Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah Agung akhirnya akan bersanding dengan Sari ???


  • Total voters
    252
  • Poll closed .
Selamat malam suhu suhu besar semua di forum tercinta, setelah beberapa waktu memeras peluh di rl tibalah saatnya untuk melanjutkan lagi yah

Mudah2n masih berkenan
Iya,sangat berkenan sekali hu,siap ditunggu
 
part 5 lanjutan



Bowo terus mengangguk anggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia memahami segala petuah yang keluar dari mulut pria yang telah menginjak usia senja yang telah di kenal banyak orang di sekitarnya dengan sebutan Mbah Dibyo Taliasmoro.

Senyum yang tak henti hentinya tersungging di sudut bibir Bowo, tiba tiba saja terhenti ketika dukun pelet itu masih berujar "Tapi ingat meski ilmu ini sangat ampuh tapi bukannya tanpa akibat kau atau gadis itu bisa jadi gila karenanya hati hatilah jangan sampai gagal lagi"

"Baik mbah...."

Demikianlah setelah mengantongi sebuah bungkusan kertas koran yang di lipat kecil, berisi butiran pasir bercampur jinten hitam, bowo segera berpamitan dan tak lupa menyelipkan selembar uang kertas saat menyalim tangan kasar dukun yang selama ini di andalkannya untuk mendukung petualangannya dalam merenggut kesucian gadis gadis cantik yang jadi incarannya.

Sementara itu di tempat lain, begitu keluar dari rumahnya dengan menghempaskan pintu yang kemudian menimbulkan bunyi derak yang kencang, Agung segera melangkah menuju mobilnya yang memang belum ia selimuti cover lalu masuk ke dalamnya, tak menghiraukan Sari yang memandanginya dari balik pintu sambil bercucuran air mata.

Di raihnya ponsel berlogo buah apel yang tadi di charge yang begitu di aktifkan langsung terdengar bunyi notif notif baik dari panggilan maupun pesan sosmednya.

Tercatat puluhan panggilan masuk kebanyakan dari Asih begitu juga pesan pesannya yang bikin trenyuh saat ia membacanya.

Sementara dari Fadil kebanyakan menanyakan duitnya yang pagi tadi di pakai buat dp rumah.

Dan tanpa buang waktu lagi Agung segera mentransfer sejumlah dana dari m bankingnya ke nomer rekening Fadil yang sudah di ketahuinya.

Setelah ini mencoba melakukan VC dengan Asih yang ternyata langsung terkoneksi karena kebetulan juga Asih memang sedang menunggu balasan dari Agung.

Sesaat Agung terdiam saat melihat wajah Asih yang bengap oleh tangis dan lebam lebam yang membiru.

"Sih, maafkan aku...aku ga tau bakal seperti ini kejadiannya" ucap agung pelan mengawali percakapannya.

"Kemarilah Gung...aku butuh bicara langsung sama kamu" jawab Asih dengan suara serak.

"Baik Sih, tapi bukankah ada mbak wiwik disitu, tar malah berabe lagi"

"Ga ada...dia sedang di rumah mertuanya"

"Baik baik aku segera datang"

"Lewat pintu belakang saja"

"Iya.."

Setelah menutup panggilan vc, dan memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya, sejenak agung termangu mangu.

Jelas dia paham bahwa saat ini dia sedang dalam sorotan tetangganya setelah peristiwa tadi yang nyaris smakin mencoreng mukanya.

Akhirnya Agung keluar dari mobilnya setelah memastikan mobil itu terkunci dengan keamanan, ia lalu melangkah lewat jalan memutar bahkan lebih dari dua blok menyusuri jalan yang seakan menuju ke kali bengawan, sebelum belok di sebuah gang kecil yang gelap gulita tanpa satupun penerangan karena memang termasuk jalan buntu yang mengarah ke pekarangan kosong.

Dengan hati hati dan hanya mengandalkan penerangan dari bulan yang redup, agung melangkah di sela sela rimbunnya tanaman pisang yang mendominasi isi dari pekarangan itu, dan setelah mengendap endap di belakang beberapa rumah yang hanya di huni orang orang jompo karena di tinggal anak anak mereka merantau ke kota, sampailah juga ia di belakang rumah asih yang tertutup oleh rimbunnya bambu ori dan bambu apus.

Lalu dengan pesan wa ia memanggil asih, yang tak lama kemudian membukakan pintu untuknya.

Tanpa berucap apapun Asih segera menarik tangan Agung untuk masuk ke dalam rumahnya.

Asih menyeringai ketika Agung menyentuh wajahnya.

"Benar benar edan suamimu itu, kau di siksa sampai begini parah Sih...." gumam agung sambil menatapi wajah bengap asih yang lalu hanya menundukkan kepalanya.

"Kau tadi berkelahi juga kan dengannya" tanya asih

"Terpaksa...aku ga mau di lumatkan oleh rudi tanpa berbuat apapun"

"Baguslah sesekali dia memang perlu di kasih pelajaran biar tak merasa pongah karena dirinya tak terlawan"

"Sudahlah...ehm kamu ada rekening bank ngga Sih? klo bisa atas namamu sendiri"

"Ada...kenapa?"

"Nanti aku transfer cash...yah ga banyak banyak kok tapi cukuplah untuk perawatan wajahmu Sih"

"Ah ngga usahlah gung lagipula mukaku bengap gini bukan sekali dua kali kok"

"Ples Sih...tolong aku hanya ingin berbagi sedikit hasil keringatku saja bukan bermaksud apa apa"

"Iya iya gampang itu...yuk ke kamar" ucap asih sambil menarik tangan agung yang kemudian hanya menurut saja.

Di dalam kamar, Asih segera mendekap Agung yang hanya terdiam saat memandangi anak lelaki batita Asih yang tengah tidur pulas.

Beberapa kali Asih menyeringai menahan sakit ketika mencoba mencium Agung.

Agung tersenyum lalu duduk di pinggir ranjang sementara Asih kemudian duduk di pangkuannya.

"Mana sayank no rekeningmu?" tanya agung setelah mengecup rambut kepala asih.

"Bentar ih..***mpang itu mah" jawab asih sambil melingkarkan kedua tangannya di leher agung.

"Aku besok malam akan balik ke Jakarta sayank"

"Hahhh...secepat itu"

"Senin aku sudah aktif kerja lagi"

"Pulang lagi kapan?"

"Belum juga berangkat sudah di tanya pulang lagi..."

"Ahhh...klo aku kangen gimana"

"Sebut namaku tiga kali..gkgkgk"

"Ihhh...."

Asih kembali menyeringai ketika Agung mencoba mencium pipinya meski di lakukan dengan pelan.

"Sakit banget yah..."

"Perih..."

"Besok ke klinik yah"

Asih hanya mengangguk pelan meski kemudian ia sendiri yang mencoba mencium Agung, tapi rasa pedih yang di rasakannya benar benar membuatnya tidak nyaman, betapapun ingin hatinya menuntaskan nafsunya.

"Sudahlah yank...kapan kapan saja bukankah masih banyak waktu" ujar agung mencoba memahami perasaan asih.

"Kita langsung main aza" bisik asih.

"Main apa?"

"Kenthu"

"Emang bisa yank...nanti klo kamu merasa sakit gimana"

"Udah buruan buka bajunya" kata asih lalu beringsut dari pangkuan agung lalu berdiri dan membuka seluruh bajunya hingga telanjang bulat.

Agung pun mau tak mau juga membuka baju bajunya tanpa tersisa hingga batang kejantannya mencuat tegak mengacung keras.

"Oh cintaku..." bisik asih sambil membungkukkan badannya untuk mengelus kontol yang tengah dalam puncaknya itu sambil mengecupinya pelan pelan.

"Kamu nungging saja yank"

"Sebentar sayank...aku ingin di atas dulu...sambil duduk gitu yah"

"Ahh...iya gih..."

Asih tersenyum meski kelihatan aneh, agung merasa kasihan justru karena wajah yang bengap lebam meski di sisi lain tak bisa memungkiri nafsunya untuk bersetubuh memang menggelegak.

Pada akhirnya agung hanya membiarkan asih menindih kedua pahanya lalu memposisikan kontolnya yang tegang sempurna untuk menembusi lubang kemaluan asih yang merekah, sebentar kemudian sambil menyeringai menahan nikmat asih bergoyang naik turun sementara agung meremasi kedua bulatan buah dada asih yang cukup besar itu.

Tak lama kemudian asih semakin liar bergerak naik turun sebelum menghempaskan tubuhnya rebah di pelukan agung.

"Aku keluar yank...enak sekali" bisik asih.

"Iya luar biasa Sih...tempikmu benar benar mantab rasanya"

"Hihi benarkah...nah sekarang silahkan klo mau doggy yank aku siyap melayanimu"

"Sebenarnya aku lebih suka menindihmu yank...meski sayang aku ga bisa menciumimu"

"Ya klo mau nyium ya nyium aza gpp sayank"

"Tapinya kamu sakit gitu kan kasihan..."

"Ya sudahlah klo ga mau nyium"

"Ah tentu aku ingin sayank...ya sudah pelan pelan yah"

"Iyah...tapi di kamar sebelah yah jangan disini takut niko bangun"

"Terserah kamu sayank yuk"

Agung lalu merangkul Asih kemudian berdiri, sementara kontolnya yang tegang mengacung ngacung seakan tak sabar ingin segera memasuki sarang kenikmatannya lagi.

Meski begitu asih menyempatkan sejenak untuk mengelap tempiknya yang terlihat basah lembab oleh air cintanya sendiri.

Sebelum kemudian mereka berdua berangkulan keluar kamar dan masuk kamar yang biasa di gunakan kakak ipar asih jika menemaninya menginap.

Sementara itu Sari yang tak bisa memejamkan mata sekalipun telah mengendap endap keluar rumah, dan lalu melangkah menuju mobil yang terlihat gelap gulita.

Sejenak Sari mengetuk ngetuk kaca jendela, yang sama sekali tak ada respon.

Sari mencoba menempelkan wajahnya untuk melihat ke dalam mobil yang sama sekali tak terlihat apapun karena kaca yang gelap, namun pada akhirnya ia tau bahwa agung sama sekali tak berada di dalam mobil itu.





Bersambung

Part 6 Pilih Aku atau Dia
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd