu tim dengan saya seharusnya kamu memberikan semangat kepada satu tim
Bagaimana kamu itu?!
To : Bu Dian
Iya bu besok tidak akan saya ulangi lagi,
Dari : Bu Dian
Ya, selamat tidur!
Kemudian kubalas dengan ucapan selamat istirahat, Ah wanita ini kenapa juga dia selalu sms dulu ke aku, apakah ada sesuatu dibenaknya tentang diriku? He he he he #ngarepdotcom. Kupejamkan mataku dan kurasakan malam menyelimuti tidurku. Mimpi-mimpi yang datang semakin lama semakin jelas tentang kedua kerbau yang beradu kekuatan, salah satu kerbau tertutup matanya tampak tersungkur di depan kerbau yang satunya lagi. Setiap kali terjaga aku tidak mempedulikannya lagi hingga si raja sinar mulai bangun dari tidurnya membut Ayam bermahkota itu berkokok sekeras-kerasnya membangunkan aku dari tidurku.

Aktifitas pagi yang sangat menyegarkan, disambut dengan senyuma keluarga yang ramah ini. terlihat seorang wanita mengenakan baju ketat dengan tonjolan di dadanya membuat pagi ini semakin indah. Mbak maya mbak maya.... aku kemudian sarapan bersama mereka tak lupa aku mencuri-curi pandang ke tonjolan mbak maya, aduh kenapa aku ini. Setelah makan pagi selesai bersama dengan Pak Roto aku pamitan kepda keluarganya, diantarnya aku menuju jalan ke desa banyu biru. Dengan menggunakan celana pendek hingga menutupi lutut dan alas kaki sepatu CAT aku diantar pak roto tak lupa tas hikingku ku gendong di punggungku. Setelah sampai di jalan alternatif itu pak roto berpesan untuk hati-hati karena jalannya lebih terjal dari jalan yang biasanya dilalaui warga untuk menuju desa dibalik bukit itu. Pak Roto kemudian pamit untuk menggarapa sawah yang tidak jauh dari jalan setapak itu, dia berpesan agar ketika bertanya kepada orang di desa itu untuk menyebut namanya. Dengan menggendong tas hikingku yang kubawa dalam perjalanan ke desa banyu abang, aku terus berjalan. Perjalan memang jauh hampir 2 jam aku melangkah melalui jalan terjal ini, untungnya aku mempunyai basic seorang pecinta alam. Kulihat sekelilingku tampak pemandangan indah dari bukit yang menjulang tinggi ini. Terlihat sawah, sungai dan pepohonan berdampingan membentuk suatu keindahanntersendiri. Aku masih terus berjalan hingga setelah hampir 3jam aku mencapai sebuah desa kecil dengan 10 rumah yang dibangun dengan menggunakan kayu jati. Dengan alas kakiku penuh dengan tanah dan Kutemui salah warga disitu.

“Pak, Rumah kakek wicak dimana?” ucapku kepada seorang laki-laki paruh baya yang menenteng canagkul. Tampak terkejut ketika aku bertanya hal itu.

“Maaf mas, tidak ada kakek wicak disini” ucapnya kepdakku, aku kemudian teringat akan ucapan pak roto

“Saya disuruh pak roto untuk menemui kakek wicak” ucapku kemudian, dengan pandangan asingnya dia memandangku.

Kemudian dia mengantarakan aku ke sebuah gubuk kecil yang terbuat dari anyaman bambu. Tanpa mengetuk pintu, lelaki paruh baya itu membuka pintu . Tertegun ketika aku melihat seorang wanita tua renta terbaring lemah di ranjang kayu beralaskan tikar dan seorang laki-laki tua renta sedang duduk disamping ranjang menyuapinya. Terlihat keharmonisan dan kasih sayang dari laki-laki itu. Laki-laki paruh baya itu kemudian berdiri di samping lelaki tua itu.

“Kek, ada yang mencari” ucap lelaki paruh baya itu, kemudian laki-laki tua itu memandangku dengan tatapan asingnya

“iya... siapa kamu nak?” ucapnya dengan suara pelan nan lembut dan sedikit serak khas suara lelaki yang sudah tua dan renta

“Apakah... anda... Kakek... wicak.... dan nenek... mahesa....?” ucapku sedikit tertahan karena air mata ini ingin sekali mengalir.

“Iya, aku wicaksono dan ini istriku mahesawati, ada kepeluan apa saudara mencari saya?” ucapnya dengan nada kebijaksanaannya. Aku melangkah mendekatinya, berlutut di hadapan kakek wicaksono kemudian memluknya kurapatkan wajahku di perut kakekku, kujulurkan tangan kiriku menggenggam tangan nenenk mahesawati.

“KAKEEEEEEEEK, NENEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEK.....” aku berteriak seketika itu, teriakan yang tersumpal oleh perut kakekku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd