Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah Agung akhirnya akan bersanding dengan Sari ???


  • Total voters
    252
  • Poll closed .
PART 1 CINTA PERTAMA




FLASHBACK one year ago

Kesendirian membentuk pribadi yang introvert mungkin betul tapi aku selalu mengambil sisi positif dari sebuah kesendirian yang kujalani apalagi di negeri orang.

Dulu pertama kali menginjakkan kaki di negara ini aku langsung menelpon ibuk dengan bangga untuk mengabari keadaanku namun selang beberapa hari kemudian saat aku telpon lagi bulik sari lah yang mengangkat sambil menangis mengabarkan klo ibuk sudah tiada.

Aku bingung...blank...bener bener tak tau apa yang harus kulakukan pada akhirnya hanyalah doa dan doa yang bisa kuhaturkan untuk meredakan gejolak emosional hatiku yang terasa di cabik cabik saat itu.

Selama beberapa waktu itulah aku benar benar merasa dalam kesendirian yang rasanya tak berujung.

Sebagai lelaki aku terlalu kaku dengan situasi apapun karena dasarnya sifatku pemalu dan sangat pendiam, mungkin imbas dari bully an dari teman teman sebayaku di masa kanak kanak.

Dulu karena kemiskinan, aku terbiasa makan dengan cacian dan hinaan bahkan sering aku berkelahi hanya karena tak tahan hinaan tentang ibuku yang dibilang 99 alias kurang waras ataupun banyak hal jelek lain yang entah mereka dengar darimana.

Setahun pertama hidup di jepang buatku adalah pembentukan mental...karena disini orang akan di hargai dari sikap dan etos kerjanya yang ku akui 2 hal itu sangat berpengaruh pada hasil akhir sebuah pekerjaan.

Aku tak mengenal siapapun selain patner kerja dan keluarga kyoda yang menganggapku sebagai anak angkat mereka karena kebetulan di usia mereka yang mendekati kepala 5 belum juga di karunia putra.

Kyoda san adalah seorang pedagang ramen yang cukup terkenal karena mie ramen khas bikinannya dan juga keramahannya, aku sering membantunya saat berjualan

Dia makin menghargaiku ketika aku memberi resep menu baru nasi goreng dengan saus tiram yang langsung booming menjadi menu andalan dan membuat kyoda san banjir orderan.

Fumika san adalah istri kyoda san yang di usianya yang 47 th masih sangat cantik dan menarik.

Keduanya orang yang sangat hangat dan bersahabat, dari mereka aku banyak mengenal hal hal baru yang membuatku merasa betah.

Setelah setahun berlalu, apartemenku kedatangan peserta kenshusei jalur depnaker dari tanah air bernama hendri dan syamsul, karena mereka jauh lebih tua dari aku aku memanggilnya mas hendri karena asalnya yang satu propinsi denganku dan daeng syamsul dari makasar.

Kehadiran mereka membuatku kesendirianku langsung lenyap dengan sendirinya karena mereka ternyata teman teman yang baik dan sangat rendah hati.

Setidaknya kehadiran mereka membuatku merasa makin berada di zona nyaman, kehadiran mereka membuatku bersyukur karena aku akhirnya benar benar mempunyai teman yang sebenarnya.

Masih teringat pagi tadi mereka tampak berkaca kaca saat aku berpamitan.

"Stay connect ya gung" tutur mas hendri aku hanya mengangguk

"Jangan lupa nanti klo kami kembali kau bawa kami kerja di sunter yah" ujar daeng syamsul

"Siap daeng mudah2an kita semua masih di beri kesempatan untuk bertemu tapi jangan lupa untuk itu daeng harus memberi sogokan badik bugis asli" jawabku

"Wah ada pamrihnya juga ternyata" ujar daeng

"Hehehe pokoknya tar klo sudah kembali cari saja aku di sunter" ujarku yang buru buru pergi karena mobil jemputan yang akan mengantarku ke narita sudah datang.

"Sayonara...." gumamku

End of flashback

Kini aku telah berada di antara awan awan dan kira kira sejam lagi pesawat yang ku tumpangi akan landing di cengkareng.

Tiba tiba aku teringat akan fadil rekanku yang di tempatkan di hiroshima akankah dia pulang hari ini juga, rasanya aku tak melihatnya di antara penumpang yang berada di kabin klas bisnis ini.

Tepat jam 11.00 wib pesawat yang kutumpangi mendarat dengan mulus di bandara terbesar di tanah air tercinta ini.

Aku duduk sebentar di ruang tunggu karena ada kabar akan ada orang dari perusahaan yang menjemputku.

"Gung..." sebuah kata panggilan terucap menyapaku di sertai tepukan di pundakku

"Eh kau sudah landing juga Dil" tanyaku sambil mengajak tos rekanku itu.

"Ya iyalah gue tuh liat elu tadi di kabin bisnis...enak bener lu" ujarnya

"Lah tadi emang kamu duduk dimana kok aku ga liat, tadi memang sempat nyari nyari tapi rasanya ga ada" ujarku

"Di kabin ekonomiiii...." sungut fadil

"Gkgkgkgkkkkkk...." aku hanya tersenyum menahan tawa

"Noh jemputan datang yuk cabut" kata fadil sambil beringsut dari duduknya sambil menarik kopernya sementara aku hanya ngikut di belakang.

Selepas jamuan makan siang kami langsung di bawa bergabung dalam rapat inter vvip perusahaan yang kebanyakan orang jepang asli.

Di sini pula kami di beritahukan hak dan kewajiban kami pasca study banding dimana posisi kami sekarang telah naik di banding sebelumnya yang otomatis membuat gaji kami juga meningkat.

Selain itu perusahaan juga berkenan memberi bonus tahunan berupa produk terbaru perusahaan kami yang berupa kendaraan suv berkapasitas 7 penumpang klas menengah dalam bentuk gold card yang bisa di tukar dengan kendaraan yang di maksud di outlet showroom resmi yang banyak tersebar di kota kota besar seluruh negeri.

Hal itu tentu saja membuatku dan juga fadil tercengang sesaat atas apresiasi yang luar biasa ini.

Setelah memberikan presentasi singkat tentang rencana kerja kami mendatang aku dan juga fadil masih di beri kesempatan cuti 10 hari yang tentu saja aku tau harus gunakan untuk apa.

"Gung elu ikut gue aza ke depok ingat sekarang elu masih homeless disini kan" kata fadil menawariku ke rumahnya yang berada di perumahan depok baru

"Makasih dil lain kali aza aku mau pulkam dulu mau ziarah" ujarku

"Trus nanti kapan balik kesini emang elu ga cari cari tempat tinggal apa" kata fadil

"Kau ada ide ga aku rencananya ingin cari rumah yang standar biasa saja lah di lokasi yang nyaman" ujarku

"Klo duit lu ada 500 jt an elu bisa cari di daerah cibubur atau klo mau di bintaro juga ada tar klo elu beneran gue kenalin dengan salesnya bro" kata fadil

"Iya deh di cibubur boleh" jawabku

"Tar gue colling tapi gue minta oleh oleh kain batik solo buat emak gue yah" kata fadil

"Iya deh klo ga lupa tapi"

"Ya sudah kita berpisah di sini yah gue mau langsung pulang, sudah kangen sama calon bini gue hehe" ujar fadil antusias

"Oke bro sukses yah"

"Sippp...eit tunggu tunggu abis ini elu mau ke gambir kan" tanya fadil aku jawab dengan anggukan

"Jam berapa keberangkatan keretanya" lanjut fadil

"Masih 2 jam lagi"

"Oh ya sudah deh bye bro"

Sesudah fadil pergi aku melanjutkan perjalananku ke stasiun gambir dengan taxi yang ternyata cukup memakan waktu juga karena kemacetan yang luar biasa yang membuatku telat dan ktinggalan kereta argo lawu yang sudah ku booking sebelumnya.

Pada akhirnya aku hanya kebagian kereta senja utama yang klasnya di bawah argo tapi justru membuatku beruntung karena aku bisa tiba di kotaku saat hari sudah pagi yang membuatku tak perlu pusing mikirin akomodasi saat kemalaman dan ga ada transport ke kampungku.

Kini untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa inferior dan minder saat memasuki kampungku sendiri, aku merasa sudah tak memiliki hal yang menjadi tujuanku kecuali sebuah kerinduan akan sikap ramah dan hangat dari seorang wanita yang selama ini menjadi objek fantasiku untuk mengisi kesendirianku

Yah wanita itu adalah Sari...bulik sari istri omku sendiri.

Namun saat memasuki halaman rumah kecil terpencil di sudut utara kampung yang kini aku pangling karena telah berdiri beberapa rumah di sekitarnya yang membuat suasana agak ramai tidak seperti dulu.

Bahkan rumah kosong di sebelah timur tepat di samping rumah om anto kelihatan sudah berpenghuni.

"Mikum....bulik...." kataku

"Siapa" tanya seseorang dari dalam dengan suara parau dan lemah yang aku kenali itu suara om anto.

"Agung" jawabku

"Kamu sudah pulang...masuklah kenapa di luar huk..hukk...huk..."

Aku memasuki rumah yang masih tetap sama kecil dan sempit hanya lebih rapi dan tertata karena terawat sentuhan wanita.

"Om kenapa...om sedang sakit...bulik kemana om" kataku agak dongkol karena sambutan sampah yang memang sudah kuperkirakan sejak awal.

"Bulikmu lagi ke ladang tadi bilang mau manen kacang panjang" kata om anto dengan suara fals karena parau.

"Baiklah biar kususul" kataku sambil masuk ke kamarku yang dulu ku tempati bersama nenek

Kulihat sangat bersih dan rapi terlihat sekali meski tak berkasur tapi tikar yang menjadi alas tidur di ranjang bambu itu tak terdapat debu dan kotoran sama sekali.

Setelah meletakkan koper dan melepas blazer dan berganti busana resmi dengan casual aku lalu bergegas pergi keluar rumah untuk menyusul bulik sari ke ladang di tepian kali bengawan.

Namun baru saja keluar dari pintu seseorang yang sebaya denganku telah menunggu dan duduk di teras.

"Gung....kapan datang" ujar Didik temanku saat sd dan smp yang termasuk sering membully dan menghinaku

"Barusan dik....ada apa ya" tanyaku

"Kamu mau kemana sebenarnya aku ada sedikit perlu denganmu" ujar didik

"Perlu apa" tanyaku datar dengan kesan kurang ramah

"Itu gung bisa ga tolongin aku supaya bisa kerja di tempatmu" pinta didik to the point yang sudah jelas aku abaikan

"Lah ga salah dik....apa kamu ga takut ketularan gila nanti" jawabku agak sinis meski kuucapkan sambil tersenyum

"Eh kamu masih ingat saja gung soal itu...soal dulu lupakanlah gung aku minta maaf" kata didik

"Iya dik kamu ga salah apa apa kok bukankah faktanya memang begitu" ujarku

"Oh iya maaf yah nanti saja kita bicara lagi aku mau nyusul bulik dulu" kataku lagi

"Oh iya gung iya" jawab didik

Setelah didik pergi aku pun melangkah dengan gontai menyusuri jalanan yang sudah di cor beton meski sangat kotor dengan daun daun bambu dan akasia yang banyak tumbuh di lahan lahan pekarangan yang masih kosong.

Sesekali berhenti untuk sekedar bertegur sapa dengan orang orang yang berpapasan denganku di jalan yang rata rata memberi berbagai pujian untukku, mungkin setaraf dengan saat dulu kebanyakan orang menghinaku dengan menyebutku anak haram, anak gembel dll.

Kulihat tepian bengawan semakin padat dengan rimbun pohon pohon yang besar semacam akasia dan pohon munggur juga deretan pohon pohon pisang yang makin menambah pepat kawasan tepian bengawan yang dulu banyak sekali pasirnya yang kini berganti dengan lumpur.

"Bulik..." sapaku pada wanita yang sedang sibuk memetik kacang panjang.

"Agung....!!!" jawabnya saat melihat ke arahku.

Aku tertegun dengan penampilan bulik sari yang sekarang begitu dekil dan lusuh kurang perawatan meski wajahnya tetap terlihat ayu meski kulitnya agak kehitaman yang mungkin sering terpapar sinar ultraviolet.

Bulik sari hanya diam saat aku memeluknya namun tiba tiba saja dia berlinang air mata dan terisak saat ku dekap erat.

"Kapan kamu datang Le" tanyanya pelan

"Belum lama bulik kata om bulik di ladang jadi aku susul" jawabku

"Sekarang bulik sudah tidak cantik lagi Le..." kata bulik sari

"Kata siapa bulik tetap sama kok cantik ayu dan tambah manis" ucapku

"Iya karena tambah item kan kulitnya" rajuknya

"Yah wajarlah bulik orang sering panas panasan kek gini" jawabku

"Ya sudah pulang yuk" ajaknya

"Memang sudah selesai manen kacang panjangnya bulik" tanyaku

"Tuh...." kata bulik sari sambil menunjuk tumpukan kacang pajang yang lumayan banyak yang di onggokkan begitu saja di tanah.

"Biar aku yang bawa bulik" ujarku sambil meraup onggokan kacang panjang itu

"Loh ga di tali dulu"

"Ga usah bulik"

Lalu kami berjalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju tanggul yang menjadi benteng buat kampungku bila sewaktu waktu bengawan meluap airnya tidak sampai membanjiri kampungku.

Bulik pelan pelan mulai tersenyum dan bercanda denganku seperti dulu.

"Sekarang kamu ganteng banget gung" ujarnya

"Memang dulu ngga bulik" tanyaku becanda

"Klo dulu itu badanmu kurus kering sekarang lihatlah kamu badanmu besar dan gagah juga bersih tampan...sekarang kamu bisa mendapatkan perempuan manapun yang kau mau" ujar bulik sari serius

"Benarkah bulik"

"Ya...klo kau mau nanti bulik kenalin sama ponakan bulik tepatnya anaknya kakak bulik yang tinggal di tegalsari"

" ehm aku sudah kenal bulik Yulita kan....dia memang sangat cantik bulik tapi aku yakin dia sudah punya pacar sekarang...eh btw gimana kabar yulita bulik"

"Kamu tau aza...yulita sekarang kerja di pabrik roti di dekat pasar kembang"

"Lah kukira kuliah"

"Ngga mau dia"

"Tapi sebenarnya ada wanita yang aku rindukan sejak dulu bulik aku sangat merindukannya sepanjang waktuku"

"Loh kamu sudah punya pacar gung..siapa dia kenalin ke bulik donk"

"Bulik sudah mengenalnya kok kenapa harus di kenalin"

"Siapa sih gung jangan bikin penasaran loh"

"Pokoknya bulik sudah kenal klo bulik beneran ingin tau siapa perempuan yang ku cintai itu bulik boleh mencarinya"

"Ya kenapa susah susah kamu kan bisa sebut namanya"

"Klo begitu aku yang susah bulik"

"Ihhh kamu ini....."

"Oh iya bulik nanti malam mau ga jalan jalan sama aku"

"Kemana...emang kamu bawa kendaraan"

"Loh la sepedaku yang dulu itu"

"Sudah di jual sama om kamu gung maaf yah..juga kambing kambing kamu semuanya abis di jual oleh om kamu"

"Gpp bulik nanti gampang klo mau beli lagi bulik pengen apa juga klo aku bisa pasti kuturuti"

"Ah sekarang kamu sudah jadi orang sukses yah...bulik ikut senang gung"

"Ya bersyukur azalah bulik meski tak seberapa yang jelas hanyalah dengan bulik aku mau berbagi"

Tak terasa perjalanan kami yang hanya pelan pelan ini telah sampai di ujungnya yaitu rumah kami yang mungil dan tetap berdinding bambu yang semakin terlihat usang.

Begitu tiba di rumah bulik langsung menuju sumur di samping rumah yang kulihat masih sama juga berdinding anyaman bambu yang di tutup dengan kain pada pintu bilik mandinya.

Kulihat bulik tak sungkan melepas baju lusuh yang sering di pakai bila ke ladang, mungkin bulik merasa tempat itu terlindung sehingga takkan ada orang yang melihatnya hanya memakai bh yang juga sudah mulai usang.

"Bulik biar aku yang timba airnya" kataku sambil menghampiri bulik sari.

Bulik sari hanya diam saja namun sama sekali tak menolak ketika aku merebut karet timba yang di pegangnya.

Lalu bulik sari masuk ke dalam bilik dan melolosi sisa baju yang di pakainya hingga benar benar telanjang bulat, dari lubang kecil yang sama aku kembali menyaksikan organ intimnya yang kini di tumbuhi bulu bulu cukup lebat.

"Gung sudah belum airnya" kata bulik mengagetkanku





Bersambung masih part 1
 
PART 1 CINTA PERTAMA




FLASHBACK one year ago

Kesendirian membentuk pribadi yang introvert mungkin betul tapi aku selalu mengambil sisi positif dari sebuah kesendirian yang kujalani apalagi di negeri orang.

Dulu pertama kali menginjakkan kaki di negara ini aku langsung menelpon ibuk dengan bangga untuk mengabari keadaanku namun selang beberapa hari kemudian saat aku telpon lagi bulik sari lah yang mengangkat sambil menangis mengabarkan klo ibuk sudah tiada.

Aku bingung...blank...bener bener tak tau apa yang harus kulakukan pada akhirnya hanyalah doa dan doa yang bisa kuhaturkan untuk meredakan gejolak emosional hatiku yang terasa di cabik cabik saat itu.

Selama beberapa waktu itulah aku benar benar merasa dalam kesendirian yang rasanya tak berujung.

Sebagai lelaki aku terlalu kaku dengan situasi apapun karena dasarnya sifatku pemalu dan sangat pendiam, mungkin imbas dari bully an dari teman teman sebayaku di masa kanak kanak.

Dulu karena kemiskinan, aku terbiasa makan dengan cacian dan hinaan bahkan sering aku berkelahi hanya karena tak tahan hinaan tentang ibuku yang dibilang 99 alias kurang waras ataupun banyak hal jelek lain yang entah mereka dengar darimana.

Setahun pertama hidup di jepang buatku adalah pembentukan mental...karena disini orang akan di hargai dari sikap dan etos kerjanya yang ku akui 2 hal itu sangat berpengaruh pada hasil akhir sebuah pekerjaan.

Aku tak mengenal siapapun selain patner kerja dan keluarga kyoda yang menganggapku sebagai anak angkat mereka karena kebetulan di usia mereka yang mendekati kepala 5 belum juga di karunia putra.

Kyoda san adalah seorang pedagang ramen yang cukup terkenal karena mie ramen khas bikinannya dan juga keramahannya, aku sering membantunya saat berjualan

Dia makin menghargaiku ketika aku memberi resep menu baru nasi goreng dengan saus tiram yang langsung booming menjadi menu andalan dan membuat kyoda san banjir orderan.

Fumika san adalah istri kyoda san yang di usianya yang 47 th masih sangat cantik dan menarik.

Keduanya orang yang sangat hangat dan bersahabat, dari mereka aku banyak mengenal hal hal baru yang membuatku merasa betah.

Setelah setahun berlalu, apartemenku kedatangan peserta kenshusei jalur depnaker dari tanah air bernama hendri dan syamsul, karena mereka jauh lebih tua dari aku aku memanggilnya mas hendri karena asalnya yang satu propinsi denganku dan daeng syamsul dari makasar.

Kehadiran mereka membuatku kesendirianku langsung lenyap dengan sendirinya karena mereka ternyata teman teman yang baik dan sangat rendah hati.

Setidaknya kehadiran mereka membuatku merasa makin berada di zona nyaman, kehadiran mereka membuatku bersyukur karena aku akhirnya benar benar mempunyai teman yang sebenarnya.

Masih teringat pagi tadi mereka tampak berkaca kaca saat aku berpamitan.

"Stay connect ya gung" tutur mas hendri aku hanya mengangguk

"Jangan lupa nanti klo kami kembali kau bawa kami kerja di sunter yah" ujar daeng syamsul

"Siap daeng mudah2an kita semua masih di beri kesempatan untuk bertemu tapi jangan lupa untuk itu daeng harus memberi sogokan badik bugis asli" jawabku

"Wah ada pamrihnya juga ternyata" ujar daeng

"Hehehe pokoknya tar klo sudah kembali cari saja aku di sunter" ujarku yang buru buru pergi karena mobil jemputan yang akan mengantarku ke narita sudah datang.

"Sayonara...." gumamku

End of flashback

Kini aku telah berada di antara awan awan dan kira kira sejam lagi pesawat yang ku tumpangi akan landing di cengkareng.

Tiba tiba aku teringat akan fadil rekanku yang di tempatkan di hiroshima akankah dia pulang hari ini juga, rasanya aku tak melihatnya di antara penumpang yang berada di kabin klas bisnis ini.

Tepat jam 11.00 wib pesawat yang kutumpangi mendarat dengan mulus di bandara terbesar di tanah air tercinta ini.

Aku duduk sebentar di ruang tunggu karena ada kabar akan ada orang dari perusahaan yang menjemputku.

"Gung..." sebuah kata panggilan terucap menyapaku di sertai tepukan di pundakku

"Eh kau sudah landing juga Dil" tanyaku sambil mengajak tos rekanku itu.

"Ya iyalah gue tuh liat elu tadi di kabin bisnis...enak bener lu" ujarnya

"Lah tadi emang kamu duduk dimana kok aku ga liat, tadi memang sempat nyari nyari tapi rasanya ga ada" ujarku

"Di kabin ekonomiiii...." sungut fadil

"Gkgkgkgkkkkkk...." aku hanya tersenyum menahan tawa

"Noh jemputan datang yuk cabut" kata fadil sambil beringsut dari duduknya sambil menarik kopernya sementara aku hanya ngikut di belakang.

Selepas jamuan makan siang kami langsung di bawa bergabung dalam rapat inter vvip perusahaan yang kebanyakan orang jepang asli.

Di sini pula kami di beritahukan hak dan kewajiban kami pasca study banding dimana posisi kami sekarang telah naik di banding sebelumnya yang otomatis membuat gaji kami juga meningkat.

Selain itu perusahaan juga berkenan memberi bonus tahunan berupa produk terbaru perusahaan kami yang berupa kendaraan suv berkapasitas 7 penumpang klas menengah dalam bentuk gold card yang bisa di tukar dengan kendaraan yang di maksud di outlet showroom resmi yang banyak tersebar di kota kota besar seluruh negeri.

Hal itu tentu saja membuatku dan juga fadil tercengang sesaat atas apresiasi yang luar biasa ini.

Setelah memberikan presentasi singkat tentang rencana kerja kami mendatang aku dan juga fadil masih di beri kesempatan cuti 10 hari yang tentu saja aku tau harus gunakan untuk apa.

"Gung elu ikut gue aza ke depok ingat sekarang elu masih homeless disini kan" kata fadil menawariku ke rumahnya yang berada di perumahan depok baru

"Makasih dil lain kali aza aku mau pulkam dulu mau ziarah" ujarku

"Trus nanti kapan balik kesini emang elu ga cari cari tempat tinggal apa" kata fadil

"Kau ada ide ga aku rencananya ingin cari rumah yang standar biasa saja lah di lokasi yang nyaman" ujarku

"Klo duit lu ada 500 jt an elu bisa cari di daerah cibubur atau klo mau di bintaro juga ada tar klo elu beneran gue kenalin dengan salesnya bro" kata fadil

"Iya deh di cibubur boleh" jawabku

"Tar gue colling tapi gue minta oleh oleh kain batik solo buat emak gue yah" kata fadil

"Iya deh klo ga lupa tapi"

"Ya sudah kita berpisah di sini yah gue mau langsung pulang, sudah kangen sama calon bini gue hehe" ujar fadil antusias

"Oke bro sukses yah"

"Sippp...eit tunggu tunggu abis ini elu mau ke gambir kan" tanya fadil aku jawab dengan anggukan

"Jam berapa keberangkatan keretanya" lanjut fadil

"Masih 2 jam lagi"

"Oh ya sudah deh bye bro"

Sesudah fadil pergi aku melanjutkan perjalananku ke stasiun gambir dengan taxi yang ternyata cukup memakan waktu juga karena kemacetan yang luar biasa yang membuatku telat dan ktinggalan kereta argo lawu yang sudah ku booking sebelumnya.

Pada akhirnya aku hanya kebagian kereta senja utama yang klasnya di bawah argo tapi justru membuatku beruntung karena aku bisa tiba di kotaku saat hari sudah pagi yang membuatku tak perlu pusing mikirin akomodasi saat kemalaman dan ga ada transport ke kampungku.

Kini untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa inferior dan minder saat memasuki kampungku sendiri, aku merasa sudah tak memiliki hal yang menjadi tujuanku kecuali sebuah kerinduan akan sikap ramah dan hangat dari seorang wanita yang selama ini menjadi objek fantasiku untuk mengisi kesendirianku

Yah wanita itu adalah Sari...bulik sari istri omku sendiri.

Namun saat memasuki halaman rumah kecil terpencil di sudut utara kampung yang kini aku pangling karena telah berdiri beberapa rumah di sekitarnya yang membuat suasana agak ramai tidak seperti dulu.

Bahkan rumah kosong di sebelah timur tepat di samping rumah om anto kelihatan sudah berpenghuni.

"Mikum....bulik...." kataku

"Siapa" tanya seseorang dari dalam dengan suara parau dan lemah yang aku kenali itu suara om anto.

"Agung" jawabku

"Kamu sudah pulang...masuklah kenapa di luar huk..hukk...huk..."

Aku memasuki rumah yang masih tetap sama kecil dan sempit hanya lebih rapi dan tertata karena terawat sentuhan wanita.

"Om kenapa...om sedang sakit...bulik kemana om" kataku agak dongkol karena sambutan sampah yang memang sudah kuperkirakan sejak awal.

"Bulikmu lagi ke ladang tadi bilang mau manen kacang panjang" kata om anto dengan suara fals karena parau.

"Baiklah biar kususul" kataku sambil masuk ke kamarku yang dulu ku tempati bersama nenek

Kulihat sangat bersih dan rapi terlihat sekali meski tak berkasur tapi tikar yang menjadi alas tidur di ranjang bambu itu tak terdapat debu dan kotoran sama sekali.

Setelah meletakkan koper dan melepas blazer dan berganti busana resmi dengan casual aku lalu bergegas pergi keluar rumah untuk menyusul bulik sari ke ladang di tepian kali bengawan.

Namun baru saja keluar dari pintu seseorang yang sebaya denganku telah menunggu dan duduk di teras.

"Gung....kapan datang" ujar Didik temanku saat sd dan smp yang termasuk sering membully dan menghinaku

"Barusan dik....ada apa ya" tanyaku

"Kamu mau kemana sebenarnya aku ada sedikit perlu denganmu" ujar didik

"Perlu apa" tanyaku datar dengan kesan kurang ramah

"Itu gung bisa ga tolongin aku supaya bisa kerja di tempatmu" pinta didik to the point yang sudah jelas aku abaikan

"Lah ga salah dik....apa kamu ga takut ketularan gila nanti" jawabku agak sinis meski kuucapkan sambil tersenyum

"Eh kamu masih ingat saja gung soal itu...soal dulu lupakanlah gung aku minta maaf" kata didik

"Iya dik kamu ga salah apa apa kok bukankah faktanya memang begitu" ujarku

"Oh iya maaf yah nanti saja kita bicara lagi aku mau nyusul bulik dulu" kataku lagi

"Oh iya gung iya" jawab didik

Setelah didik pergi aku pun melangkah dengan gontai menyusuri jalanan yang sudah di cor beton meski sangat kotor dengan daun daun bambu dan akasia yang banyak tumbuh di lahan lahan pekarangan yang masih kosong.

Sesekali berhenti untuk sekedar bertegur sapa dengan orang orang yang berpapasan denganku di jalan yang rata rata memberi berbagai pujian untukku, mungkin setaraf dengan saat dulu kebanyakan orang menghinaku dengan menyebutku anak haram, anak gembel dll.

Kulihat tepian bengawan semakin padat dengan rimbun pohon pohon yang besar semacam akasia dan pohon munggur juga deretan pohon pohon pisang yang makin menambah pepat kawasan tepian bengawan yang dulu banyak sekali pasirnya yang kini berganti dengan lumpur.

"Bulik..." sapaku pada wanita yang sedang sibuk memetik kacang panjang.

"Agung....!!!" jawabnya saat melihat ke arahku.

Aku tertegun dengan penampilan bulik sari yang sekarang begitu dekil dan lusuh kurang perawatan meski wajahnya tetap terlihat ayu meski kulitnya agak kehitaman yang mungkin sering terpapar sinar ultraviolet.

Bulik sari hanya diam saat aku memeluknya namun tiba tiba saja dia berlinang air mata dan terisak saat ku dekap erat.

"Kapan kamu datang Le" tanyanya pelan

"Belum lama bulik kata om bulik di ladang jadi aku susul" jawabku

"Sekarang bulik sudah tidak cantik lagi Le..." kata bulik sari

"Kata siapa bulik tetap sama kok cantik ayu dan tambah manis" ucapku

"Iya karena tambah item kan kulitnya" rajuknya

"Yah wajarlah bulik orang sering panas panasan kek gini" jawabku

"Ya sudah pulang yuk" ajaknya

"Memang sudah selesai manen kacang panjangnya bulik" tanyaku

"Tuh...." kata bulik sari sambil menunjuk tumpukan kacang pajang yang lumayan banyak yang di onggokkan begitu saja di tanah.

"Biar aku yang bawa bulik" ujarku sambil meraup onggokan kacang panjang itu

"Loh ga di tali dulu"

"Ga usah bulik"

Lalu kami berjalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju tanggul yang menjadi benteng buat kampungku bila sewaktu waktu bengawan meluap airnya tidak sampai membanjiri kampungku.

Bulik pelan pelan mulai tersenyum dan bercanda denganku seperti dulu.

"Sekarang kamu ganteng banget gung" ujarnya

"Memang dulu ngga bulik" tanyaku becanda

"Klo dulu itu badanmu kurus kering sekarang lihatlah kamu badanmu besar dan gagah juga bersih tampan...sekarang kamu bisa mendapatkan perempuan manapun yang kau mau" ujar bulik sari serius

"Benarkah bulik"

"Ya...klo kau mau nanti bulik kenalin sama ponakan bulik tepatnya anaknya kakak bulik yang tinggal di tegalsari"

" ehm aku sudah kenal bulik Yulita kan....dia memang sangat cantik bulik tapi aku yakin dia sudah punya pacar sekarang...eh btw gimana kabar yulita bulik"

"Kamu tau aza...yulita sekarang kerja di pabrik roti di dekat pasar kembang"

"Lah kukira kuliah"

"Ngga mau dia"

"Tapi sebenarnya ada wanita yang aku rindukan sejak dulu bulik aku sangat merindukannya sepanjang waktuku"

"Loh kamu sudah punya pacar gung..siapa dia kenalin ke bulik donk"

"Bulik sudah mengenalnya kok kenapa harus di kenalin"

"Siapa sih gung jangan bikin penasaran loh"

"Pokoknya bulik sudah kenal klo bulik beneran ingin tau siapa perempuan yang ku cintai itu bulik boleh mencarinya"

"Ya kenapa susah susah kamu kan bisa sebut namanya"

"Klo begitu aku yang susah bulik"

"Ihhh kamu ini....."

"Oh iya bulik nanti malam mau ga jalan jalan sama aku"

"Kemana...emang kamu bawa kendaraan"

"Loh la sepedaku yang dulu itu"

"Sudah di jual sama om kamu gung maaf yah..juga kambing kambing kamu semuanya abis di jual oleh om kamu"

"Gpp bulik nanti gampang klo mau beli lagi bulik pengen apa juga klo aku bisa pasti kuturuti"

"Ah sekarang kamu sudah jadi orang sukses yah...bulik ikut senang gung"

"Ya bersyukur azalah bulik meski tak seberapa yang jelas hanyalah dengan bulik aku mau berbagi"

Tak terasa perjalanan kami yang hanya pelan pelan ini telah sampai di ujungnya yaitu rumah kami yang mungil dan tetap berdinding bambu yang semakin terlihat usang.

Begitu tiba di rumah bulik langsung menuju sumur di samping rumah yang kulihat masih sama juga berdinding anyaman bambu yang di tutup dengan kain pada pintu bilik mandinya.

Kulihat bulik tak sungkan melepas baju lusuh yang sering di pakai bila ke ladang, mungkin bulik merasa tempat itu terlindung sehingga takkan ada orang yang melihatnya hanya memakai bh yang juga sudah mulai usang.

"Bulik biar aku yang timba airnya" kataku sambil menghampiri bulik sari.

Bulik sari hanya diam saja namun sama sekali tak menolak ketika aku merebut karet timba yang di pegangnya.

Lalu bulik sari masuk ke dalam bilik dan melolosi sisa baju yang di pakainya hingga benar benar telanjang bulat, dari lubang kecil yang sama aku kembali menyaksikan organ intimnya yang kini di tumbuhi bulu bulu cukup lebat.

"Gung sudah belum airnya" kata bulik mengagetkanku





Bersambung masih part 1
Mantapsss huu
 
PART 1 CINTA PERTAMA




FLASHBACK one year ago

Kesendirian membentuk pribadi yang introvert mungkin betul tapi aku selalu mengambil sisi positif dari sebuah kesendirian yang kujalani apalagi di negeri orang.

Dulu pertama kali menginjakkan kaki di negara ini aku langsung menelpon ibuk dengan bangga untuk mengabari keadaanku namun selang beberapa hari kemudian saat aku telpon lagi bulik sari lah yang mengangkat sambil menangis mengabarkan klo ibuk sudah tiada.

Aku bingung...blank...bener bener tak tau apa yang harus kulakukan pada akhirnya hanyalah doa dan doa yang bisa kuhaturkan untuk meredakan gejolak emosional hatiku yang terasa di cabik cabik saat itu.

Selama beberapa waktu itulah aku benar benar merasa dalam kesendirian yang rasanya tak berujung.

Sebagai lelaki aku terlalu kaku dengan situasi apapun karena dasarnya sifatku pemalu dan sangat pendiam, mungkin imbas dari bully an dari teman teman sebayaku di masa kanak kanak.

Dulu karena kemiskinan, aku terbiasa makan dengan cacian dan hinaan bahkan sering aku berkelahi hanya karena tak tahan hinaan tentang ibuku yang dibilang 99 alias kurang waras ataupun banyak hal jelek lain yang entah mereka dengar darimana.

Setahun pertama hidup di jepang buatku adalah pembentukan mental...karena disini orang akan di hargai dari sikap dan etos kerjanya yang ku akui 2 hal itu sangat berpengaruh pada hasil akhir sebuah pekerjaan.

Aku tak mengenal siapapun selain patner kerja dan keluarga kyoda yang menganggapku sebagai anak angkat mereka karena kebetulan di usia mereka yang mendekati kepala 5 belum juga di karunia putra.

Kyoda san adalah seorang pedagang ramen yang cukup terkenal karena mie ramen khas bikinannya dan juga keramahannya, aku sering membantunya saat berjualan

Dia makin menghargaiku ketika aku memberi resep menu baru nasi goreng dengan saus tiram yang langsung booming menjadi menu andalan dan membuat kyoda san banjir orderan.

Fumika san adalah istri kyoda san yang di usianya yang 47 th masih sangat cantik dan menarik.

Keduanya orang yang sangat hangat dan bersahabat, dari mereka aku banyak mengenal hal hal baru yang membuatku merasa betah.

Setelah setahun berlalu, apartemenku kedatangan peserta kenshusei jalur depnaker dari tanah air bernama hendri dan syamsul, karena mereka jauh lebih tua dari aku aku memanggilnya mas hendri karena asalnya yang satu propinsi denganku dan daeng syamsul dari makasar.

Kehadiran mereka membuatku kesendirianku langsung lenyap dengan sendirinya karena mereka ternyata teman teman yang baik dan sangat rendah hati.

Setidaknya kehadiran mereka membuatku merasa makin berada di zona nyaman, kehadiran mereka membuatku bersyukur karena aku akhirnya benar benar mempunyai teman yang sebenarnya.

Masih teringat pagi tadi mereka tampak berkaca kaca saat aku berpamitan.

"Stay connect ya gung" tutur mas hendri aku hanya mengangguk

"Jangan lupa nanti klo kami kembali kau bawa kami kerja di sunter yah" ujar daeng syamsul

"Siap daeng mudah2an kita semua masih di beri kesempatan untuk bertemu tapi jangan lupa untuk itu daeng harus memberi sogokan badik bugis asli" jawabku

"Wah ada pamrihnya juga ternyata" ujar daeng

"Hehehe pokoknya tar klo sudah kembali cari saja aku di sunter" ujarku yang buru buru pergi karena mobil jemputan yang akan mengantarku ke narita sudah datang.

"Sayonara...." gumamku

End of flashback

Kini aku telah berada di antara awan awan dan kira kira sejam lagi pesawat yang ku tumpangi akan landing di cengkareng.

Tiba tiba aku teringat akan fadil rekanku yang di tempatkan di hiroshima akankah dia pulang hari ini juga, rasanya aku tak melihatnya di antara penumpang yang berada di kabin klas bisnis ini.

Tepat jam 11.00 wib pesawat yang kutumpangi mendarat dengan mulus di bandara terbesar di tanah air tercinta ini.

Aku duduk sebentar di ruang tunggu karena ada kabar akan ada orang dari perusahaan yang menjemputku.

"Gung..." sebuah kata panggilan terucap menyapaku di sertai tepukan di pundakku

"Eh kau sudah landing juga Dil" tanyaku sambil mengajak tos rekanku itu.

"Ya iyalah gue tuh liat elu tadi di kabin bisnis...enak bener lu" ujarnya

"Lah tadi emang kamu duduk dimana kok aku ga liat, tadi memang sempat nyari nyari tapi rasanya ga ada" ujarku

"Di kabin ekonomiiii...." sungut fadil

"Gkgkgkgkkkkkk...." aku hanya tersenyum menahan tawa

"Noh jemputan datang yuk cabut" kata fadil sambil beringsut dari duduknya sambil menarik kopernya sementara aku hanya ngikut di belakang.

Selepas jamuan makan siang kami langsung di bawa bergabung dalam rapat inter vvip perusahaan yang kebanyakan orang jepang asli.

Di sini pula kami di beritahukan hak dan kewajiban kami pasca study banding dimana posisi kami sekarang telah naik di banding sebelumnya yang otomatis membuat gaji kami juga meningkat.

Selain itu perusahaan juga berkenan memberi bonus tahunan berupa produk terbaru perusahaan kami yang berupa kendaraan suv berkapasitas 7 penumpang klas menengah dalam bentuk gold card yang bisa di tukar dengan kendaraan yang di maksud di outlet showroom resmi yang banyak tersebar di kota kota besar seluruh negeri.

Hal itu tentu saja membuatku dan juga fadil tercengang sesaat atas apresiasi yang luar biasa ini.

Setelah memberikan presentasi singkat tentang rencana kerja kami mendatang aku dan juga fadil masih di beri kesempatan cuti 10 hari yang tentu saja aku tau harus gunakan untuk apa.

"Gung elu ikut gue aza ke depok ingat sekarang elu masih homeless disini kan" kata fadil menawariku ke rumahnya yang berada di perumahan depok baru

"Makasih dil lain kali aza aku mau pulkam dulu mau ziarah" ujarku

"Trus nanti kapan balik kesini emang elu ga cari cari tempat tinggal apa" kata fadil

"Kau ada ide ga aku rencananya ingin cari rumah yang standar biasa saja lah di lokasi yang nyaman" ujarku

"Klo duit lu ada 500 jt an elu bisa cari di daerah cibubur atau klo mau di bintaro juga ada tar klo elu beneran gue kenalin dengan salesnya bro" kata fadil

"Iya deh di cibubur boleh" jawabku

"Tar gue colling tapi gue minta oleh oleh kain batik solo buat emak gue yah" kata fadil

"Iya deh klo ga lupa tapi"

"Ya sudah kita berpisah di sini yah gue mau langsung pulang, sudah kangen sama calon bini gue hehe" ujar fadil antusias

"Oke bro sukses yah"

"Sippp...eit tunggu tunggu abis ini elu mau ke gambir kan" tanya fadil aku jawab dengan anggukan

"Jam berapa keberangkatan keretanya" lanjut fadil

"Masih 2 jam lagi"

"Oh ya sudah deh bye bro"

Sesudah fadil pergi aku melanjutkan perjalananku ke stasiun gambir dengan taxi yang ternyata cukup memakan waktu juga karena kemacetan yang luar biasa yang membuatku telat dan ktinggalan kereta argo lawu yang sudah ku booking sebelumnya.

Pada akhirnya aku hanya kebagian kereta senja utama yang klasnya di bawah argo tapi justru membuatku beruntung karena aku bisa tiba di kotaku saat hari sudah pagi yang membuatku tak perlu pusing mikirin akomodasi saat kemalaman dan ga ada transport ke kampungku.

Kini untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa inferior dan minder saat memasuki kampungku sendiri, aku merasa sudah tak memiliki hal yang menjadi tujuanku kecuali sebuah kerinduan akan sikap ramah dan hangat dari seorang wanita yang selama ini menjadi objek fantasiku untuk mengisi kesendirianku

Yah wanita itu adalah Sari...bulik sari istri omku sendiri.

Namun saat memasuki halaman rumah kecil terpencil di sudut utara kampung yang kini aku pangling karena telah berdiri beberapa rumah di sekitarnya yang membuat suasana agak ramai tidak seperti dulu.

Bahkan rumah kosong di sebelah timur tepat di samping rumah om anto kelihatan sudah berpenghuni.

"Mikum....bulik...." kataku

"Siapa" tanya seseorang dari dalam dengan suara parau dan lemah yang aku kenali itu suara om anto.

"Agung" jawabku

"Kamu sudah pulang...masuklah kenapa di luar huk..hukk...huk..."

Aku memasuki rumah yang masih tetap sama kecil dan sempit hanya lebih rapi dan tertata karena terawat sentuhan wanita.

"Om kenapa...om sedang sakit...bulik kemana om" kataku agak dongkol karena sambutan sampah yang memang sudah kuperkirakan sejak awal.

"Bulikmu lagi ke ladang tadi bilang mau manen kacang panjang" kata om anto dengan suara fals karena parau.

"Baiklah biar kususul" kataku sambil masuk ke kamarku yang dulu ku tempati bersama nenek

Kulihat sangat bersih dan rapi terlihat sekali meski tak berkasur tapi tikar yang menjadi alas tidur di ranjang bambu itu tak terdapat debu dan kotoran sama sekali.

Setelah meletakkan koper dan melepas blazer dan berganti busana resmi dengan casual aku lalu bergegas pergi keluar rumah untuk menyusul bulik sari ke ladang di tepian kali bengawan.

Namun baru saja keluar dari pintu seseorang yang sebaya denganku telah menunggu dan duduk di teras.

"Gung....kapan datang" ujar Didik temanku saat sd dan smp yang termasuk sering membully dan menghinaku

"Barusan dik....ada apa ya" tanyaku

"Kamu mau kemana sebenarnya aku ada sedikit perlu denganmu" ujar didik

"Perlu apa" tanyaku datar dengan kesan kurang ramah

"Itu gung bisa ga tolongin aku supaya bisa kerja di tempatmu" pinta didik to the point yang sudah jelas aku abaikan

"Lah ga salah dik....apa kamu ga takut ketularan gila nanti" jawabku agak sinis meski kuucapkan sambil tersenyum

"Eh kamu masih ingat saja gung soal itu...soal dulu lupakanlah gung aku minta maaf" kata didik

"Iya dik kamu ga salah apa apa kok bukankah faktanya memang begitu" ujarku

"Oh iya maaf yah nanti saja kita bicara lagi aku mau nyusul bulik dulu" kataku lagi

"Oh iya gung iya" jawab didik

Setelah didik pergi aku pun melangkah dengan gontai menyusuri jalanan yang sudah di cor beton meski sangat kotor dengan daun daun bambu dan akasia yang banyak tumbuh di lahan lahan pekarangan yang masih kosong.

Sesekali berhenti untuk sekedar bertegur sapa dengan orang orang yang berpapasan denganku di jalan yang rata rata memberi berbagai pujian untukku, mungkin setaraf dengan saat dulu kebanyakan orang menghinaku dengan menyebutku anak haram, anak gembel dll.

Kulihat tepian bengawan semakin padat dengan rimbun pohon pohon yang besar semacam akasia dan pohon munggur juga deretan pohon pohon pisang yang makin menambah pepat kawasan tepian bengawan yang dulu banyak sekali pasirnya yang kini berganti dengan lumpur.

"Bulik..." sapaku pada wanita yang sedang sibuk memetik kacang panjang.

"Agung....!!!" jawabnya saat melihat ke arahku.

Aku tertegun dengan penampilan bulik sari yang sekarang begitu dekil dan lusuh kurang perawatan meski wajahnya tetap terlihat ayu meski kulitnya agak kehitaman yang mungkin sering terpapar sinar ultraviolet.

Bulik sari hanya diam saat aku memeluknya namun tiba tiba saja dia berlinang air mata dan terisak saat ku dekap erat.

"Kapan kamu datang Le" tanyanya pelan

"Belum lama bulik kata om bulik di ladang jadi aku susul" jawabku

"Sekarang bulik sudah tidak cantik lagi Le..." kata bulik sari

"Kata siapa bulik tetap sama kok cantik ayu dan tambah manis" ucapku

"Iya karena tambah item kan kulitnya" rajuknya

"Yah wajarlah bulik orang sering panas panasan kek gini" jawabku

"Ya sudah pulang yuk" ajaknya

"Memang sudah selesai manen kacang panjangnya bulik" tanyaku

"Tuh...." kata bulik sari sambil menunjuk tumpukan kacang pajang yang lumayan banyak yang di onggokkan begitu saja di tanah.

"Biar aku yang bawa bulik" ujarku sambil meraup onggokan kacang panjang itu

"Loh ga di tali dulu"

"Ga usah bulik"

Lalu kami berjalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju tanggul yang menjadi benteng buat kampungku bila sewaktu waktu bengawan meluap airnya tidak sampai membanjiri kampungku.

Bulik pelan pelan mulai tersenyum dan bercanda denganku seperti dulu.

"Sekarang kamu ganteng banget gung" ujarnya

"Memang dulu ngga bulik" tanyaku becanda

"Klo dulu itu badanmu kurus kering sekarang lihatlah kamu badanmu besar dan gagah juga bersih tampan...sekarang kamu bisa mendapatkan perempuan manapun yang kau mau" ujar bulik sari serius

"Benarkah bulik"

"Ya...klo kau mau nanti bulik kenalin sama ponakan bulik tepatnya anaknya kakak bulik yang tinggal di tegalsari"

" ehm aku sudah kenal bulik Yulita kan....dia memang sangat cantik bulik tapi aku yakin dia sudah punya pacar sekarang...eh btw gimana kabar yulita bulik"

"Kamu tau aza...yulita sekarang kerja di pabrik roti di dekat pasar kembang"

"Lah kukira kuliah"

"Ngga mau dia"

"Tapi sebenarnya ada wanita yang aku rindukan sejak dulu bulik aku sangat merindukannya sepanjang waktuku"

"Loh kamu sudah punya pacar gung..siapa dia kenalin ke bulik donk"

"Bulik sudah mengenalnya kok kenapa harus di kenalin"

"Siapa sih gung jangan bikin penasaran loh"

"Pokoknya bulik sudah kenal klo bulik beneran ingin tau siapa perempuan yang ku cintai itu bulik boleh mencarinya"

"Ya kenapa susah susah kamu kan bisa sebut namanya"

"Klo begitu aku yang susah bulik"

"Ihhh kamu ini....."

"Oh iya bulik nanti malam mau ga jalan jalan sama aku"

"Kemana...emang kamu bawa kendaraan"

"Loh la sepedaku yang dulu itu"

"Sudah di jual sama om kamu gung maaf yah..juga kambing kambing kamu semuanya abis di jual oleh om kamu"

"Gpp bulik nanti gampang klo mau beli lagi bulik pengen apa juga klo aku bisa pasti kuturuti"

"Ah sekarang kamu sudah jadi orang sukses yah...bulik ikut senang gung"

"Ya bersyukur azalah bulik meski tak seberapa yang jelas hanyalah dengan bulik aku mau berbagi"

Tak terasa perjalanan kami yang hanya pelan pelan ini telah sampai di ujungnya yaitu rumah kami yang mungil dan tetap berdinding bambu yang semakin terlihat usang.

Begitu tiba di rumah bulik langsung menuju sumur di samping rumah yang kulihat masih sama juga berdinding anyaman bambu yang di tutup dengan kain pada pintu bilik mandinya.

Kulihat bulik tak sungkan melepas baju lusuh yang sering di pakai bila ke ladang, mungkin bulik merasa tempat itu terlindung sehingga takkan ada orang yang melihatnya hanya memakai bh yang juga sudah mulai usang.

"Bulik biar aku yang timba airnya" kataku sambil menghampiri bulik sari.

Bulik sari hanya diam saja namun sama sekali tak menolak ketika aku merebut karet timba yang di pegangnya.

Lalu bulik sari masuk ke dalam bilik dan melolosi sisa baju yang di pakainya hingga benar benar telanjang bulat, dari lubang kecil yang sama aku kembali menyaksikan organ intimnya yang kini di tumbuhi bulu bulu cukup lebat.

"Gung sudah belum airnya" kata bulik mengagetkanku





Bersambung masih part 1
Siiip... terimakasih suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd