Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Warung Mbak Ningsih

Pejabat Bejat

Malam hari, warung sedang sepi. Aku menutupnya lebih awal dan memilih untuk beristirahat. Aku memilih untuk pulang ke rumah saja. Di rumah aku merebahkan diri di atas tempat tidur dan pikiranku melayang pada kejadian siang hari.

Setelah aku menutup warung, aku duduk berdua di dalam kamar bersama Pak Arik.

“Mau bapak apa?” tanyak pada Pak Arik.

“Saya kira mbak pasti paham,” jawabnya. Ia langsung mendekatkan diri dan merangkul bahuku. Tentu saja aku makin paham apa maksudnya.

“Saya cuma mau bantu mbak aja,” katanya lagi. “Tapi mbak juga harus bantu saya juga.”

“Saya bisa bantu apa, mbak?” tanyaku coba memperjelas.

Tangannya langsung meraih tanganku dan mengarahkan ke selangkangannya. Aku merasakan sudah ada sesuatu yang mengeras. Tidak lama kemudian, aku sudah merasakan bibirnya menempel di bibirku. Pak Arik perlahan mulai melumat bibirku dengan lembut. Tangannya terus menuntun tanganku untuk memainkan selangkangannya. Aku pun mengikuti arahannya itu.

Mungkin belum puas, tangan Pak Arik yang sebelumnya merangkul kini meraih payudaraku dan meremasnya. Lama kelamaan, remasan itu dilakukan oleh kedua tangannya. Sementara aku sudah melakukan remasan di selangkangan tanpa arahan Pak Arik lagi.

Namun, tiba-tiba HP Pak Aris berdering. Ada yang menelponnya. Lalu Pak Arik pun berpaminta padaku bahwa ia harus segera pergi.

“Aku pergi dulu,” katanya. “Besok siang saya tunggu di alamat ini ya.” Katanya sambil menyerahkan sebuah alamat kepadaku.

***​

Besok siang, aku mendatangi alamat yang diberikan oleh Pak Arik. Sebelumnya aku pergi ke pondok untuk menjenguk anakku. Ternyata itu adalah rumahnya. Tapi entah kenapa rasanya sepi sekali rumahnya itu.

“Istriku lagi di ke luar kota,” jawabnya sambil tersenyum nakal padaku. “Ia sedang menengok cucunya.”

“Bapak kok ga ikut?” tanyaku.

“Kalo saya ikut, saya ga bisa ditemenin sama kamu dong.”

Aku cuma terdiam mendengar ucapannya. Pak Arik menyuguhkan minuman padaku. Secangkir teh ia hidangkan di meja. Ia kemudian duduk di kursi yang berada di depanku.

“Pak, gimana urusan warung saya? Apa saya tetep bisa berjualan di sana?” tanyaku.

“Sudahlah. Itu gampang,” jawabnya. “Sesuai apa yang saya sampein kemarin, asal mbak bisa membantu saya, pasti saya jug bantu kok.”

Aku lalu ingat apa yang terjadi di warung kemarin.

“Gimana kalo kita ngobrol di kamar saja?” ajak Pak Arik.

Aku tak bisa menolak. Masuk ke dalam rumah ini saja seperti sebuah jebakan, bagaimana mungkin aku bisa lolos? Maka aku menuruti ajakannya. Aku ikuti dia di belakang menuju ke kamar.

Sampai di sana, ternyata kamarnya lumayan luas. Fasilitas di dalamnya juga cukup banyak. Pak Arik lalu menyuruhku duduk di sebuah sofa. Ia berjalan ke arah lemari. Tak lama setelah itu, ia berjalan ke arahku dan menyerahkan sebuah kotak padaku. Ia menyuruhku untuk membukanya. Aku coba buka dan menemukan sebuah lingerie.

“Silakan ganti di kamar mandi,” katanya. “Saya tunggu di sini.”

Aku segera masuk ke kamar mandi dan segera melepas bajuku. Lalu aku gunakan lingerie yang diberi oleh Pak Arik. Lingerienya transparan hingga langsung menampilkan bagian dalam tubuhku. Selesai mengganti pakaian, aku ke luar kamar mandi. Kulihat Pak Arik sudah melepas bajunya dan hanya mengenakan celana dalam.

Aku berjalan ke arah Pak Arik dan dia langsung berdiri menyambutku. Dia melihatku dari atas ke bawah seperti takjub melihat tampilanku. Tangannya langsung memeluk tubuhku.

“Saya ingin kamu puasin saya,” katanya dan langsung disusul dengan ciuman bibirnya.

Awalnya aku tidak membalas ciuman Pak Arik tapi setelah tangannya bergerilya ke dadaku, aku mulai terangsang. Ciumannya pun mulai aku balas. Kami saling memagut satu sama lain. Sementara tangan Pak Arik terus memainkan kedua payudaraku. Jarinya memilih puting susuku.

Kami terus berciuman hingga Pak Arik menidurkanku di kasur. Ciumannya turun ke dadaku. Mulutnya langsung melahap kedua payudaraku. Aku semakin terangsang saat Pak Arik mulai memainkan putingku dengan lidahnya. Aku mulai merasa memekku sudah basah. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan kenikmatan itu.

Pak Arik menurunkan ciumannya ke bagian selangkanganku. Aku paham maksudnya maka aku segera menghentikannya.

“Jangan, Pak.”

“Kenapa?” tanya Pak Arik.

“Saya belum pernah,”

Pak Arik tidak memaksa dan sepertinya mengerti. Ia langsung menurukan celana dalamnya dan memintaku untuk mengoralnya. Aku kembali menolak.

“Saya juga belum pernah, Pak.”

“Ya sudah coba dulu.”

“Jangan, Pak. Langsung masukin aja.”

Aneh rasanya aku mendengar aku mengucapkan kata itu. Pak Arik tak mau buang-buang waktu. Ia segera membuka celana dalamnya dan langsung terlihat kontolnya. Kontolnya mungkin sama dengan milik suamiku. Tapi karena perutnya agak buncit jadi terlihat lebih kecil.

Pak Arik membuka pahaku dan tampaklah memekku yang sudah basah. Dengan posisi berdiri di depan kasur, Pak Arik menarikku ke pinggir. Ia langsung mengarahkan kontolnya ke selangkanganku. Tapi segera aku hentikan.

“Pak, pake pengaman dulu.”

“Kamu ga berani?” tanyanya.

“Ngga, Pak. Bahaya kalo keluar di dalem.”

Pak Arik melangkah dan berjalan ke arah lemari. Ia kembali sudah membawa kondom dan segera menggunakannya. Ia kembali membuka pahaku dan mengarahkan kontolnya ke memekku. Perlahan Pak Arik mulai melakukan penetrasi. Kontolnya mulai membelah bibir vaginaku.

“Ahh….” Aku hanya bisa mendesah.

Tak lama kemudian, kontol Pak Arik sudah mulai masuk ke memekku. Dia mulai bergerak maju mundur agar kontolnya bisa keluar masuk. Badanku mulai ikut bergoyang karena dorongan Pak Arik. Perlahan gerakannya mulai cepat. Kini Pak Arik mulai ikut naik ke atas kasur. Dia langsung menindihku. Mulutnya langsung mencari bibirku dan melumatnya. Karena sudah dalam keadaan terangsang, maka aku segera membalas ciumannya. Sementara pantat Pak Arik terus melakukan gerakan maju mundur.

“Mpphh…mpphhh…” suara desahanku yang tertahan oleh ciuman Pak Arik.

Kemudian ciuman itu turun ke leher dan mulai menjilati bagian leherku. Aku sendiri hanya bisa terpejam menahan kenikmatan ini. Kurasakan gerakan Pak Arik juga semakin cepat. Aku imbangi dengan gerakan pantatku. Hingga akhirnya aku merasakan Pak Arik melenguh panjang.

“Ahhhhhh….”

Lenguhan itu langsung disusul dengan kontolnya yang berkedut-kedut di memekku. Ia langsung terkapar di atas tubuhku dengan nafas yang tersengal-sengal. Rupanya Pak Arik sudah sampai. Sementara aku belum mencapai puncakku. Lama kelamaan kurasakan kontol Pak Arik sudah mengecil dan keluar dengan sendiri dari memekku. Pak Arik bangkit dan melepaskan kondomnya. Terlihat spermanya menumpuk di ujung kondomnya.

Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sampai di sana, ingin rasanya aku menuntaskan percintaan tadi. Aku pun mulai melakukan masturbasi. Yang kubayangkan adalah Sueb. Aku membayangkan ia kembali menggagahiku dengan ganas. Bahkan kubayangkan ia menyemprotkan spermanya di dalam memekku. Dengan fantasi itu, akhirnya aku bisa meraih orgasmeku.

Setelah membersihkan vaginaku, aku kembali keluar. Rupanya Pak Arik sudah duduk di sofa dan masih dengan keadaan telanjang. Aku mencari bajuku untuk kukenakan kembali.

“Baju saya di mana, Pak?” tanya Pak Arik.

“Buat apa?”

“Saya mau pake. Siap-siap mau pulang.”

Dia tiba-tiba bangun dan langsung memelukku. “Kamu nginep di sini dulu semalem. Temenin saya ya? Sampe besok pagi, kita telanjang saja seperti ini.”

Aku kaget mendengar permintaan Pak Arik. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa ia punya fantasi seperti ini. Ini di luar dugaanku. Tapi aku tidak bisa menolak permintaannya karena ia pasti akan mengancam untuk menggusur warungku. Dasar pejabat bejat!

Dalam satu hari itu, kami tinggal di rumah sambil bertelanjang. Mulai dari tidur, makan, bahkan sampai menonton televisi. Aku diperlakukan selayaknya istri oleh Pak Arif. Pak Arik sepertinya ingin terus menempel denganku. Saat bersama, ia tak henti-hentinya memainkan susuku.

Pada malam hari, Pak Arik tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia memintaku lagi untuk melayaninya. Namun, anehnya kali ini Pak Arik terasa lebih kuat. Aku sudah sampai orgasme dua kali, dia masih belum menunjukkan tanda-tanda. Sepertinya dia minum minuman untuk menambah staminan. Sebab sebelum bercinta, dia meminum kopi. Kurasa dari kopi itulah dia bisa lebih kuat.

Pagi hari, aku bangun dengan posisi memeluk Pak Arik dan masih sama-sama telanjang. Pak Arik masih tertidur pulas. Selepas dia bangun, aku berpamitan untuk pulang.

“Sesuai janji bapak, apa ada jaminan saya masih bisa berjualan di sana?” tanyaku.

“Pasti, sayang,” jawab Pak Arik. “Tapi janji ya? Nanti kita bakal kayak gini lagi.”

Aku tidak menjawab. Aku hanya tersenyum.

***​

Sesampainya di rumah, aku langsung beristirahat. Sore hari tiba-tiba datang ke rumah. Dia membuat suatu pengakuan mengejutkan padaku.

“Mbak, ada hal yang mau aku sampein.”

“Apa, Ga?” tanyaku.

“Aku udah ngelakuin sama pacaraku. Semalem.”

Deg. Mendadak aku ingat kata-kataku pada Angga bahwa dia harus melakukannya pertama kali dengan pacarnya.

“Sesuai janji mbak, aku boleh bercinta dengan mbak.”

Bersambung…
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd