Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (UPDATE!!) REMAKE FAFA: THE ROAD OF CORRUPTION (NO SARA)

Siapa Cewek Yang Suhu Imajinasikan Sebagai Fafa


  • Total voters
    623
Saya doain sehat selalu hu....
Kalo capek istirahat saja, masih ada hari esok
 
Chapter 21(Fafa): Onichan Please don't look (part 2)

notes: Maaf ya ini panjang banget. Sesuai Janji ane buat 2 chapter.
Oke setelah chapter ini babak baru kenakalan Fafa akan dimulai dan kali ini kenakalan Fafa bakal gue naikin levelnya tapi tentu saja masih pake pakem semi-realistis.



Jendela percakapan baru tak lama kemudian tampil di layar ku sestelah beberapa saat dan seorang pria berasal dari bagian timur Indonesia menyapa ku. Rambut nya dipotong cepak seperti tentara, seragam putih dengan name tag di bagian dada kanan seragamnya terbordir rapih dengan huruf Kapital. "Paulus" nama pria itu, senyum nya memperlihatkan gigi nya yang putih rapih sangat kontras dengan warna kulitnya.

"Halo" sapanya.

"Hey!" balas ku ramah sambil tersenyum kecil.

Seperti biasa kami saling menanyakan umur dan daerah asal kami, tentu saja aku hanya menyebutkan nama daerah rumah ku tanpa memberi tahunya alamat lengkap ku. Walau aku baru hari ini menggunakan aplikasi EksisTV tapi tentu aja aku sudah paham aturan - aturan tidak tertulis dalam dunia percakapan online. Jangan pernah memberi tahu kontak dan alamat asli kepada orang yang baru dikenal. Aku ingat saat aku masih aktif dalam dunia perkosplayan banyak sekali orang - orang dari komunitas jepang-jepangan yang mencoba berkenalan lebih dekat dengan ku lewat sosial media. Dimas mantan ku yang mengajarkan kepada ku untuk tetap menjaga jarak dan privasi kepada orang - orang yang baru saja kita kenal untuk berjaga - jaga.


"Mba udah punya pacar belum?" tanya Paulus sambil menyalakan rokok nya.

"udah mas" jawab ku jujur.

"Yah sayang sekali, kalau belum pasti sudah saya dekati" ujar nya dengan logat ketimuranya.

Aku tak menggubris perkataanya barusan, karena setelah setengah jam menggunakan aplikasi ini, semua pria yang berbicara denganku selalu berkata hal yang serupa.


"Kerja di mana mbak?" tanya nya.

"Ih emang aku setua itu ya? aku masih sekolaah" ujar ku dengan nada kesal sok imut. Pertanyaan itu membuat ku agak insecure.

"Oh maaf - maaf bukang begitu, soalnya saya tidak menyangka anak sekolahan pakai mode dewasa" ujar Paulus.

Setelah beberapa saat percakapan kami hanya basa - basi soal hobby, makanan favorit, musik dan itu membuat ku sedikit bosan dan agak kaget. Soalnya Paulus nampak berbeda dengan mas-mas jawa medog sebelumnya. Pertanyaan - pertanyaan nya sangat sopan dan tidak ada yang kelewat batas.

"Maaf mbak sebelumnya, tapi apa mbak gak risih pake baju kaya gitu?" tanya Paulus tiba - tiba.

"Oh..engg. biasa aja sih kak emang kenapa gitu? Aku di rumah ya gini sih pakaianya" ujar ku.

"Oh ya gpp, takut nya nanti malah mengundang laki - laki yang tidak jelas" ujar nya lagi.

Aku agak tertegun karena di luar dugaan ku ternyata pria ini berbeda sekali dengan Pria Medog sebelumnya, membuat ku agak mengangkat bagian kerah tank top ku ke atas karena rasanya seperti dinasehati oleh kaka ku.

"Mbak ini nomor saya kalau mau lanjut ke whatsapp ya, saya mau tugas dulu" pamit pria itu. Aku pun menyimpan nomor pria itu dan kami pun pamit.

Aku segera mengklik kembali tombol pencarian teman kembali. Selagi aplikasi itu mencari orang lain untuk mengobrol aku jadi memikirkan percakapan ku barusan dengan Paulus, satpam tadi. Ternyata masih ada laki - laki gentleman di dunia ini, dan hal itu membuat ku tersenyum kecil.

Jendela baru pun muncul dan kemudian terlihat dua orang pemuda berumur sekitaran 20-an awal. Pria pertama berkulit hitam legam, terlihat tahi lalat besar di bagian kanan atas bibirnya. Rambut nya lurus dengan poni lempar menutupi kening nya, sedangkan yang satu lagi kurus, gigi nya walaupun tidak tonggos tapi mulut nya terus terbuka memperlihatkan giginya yang tidak rata. Kedua nya memakai jaket biru muda, putih, biru tua dengan tulisan XTC dan lambang lebah. Aku kenal sekali dengan logo itu, itu adalah logo geng motor yang terkenal di daerah kami. Aku memutuskan untuk segera menutup percakapan kami, tiba - tiba si pria berkulit hitam memanggil nama ku.


"Fafa? Kamu Fafa kan?" membuat ku terperanjat, dari mana dia tahu nama ku?

"Saha Do?" tanya pria satunya lagi.

"Eta..yang waktu itu.. yang diliatin fotonya sama temenya si itonk...si Eja" ujar pria berkulit hitam

"Oh Nu aya video nyepo...mphhh" belum sempat si pria kurus melanjutkan perkataanya si pria berkulit hitam menutup mulutnya sambil memberi kode supaya pria itu diam.

"Goblog, yang rapih atuh anjing" ujar pria itu kasar.

"Eh maap maap Do" ujar pria kurus dan keduanya kembali melihat ke layar.

Aku mendengar jelas apa yang pria kurus itu ucapkan, namun aku lebih penasaran dari mana mereka mengenalku, karena jujur wajah mereka tidak begitu familiar.


"Siapa ya?" tanya ku sambil mengerutkan kening, Ku jauhkan jari ku dari touch pad dan mengurungkan niat ku untuk mengklik tombol 'Tutup Percakapan'.


"Eh iya.. belum kenal ya.. kenalin saya Edo.. ini Dadang.. kita pernah ketemu kok Fa" ujar pria hitam itu sambil menunjuk pria kurus dengan jempolnya. Pria kurus itu cuma nyengir dan menganggukan kepalanya.


"hmmm........" aku mencoba mengingat - ngingat namun aku gagal untuk mengingat wajah mereka ber dua.

"Waktu di Warjo Fa, di warnet tea. Kamu lagi sama Eja" ujar pria bernama Edo itu.

Seketika itu aku teringat aku dan kak Reza pernah di sapa oleh pria waktu kak Reza dan aku sedang di warnet. Aku pun teringat saat itu selagi tubuh ku tertutup oleh Hoodie, tangan kak Reza yang nakal sedang menggerayangi tubuh ku. Berhubung saat itu pencahayaan di warnet tersebut gelap, dan aku sedang fokus untuk menahan desahan ku.. aku jadi tidak begitu ingat dengan wajah Edo.


"Ohhhhh iyaaaaa a inget ingett.. apa kabar" sifat ku yang tadi ketus pun menjadi ramah, karena aku berfikir Edo dan kak Reza itu berteman. Aku jadi sadar kalau kak Reza jarang sekali mengenalkan ku kepada teman - temanya.

"Ohh untung diinget hahahaha, sedih banget kalau kamu lupa" ujar nya lagi.

"maaaaaaaf a, waktu itu teh gelap pisan hehehe jadi ga begitu keliatan" ujar ku.

"HAHAHAH maneh dikatain poek (gelap) Do" Dadang meledek Edo.

Edo melirik ke arah dadang dengan tatapan geram, membuat ku merasa tidak enak karena perkataan ku membuat kak Edo jadi diledekin sama temennya.

"Eh enng.. engga gitu a Edo, maksud Fa tuh.. aduh bukan gitu" aku gelagapan meminta maaf.

Edo kembali menatap ke arah ku dan tersenyum.

"Santai Fa, santai.." ujar Edo.

"Duh maaf ya kak gak maksud hehehe" aku kembali meminta maaf sambil menempel kan ke dua telapak tangan ku untuk menambahkan gesture minta maaf ku.

"teh ga pake bra ya?" ujar Dadang tiba - tiba.

Mendengar itu aku segera mengangkat lagi kerah tanktop ku agak ke atas dan menahan kerah ku dengan genggaman ku sehingga lengan ku menutupi bagian dada ku. Ntah mengapa niatan ku untuk exhib pun sirna seketika dan rasa malu yang seharus nya dari tadi kumiliki ahkhirnya muncul. Mungkin karena mereka berdua adalah teman kak Reza sehingga aku merasa tidak enak kalau - kalau mereka mengira aku cewek gak bener. Aku gak mau bikin malu kak Reza di depan teman - temanya.

"Bentar ya Fa" ujar Edo berdiri dari tempat duduknya dan menarik badan Dadang ikut berdiri. Setelah itu terlihat Edo mendorong nya keluar dari layar kamera sehingga aku tidak lagi melihat Dadang. Edo kembali duduk di depan layarnya dengan mata melotot melihat ke arah Dadang yang tidak terlihat lagi di depan kamera. Tanganya menberi gesture kepada Dadang untuk pergi. Setelah memastikan Dadang pergi dari hadapanya, Edo kembali melihat ke arah layar dan tersenyum ramah.


"Maaf ya Fa, emang ga sopan itu temen saya jangan dianggap" ujar Edo ramah.

"hahaha iyaa kak ga papa... " ujar ku tersenyum sambil tetap menggengam kerah tanktop ku.

"Eja ada di sana Fa?" tanya nya.

"ga ada kak, Fafa di rumah" jawab ku.

"Oh gak pacaran kalian?" tanya Edo.

"lagi enggaaaa soalnya habis dari luar tadi, jadi ga enak kalau kelua rumah lagi." ujar ku.

"Oh ajak aja atuh Eja ke rumamh, pacaran mah gak harus di luar Fa" ujar Edo.

"Ada aa aku, lagian udah jam segini" jawab ku.

"Oh jadi ga bebas ya Fa?" tanya Edo.

"Iya a" jawab ku mengangguk.

"Emang kalau pacaran biasanya ke mana sama Eja Fa?" tanya Edo.

Mungkin karena aku mengira a Edo dan kak Reza teman dekat aku jadi merasa nyaman untuk menjawab pertanyaan - pertanyaannya dengan gamblang.

"hmm.. biasa nya nonton, kalau gak kulineran aja sih a Edo. Atau gak ke rumah kak Reza atau kalau di rumah sepi ya udah kak Reza yang ke sini" jawab ku polos tanpa berfikir apa yang bisa orang pikirkan dengan jawaban ku barusan.

"Kalau kosong ceunah hahahaha. Hayo siah ngapain aja sama Eja kalo rumah kosong?" A Edo tertawa lalu tersenyum penuh arti.

"Eh.. engg. itu.. biasa aja" aku mendadak gelagapan, karena seperti kepergok dengan pertanyaan nya barusan. Memang aku sangat menyembunyikan apapun yang bersangkutan tentang sex life ku dengan kak Reza, Putri pun tidak tahu soal ini padahal dia temen ku yang paling dekat. Aku takut orang - orang akan memadang ku cewek rendahan dan sex sangat dilarang oleh agama ku membuat ku merahasiakan soal itu. Ya walaupun Bang Feri tau soal ini tapi itu beda cerita lagi.


"HAahaha ga apa-apa Fa, Ga usah malu. Wajar kayak gitu mah, namanya juga pacaran" ujar Edo.

Aku mengerutkan kening ku ketika mendengar a Edo mengatakan 'Wajar'. Aku selalu mengira aku dan kak Reza dan apa yang ku lakukan selama ini sudah kelewat jauh. Aku bersedia melakukan itu dengan kak Reza karena aku sayang kepadanya dan aku yakin ketika umur dan kami berdua sudah bekerja, kak Reza lah pria yang akan menjadi suami ku. Oke, kejadian bersama kang Enday dan Bobby itu mungkin dosa besar dan aku pun sudah berjanji tidak lagi akan melakukan itu dengan orang selain kak Reza.


"Wajar?" tanya ku, tanpa meng-iya kan ke a Edo kalau aku dan kak Reza pernah berhubungan sex.

"iya wajar atuh, saya sama pacar saya juga gitu. Saya yakin semua orang pas pacaran pasti gitu" walau a Edo tidak menyebut dengan gamblang aku paham betul yang dimaksud oleh nya adalah Sex.

"Masa sih a wajar? Gak mungkin ah, cewek baik - baik pasti gak mau ngelakuin kayak gitu" aku membantah a Edo walau secara gak langsung dengan mengatakan itu aku menjudge orang yang melakukan sex di luar nikah adalah orang yang tidak baik, tentu saja aku dan kak Reza berbeda.

"Loh gak gitu atuh Fa, emang baik - buruk nya orang teh dinilai dari pernah begituan atau engga.. jadi kalo gitu kamu bukan cewek baik - baik dong?" ujar Edo mengembalikan logika ku barusan kepada ku.

"Eh..eng Fa ga pernah a" aku mencoba berbohong.

"Hahahah ga usah malu atuh Fa, ke saya mah santai aja. Baik buruk nya orang mah dinilai dari sikap nya ke orang lain atuh bukan dari mereka pernah ngewe atau engga. Kalau gitu mmikirnya, berarti saya bukan orang baik-baik atuh, Fafa juga bukan cewek baik - baik atuh." ujar a Edo, menyerang ku balik dengan logika ku.

Wajah ku memerah malu merasa a Edo tau betul apa yang di otak ku.

"eng iya a" ujar ku pelan.

"eh naha malu, ga usah malu atuh neng. Kaya anak kecil aja bahas beginian pake malu. Sok temen - temenn kamu juga pasti udah pada pernah Fa, cuman mereka mah gak akan bilang kalo udah pernah" ujar Edo.

Mendengar perkataan a Edo itu aku jadi berfikir apa Putri pernah juga melakukan hubungan badan dengan cowok.

"eng.. aneh aja si a bahas beginian hehehe" wajah ku terasa panas karena malu membahas hal ini dengan orang yang ku kira temen a Reza ini.


"aneh kenapa, emang ga pernah bahas ginian sama temen kamu?" tanya a Edo.

"gak pernah a, ih buat apa bahas sama temen aku kaya begini." ujar ku sambil kembali mengerutkan kening ku.

"yeee perlu atuh bahas beginian, biar jago" ujar a Edo.

"jago?" tanya ku.

"Ya jago mainnya Fa, kalo kamu semakin jago pasti si Eja bakalan tambah seneng" ujar a Edo.

Perkataan a Edo itu membuat ku berfikir, selama ini aku dan kak Reza berhubungan aku selalu senang dan bangga setiap kak Reza memuji ku. Oleh sebab itu aku merasa semua itu sudah cukup.

"Emang ga ada temen cewek yang bisa bahas beginian Fa?" ujar a Edo memecahkan lamunankan.

"hmm.. engga sih a Edo, malu lagian bahas ini sama temen aku. Takutnya nanti Putri malah gak mau temenan sama aku lagi" ujar ku tak sengaja menyebut nama Putri saking nyamanya mengobrol dengan a Edo yang secara tidak langsung menganggap dia juga mengenal teman - teman ku.

"Putri? Putri Novianti? Anak Pasundan Dua kelas 3?" tanya a Edo dengan nada kaget.

"Eh.. i.iya. A Edo kenal?" tanya ku.

"HAHAHAH aduh dunia teh sempit banget, kenal atuh Fa. Kenal banget. Luar DALAM" ujar a Edo memberi penekanan pada kata terakhir kalimatn nya.

Aku mengerutkan kening ku, mengerti ada arti lain dari perkataanya barusan.

"Luar dalem?" tanya ku.

"Ya luar dalem Fa..." kak Edo membuat tanda kutip di udara dengan jari nya.

Mata ku melotot menyadari apa maksudnya.

"OOOHHHHH. SERIUS???" aku tak percaya dengan apa yang kudengar barusan, Aku mengira Putri dan Itonk berpacaran karena insiden di kamar mandi waktu itu. Seharusnya aku ingat Putri pernah menyebut nama Edo, seharusnya aku ingat percakapan itonk saat di kamar mandi sekolah itu adalah sebuah red flag besar kalau Edo bukanlah orang baik - baik di balik keramahanya. Sialnya saat ini aku sama sekali tidak mengingat percakapan Putri dan Itonk saat itu dan ini akan berdampak besar bagi ku kelak karena menganggap Edo adalah orang baik.


"aku kira Putri pacaran sama itonk.. soalnya .."

"kenapa Fa?"

"ga jadi ga jadi" aku segera menghentikan perkataan ku, aku beranggapan Putri adalah pacar a Edo sehingga aku takut kalau aku melanjutkan perkataan ku akan menyakiti perasaannya.

"Coba deh Fa bahas beginian sama temen cewek." ujar Edo.

"Ih ngapain a? Kan bisa bahas sama pacar sendiri" aku membantah saran a Edo.

"Yah kalau sama cowok mah kamu bahas soal kesukaan cowok nya aja, tapi soal tekniknya kan cowok gak tau" ujar a Edo.

"Hmmm...teknik apa ini teh. Hahahahaha" entah mengapa kata itu membuat ku tertawa, karena tidak mengira kata tersebut bisa dipakai untuk topik seperti ini.

"teknik ngewe Fa hahahha" ujar Edo Vulgar, ntah kenapa aku tidak merasa risih mendengar nya mengucapkan itu. Sebab semenjak pacaran dengan a Reza, aku terbiasa dengan cowok - cowok yang kalau ngobrol tidak pakai filter. Namun aku sendiri masih risih kalau mengucapkan kata seperti itu, beda cerita jika birahi ku sudah memuncak.

Mata Edo terlihat bersemangat melihat aku yang menanggapi pembicaraan ini denganya.

"Kamu teh harus jago Fa begituan, biar Eja gak kemana - mana" ujar a Edo.

"Ih masa harus jago, kak Reza mah bukan orang kayak gitu a Edo. Dia mah sayang beneran sama aku" bantah ku.

"Yah kamu Fa masih ijo banget, cowok mah kalau udah ngerasain ngewe yang mantep bakalan kepincut." ujar a Edo lagi.

Perkataan a Edo tadi secara tidak langsung membuatku membayangkan jika a Reza selingkuh dengan wanita lain. Hati ku mendadak panas seketika.

"Kak Reza gak mungkin selingkuh a Edo, gak mungkin!" ujar ku agak kesal.

"Yah kan kamu gak tau aja, kalau mantanya lebih jago dari kamu gimana coba? Bisa - bisa dia bayangin mantanya terus pas ngewe sama kamu" ujar Edo meledekku.

Hati ku semakin panas karena perkataan - perkataan Edo. Selama ini aku merasa aman karena merasa kak Reza akan selalu setia kepada. Rasa aman itu mendadak sirna dengan mudah nya karena perkataan Edo itu, belum lagi aku sadar. Aku yang sangat sayang kepada kak Reza pun masih bisa bersselingkuh dengan Bobby dan Enday hanya karena terbawa suasana. Pikiran ku langsung galau karena pikiran - pikiran buruk semakin memenuhi kepala ku.


"Kak Reza sama mantannya gak pernah have sex a Edo. Kak Reza bilang sendiri, aku sama dia tuh sama - sama pertama kali kayak gitu" aku mencoba membuang jauh - jauh pikiran buruk itu.

"Yeeee kamu ga tau aja kan siapa tau aja, cowok mah manis mulutnya Fa jangan mudah dipercaya walau itu pacar sendiri" ujar Edo lagi, kembali meruntuhkan dinding kepercayaan ku terhadap kak Reza. Rasa cemburu buta, rasa kepercayaan ku kepada kak Reza dengan mudah nya diruntuhkan oleh orang yang baru saja ngobrol dengan ku ini.


"Masa sih kak..." pikiran - pikiran buruk itu semakin parah, mataku pun berair. Edo menyadari itu terlihat kaget namun wajah nya sama sekali tidak memperlihatkan empati.

"Ya makanya Fa.. bahas kaya ginian tuh penting. Biar jago kamu tuh harus belajar dari pengalaman orang lain. Nonton porno mah terlalu ga realistik, mesti belajar dari pengalmaan orang langsung biar bisa dipraktekin sendiri" ujar Edo dengan nada enteng tidak mempedulikan ku yang menyeka air mata ku.

Ntah mengapa perkataan Edo menjadi masuk akal bagi ku, namun aku tidak yakin aku bisa membahas soal ini dengan Putri. Soalnya aku tau Putri gak suka sama Reza.

"Aku gak punya temen buat bahas ini a Edo, sama Putri pun gak bisa..soalnya dia benci sama Kak Reza" ujar ku pelan.

"Sok bahas sama saya aja atuh Fa" ujar Edo.

"Ihhhhh... a Edo kan cowok bukan cewek...katanya mesti bahas sama cewek" aku berhasil menahan tangisku dan menyeka air mata ku yang tak lagi turun.


"Yah kan saya juga bilang, belajar dari pengalaman orang lain. Pengalaman saya mah banyak Fa" ujar Edo lagi.

"Pengalaman banyak?" tanya ku.

"Saya mah hampir tiap hari, beda - beda lagi ceweknya. Jadi nya saya bisa belajar banyak" ujar Edo dengan bangga seakan itu adalah sebuah pencapaian.

"Ihhhh a Edo PE-KA, Putri gak marah a Edo kayak gini" aku sedikit kesal dengan perkataanya barusan, Putri adalah teman baikku. Kalau dia tau soal kelakuan Edo pasti dia sakit hati.


"Yahhh... Putri juga tau dan dia mah ga apa-apa. Malah dia mah seneng saya tambah jago" ujar a Edo.

Aku mengerutkan kening ku, perkataaan barusan serasa tidak asing. Sedikit mirip dengan pembahasan kak REza saat kita membahas soal threesome dulu. Walau alasan kak Reza saat itu berbeda dengan alasan Putri, Kak Reza ingin aku merasakan kepuasan yang lebih dari apa yang bisa Kak Reza berikan kepadaku.


"Masa sih kak?" aku sedikit tidak percaya, karena selama mengenal Putri aku tau dia punya sifat yang posesif.


"Yah gak percaya dia, coba tanya sendiri ke Putri" ujar a Edo.

"Ihh masa aku nanya begituan ke Putri, ngapain sih a Edo" aku menolak usulnya.

"Ya siapa tau bisa ngebandingin gitu kalian mainnya gimana hahahaha" ujar a Edo.

Aku mulai menyadari a Edo semakin vulgar dan aku mulai merasa sedikit gak nyaman membahas ini sama dia. Walau rasa penasaran ku yang besar membuat ku ingin tau soal wejangan - wejangan nyelenehnya. Tentu saja aku masih mencoba menjaga image ku agar tidak dicap cewek gak bener. Aku gak mau bikin kak Reza malu, nanti orang yang ku kira temenya ini menganggap Kak Reza berpacaran dengan cewek bispak.

"Emang cowok kalo ngobrol sama cowok bahas ginian ya a?" tanya ku tanpa menggubris perkataan Edo barusan.

"Ya jelas atuh, makanya cowok biasanya kalau begituan udah langsung jago karena tiap hari ngobrol nya soal ngewe" ujar Edo.

"Bahas teknik juga?" aku tanpa sadar tersenyum ketika mengucapkan kata itu, yang masih ku anggap lucu kalau dipakai untuk topik seperti ini.


"Bukan bahas teknik aja, bahas soal ceweknya juga Fa."

"Bahas cewek nya?"

"Iya bahas ceweknya, dari cara mainnya, muka nya, bodinya, toket nya, cengkraman memeknya, ya semua" Edo makin berani mengatakan hal - hal vulgar kepada ku karena sedari tadi aku tidak mempermasalahkan hal itu.


"HAAAAAAhh.....Kak Reza bahas juga soal kayak gitu ke a Edo?" tanya ku kaget.

"Iya atuh Fa, kenapa emang?" wajah Edo nampak bingung melihat reaksi ku, seakaan reaksi barusan berlebihan.

Sontak saja aku merasa malu, aku yang selama ini menutup rapat - rapat soal hubungan sex kami ternyata tanpa sepengatahuan ku kak Reza menceritakanya itu kepada teman nya. Secara tidak langsung pun aku semakin percaya kalau Kak Reza dan a Edo itu teman yang sangat dekat, karena aku sendiri dan Putri tidak pernah membahas soal ini. Aku menjadi kesal kepada kak Reza, karena hal tersebut merupakan ranah privasi kami berdua. Seharus nya dia meminta izin dulu kepada ku.


"Eh kenapa Fa? Reza ga bilang soal ini?" Edo baru sadar kalau aku tidak begitu suka dengan apa yang baru saja ku dengar.


Aku menggelengkan kepala ku. Marah dan malu menyelimuti hati ku, membuat wajahku semakin memerah.


"Eh jangan marah Fa, dari cerita Reza sih kamu tuh oke banget. Jujur waktu denger itu saya, Dadang, sama Itonk jadi sirik sama Reza."


"HAAAAAAHHHH ITONK TAU?" aku semakin kaget, karena Itonk adalah teman sekelas ku dan sebenarnya kedekatan aku dan Itonk hanyalah sebatas teman sekelas saja. Aku menutup wajah ku, rasa malu ku pun semakin bertambah.



"Aduhh... salah ngomong kayak nya nih. Punteun ya Fa, tau gitu saya gak akan bilang" ujar Edo.

Setelah meredam rasa malu ku aku tak lagi lagi menutup wajah ku dengan telapak tanganku.

"Engga.*** apa - apa a Edo. Untung kamu ngasih tau. Awas ya itu kak Reza aku gak kasih jatah sebulan" mencoba menutupi kekesalan ku dengan bercanda.

"Wah kasian atuh si Reza kwkw.. emang kamu kuat Fa sebulan gak ngewe? Orang mah mau cowok apa cewek kalo udah tau enaknya pasti nagih Fa." ujar a Edo.


Aku terdiam mendengar itu, aku jadi membayangkan kak Reza yang merengek minta jatah dan aku menolaknya.

"Hmphh..." Pikiran itu membuat ku tertawa kecil karena aku suka sekali ketika kak Reza bertingkah seperti anak kecil kalau lagi kepengen.

"Iya juga sih" gumam ku, karena aku sadar semenjak aku dan kak Reza melakukan hubungan sex, tiada satu hari pun aku berhenti memikirkan hal itu. Walau tidak parah atau menganggu aktivitas ku sehari - hari juga sih seperti certia porno yang ku baca di internet. Biasanya karakter wanitanya seakan membutuhkan sex seperti manusia membutuh kan oksigen yang menurut ku tidak masuk akal. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, kalau sampai sebulan tidak melakukan itu dengan kak Reza, sudah pasti birahi ku akan mengambil alih akal sehat ku seperti yang sudah - sudah.


"Kak Reza cerita apa aja emang a Edo?" akhirnya aku memutuskan untuk mengkorek informasi lebih jauh, mumpung lagi ngobrol dengan Edo, siapa tau jadi bisa tau hal tentang kak Reza yang tidak ku ketahui.


"Ohh.. Reza bilang kamu jago banget nyepong.. bisa deep throat" ujar Edo tanpa rasa risih.


"Aduhh... kak Rezaaaaaa" aku kembali merasa malu mendengar itu, mengingat Itonk berarti juga mengetahui soal itu. Aku takut banget kalau itonk mulutnya ember bisa - bisa image ku rusak di sekolah nanti.


"Eh Fa ga usah malu, bangga atuh harusnya. Ga semua orang bisa deep throat. Putri aja masih mau muntah kalo deep throat" ujar Edo.

Entah mengapa ketika Edo membandingkan ku dengan Putri aku merasa bangga. Aku merasa menang dari sahabat ku itu. Perasaan bangga yang aneh, persis ketika pemuda jawa medog tadi membandingkan ku dengan pacar nya sampai - sampai dia bilang akan membayangkan diriku ketika melakukan hubungan sex dengan pacarnya nanti. Tapi tentu saja aku masih kepikiran image ku nanti kalau di temen-temen ku di sekolah tau soal ini. Bisa - bisa aku disangka cewek murahan, padahal aku cuma melakukan hal itu sama kak Reza.

"Malu atuh a, ntar temen-temen Fafa pada nganggep Fa cewek bispak kalau mereka tau. Aduh moga - moga Itonk mulut nya ga ember deh" aku menggerutu.

"Ngapain meduliin pendapat orang sih Fa" ujar Edo heran, seakaan apa yang ku utarakan barusan tidak masuk akal.

"Ih..a ntar jadi bahan omongan atuh.. kalau orang tua aku tau gimana? Kalau guru - guru tau gimana?" gerutu ku kesal karena melihat a Edo gak ngerti dengan efeknya kalau orang - orang tau soal ini.

"Oh iya juga sih" Edo manggut - manggut terdiam.

"hmmm.. jadi kamu begituan baru sama Eja aja ya Fa?" tanya Edo lagi.

"Iya atuh a" aku berbohong, lagi pula buat apa jujur kalau aku sudah pernah berhubungan badan dengan Bobby dan kang Enday sama a Edo? Malah nanti bikin malu kak Reza, dan takutnya dia jadi berfikir aku cewek gampangan.

"Ohhh.. bagus bagus.. bener berarti kata Itonk kamu teh cewek baik - baik" Edo berguman namun masih terdengar oleh ku. Aku sebenernya gak mau ngerasa ge-er tapi gumaman a Edo barusan membuat ku curiga kalau Itonk dan teman - temanya sepertinya sering membahas soal diriku.

"Emang Itonk sering bahas aku ya a?" tanya ku penasaran.

"Yah Itonk mah semua cewek di kelasnya dibahas Fa, maklum jomblo hahahahah. Lagian tau sendiri kan cewek Pasundan 2 teh terkenal pisan pada cakep cakep." Edo menjawab diplomatis, seperti menghindar dari pertanyaan ku.

"Iya emang kalau bahas, bahas apa sih a Penasaran" aku terus mengejar jawaban dari Edo.

"Ya gitu, bahas soal si ini pacar nya siapa gitu - gitu bahasan cowok lah Fa." saut Edo masih tidak menjawab pertanyaan ku.

Akhirnya karena tak sabar aku pun segera menodong nya.

"Pasti bahas yang engga - engga nih dari gelagat a Edo" aku memincingkan mata ku curiga.

"Hmm kamu jangan marah ya Fa.. saya teh ngira kamu dulu cewek bisa dipake gitu" ujar Edo.

"HAH sembarangan ih a Edo ngomong nya" ujar ku.

"Eh ya soalnya kamu teh waktu itu kan ke warnet gak pake BH kan? Terus juga pas mergokin kamu sama Eja di bilik warnet warjo kamu teh lagi digrepe kan sama si Eja tapi ditutupin Hoodie." Edo balik menodong ku.

"eh.. enng.. engga itu teh" aku gelagapan.

Edo tersenyum penuh arti melihat reaksi ku.

"Binal juga ya kamu Fa.. Beruntung pisan si Eja dapet kamu...demen saya teh sama yang kaya kamu gitu" ujar Edo

Perkataanya barusan membuatku merasa aneh. Bukanya Edo temenya kak Reza? Kenapa dia bisa dengan gampang nya mengatakan itu, bukanya cowok punya aturan tak tertulis kalau gak boleh ngerebut pacar temen?

"ihhh.. a Edo ngomong apa sih.. ga boleh gitu atuh masa ga respek sama kak Reza. Aku tuh pacar nya dia tau." aku mengerutkan kening ku saking herannya dengan perkataanya barusan.

Wajah a Edo terlihat heran dengan perkataan ku tadi.

"temen? Saya mah sama si Eja cuman kenal doang bukan temen. Ngobrol juga baru sekali." ujar Edo.

Mendengar itu membuat ku terkejut, aku merasa kesal dengan diriku yang begitu mudah nya berbicara hal - hal private kepadanya karena mengira dia teman dekat kak Reza.

"Eh aduh aku kira kamu teh temen nya kak REza! Duh tau gitu aku gak bahas soal begini - begini" aku mengumpat menyesal.

"AHAHAH sante wae atuh, kaya apa aja. Lagian cuma bahas ginian doang belum di ewe" Edo semakin vulgar tak peduli lagi menjaga perkataanya.

Aku terdiam memikirkan apa yang harusnya kulakukan sekarang, ingin sekali aku menyudahi percakapan ini denganya tapi nanti entah kenapa aku gak mau keliatan gak dewasa dengan menyudahi percakapan sepihak. Akhirnya aku memutuskan untuk berpamitan.

"a Edo udah dulu ya ngobrolnya, Fa ada urusan bentar" aku berbohong.

"Eh mau kemana, ngobrol dulu atuh baru juga bentar." Edo menahan ku.

"Eng.. mau.. mandi a Edo" aku tak jago berbohong, jadi ku utarakan saja kata yang pertama kali muncul di otak ku.

"Eh pengen liat atuh" goda Edo semakin tak sopan.

"Heh a Edo ga boleh gitu ih." aku menghardiknya.

"Heh Anjing, jual mahal pisan kamu teh... Padahal kamu mah demen kan pamer - pamer badan. Cuman liat doang kan gak di ewe" ujar Edo dengan entengnya melecehkan ku.

Aku seketika itu juga menjadi merinding mendengar kata - kata Edo yang melecehkan ku itu, bisa - bisanya dia berkata seperti terhadap ku. Memang nya dia pikir aku cewek apaan? Aku kesal namun entah kenapa hati kecil ku takut untuk membentaknya. Ada aura yang menyeramkan terpancar dari wajajh nya yang dihiasi oleh senyum jahat, senyumnya Edo seperti menganggap ku rendah.


"Sok atuh kita ngobrol di private chat. Via WA juga boleh kalo mau. Udah ngaceng nih dari tadi" ujar Edo samabil memijat bagian selangkanganya dari balik celananya.

"eng..a Edo u..udah.. dulu.. ya" bibir ku bergetar, entah mengapa aku merasa sangat takut saat ini. Insting ku seperti memberi tahu kalau aku sebaiknya tidak berinteraksi lebih lanjut dengan pria ini. Belum lagi dia anggota geng motor XTC yang gosip - gosipnya tidak takut untuk bertindak kelewat batas. Aku dapat merasakan mata ku berair menahan tangis ku.


Orang tuaku mendidik ku agar selalu ramah kepada semua orang, membuat ku kelewat naif menganggap kalau semua orang akan melakukan hal yang sama kepada ku. Ternyata di dunia ini ada orang - orang yang punya sifat seperti Edo. Tidak ada setitik pun kebaiakan di dalam diri mereka, sikap ramah dan polosku malah membuat mereka semakin berani. Seakan mereka menngartikan keramahan ku seperti aku mengijinkan mereka bersikap seperti itu kepada ku.

"Ih anjing jual mahan pisan kamu teh, udah nyobain kontol aing mah ntar juga bakal nagih kayak si Putri. Sok mau coba ga? Si Eja mah kalah pasti, yang saya mah gede" Edo menunjuk ke arah selangkanganya.


"Hayu atuh, saya juga tau kamu teh sebenernya mau tapi gak enak sama si Eja kan? Tenang aja si Eja gak bakal tau. Kalo mau saya jemput sok, kita main ke base camp. Jamin puas. Ntar saya kenalin juga sama yang lain. Bakal puas kamu pasti" Edo terus meleceh kan ku dengan kata - katanya.

"Memek kamu pasti wangi banget sih ya, sama kaya Putri. Si Putri baru sekali di bawa ke base camp sama anak - anak digilir langsung nagih. Kamu mah belom coba aja Fa, kalau udah coba mah pasti ketagihan juga kaya Putri." Entah apa Edo sadar perkataanya, mana ada wanita yang mau dengan ajakan seperti itu. Aku mendengar nya semakin merinding, percakapan ini sudah tidak lagi sehat. Aku merasa Edo lebih menyeramkan dari bapak ojol di post satpam itu.

"Ayo atuh, ato ga kasih liat toket dong Fa.. ayo lah ga usah malu.. lagian saya juga udah li..." aku langsung mematikan suara laptop ku itu, dada ku serasa sesak. Aku tak sanggup lagi mendengar pelecehan verbal dari mulut Edo. Rasa takut ku semakin menumpuk, bahkan sekarang rasa takut yang kurasakan saat ini melebihi rasa takut ku kepada si supir ojol buncit. Jantung ku berdebar-debar secara cepat, rasa takut ku semakin menjadi - jadi. Bayangan - bayangan buruk dari semua perkataan Edo tadi memenuhi otak ku. Walau mata ku menatap ke arah laptop, rasa takut ku membuat aku tak terlalu memperhatikan lagi apa yang ada di depan laptop ku.


Tatapan ku kosong, aku tak mendengar apa yang Edo katakan, mulutnya terus bergerak seperti mengatakan sesuatu. Tiba - tiba dia mengeluarkan HP nya dan memperlihatkan kepada ku sebuah video samar namun aku bisa melihat dengan jelas video apa itu. Video seorang cewek yang sedang menyepong penis, namun karena kualitas kamera webcam nya yang tidak terlalu bagus aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita itu walaupun familiar.

Aku merasa sudah cukup dengan pelecehan Edo, dengan segera aku mengklik tombol menutup pembicaraan itu dengan mengkliknya berkali - kali. Namun karena terlalu banyak mengklik tombol itu aku tak sadar kalau aku tak sengaja mengklik tombol mencari teman lagi. Suara HP ku berbunyi mengalihkan pandangan ku dari laptop ku.

Aku segera mengangkat telfon tersebut yang ternyata dari kak Reza.

"Kak.. Reza" sapa ku lemas.

"Kamu kenapa Fa?" jawab kak Reza, seakan mengerti perasaan hati ku saat ini.

"Ka Reza kenal sama Edo?"

"Kenal Fa.. dia ketua geng XTC daerah kita"

"Kenal deket?" tanya ku ingin memastikan, jantung ku berdetak kencang, rasa takut ku belum juga hilang padahal aku sudah mendengar suara kak Reza.

"engga sih, dikenalin itonk Fa... Lagian ngapain juga aku gak mau deket sama yang begituan. Takut bawa masalah" jawab kak Reza.

"Kenapa emang Fa? Kok tiba - tiba nanyain dia?" tanya kak Reza, terdengar kekhawatiran dari suaranya.

"tadi aku habis ngobrol sama dia kak"

"HAH? ngobrol di mana katanya kamu di rumah?" tanya kak Reza.

"di EksisTV kaka tau kan?" ujar ku.

"Oh iya tau tau, yang lagi viral itu. Rame sekarang yang make. Aku gak nyangka aja sih kamu pake aplikasi begituan. Terus kenapa Fa." ujar kak Reza

"Dia..dia ngelecehin aku kak.." ujar ku pelan.

"HAh anjing.. ngelecehin gimana FA?" nada suara kak Reza meninggi. Entah mengapa aku senang mendengar nya marah gara - gara ini.

Aku pun menceritakan semua percakapan ku dengan Edo barusan.

"Fa takut kak.. gak tau kenapa firasat Fa buruk banget sama dia." ujar ku.

"Ya wajar lah Fa, namanya anak geng motor udah pasti ga bener."

"Fa t..takut banget kak.. Pas Fa bilang Fa mau mandi dia maksa banget pengen ngeliat Fa mandi...u..udah gitu .. hiks" aku ga bisa melanjutkan kata - kata ku. Lepas tangis ku yang sedari tadi kutahan aku merasa helpless di situasi ini. Baru kali ini ak merasakan rasa takut yang teramat sangat, Setelah sikap Edo berubah tadi aku merasakan aura jahat dari dirinya.


"Shhh.. tenang sayang.. ga usah takut.. dia gak akan berani ngapa-ngapain." kak Reza berusaha menenangkan.

"t..tapi Fa takut.. kan mereka base campnya deket banget sama sekolah.. mereka juga sering nongkrong di warung luat sekolah sambil nunggu buat malakin anak - anak Pasundan pas balik kak.. kalau Fa kenapa - kenapa gimana?" aku merengek, merasa perkataan kak Reza tadi tidak cukup untuk menenangkanku.


"Fa tenang aja, mereka gak akan berani ngapa-ngapain. Rumah mereka tuh kan deket sini semua, kalau macem-macem tinggal dilaporin terus didatengin polisi. Alasan kenapa mereka santai - santai aja malakin anak - anak Pasundan 2 itu ya gara - gara gak ada yang ngelaporin aja." kak Reza melanjutkan.

"Kak..dia bilang Putri tuh pernah dibawa ke base camp mereka terus dipake rame - rame tau." kata ku.

"Hah Serius?" kak Reza terdengar kaget.

"Iyaaa.. tadi Edo ngomong gitu.. aku juga waktu itu mergokin Itonk sama Putri ML di toilet cewek. Itonk kan anak XTC kak, jangan - jangan emang bener Putri udah pernah dibawa ke base camp mereka"

Kak Reza terdiam sejenak lalu menghela nafasnya.

"Sayang.. Kamu gak usah terlalu ngedenger perkataanya si Edo. Orang - orang kaya gitu ngomong nya besar sama gak bisa dipercaya. Mereka suka ngelebih - lebihin, aku yakin pasti dia tadi ngomong gitu cuma buat intimidasi kamu. Terus karena dia tau kamu sama Putri temenan, makanya dia bawa - bawa nama Putri." ujar kak Reza.

"Loh ngapain dia bohong kayak gitu kak?" aku masih percaya kalau apa yang dikatakan Edo itu semuanya benar terjadi.

"Ya orang kayak gitu kan ga ada masa depan Fa, hidupnya ancur, pengangguran, gak punya skill apa-apa, ya otomatis social skill nya juga jeblok. Interaksi mereka sehari-hari cuma sama orang-orang yang ancur juga. Jadi mereka gak tau dong gimana cara yang bener ngobrol sama cewek? Apalagi cewek kaya kamu, mereka pasti ngiranay kamu tuh cewek-cewek bispak gitu yang gampang diajak begituan. Dia bawa-bawa Putri mungkin ngiranya kamu bakal mau kalau temen kamu juga mau. Udah ya sayang ga usah takut lagi" ujar kak Reza.

Perkataan kak Reza tadi terdengar masuk akal, kenapa juga aku langsung percaya dengan semua omongan Edo. Wajah ku masih terasa basah walau air mata ku sudah mulai berhenti mengalir.

"Sini peluk" ujar kak Reza.

"Aaahhh butuh banget dipeluk" rengek ku seperti anak kecil. Aku menyeka air mata ku dan mengelap wajah ku yang basah.

"Kalo mau sekarang aku tinggal jemput loh sayang, rumah aku sepi" ujar kak Reza sambil terkekeh.

"Ihhh... orang lagi gemeteran dia malah ke situ aja pikiranya" bentak ku, walau kesal namun perkataan kak Reza tadi membuat ku tersenyum karena merasa dengan keberadaan nya semua nya menjadi normal kembali.

"Yee orang cuma mau meluk, dih siapa coba yang mikirnya ke sana terus sekarang?" kak Reza meledek ku.

"Ihhhh mana mungkin cuma meluk aja ahahaha" aku masi menyeka air mata ku yang tersisa dengan jempol ku yang juga ikut basah karenanya.

"Ih beneran aku meluk aja, kan Fafa lagi butuh peluk sekarang, tapi kalau Fafa butuh yang lain ya aku kasih" ujar kak Reza.

"Tuh kan mesummm!! Dasar jeleeeeeekk!!!" aku tersenyum lebar, rasa takut ku hilang seketika. Kak Reza memang hebat, dia bisa membuat ku tenang kembali tanpa banyak usaha.

"Iya deh mesum, sama - sama mesumm tapi yaa aku gak mau mesum sendiri heheheh" ujar kak Reza.

Aku ikut tertawa mendengar perkataan kak Reza, dada ku tak lagi terasa sesak oleh rasa takut. Rasa takut ku tergantikan oleh rasa hangat kasih sayang dari kak Reza.

"Sayang aku mau nanya dong" ujar kak Reza.

"nanya apa? pasti aneh aneh nih" saut ku dengan nada curiga.

"Hmm...kamu kenapa kalo aku yang lecehin gak kayak gini? Malah mau - mau aja." tanya kak Reza dengan nada datar..

"Haaaah? Emang kak Reza pernah ngelecehin aku?" aku balas bertanya.

"Ih dia ga sadar apa gimana sih hahaha. Hmm.. pernah kan waktu kita ML.. aku manggil kamu eng.. lonte gitu.. kamu ga marah. Aku malah lecehin kamu gak cuma verbal tapi fisik juga lagi hahaha"

"Eh ya Beda atuh kak.. kan itu kamu yang lecehin aku.. Lagian aku juga tau itu kan cuma karena kita lagi nafsu aja makanya kamu kaya gitu kan? Aku kan udah tau aslinya kak Reza tuh bukan orang kayak gitu"

"Ohhh jadi kalo udah birahi dilecehin ga apa-apa ni" nada menggoda yang diiringi dengan sarkasme kak Reza terdengar oleh ku.

"Ihhh apa sih kak! Ya engga atuh, mana mau aku dilecehin sama orang selain kamu."

"Ohh.. kirain Fafa kalau udah birahi apapun bisa terjadi" ledek kak REza.

"Kaka apaan sihhhhhh!! Kesel ah, aku tutup nih telpon nya" ancamku.

"Eh..iya iya maap becanda sayang, biar kamu gak takut lagi" ujar kak Reza.

"Jangan gitu ah kak, ntar aku keinget lagi sama kejadian barusan" aku mendengus kesal.

"Hmmm sebaiknya sih jangan dilupain sih Fa" ujar kak Reza.

"Hahhhhh ko jangan dilupain? Kalo diinget yang ada bikin aku takut terus atuh kak gimana sih??" Aku mengerutkan kening ku mendengar perkataan kak Rea barusan.

"Gini gini denger dulu..Hmm..kalau aku di posisi kamu dari pada aku lupain mending aku membuat diri jadi terbiasa sama hal itu."

"Hah terbiasa gimana? Masa kamu mau aku terbiasa dilecehin sama orang lain kak?" aku semakin gak ngerti dengan jalan pikiran kak Reza.

"Bukan bukan gitu.. Jadi kamu tuh siapin mental dan mindset kamu dengan menganggap hal kayak gitu tuh gak bikin kamu takut lagi. SOalnya kalau kamu ngelupain, ntar suatu asat itu kejadian lagi kamu nya bakal takut lagi kayak sekarang" lanjut kak Reza.

"Hmm... aku gak gitu ngerti sih kak, emang bisa ya bikin kita gak takut lagi?" tanya ku.

"Hmmm aku mending kasih contoh kali ya.. Misalnya orang takut sama ruangan gelap, biar gak takut lagi dia akan nyoba tidur dengan keadaan lampu mati pas malem. Lama - lama dia terbiasa dan mungkin bisa menikmati" ujar kak Reza.

"Ohhh.. iya ngerti sih, jadi aku harus sering - sering dilecehin gitu ya kak biar ga takut lagi? Hmm... aku gak mau tapi kak tetep, masa aku harus minta ke orang lain buat dilecehin?" aku semakin bingung.

"Ya ga gitu sayang ku hahahahaha" kak Reza tertawa seakaan aku baru saja mengatakan sesuatu yang bodoh.

"Ihhh ya gimana atuh, kamu tau kan aku lemot soal beginian"

"Gini gini.. kamu kan kalau aku yang ngelecehin ga takut kan?"

"Iya" jawab ku singkat.

"Nah ya udah gimana kalau aku lecehin kamu tapi kita role play gitu. Pura-pura nya aku anggota geng motor" ujar kak Reza.

"Ih muka kamu tuh baby face ga ada serem-serem nya gimana aku bisa takut sayang hahahahah" aku tertawa membayangkan wajah kak Reza sok garang, duh lucu banget.

"Yee malah ngeledek, ya udah kamu bayangin orang lain juga ga apa-apa" ujar kak Reza lagi.

"LOh ko bayangin orang lain, kan lagi sama kak Reza."

"Ya udah gini deh mau coba ga? Kita praktekin sekarang" ujar kak Reza lagi.

"Hm..." aku agak ragu sebenarnya, tapi biasanya kak Reza pinter soal masalah piskologis gini jadi akhirnya aku pun mengangguk dan setuju walau kak Reza tidak bisa melihat ku.

"Ok deh kak, tapi kalau aku gak suka kita berhenti ya" pinta ku.

"Iya sayang, kalo kamu gak nyaman kamu bilang aja NANAS gitu. Itu kita jadiin safe word" ujar ka Reza.

"Hm... oke, kalo aku bilang nanas kita berhenti ya kak"

"Ya udah sekarang kamu cari sesuatu buat nutup mata kamu" perintah kak Reza.

"Hah buat apaaan kak?"

"Buat nutup mata kamu, soalnya kalo merem doang nanti kamu sewaktu-waktu bisa melek terus ilang konsentrasinya. Kalau ditutup pake kain gitu, lebih gampang bikin kamu fokus." ujar kak Reza menjelaskan

"Oke bentar" aku melihat sekeliling ku dan aku teringat akan scarf hitam milik ku ketika melihat lemari pakaian. Aku segera mengambil nya dan kembali ke atas kasur dengan scarf hitam milik ku. Scarf ini tidak terlalu panjang namun bahannya sangatlah lembut di kulit ku.

"Udah nih kak" aku menggenggam scarf itu ke atas dengan gerakan seperti menunjukan scarf itu ke kak Reza, seakan dia ada di hadapan ku.

"Oke kita voice call aja ya, jadi biar kamu terjaga konsentrasinya" ujar kak Reza lagi.

"okeeey" jawab ku singkat, nada suara ku entah kenapa kalau ngobrol dengan kak Reza seperti anak kecil.

"Sekarang Fafa tutup mata Fafa pake scarf nya. Ga usah kenceng-kenceng yang penting mata kamu ketutup gak bisa ngelihat apa pun. Oh kalo bisa pake air pod aja Fa, jadi kamu ga usah pegang HP nya." lanju kak Reza.

"Oke bentar kak" aku meletakan Hp ku di pangkuanku dan merogoh air pod ku yang terletak di meja rias ku yang tak jauh dari kasur dan memakainya di telinga ku. Setelah itu aku segera melilitkan scarf itu di kepala ku sehingga mataku tak lagi bisa melihat apapun karena tertutup oleh scarf hitam itu.

"Oke udah kak." sesekali tangan ku merapihkan scarf itu karena ikatan ku yang tidak terlalu kuat membuat nya agak mudah turun.

"Sekarang Fafa tiduran, cari posisi yang relax aja ya, se releks-releksnya, senyaman-nyamanya" kak Reza kembali memberi instruksi.

AKu dengan hati-hati agar tidak terantuk dengan bagian kepala dipan kasur meraba-meraba sekitar ku sambil menurunkan tubuh ku hingga akhirnya aku bisa berbaring dengan kepala ku di atas bantal ku.

"Udah kak.." jawab ku patuh.

"Oke nanti kamu gak usah jawab semua instruksi yang aku kasih sewaktu kita mulai roleplay ya sayang. Kamu imajinasiin aja apa yang aku bilang, kalau mau respon boleh aja tapi sih tapi harus in character. Kamu sebagai anak cosplay pasti paham lah" ujar kak Reza.

Mendengar itu aku jadi terbayang ketika aku sering lomba cosplau dimana aku harus bersikap dan berbicara layaknya karakter yang sedang kuperankan. Dulu aku sering banget juara satu dan mendapat penghargaan sebagai peserta terbaik karena setiap kali aku sudah memakai kostum, karakter yang sedang kuperangkan seakan merasuki tubuh ku. Gaya bicara, reaksiku, akan persis sama dengan karakter yang kuperankan. Sehingga perintah kak Reza tadi dapat segera ku mengerti.


"Oke kita mulai,, jadi ceritanya kamu diculik sama geng motor. Aku jadi ketuanya"

"Hmphhhfffffffttt" Aku menutup mulut ku menahan tawa ku membayangkan kak Reza menjadi ketua geng motor.

"Sayang serius atuh ih" gerutu kak Reza.

"eh iya iyaaa maaaaf" jawab ku sambil menahan tawa ku.

"Oke jadi ceritanya kamu diculik terus disekap di basecamp. Mata kamu ketutup, terus ke dua tangan kamu diiket pake tali. Di ruangan itu udah ada beberapa orang yang sedang lagi menikmati pemandangan yang gak biasanya mereka lihat. Mereka lagi memandang tubuh kamu, baju seragam kamu udah dilucutin sama mereka. Cuma tinggal tanktop dan celana dalam kamu.

Mendengar itu dengan sendirinya aku menaruh ke dua tangan ku ke atas kepala ku, membuat posisi ku sama persis dengan apa yang digambarkan oleh kak Reza.

"Kamu gak bisa ngeliat apa - apa tapi kamu bisa ngerasain keberadaan mereka, kamu bisa ngerasain setidaknya ada 4 orang di ruangan itu" kak Reza kembali melanjutkan narasinya.

Scarf ini membuat ku lebih mudah membayangkan perkataan kak Reza barusan, karena seketika itu juga aku seperti merasa ada beberapa orang di kamar ku. Aku juga membayangkan diri ku sedang dikelilingi oleh beberapa orang walau dalam imajinasiku wajah mereka nampak buram.

"Mereka berjalan ngedeketin kasur kamu Fa.. semakin dekat, kamu bisa ngedenger nafas mereka yang udah ga kuat buat ngerasain tubuh kamu." Caraa bicara kak Reza semakin lambat, seperti orang yang sedang menghinotis.

Kak Reza diam tidak melanjutkan perkataanya, namun imajinasi ku masih terus berlanjut. Aku membayangkan ada tiga orang yang sedang mengelilingku, melangkah pelan mendekati ku yang terbaring dengan tangan terikat. Aku membayangkan tangan - tangan mereka mulai menjulur untuk menyentuh ku, namun karena kak Reza belum melanjutkan narasinya, di imajinasiku seakan tangan-tangan mereka berhenti sangat dekat dengan tubuh ku. Aku menunggu instruksi kak Reza dengan penuh antipasi membuat ku menggigit bibir bawah ku.

"Kamu mulai bisa ngerasain ujung jari-jari mereka mulai menyentuh tipis tanktop kamu yang tipis. Bergerak - bergerak menelusuri lekuk tubuh kamu namun mereka hati - hati banget buat gak nyentuh daerah kewanitaan dan toket kamu"

"Mhphffff..." aku merinding mendengar itu, aku merasa sekujur tubuh ku seperti digerayangi oleh tangan-tangan nakal. Rasa geli menjalar ke seluruh tubuh ku padahal kak Reza hanya melakukan ini dengan suaranya.

"Akhirnya kamu bisa merasakan jari-jari mereka mulai nakal dan menelusuri toket kamu sampai akhirnya jari salah seorang dari mereka menyentuh puting kamu yang udah keras" lanjut kak Reza.

"mmphh..." aku menutup mulut ku yang hendak mengeluarkan desahan.

"Jari-jari mereka semakin berani, kemudian mencubit-cubit puting kamu pelan sambil menyentil puting kamu sesekali dari bagian luar tanktop kamu. Semakin lama cubitan itu semakin keras dan akhirnya tangan mereka meremas toket kamu. Toket kamu msaing-masing diremas-remas sama orang yang berbeda Fa" Suara kak Reza ikut terdengar berat, yang berarti kak Reza juga ikut birahi dengan narasinya.

Ku turunkan kedua tangan ku dari atas kepalaku, dan aku mulai meremas-remas sendiri toket ku dari luar tank top ku. Kugerakan kedua tangan ku sesuai dengan narasi yang dikatakan oleh kak Reza. Ku remas-remas pelan pada awalnya sambil sesekali kucubit-cubit puting ku dari bagian luar tanktop ku yang tipis.

"Salah satu dari mereka naik ke atas kasur dan duduk di dekat kepala kamu, kamu bisa ngerasain tanganya sekarang lagi ngeraba pinggang kamu. Gak lama kemudian orang itu membantu kamu buat duduk, terus badan kamu disenderin ke dada dia" lanjut kak Reza.

Aku segera mendudukan diri ku, aku memposiskan bantal ku berdiri dikepala kasur sehingga aku bisa menyandarkan tubuh ku ke bantal tersebut.

"setelah itu orang yang di belakang kamu meremas-remas toket kamu Fa.. setelah itu tanganya turun ke bawah dan tnaganya diselipkan masuk ke dalam tanktop kamu. Lalu tanganya digerakin ke atas ngebuat bagian bawah tanktop kamu ikut naik ke atas. Perlahan-lahan kulit kamu semakin kebuka sampai akhirnya kamu bisa ngerasin bagian sisi jempol orang itu nyentuh bagian pinggiran toket kamu. Tangan itu berhenti namun akhirnya dia menggenggam bagian bawah tanktop kamu dan menariknya ke atas hingga akhirnya toket kamu pun mencuat keluar tanpa ngelepas tanktop kamu dari badan kamu. Jadi bagian bawah tnaktop kamu itu ketahan sama toket kamu Fa yang bulet sempurna, sekel dan kenceng" ujar kak Reza lagi.


Kedua tangan ku mengikuti gerakan tangan pria yang ada di imajinasiku, ku angkat tanktop ku dan ku gunakan toket ku sendiri untuk menahan tanktop ku agar tidak turun ke bawah.

"Cowo yang di belakang kamu segera ngeremes - remes toket kamu Fa.." ujar kak Reza lagi.

Tangan ku pun mengikuti gerakan narasi kak Reza, ku remas- remas toket ku sendiri sambil sesekali memilin-milin puting ku. Aku bisa ngerasain kalau memek aku udah mulai basah, ingin sekali aku menyentuh nya namun karena kak Reza belum memberikan instruksi... aku terpaksa menahan diri ku.


"Terus ada cowok lain yang naik ke kasur dan posisinya di deket kaki kamu Fa."

Mendengar itu aku merasa seperti benar-benar ada orang yang sedang berlutut di dekat kaki ku, aku secara reflek menekuk kaki ke arah ku dan menutup nya rapat-rapat. Instruksi kak Reza seperti sangat singkron dengan apa yang ku imajinasikan.

"Laki-laki itu megang ke dua lutut kamu terus dengan paksa ngebuka kaki kamu lebar-lebar." Sudah tentu aku segera membuka kaki ku lebar- lebar walau masih menekukan kaki ku.

"Cowok itu nyium-nyium paha kamu ke atas sampe akhirnya kamu bisa ngerasain nafass dia di memek kamu yang masih pake celana dalam. Laki-laki itu dengan gak sabar langsung melepaskan celana kamu Fa."

Aku segera melepas celana ku dengan terburu-buru dan kembali meposisikan kaki ku terbuka lebar. aku bisa meraskan cairan memek ku yang dari tadi sudah mengalir membuat sprei kasur di sekitar selangkangan ku menjadi basah.

"Ah..jangan.." aku meracau, imajinasi ku semakin terasa nyata.

"Diem! Udah nikmatin aja, kamu pasti puas di ewe sama kita rame-rame. Ga usah sok suci, kita tau kamu lonte" kak Reza menghardik ku, nada bicaranya kasar persis seperti Edo.

"A..jangan.. a.." aku mulai mengikuti permainan role play ini, aku benar-benar merasa seperti akan diperkosa oleh para anggota geng motor itu.

"jangan tapi memeknya ko udah basah sih? Udah pengen dimasukin banget ya?" kak Reza berbicara dalam karakter, namun entah mengapa aku tak lagi mendengar kak Reza dari suara itu. Aku teringat oleh Edo, nada bicaranya yang tak sopan dan sedikit mengancam kembali terdengar oleh ku. Wajah para pria di imajinasiku pun semakin terlihat jelas, aku bisa melihat wajah Edo sedang menikmati selangkangan ku dan Dadang teman Edo sedang meremas-remas toket ku. Aku juga bisa membayangkan Itonk sedang merekam kami bertiga sambil mengocok batang kemaluannya.

Seketika itu juga rasa takut kembali menyelimuti ku, aku kembali menggigil ketakutan. Rasa takut ini bahkan melebihi rasa takut ku saat Edo melecehkan ku di aplikasi EksisTV tadi.

"Udah...stop.."

"BERISIK LONTE! UDah ikutin aja. Kamu mau gue tampar? " hardik kak Reza. Hardikan kak Reza tadi mengagetkanku membuat aku menutup mulut ku rapat-rapat. Aku tak lagi mendengar suara ramah dan penuh kasih sayang kak Reza, walau aku tau itu adalah kak Reza namun entha kenapa aku tetap membayangkan Edo yang sedang berbicara dengan ku.


Kak Reza terus memberi instruksi dengan nada galak, berbeda dengan narasinya di awal tadi yang lembah lembut. Lama-lama aku tak lagi mendengar suara kak Reza, aku merasa seperti terbangun dari mimpi dan imajinasiku terasa begitu nyata. Aku sedang dikelilingi oleh Edo, Itonk, dan Dadang. Seluruh perkataan kak Reza begitu nyata terbayang oleh ku, aku seperti dalam keadaan trance. Aku tak lagi merasa aku berada di kamar ku, tapi aku berada di basecamp geng motor itu bersama Edo, Dadang, dan Itonk.

Selagi imajinasi ku terasa nyata, aku mulai melanjutkan remasan-remasan ku ke toket ku yang kata orang - orang sekel sempurna. Ku mainkan puting ku dengan memilin-milinnya, rasa geli yang menjalar keseluruh tubuh ku membuat badan ku menggeliat-geliat turun hingga akhirnya aku kembali berbaring. Kak Reza terus memberikan narasi yang berubah menjadi imajinasi ketika suaranya memasuki telingaku.

"Mphh jangan..a Edo.." aku meracau menyebutkan nama Edo. Aku merasakan perasaan baru yang tak pernah kurasakan sebelumnya, rasa takut dan birahi yang bercampur menjadi satu. Tangan kanan ku kemudian mulai meraba-raba tubuh ku selagi tangan kiri ku terus meremas-remas toket ku sendiri. Badan ku menggeliat-geliat pelan di kasur setiap kali tangaku melaukan pergerakan.

Ku turun kan tangan kanan ku semakin ke bawah sampai akhirnya ujung-ujung jari ku menyentuh bulu-bulu memek ku yang sekarnag sudah mulai tumbuh kembali. Bulu-bulu memek ku memang sangatlah lebat jika tidak dicukur tapi setidaknya seminggu sekali aku selalu rajin mencukurnya karena merasa tidak nyaman jika memek ku penuh dengan bulu. Ku selipkan jari tengah ku ke belahan memek ku yang sudah terasa hangat.

"Ohh..a Edo..mmhpppfff" imajinasi ku semakin liar, aku membayangkan Edo sedang membenamkan wajah nya ke memek ku saat ini. Aku udah gak sadar lagi sama keadaan di sekelilingku, membuat ku tak menyadari kalu sedari tadi EksisTV ku masih berjalan dan lawan bicara ku saat ini dapat dengan jelas melihat apa yang sedang kulakukan. Kamera webcam dengan sempurna mengarah ke arah ku, menampilkan tubuh ku yang putih dengan pakaian yang sudah tidak terpakai degan rapih sedang memuaskan diri nya sendiri. Posisi ku membuat bagian tubuh ku dari atas sampai lutut ku terlihat dengan jelas di layar lawan bicara ku yang tanpa sepengetahuan ku sedang menikmati pertunjukan yang kuberikan secara gratis. Suara laptop yang masih dalam keadaan mute menyebabkan tak ada satu pun suara yang keluar dari speaker laptop ku.

ku tekan bibir memek ku dengan jari tengah dan jari manis ku, samabil ku goyang-goyangkan ke dua jariku dengan cepat, sambil sesekali ku selipkan jari tengah ku di belahan bibir memek ku. Aku membayangkan a Edo menggunakan lidahnya membelah bibir memek ku sambil jempolnya menekan clitoris ku. Ngebayangin cowok berandalan seperti Edo menikmati tubuh ku memberikan sensasi yang tak bisa kujelaskan. Aura menyeramkan yang terpancar dari dirinya membuat tubuh ku merinding, menyebabkan sekujur tubuhku jadi lebih sensitif dari biasanya.

"Mhhphf...ahhh" desahan ku terdengar semakin keras, menandakan birahi ku sudah mengambil alih akal sehat ku. Aku tak lagi menahan desahan - desahan yang keluar dari mulut ku, suara ku semakin keras beriringan dengan permainan jari - jari ku yang mencabuli memek ku sendiri. Ku cubit puting ku dengan keras dan menariknya sehingga daging toket ku ikut tertarik oleh cubitan ku, rasa sakit yang kurasakan seketika itu juga berubah memberikan sensasi tersendiri kepada tubuh ku.

"Ahh... kak Reza.. Fa mau diperkosa" ujar ku meracau. Tepat saat aku ingin memasukan jari ku ke dalam memek ku, terdengar suara laki - laku memanggil nama ku.

"Dede kamu ngapain!!!!!" suara familiar itu membuat ku segera tersadar dari kegilaan ku. Aku segera mendudukan tubuh ku dan tangan ku menarik scarf ku ke bawah sehingga aku bisa melihat siapa pemilik suara itu.

Mata ku melotot saat melihat A wildan sudah berdiri di depan pintu kamar ku yang terbuka lebar. A Wildan memergokiku, adik kandung nya yang sedang bermasturbasi dan juga setengah telanjang. Segera ku ambil bantal dan menutup tubuh ku, ku tarik kaki ku ke arah ku untuk menutupi memek karena bantal ku tak cukup besar untuk menutupi seluruh tubuh ku walau aku dalam posisi duduk. Celana dalam ku saat ini masih terkait di pergelangan kaki kiri ku. Ku lepaskan scarf yang ku kenakan, untung saja ikatan ku tidak terlalu kuat sehingga dengan satu tarikan scarf itu pun terlepas. Ku lepas air pods yang ku kenakan, tak lupa juga kumatikan call ku dengan kak Reza.

Kami pun akhirnya saling bertatapan, entah sudah berapa lama a Wildan berdiri di depan pintu ku.

Kami saling terdiam, saling menatap, seperti saling menunggu salah satu dari kami membuka suara. Mata ku melirik ke arah laptop dan seketika itu mata ku terbelalak melihat layar laptop ku yang masih melakukan perackapan di EksisTV. Seorang bapak - bapak sedang mengocok kontol nya sambil menatap ke arah ku tajam. Perhatian ku dari a Wildan teralihkan untuk beberapa saat karena sadar dari tadi aku mempertonton kan tubuh ku kepada bapak itu. Melihat ku yang tak lagi menatap nya, mata a Wildan mengikuti arah tatapanku. Mata nya seketika itu terbelalak melihat layar laptop ku yang sudah sedikit bergeser karena geliatan-geliatan ku sehingga a Wildan dapat melihat sebagian layar laptop ku.

"De...kamu streaming sambil.." belum sempat a Wildan menyelesaikan kata-katanya aku segera menutup layar laptop itu dan kembali melihat ke arah nya sambil tetap mempertahan kan bantal ku agar tetap menutupi bagian dada ku.

"A dede bisa jelasin.." aku akhirnya membuka mulut.

A Wildan menelan ludah nya dan kembali terdiam, kemudian menggelengkan kepalanya dan memutar balikan badanya untuk melangkah kembali ke kamarnya.

"Aa Bentaaaar!" aku memanggilnya, dan dengan tergopoh - gopoh menurunkan tanktop ku yang tersingkap. Aku segera turun dari kasur ku sambil berusaha mengenkan kembali celana ku. Aku melompat-lompat saat kaki ku tersangkut ketika mengenkann celana ku, dan segera mengejar nya ketika aku berhasil mengenakan celana ku kembali.

"A.. bentar a tunggu!" aku mengejar a Wildan dan menahan dirinya dengan memegang pergelangan tanganya. A Wildan memutar kan badanya dan dan melihat ke arah ku.

Wajah nya nampak bingung, tidak tau respon apa yang pantas untuk situasi seperti ini.

"Udah ga apa - apa ko de.." ujar a Wildan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman ku, tapi aku semakin mencekram tanganya dengan kuat.

"a.. please a.. denger dulu"

"Denger apa de.. ga ada yang harus dijelasin" ujar a Wildan dingin.

"a itu..tadi ga sengaja.."

Dahi nya berkerut mendengar penjelasanku.

"udah nanti aja de ya kita bahas nya bareng bapa sama ibu sama teteh juga." ujar a Wildan dingin, sambil menggunakan tanganya satu lagi untuk melepaskan cengkraman tangan ku dipergelangan tanganya.

"Aa! please jangan bilang ke bapa sama ibu. please"

"Lepasin ya Fa, udah gpp kok." ujar a Wildan tak menggubris rengekan ku.

"a Wildan pleas a wildan.. jangan bilang ke bapa sama ibu." aku merengek hampir menangis.

"PLAKK!!!" a wildan menampar wajah ku dengan keras.

"DASAR YA LO TUH MAU NGELONTE APA GIMANA!! BIKIN MALU KELUARGA AJA! ITU ORANG NGELIAT KAMU KAYAK GITU, EMANG KAMU GAK PUNYA MALU? KALO ITU ORANG NGE REKAM KAMU GIMANA?!!! TERUS KESEBAR! KELUARGA KITA BISA MALU ANJING!!!" lepas sudah emosi a Wildan, tanganya menoyor kepala ku setiap dia menyelesaikan kalimat nya.

Aku hanya bisa terdiam menerima ceramah dari kaka laki-laki ku.

"UDAH SANA BALIK KE KAMAR! TERSERAH KAMU MAU NGE LONTE, MAU PAMER AURAT TERSERAH!! KITA OMONGIN LAGI NANTI PAS ADA BAPAK SAMA IBU!!" bentaknya lagi sambil kembali melangkah ke arah kamar nya.

"aa... please aa jangan bilang ibu sama bapak" aku merengek, sambil menangis.

"BRUK" a Wildan mendorong tubuh ku hingga aku duduk terjatuh dan berjalan ke kamarnya, kaki ku terasa lemas. Aku hanya bisa pasrah ketika dia membanting pintu kamarnya tertutup.

Nyawaku seakan meninggalkan tubuhku, wajahku menjadi pucat saking ngerinya membayangkan apa jadinya jika a Wildan memberi tahu semua hal ini kepada ke dua orang tuaku. Aku bisa membayangkan wajah kecewa ke dua orang tua ku. Tiba - tiba sebuaah ide muncul di kepalaku dan dengan segera aku berdiri dan berlari ke arah kamar ku. Ku ambil ransel ku yang menggantung di lemari bajuku, ku masukan beberapa pasang tanktop dan celana dalam serta celana pendek juga beberapa set kaos dan celana jeans. Ku ambil laptop kak Reza yang tergeletak di atas kasur dan dengan susah payah ikut kumasukan ke ransel ku yanag sudah cukup sempit karena penuh dengan baju-baju ku. Aku lalu mengambil hoodie berwarna pink dari lemari bajuku dan mengenakanya.

Ku masukan chargeran dan setelah mengecek kalau aku juga sudah membawa dompet ku aku meraih HP ku dan segera berlari ke luar rumah. Ku kenakana sepasang sendal jepit, dan dengan tergesa-gesa aku membuka pagar dan segera berlari menjauh dari rumah ku. Sesampai nya di depan gang rumah ku yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahku aku mencari ojek pangkalan. Untung saja tak jauh dari situ seorang bapak-bapak ojek sedang menunggu penumpang. Segera kupanggil bapak itu, dengan tergopoh - gopoh dia memakai helem dan naik ke atas motornya segera menghampiri ku.

"Kemana neng?" tanya bapak itu.

"Ke jalan XX XX pak!" kata ku tergesa - gesa naik ke atas motornya dan menepuk-nepuk punggung nya dengan cepat. Bapak itu mengangguk dan kami pun segera meluncur menuju alamat yang ku sebutkan tadi.

Aku segera membuka layar HP ku yang dari tadi ku genggam dengan erat dan menelpon kak Reza. Untung saja kak Reza langsung menjawab telpon ku.

"Fa kamu kenapa? Telpon nya tiba-tiba mati."

"Kak... aku kerumah kamu sekarang.. udah di jalan.. aku nginep!" suaraku mencoba menyampaikan rencanaku dengan cepat.

"Oh..i..iya Fa. Aku tungguin" ujar kak Reza dengan nada suara bingung.

Angin malam menerpa pipi ku, pikiran dan hati ku saat ini seperti benang kusut. Aku gak tau lagi harus apa, terbayang-bayang wajah kecewa A Wildan tadi.. Aku ingin menangis,. Aku butuh kak Reza.
 
Chapter 22: (Fafa) It's all Downhill From Here


Tak butuh lama aku pun sampai di depan rumah Kak Reza dan terlihat cowok ku sedang menunggu di depan pintu rumahnya. Setelah membayar ojek itu aku segera berlari ke arah kak Reza dan memeluk tubuh nya erat - erat.

"Eh kamu kenapa Fa?" ujar kak Reza yang agak kaget sebelum akhirnya ikut memeluk ku. Aku membenamkan wajah ku di dadanya.

Aku tak menjawab pertanyaanya, mata ku seketika itu banjir oleh air mata membuat kaos yang dikenakanya menjadi basah.

"Loh.. kamu kenapa Fa? Hey.. hey.. sshhh" kak Reza mencoba menenangkan ku, ke dua tangan nya kemudian memegang ke dua pundak ku dan menjauhkan tubuh ku agar dia bisa melihat wajah ku.

Tanganya lalu memegang ke dua pipi ku sambil menatap ku dengan khawatir.

"Sayang kamu kenapa?" tanganya sesekali menyeka air mata ku.

Aku kemudian menyeka air mata ku, mencoba menjelaskan apa yang baru saja terjadi.

"t..tadi..a..a Wildan..mergokin Fafa..lagi kaya gitu..hiks.. te..terus ngancem mau bilang ke ibu sama bapa.." aku sesenggukan mencoba menjelaskan kejadian di rumahku tadi.

Mata kak Reza sedikit membesar, mungkin kaget mendengar itu. Namun dengan cepat dia segera tersenyum sambil menenangkan ku dan memeluk ku lagi.

"shh.. udah udah.. nanti aja ngomong nya. yuk masuk dulu" kak Reza lalu merangkul ku dan menggiringku ku ke dalam rumah. Setelah menutup pintu depan, Kak Reza kembali merangkul ku dan membawa ku ke kamar nya.

Kak Reza lalu mendudukan ku dipinggiran kasur, sambil masih mencoba menenangku dengan mengusap - ngusap pundak ku.

"Udah tenang ya sayang..shhh.. Aku ada di sini kok, kamu tenang aja ya."

Aku segera memeluk nya dan membenamkan wajah ku ke perut nya, kak Reza dengan sigap segera memeluk ku dan mengelus-ngelus kepala ku sambil sesekali mencium ubun-ubun ku.

"Ya udah sok abisin dulu nangisnya" ujar a Reza yang sekarang mengusap - ngusap punggung ku.

Aku pun menangis sejadi-jadinya sambil tetap membenamkan wajah ku di perutnya. Suara tangis ku setidaknya terbunkam oleh kaos kak Reza.

Setelah beberapa saat aku mulai tenang walau masih sesenggukan, kak Reza kemudian memegang pundak ku dan melepaskan pelukan ku agar dia bisa melihat wajahku.

"Udah ya tenang ya sayang, ga usah dipikirin lagi, ada aku sekarang" ujar kak Reza.

Aku menyeka air mata ku sambil mengangguk-angguk pelan.

"Sini tasnya aku taro dulu" kak Reza melepaskan ransel yang ku kenakan dan menaruhnya di atas meja belajar nya. Aku lalu melepas Hoodie ku dan memberikanya kepada kak Reza untuk di taruh di atas tasku. Aku sekarang hanya menggunakan tanktop tipis dan celana pendek. Aku kemudian menidurkan tubuh ku di atas kasurnya dengan posisi menyamping membelakangi kak Reza. Pikiran ku yang kacau sudah mulai tenang, gak lama kemudian aku bisa merasakan ka Reza ikut naik ke atas kasur.

Kak Reza lalu memeluk ku dari belakang, aku memegang pergelangan tanganya dan menariknya hingga pelukan nya semakin erat. Aku bisa merasakan nafas nya di tengkuk ku. Seketika itu juga aku bisa tenang dan tak lagi memikirkan kejadian di rumah ku dengan a Wildan tadi.

Kak Reza sesekali menciumi rambut ku di daerah ubun-ubun, aku yang dari tadi menggenggam tanganya kemudian mencium-cium tanganya yang mengepal.

Untuk beberapa saat ruangan itu hening, hanya terdengar suara ku yang seeskali masih sesenggukan kecil. Mata ku menatap ke depan dengan tatapan kosong. Aku memikirkan betapa bodohnya aku tadi, seandainya saja aku memastikan dulu kalau pintu ku tertutup pasti kejadian tadi tak akan terjadi.

"Kak.." panggil ku tiba-tiba.

"Iya sayang?" kak Reza agak mengangkat kepalanya agar dia bisa melihat wajahku.

"Aku kalau tinggal di sini boleh ga?" tanya ku.

Kak Reza tersenyum dan menyisir rambut ku dan mengaitkannya ke kuping ku agar wajah ku tak terhalangi dari matanya.

"Boleh sayang.. mau selama nya juga boleh" ujar kak Reza.

Aku tersenyum, mendengar itu. Terbayang oleh ku hari - hari kami jika kami tinggal serumah selamanya. Sarapan bareng, Tidur bareng tiap hari, dusel-dusel non-stop, nonton filem non-stop, aku bisa masakin makanan buat dia. Membayangkan itu membuat ku tersenyum kecil, aku tak lagi memikirkan soal keluargaku, soal sekolah ku, soal kejadian - kejadian beberapa hari ke belakang. Semua nya sirna, aku hanya merasakan kehangatan pelukan kak Reza saat ini.

kak Reza mencium pipi ku beberapa kali kemudian menaruh dagunya di atas pipi ku.

"I wish we were married." ujar kak Reza lalu kembali mencium-cium pipiku. Tangan kanan ku lalu memegang pipi nya sambil tetap melihat ke depan. Ciuman kak Reza semakin lama semakin cepat, dan kemudian kak Reza mencium - cium leher ku.

Seketika itu rasa geli familiar menjalar ke seluruh tubuh ku, kak REza kemudian kembali mencium - ciumi pipi ku. Aku kemudian menoleh ke arahnya dan kemudian kami pun berciuman. Ciuman yang sangat dalam dan lama. Kak Reza melepaskan ciumanya dan menatap ku, aku membalas tatapnanya dengan tatapan yang sangat dalam.

Kak REza mencium bibir ku lagi namun kali ini ciuman itu singkat dan dia kembali menatap mata ku. Aku menggaruk- garuk rambut belakang nya. Saat ini kak Reza terliaht begitu ganteng di mata ku, aku tak bisa berhenti menatapnya.

Kak Reza kembali mencium bibir ku sebentar, kemudian kembali mencium ku singkat, dan kemudian mencium ku agak lamaan sebelum kami kembali bertatapan.

Kak Reza lalu mencium ku kembali, namun sebelum dia sempat mengangkat kepalanya. Tangan ku yang dari tadi memegang bagian kepala kak Reza, menahanya agar ciuman kami tidak lepas. Kali ini aku yang berinisiatif menerobos mulut kak REza dengan lidah ku, dan kami segera berciuman dengan liar.

Sedikit demi sedikit tubuh ku bergerak ke arahnya hingga akhirnya aku terlentang dan kak Reza menindih tubuh ku. Toket ku tertekan oleh dadanya, tangan kak Reza memegang kepala ku. Ciuaman kami semakin liar, dan sedikit demi sedikit desahan keluar dari mulut kami.

"Mphh..mhhpph mmh..hhhh" ciuman ini adalah ciuman terliaar yang pernah kami lakukan. Tangan kanan kak Reza lalu turun ke bawah dan segera meremas-remas toket ku dari balik tanktop ku. Ciuman kak Reza berpindah ke leher ku dan aku segera memeluk kepalanya untuk menahan rasa geli yang teramat sangat dari permainan lidahnya di leher ku. Kak REza mencupangi leher ku, menghisap kulit ku dengan sangat kuat hingga meninggalkan bekas. Setelah selesai meninggal kan bekas, mulut kak Reza berpindah ke area leher ku dan membuat bekas cupangan baru.

"aAhh..sshh..ahhhh..mhh.." aku melayang, pikiran ku hanya terisi oleh dirinya. Bobby, Kang Enday, supir ojol, ancaman a Wildan se akan tidak pernah ada di otak ku. Kak Reza terus meremas-remas toket ku sambil sesekali mencubit puting ku dari luar tanktop.

"Rghhh..hhahh" kak Reza lalu memindahkan mulut nya ke kuping ku dan lidah nya bergerak - gerak membersihakan setiap sudit telinga ku. Aku meremas - remas rambut nya menahan rasa geli.

"Aahhhh..ahhh.. geli..ahhhh.. anjir.. ahhh" aku mendesah tanpa henti.

Tangan kak Reza yang satunya lagi meremas - remas rambut ku sambil tangan kananya tetap meremas-remas toket ku. Nafas kak Reza semakin beringas, dengan tak sabar kak REza lalu memasukan tanganya ke dalam tanktop ku dan langsung meremas toket ku. Kulit telapak tanganya yang kasar menyentuh toket ku secara langsung. Jari - jari nya tanpa henti juga bermain dengan puting ku. Dipilin, dicubit, ditekan dan diputar-putar selagi puting ku ditekan oleh jempolnya. Mata ku terus terpejam menikmati semua ini.

Kak Reaa lalu menghentikan seranganya, dan mendudukan tubuh ku. Tanganya lalu menggenggam bagian bawah tanktop ku dan dengan penuh nafsu kak Reza melepaskan tanktop ku dari tubuh ku hingga akhirnya tubuh ku tak lagi tertutup oleh tanktop itu. Di lempar nya tanktop itu dan kak Reza kembali menyerang ku dengan mulut dan tanganya.

Tanganya yang mermas toket ku lalu turun ke bawah dengan buru-buru. Tanganya dengan nakal diselipkan ke dalam celana pendek ku dan jari-jarinya menggosok - gosok memek ku dari bagian luar celana dalam ku.

Mulut nya lalu berpindah melahap toket ku dengan ganas.

"Haaaaahpp...ahh...ahh" mulut nya melahap toket ku, dan lidah nya langsung meliuk-liuk bermain dengan puting ku. Sesekakali kak Reza melepaskan toket ku dari mulutnya dan menjilat-jilati puting ku seperti se ekor anjing. Sesekali lidahnya mendorong puting ku, toket ku berlumuran oleh air liur nya.

"Aaaahhhhhh!!" aku memekik ketika kak Reza menggigit gigit kecil puting ku, membuat ku membuka mata ku melihat ke arahnya. Mata kak Reza terpejam, seakan kerasukan dengan ganas terus melahap toket ku.

Aku segera meremas - remas rambutnya dan mendongakan kepala ku ke atas.. mata ku kembali terpejam, menikmati permainan lidah nya.

Kak Reza lalu menyelipkan tanganya ke dalam celana dalam ku dan segera mengosok-gosok memek ku yang semakin basah.

Kak Reza kemudian menciumi dada ku, kemudian menggunakan tanganya yang satu lagi utnuk memegang toket ku dan digunakannya untuk menyuapkan toket ku yang sebelahnya lagi ke mulutnya. Kak Reza pun melakukan hal yang sama ke toket kiri ku.

Mata ku tak bisa berhenti memandangi cowok ku yang melahap toket ku layaknya binatang buas.

Kak Reza lalu kembali menciumi dada ku, mulut nya mulai turun ke pusar ku dan kemudian mencengkram celana pendek dan celana dalam ku. Kak Reza kemudian duduk berlutut di samping ku dan menarik celana pendek dan celana dalam ku. Hanya dengan satu tarikan, baik celana pendek dan celana dalam ku di tariknya lepas dari kaki ku. Kak Reza kemudian mengambil celana dalam ku dan meletaknanya di samping kepala ku.

Kak Reza lalu dengan paksa membuka ke dua kaki ku lebar - lebar dan segera membenamkan wajahnya di memek ku.

"Ahhh..mmhh." kaki ku, ku tari sedikit ke arah ku hingga kaki ku menekuk. Ke dua tangan ku meremas - remas rambut nya, mata ku tak bisa lepas terus menatap pacar ku yang saat ini lebih buas dari biasanya.

"Ahh..Mhhh.. ahh.." aku mulai menggoyang-goyangkan pinggul ku ke atas ke bawah, sambil sesekali mendorong kepala kak Reza hingga wajahnya terbenam oleh memek ku yang udah basah parah.

Lidah kak Reza memperkosa memek ku tanpa ampun, dibelahnya bibir memek ku dan dijilati daging bagian dalamnya dengan gerakan yang cepat namun stabil, gerakan pinggul ku mengikuti gerakan lidah nya yang sekarang menjilat - jilati memek ku yang dibuka nya dengan tanganya.

"Ahh..MMhhh. kak...masukin.. kak.. Fa ga tahan.." rengek ku.

Kak Reza membuak matanya dan melihat ke arah ku tanpa menghentikan kegiatanya, sambil terus menjilati memek ku kak Reza tersenyum. Kak Reza lalu berhenti menjilati memek ku dan bangun berlutut. Area sekitar mulut nya nampak sangat basah oleh cairan memek ku yang terus mengalir dari tadi. Sebelum kak Reza sempat menyeka cairan memek ku dari mulut nya aku segera bangun dan mencium bibirnya, Aku dapat mencium bau memek ku sendiri dimulut kak Reza, after taste memek ku semakin terasa ketika kak Reza membuka mulut nya untuk membiarkan lidah ku masul. Aku lalu menarik kaos yang dikenakan oleh kak Reza dan segera menyerang puting nya. Kujilati puting kak Reza dan sesekali kuhisap seperti bayi yang sedang meminum asi ibunya.

Tangan ku turun ke bawah dan meraba - raba selangkangan kak Reza dari balik celana jeansnya, dapat ku rasakan kontol kak Reza sudah sangat keras. Jari-jari ku mencoba mencengkram kontol nya dari balik celana jeansnya namun karena bahan jeans yang kuat membuat jari - jari ku tak bisa menggengam kontolnya sehingga terlihat seperti aku sedang memegang sebuah suling.

Aku lalu melepaskan puting kak Reza dari mulut ku dan dengan nada manja aku merengek.

"Fa mau ini" ujar ku sambil menggigit bibir ku dan menatap kak Reza dengan tatapan sayu.

Kak Reza lalu agak berdiri melepas kan sabuk dari celananya sampai sabuk itu lepas seutuh nya dari celana jeansnya. Aku dengan tak sabar segera membuka resleting celana kak Reza dan menarik celana jeans nya ke bawah dan menarik celana dalamnya hingga akhirnya kontol kak Reza mencuat keluar.

Segera ku lahap kontol kesayangan ku itu, yang walaupun size nya jauh banget kalo dibandingin Bobby, bang Feri, apalagi kang Enday aku tetap nafsu kalau kontol milik pacarku ada di depan ku.

"Happ,mmhhhh" kak Reza memegang bagian belakang kepala ku dan tanganya terus menempel di kepala ku selagi kepalaku bergerak maju mundur.

"Mhhh..mphhh.mhh." mulut ku penuh dengan kontol kak Reza.

"Fa stop Fa.. nanti keluar." ujar kak Reza.

Dengan mulut masih melahap kontolnya aku melihat ke arah kak Reza, sambil memberi tatapan yang kalau diartikan seperti aku berkata "hah udah mau keluar?"

Aku tak mengindahkan perintah kak Reza dan terus melahap kontol kak Reza, kak Reza lalu memegang kepala ku dan segera menjauh kan kepalaku dari kontolnya hingga kontol itu tak lagi di dalam mulut ku.

Kak REza kemudian memegng pipi ku, aku menatap ke arah nya sambil menyeka mulut ku yang basah oleh campuran precum kak Reza dan air liu ku.

"Nurut ya kalo aku bilang stop" ujar kak Reza sambil tersenyum.

"ughh... Fa masih mau.." rengek ku menatapnya dengan tatapan seperti anak anjing.

"Sabar sayang kita punya a whole night buat ini. Lagian kamu kok jadi jago banget aku sampe cuman bisa kuat bentar." ujar kak Reza.

Aku mendengar itu tersenyum bangga, mata ku terpejam karena begitu besar nya senyumnya yang terbentuk di wajahku.

"bentar ya sayang" kak Reza tiba-tiba turun dari kasur dan berjalan ke lemarinya. Kak Reza mengambil sebuah scarf kecil berwarna biru tua.

Aku masih berlutut di atas kasur. telanjang bulat. Kepala ku mengikuti pergerakan kak Reza yang sekarang berjalan kembali mendekati kasur. Aku baru notice pintu kamar kak Reza dari tadi tidak ditutup, tapi aku tidak begitu mempedulikan hal itu karena rumah kak Reza emang selalu sepi dan jarang sekali ada orang.

Kak Reza lalu membuka celana jeansnya sehingga sekarang ikut telanjang bulat, dan kemudian naik ke atas kasur dan merangkak mendekati ku. Kak Reza kemudian berlutut di samping ku namun posisinya sedikit di depan ku.

Kak Reza memperlihatkan scarf yang dipegang oleh nya, mataku melihat ke arah scarf itu dan kembali menatap matanya.

"Kamu pake ini ya sayang" ujar kak Reza.

Aku menggigit jari telunjuk ku dan mengangguk sambil tersenyum. Kak Reza lalu memakaikan scarf itu untuk menutupi mata ku. Aku dapat mencium wangi kak Reza ketika tubuhnya mendekati tubuh ku untuk mengikatkan scarf itu.

Setelah kak Reza mengikatkan scarf itu ke mata ku, aku bisa merasakan tubuh kak Reza agak menjauh dari tubuh ku. Tangan ku segera meraba - raba scarf yang sekarang menutupi pandangan ku, aku tak bisa melihat apapun kecuali siluet tubuh kak Reza.

"Sayang tanganya aku iket pake sabuk ya." ujar kak Reza.

Aku mengangguk dan dapat ku raskan tangan kak reza menngambil ke dua tangan ku dan kemudian mengikat pergelangan tangaku dengan sabuknya. Bahan kulit sabuk itu terasa kasar dikulit ku yang halus, terasa tanganku beberapa kali ikut tertarik ketika ka Reza mengencangkan sabuk itu.

"Aduh.." bagian besi sabuk itu menggores kulit ku.

"Eh..maaf..kekencengan ya?" kak Reza seketika itu berhenti mengencangkan sabuk itu dan memegang tanganku.

Aku tersenyum dan menggelngkan kepaka ku.

"gpp kak." saut ku.

Kak Reza lalu menaruh tanganya dipunggung ku dan dengan hati-hati membaringkan tubuhku kembali ke kasur.

Aku bisa merasakan Kak Reza mengangkangi tubuh ku sambil tetap berlutut di kasur, kak Reza lalu memegang kontolnya dan menepuk-nepukan nya ke toket ku.

"Kamu jangan ngelawan ya sayang..kamu percaya sama aku kan?" ujar kak Reza.

Aku mengangguk sambil menggigit bibir ku. Hilang nya indra penglihatan ku membuat ku tak bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh kak Reza selanjutnya.

Kak Reza menaruh kontolnya di sela-sela dada ku, dan dengan ke dua tanganya kak Reza menggunakan toket ku untuk mengapit kontolnya sambil pinggulnya bergerak maju mundur.

"Oh Fuck.. pas banget ternayta size kamu buat boobjob." celetuk kak Reza. Aku menggigit bibir ku,, mencoba membayangkan seperti apa reaksi wajah cowok ku saat ini.

Jujur bagiku boobjob tidak memberikan sensasi apapun kepada ku, hanya saja membayangkan wajah cowok ku yang ke enakan saat ini, membayangkan dirinya bergerak maju mundur membuat birahi ku tetap terpacu.

Setelah beberapa saat kak Reza menghentikan gerakan nya dan kontolnya tak lagi terasa di tubuh ku, tiba-tiba aku bisa meraskan bibir ku menyentuh kepala kontol kak Reza. Kak Reza lalu meggenggam tangan pergelangan tangan ku yang terikat oleh sabuk dan menaruhnya tangan ku di atas kepala ku.

Aku segera membuka mulut ku dan kak Reza memasukan kontolnya ke dalam mulut ku. Aku bisa merasakan kontol itu bergerak semakin jauh ke dalam disetiap sodokan nya sampai akhirnya ujung kontol kak Rea menyentuh tenggorokan ku.

Kak Reza lalu menggunakan tanganya satu lagi untuk menjambak rambut ku dan menarik kepala ku agar sedikit terangkat.

"Ohh fuckk. .mulut kamu enak banget... kaya masukin ke memek." kak Reza mempercepat sodokanya

"Hohgh..Hoghh..kkhh" aku mulai tersedak, namun kak Reza nampak tidak peduli malah suara tersedakku membuat nya semakin semangat menyodok kontol nya ke dalam mulut ku. Kepala ku hanya bisa pasrah bergerak -gerak mengikuti jambakan kak Reza yang menggerak-gerakan kepalaku mengikuti sodokanya.

"Shit.. Mhh...mmhh the best.. " racau kak Reza.

"Ugh.. Fa tahan ya sayang aku mau ngentotin mulut kamu." kak Reza lalu memegang kepala ku dengan ke dua tanganya dan mulai menyodok-nyodok dengan cepat dan keras. Kontolnya semakin masuk ke dalam, untung saja size nya tidak sebesar kang Enday jadi aku masih kuat untuk menerima serangannya.

"Tahan ya Fa tahan" ujar kak Reza lalu menahan kepala ku untuk tetap terangkat dan kak Reza menghujamkan kontolnya masuk sedalm- dalamnya sampai aku bisa merasakan bulu-bulu disekitar buah zakarnya mengenai area mulut dan daguku.

"HOGGHHHHkhhhhhh..." aku tersedak, udara seakan berhenti masuk ke paru-paru ku. Scarf yang kukenakan pun mulai basah oleh air mata ku.

"Srot..hogGHHH.." aku bisa merasakan ingus terbentuk di hidungku, sampai-sampai ingus itu membuat balon udara yang dengan cepat meletus dari lubang hidung ku.

"OHOOOKKGGGGLL>>>" bibir ku bergerak-gerak mencoba membuka mulut ku lebih lebar agar udara tidak tersumbat masuk ke dalam. Kak Reza menahan kepala ku yang sedari tadi secara refleks ingin segera melepaskan kontol nya dari mulut ku.

Kepala ku serasa ringan, karena oksigen yang kumiliki semakin sedikit. Untung saja sebelum aku pingsan kak REza melepaskan kepala ku dari tanganya dan menarik kontolnya lepas.


"Ohok...ohokk. haaggkk.." aku berguling ke samping, aku terbatuk dan rasanya ingin muntah. Tenggorokanku rasanya sakit sekali.

Kak Reza kemudian menurunkan posisinya dan meninddih tubuh ku, aku bisa merasakan dada kak Reza bersentuhan langsung dengan toket ku yang tertekan karena tertindih berat badannya.

"Good girl" Kak Reza membisikan kata-kata favorit ku ke kupiing ku. Tanganya kembali memegang tangan ku yang terikat dan menahanya untuk tetap berada di atas kepala ku.

"Kak ...Mau dimasukin.. Fa udah ga tahan" aku merengek.

"Boleh.. tapi kita sambil roleplay ya sayang. Mau?" ujar kak Reza.

Aku yang udah kepalang sange dengan segera mengiyakan request itu.

"iya...mau.." aku menjawab dengan nada ssuara seperti anak kecil yang menuruti perintah orang tuanya.

Kak Reza lalu menggesek-gesekan kontolnya kebelahan bibir memek ku. Aduh aku udah ga tahan pengen kontol itu segera masuk ke dalam memek ku. Andai saja tangan aku ga diiket oleh kak Reza, aku pasti udah megang kontol kak Reza dan langsung masukin kontol itu ke dalm memek aku.

"sayang..mau kontol aku?" ujar kak Reza sambil terus menggesek-gesekan kontol nya menggoda ku.

"mau...masukin ayang.. masukinn..please" aku merengek saking udah gak tahanya.

"ada ah..syaratnya..ah.. ahh" kak Reza mulai mendesah.

"Iya terserah.. yang penting kak Reza masukin" aku mulai gak sabar.

"Sebenernya..aku gak sendirian di rumah sayang.. sbenernya.. ah..mhh.. ada Om Robert.. mhh. ahh.. dia bilang dia pengen liat kita ngentot" ujar kak Reza.

Seketika itu juga aku membayangkan Om Robert berada di kamar ini, temen papa nya kak Reza yang waktu itu dengan jujur ngomong kalau dia nafsu ngeliat aku dulu.

"Mhh..mhhh.. " nafsu ku semakin tinggi, aku tak bisa lagi berfikir.

"giman.. ga apa-apa ahh..sayang? ahh.. kalau dia.. ahh..non..tonnin kita" kak Reza makin epat menggesek-gesekan kontolnya. Nafasnya mulai jadi berat, udara panas dari hidungnya terasa di sekitar leher ku.

"ahh..mmmAhh ahh kak masukin" aku kembali merengek.

"ahh..Ah..aku.. bakal..masukin.. kalau kamu..mau" ujar kak Reza lagi.

"Mhh..ahh..ahhh...kak..Ahh.. masukin...please...ahhh" aku gak ngejawab pertanyaan kak Reza.

"Kalau kamu gak jawab gak aku masukin" ujar kak Reza lagi sambil terus menggesekan kontolnya yang udah ga sabar pengen aku rasain ada di dalam memek aku.

Saking ga sabar nya aku segera mengiyakan requestnya tadi, toh ini cuma roleplay.

"Ahh..mmh... iya" jawab ku disela -sela desahan ku.

"Iya apa sayang.. jawab yang lengkap dong.. ahh" kak Reza masih menggodaku.

"Iya..mHh.. gpp.. Fa mau Om Robert nonton kita..." ahh jawab ku.

"Nonton kita lagi ngapain sayang ah.. ahh . ahh.. ahh" kak Reza mempercepat gesekannya tanda dia sendiri juga udah gak tahan.

"Iya..Mhh.. Fa mau Om Robert nontonin kita ngentot" ujar ku cepat saking gak sabar nya.

"Good girl" kak Reza kembali membisikan kata kata favorit ku.

"OHHHHHHHhh" mulut ku menganga ketika kak Reza menghujam kan kontolnya ke dalam memek ku. Saking udah basahnya, kontol kak Reza dengan mudah nya masuk seluruh nya ke dalam memek ku sampai mentok. Walau aku bisa merasakan perbedaan yang sangat besar soal size kak Reza dengan Bobby dan kang Enday ketika merakasan langsung kontol kak Reza berada di dalam memek ku.. aku gak peduli. Kontol cowok aku paling the best, aku cuma mau cum sama kontol ini seumur hidup aku.

"Aghh fuck rapet banget memek kamu Fa." ujar kak Reza mulai menggerakan pinggul nya, aku menyilangkan kaki ku ke punggung kak Reza selagi dia menggagahi aku dengan posisi misionaris.

Kak Reza lalu memegang ke dua kaki dan menaruh ke dua kaki ku dipundaknya, membuat kontolnya semakin kerasa masuk ke dalem.

"Mhh.. ahh.. kak Reza.. Mhh..Mmhhh ahhh" aku terus mendesah, tangan kak Reza terus menahan tangan ku di atas kepala ku.

"Ahh.mmhh.. aAhh...MHHPPmmmff" tiba-tiba kak Reza memasukan sesuatu ke mulut ku, dan tercium bau yang familiar dari benda itu. Kak Reza terus menyumpal mulut ku dengan beda itu yang pada akhirnya aku sadr kalau itu celana dalam ku sendiri. Celana dalam ku yang sudah sangat basah dan penuh cairan-cairan milik ku.

"Mhh..MHHFfff.. MHhff" celana dalam ku itu membuat ku sulit untuk mendesah.

"Oh fuck seksi banget kamu sayang.. ahh.. ahh. seksi banget mulut kamu disumpel pake CD kamu sendiri" kak Reza meracau.

"Pindah posisi ya sayang" ujar kak Reza tiba-tiba, dan aku bisa merasakan kak Reza mencabut kontolnya dari memek ku.

Kak Reza lalu membangunkan ku dan menuntun ku hingga akhirnya aku sadar kak Reza ingin aku berada di atas. MUngkin karena instinct, aku dengan mudah sudah menduduki selangakan kak Reza. Bibir memek ku terbelah oleh batang kemlauanya, dan dengan refleks aku segera menggesek-gesekan memek ku. Melumuri kontolnya dengan cairan vagina ku. Aku tak tau ke arah mana aku menghadap karena aku sudah ga sadar lagi dengan sekeliling ku semenjak kak Reza memasukan kontolnya ke dalam memekku.

Kak REza lalu mengangkat sedikit tubuh ku dan aku bisa merasakan kepala kontol kak REza sudah berada tepat di bawah lubang memek ku.

Tangan ku, ku tekuk kan di depan dada ku sehingga toket ku menyentuh sabuk kak Reza yang mengikat pergelangan tangan ku. Seandai nya tangan ku gak keiket kayak gini, aku udah megang sendiri kontol kak Reza dan masukin kontolnya ke memek ku.

Sedikit demi sedikit aku turun kan tubuhku, dan kepala kontol kak Reza pelan-pelan mendobrak organ kewanitaan ku. Aku bisa merasakan ruas demi ruas kontol nya sedikit demi sedikit masuk sampai akhirnya seluruh kontolnya berada di dalam memek ku.

Aku segera menggoyangkan tubuh ku seperti goyangan ngebor Inul, sambil kak Reza meremas - remas toket ku. Dari remasanya, aku sadar kalau posisi ku sekarang itu membelanginya sehingga kak Reza dapat melihat punggung ku.

Kak Reza mulai ikut menghentak-hentakan pinggulnya, dan dengan kompak aku pun menaik turun kan tubuh ku sambil menjaga kontol nya tidak lepas dari cengkraman memek ku.

"Mhph..mhhh..mmhh" desahan ku masih tertahan oleh celana dalamky yang menyumpal mulut ku.

"Goyangan kamu jago banget Fa" puji kak Reza.

"Mhh..mhh..mhhh" aku tak menjawab pertanyaan kak REza.

"Fa.mhh.. bayangin..Om Robert..mHhmm.. ahh lagi berdiri di depan pintu.. ahh.. sambil nontonin kita..mhhHh" ujar kak Reza.

Seketika itu juga aku membayangkan kan Om Robert sedang berdiri di depan pintu kamar ini.

"Fa..Mhhm..kamu kan..ahh. mau eksib.. ahh..jadi..ahh.. aku minta tolong ah.. Om Robert buat bikin kamu makin berani... ahh" ujar kak Reza lagi.

"mhh,..Mhh..Mhhphh.." aku terus mendesah.

"Fa..mau..Om.. robet..ah.. beneran.. ah ..nontonin kita?" tanya kak Reza.

"Mhh.hmmm.. mHphh" aku mengiyakan dengan gumaman dan desahan.

"oh.ahh. ahh.. binal banget kamu.. ahh.. aku suka.." ujar kak Reza.

Kak Reza lalu menurunkan tangan kananya ke memek ku dan mulai mengusap-ngusap klitoris ku.

"MHh..Mhh..MhPhh.." aku meminta nya untuk berhenti tapi celana dalam yang menyumpal mulut ku ini membuat ku gak bisa menyampaikan maskud ku.

"Lepas aja sayang.. gpp kok. ambil aja celana dalamnya" ujar kak Reza memberi izin.

Aku segera melepas celana dalam dari mulut ku, dan entah mengapa bukanya melempar celana dalam itu aku malah terus menggenggam celana dalam itu di tanganku.

Aku menggelgnkan kepala ku.

"kak Reza...mhhmm stop.. jangan ..curang kaka.. pake mainin clitoris aku.. Mhhh ahh.. nanti aku keluar" rengek ku.

Kak Reza gak peduli dengan permintaanku malah bertanya balik.

"kalau om Robert di depan kita.. Fafa mau?" tanya kak Reza dari balik desahan nya.

Aku mengangguk cepat.

"mau apa..jawab dong ah ah.. kalo gak aku berhenti nih" ancam kak Reza.

"Ahh,, Fa.. Fa mau Om Robert beneran nontonin kita" jawab ku cepat.

Mendengar itu kak REza mempercepat hentakan nya, dan jempolnya mulai menekan klitoris ku sambil diputar-putarnya.

"Ahh..Kak.. Stop.. Ahh.. Fa..Fa mau pipis!!!" aku berteriak keras, Tangan ku yang terikat mencoba menahan tanganya, namun dengan tanganya satu lagi kak Reza segera menahan tangan ku dan mengembalikan tanganku untuk tetap berada didepan dada ku.


Aku menggeleng-gelengkan kepala ku, sambil badan ku iktu naik turun karena hentakan kak Reza.

"Ahh.. MHHhhhh Ahhh.. eNak bangettt.. Anjir... Fa .. mau goyang!" aku meracau, tak menyangka aku bisa mengucakpkan kata - kata binal seperti itu.


Aku semakin gak tahan pengen keluar dan bisa merasakn kalau orgasme ku hampir tiba.

"Ah.. kak.. Kak Reza.. Fa.. Fa mau kee luu..aarr" aku merengek.

"Sama..Fa.. Uhh.. ahh..ahh aku juga mau keluar" ujar kak Reza.

"Mhh ahh..auuhh. enak banget.. anjir enak banget.. ahh ahh,, kontol kak Reza enak banget"

"Fa keluarin fa.. " ujar kak Reza.

"Auh.. iyaa..dikit ..lagi kak" jawab ku berkonsentrasi.

"aku ..Mhph.. kamu.. mau aku keluarin dimana sayang?" tanya kak Reza.

"ahh.. ahhh.. didalme aja.. ahh..kita keluar bareng" jawab ku.

"nanti Fa ha..hamil" nafas kak REza makin gak beraturan.

Aku menggelengkan kepala ku

"Hamilin aja Fa..hamilin Fa..Asal kak REza Fa ga peduli.."

Mendengar itu kak Reza seperti kerasukan, Kedua tanganya lalu meremas kedua toket ku dengan kasar.

"Iya..kak.. kasarin.. Fa mau dikasarin.." rengek ku, dan kak Reza mulai mengkasari ke dua toket ku. Remasannya semakin keras, kadang toket ku dicengkram oleh nya dan sesekali puting ku dicubit dan di tarik keras-keras olehnya.


"Ahh..iya..gitu.. ahh..ayang.. ayang. aku mau keluar" aku memekik.

"sama sayang.. keluarin aja" kak Reza memberi izin.

Seketika itu juga otot-otot ku seperti menegang. Kaki ku mengapit bagian pinggir paha kak Reza. Mulut ku membuat bentuk O, dan aku bisa meraskan bola mata ku berputar ke atas. Air liur mengalir dari pinggir mulut ku. Tubuh ku bergetar, sekujur tubuh ku pun menegang.

"Ohhh Fuckk.. memek kamu langsung nge grip.. aku keluar Fa.. aku keluar di dalem!" kak Reza sedikit berteriak. Aku pun bisa merasakan cairan dengan suhu kehangatan yang berbeda mengalir dari lubang kencing kak Reza. Sperma kak Reza menyiram dinding-dinding dalam memek ku.

Kepalaku mendongak ke atas, tanda aku pun ikut
"crtt...crt...crt...crtt." cairan squirt ku muncrat dengan deras selagi kontol kak Reza masih berada di dalam memek ku beserta sperma nya. Badan ku bergetar-getar sesperti orang yang habis pipis ketika semprotan squirt ku semakin berkurang hingga akhirnya berhenti.

Aku menjatuh kan tubuh ku perlahan ke dada kak Reza, aku bisa meraskan keringat di punggung ku bercampur dengan keringat di dada kak Reza ketika punggung dan dada kak reza bersentuhan.

"hah..hah.. hah.." kami berdua tersenggal-senggal, ntah kenapa orgasme kali ini terasa sangat memuaskan dibanding orgasme ku sebelumnya.

Aku meraskan ciuman kak Reza di keningku membuat ku tersenyum kecil. Kak Reza lalu melepaskan scarf yang masih menutupi mataku itu.

Mata ku berusaha untuk menyesuaikan diri dengan cahaya lampu yang terasa sangat silau karena dari tadi mata ku tertutup. Setelah mata ku bisa menyesuaikan dengan terang nya lampu kamr kak Reza aku langsung menatap pacar ku yang juga sedang menatap ku sambil tersenyum.

"i love you" bibir ku bergerak mengucapkan tiga kata sederhana namun ppenuh makna itu tanpa suara.

"I love you too" bisik ka Reza. Sambil menyisir poniku dari dahi ku yang berkeringat.

Tak lama kemudian aku bisa merasakan penis kak Reza yang sedikit demi sedikit mengecilpun lepas dari memek ku. Aku menyodorkan tangan ku ke kak Reza dan kak Reza pun melepaskan sabuk yang mengikat pergelangan tangan ku dari tadi.

Setelah sabuk itu terlepas, kak Reza menjatuhkan sabuk itu ke lantai, dan kembali menatap ku. Terlihat keringat membasahi kening kak Reza dan aku segera menyekanya dengan lembut.

Kak REza kemudian mencium bibir ku dengan lembut. Aku lalu melihat ke pergelangan tangan ku dan terlihat bekas berwarna merah seperti gelang di pergelangan tanganku. Kak Reza kemudian meraba-raba pergelangan tangan ku dengan lembut.

"Sakit ga Fa?" tanya kak Reza dengan wajah khawatir.

Aku menggelangkankan kepalaku pelan, dan tersenyum kecil sambil menatap mata kak reza dengan tatapan sayu.

Kak Reza lalu melirik ke bawah dan melihat kembali ke arah ku.

"Bersihin mau ga Fa?" tanya nya sambil tersenyum nakal.

Aku melirik ke bawah dan melihat kalau sperma kak Reza meluber keluar dari memek ku dan aku paham maksud dari perkataan kak Reza.

Aku mengangkat tubuh ku dari tubuh kak Reza dengan sangat hati-hati agar cairan sperma kak Reza tidak jatuh ke kasur. Posisi ku sekarang berada di samping kak Reza dengan menggunakan satu tangan untuk menopang tubuh ku sambil menghadap ke arahnya. Aku melihat ke arah nya sambil menggeleng2kan kepala ku dan tersenyum.

"hhh.. dasar" aku tertawa kecil.

Aku menatap kubangan sperma persis di dekat pangkal kontol kak Reza, aku segera membungkukkan tubuh ku dan mencium kubangan itu hingga bibir ku seperti orang yang baru saja minum susu. Ku sedot kubangan itu sampai semua nya masuk ke dalam mulut ku.

Setelah seluruh cairan itu tersedot masuk ke dalam mulut ku, Aku menjulurkan lidah ku yang berlumuran sperma, memperlihatkan nya ke kak REza dan kemudian menelanya dengan sekali tegukan karena dengan begitu aku tidak akan muntah. Aku jilati bibir-bibir ku dan setelah menyeka bersih sisa-sisa sperma di sekitar mulutku, aku pun menelan nya kembali.

Setelah menelanya aku memperlihatkan lidah ku ke arah kak Reza sebagai bukti aku menelan spermanya.

Kak Reza tersenyum sambil mengusap-ngusap pipi ku.

"Sampe bersih banget bisa ga?" ujar kak Reza tersenyum nakal.

Aku menghela nafasku, dan segera memberikan ekspresi wajah paling nakal yang bisa kubuat. Aku lalu menggunakan jari-jari secara perlahan memasukan nya ke dalam vagina ku.

"mhhhfff...ahhh" aku menggigit bibir ku, ternyata vagina ku masih cukup basah sehingga aku bisa langsung memasukan dua jari ke dalamnya. Aku bisa merasakan cairan kental melumuri jari-jari ku. Aku kemudian menggerak-gerakan jari ku di dalam vagina ku dan setelah merasa cukup aku menyendok keluar sisa-sisa sperma kak Reza dari dalam memek ku.

"Ohh....." mulut ku membentuk huruf O ketika jari-jari ku perlahan-lahan keluar dari memek ku, aku lalu melihat jar-jari ku yang berlumuran sperma itu dan untuk beberapa saat aku bermain dengan cairan lengket itu.

Aku melirik ke arah kak Reza dan tertawa, karena sadar aku malah asik sendiri melihat cairan sperma kak Reza yang melumuri jari ku itu.

Aku kemudian kembali memasang wajah nakal dan ku hisap jari ku satu persatu sampai sperma itu bersih. Aku segera memperlihatkan jari-jari ku yang sudah bersih dari sperma ke kak Reza dengan wajah bangga.

"Hoek.. ga enak rasanya" ujar ku sambil menjulurkan lidah ku ketika after taste dari sperma itu mulai terasa.

Kak Reza lalu duduk di kasur dan mengelus-ngelus kembali pipi ku.

"Good girl" ugh..aku bakal kecanduan dipuji gitu terus sama kak Reza.

Kak Reza lalu bergerak mendekati ku dan mencium kening ku.


Kak Reza lalu bersender ke bagian kepala dipan kasur dan menjulurkan tanganya memberi kode agar aku bersandar di dadanya. Tentu saja dengan segera aku merangkak dan memeluknya sambil mennyenderkan kepala ku di dada kak Reza.

Aku merasa bahagia banget saat ini, tak ada satupun masalah-masalah ku yang kupikirkan. Berada dipelukan kak Reza seakan seperti obat yang bisa menyembuhkan kegalauan hati ku.

Kak Reza mengelus-ngelus kepala ku lembut sambil sesekali mencium kening ku.

"Fa..emang kamu beneran mau kita kalau ML diliat orang" tanya kak Reza.

Mungkin karena saat ini birahi ku belum sepenuhnya hilang, dan saat ini aku merasa nyaman dan aman dipelukan kak Reza aku mengangguk menjawab pertanyaan itu.

"Kalo kak Reza mau ya udah." jawab ku sambil memilin-milin puting kak Reza gemes.

"hmm.. ini aku nanya beneran ya Fa, bukan roleplay" ujar kak Reza.

Aku mendongakan kepala ku menatap nya sambil tersenyum.

"iya sayang.. asal kamu bisa bikin aku ngerasa nyaman kayak gini gpp. Cuma nonton aja kan gak ikutan?" tanya ku.

Kak Reza tersenyum mendengar pertanyaan ku itu, keliatan banget kalau aku malah memberi nya ide.

Aku mendorong pipinya pura-pura kesel.

"tuh kan malah mikir yang aneh-aneh." kata ku.

"hahaha.. yee kamu ngasih ide sih hahahah" tawa kak Reza.

"Huuuu.. otaknya tolong ini kayaknya udah rusak. Nonton bokep mulu" ledek ku, senyumku tetap menghiasi wajahku.

"Ya gpp atuh kan berimajinasi" ujar kak Reza.

"Iya gpp imajinasi aja ya, ga beneran" kata ku.

"Hmm... aku pengen sih coba sekali Fa kita ML gitu terus ada yang ngerekamin" ujar kak Reza.

Aku langsung membayangkan jika hal itu terjadi, aku jadi teringat adegan video porno jepang yang pernah ku tonton. Saat itu aku yang cewek aja merasa kalau aktor wanitanya terlihat begitu seksi di depan kamera. Aku jadi penasarn juga sih, kalau aku sama kak Reza ML itu keliatanya kaya apa. Soalnya selama ini tiap bikin video, fokus nya selalu aku. Kak Reza gak keliatan sama sekali di kamera kecuali ade kecil nakalnya. Padahal kan aku juga pengen liat kak Reza ke-enakan.

"hmm iya sih, penasarn. Seru kayaknya nonton video kita sendiri" celetuk ku.

Kak Reza terlihat agak kaget mendengar respon ku yang gak begitu menolak idenya.

"wow aku gak nyangka kamu bakal langsung mau Fa" kak Reza melihat ku dengan wajah kaget.

Aku tak menjawab, hanya tersenyum kecil.

"Wah mumpung mood kamu lagi gini, tau gitu aku minta yang lain ahahah" ujar kak Reza.

Aku melirik ke arah kak Reza dengan tatapan sinis dan kemudian tersenyum kecil.

"Hmm apa lagi ya.." ujar kak Reza dengan nada menggoda.

Aku menoyor pipinya pelan.

"gini nih kalo otak isinya porno" aku menghela nafas ku.

"Ih kalo otaknya gak porno, mana bisa bikin kamu enak Fa" bales kak Reza sambil terkekeh.

Aku menghela nafas ku kembali sambil menggeleng-gelengkan kepala ku malas merespon perkataan pacar ku yang cabul satu ini walau senyum ku dai tadi gak hilang-hilang dari wajahku. Jari ku kembali bermain dengan putingnya kak Reza.

"Emang gak cukup ya kak Pijet kemarin?" tanya ku, sedikit-sedikit akal sehat ku mulai kembali dan teringat dampak beruntun dari pijet kemarin.

Kak Reza terdiam mendengar perkataan ku barusan, mungkin mengira aku kesal. Untung saja dia ga liat kalo aku sebenernya senyum2 aja dari tadi.

"Sebenernya aku tuh cuma pengen kamu bisa ngerasain aja Fa.. kayak aku tuh pernah bilang kalo ngeliat kamu puas gitu, ke-enakan gitu, itu tuh kaya bikin aku seneng banget. Aku jadi pengen kamu ngerasain yang lebih dari itu" ujar kak Reza lagi membuat ku teringat percakapan serupa saat kami mau pijet dulu.

Aku mendongkaan kepalaku menatapnya sambil memegang pipinya.

"Kamu tuh udah lebih dari cukup buat aku tau, aku sama kamu aja udah puas banget ko. Buat apa aku cari lagi kepuasan kalo kamu aja udah bisa ngasih segalanya buat aku."

"iya..hmm iya sih" kak Reza menjawab dengan canggung. Aku bisa melihat wajahnya agak sedih dengan responku barusan, yang seakan menolak untuk mewujudkan fantasi-fantasi liar nya.

"Banyak banget ya fantasi kamu kak kayaknya?"

Kak Reza tersenyum kecil dan mengangguk pelan. Senyum itu dengan segera hilang, dan aku bisa membaca dari wajahnya kalau kak Reza lagi kesel tapi berusaha untuk gak nunjukin.

"Ya udah coba aku denger fantasi ka Reza apa aja"

"Serius Fa kamu mau?" kak Reza kembali bersemangat.

"Yeee aku gak bilang mau ngelakuin, aku cuman pengen denger weeek" aku menggodanya, karena aku suka ngeliat kak Reza yang kadang kesel nya kayak anak kecil ga dikasih permen. Lagian aku tau keselnya beda sama kesel beneran kayak waktu kita berantem dulu.

"hmm.. gak ah kebanyakan sama takut nya kamu serem lagi denger nya." Wajah kak Reza seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Hmmm. coba aja dulu, sok tiga aja dulu jangan banyak-banyak deh. Coba dari yang biasa sampe ekstreem" Usul ku.

"Hmm.. oke deh yang pertama yang biasa aja ya. aku pengen kamu eksib gitu." ujar kak Reza.

"Ih itu kan udah?" saut ku.

"Hah kapan Fa?" kak Reza kaget, dan aku langsung sadar kalau aku keceplosan. Aku eksib waktu itu kan sama kang Enday bukan sama kak Reza. Lagi pula aku belum bilang soal eksib ku di EksisTV.

"eh eng yang posting foto pas cari tukang pijet " aku mencoba ngeles.

"oh.. ya beda atuh itu mah, maksud aku eksib real time" balas ka Reza.

"Real time?"

"Ya Real time, kayak langsung di depan umum gitu." ujar kak Reza.

"Ih gila masa telanjang depan umum kak?"

"Ya gak telanjang atuh sayang...hmm aku kasih contoh deh. Misalnya nih kamu ke sekolah gak pake bra seharian. Atau ke Minimarket cuman pake kemben atau daster yang ketiak nya keliatan gak pake bra. Yang simple-simple gitu aja"

"Simple apa itu kak. Satu sekolah ntar ngiranya aku minta diperkosa" protesku.

"Ya ampun sayang, kamu tu kebanyakan nonton sinetron. Ya kali diperkosa, orang-orang masih waras atuh sayang. Kalau ngelakuin tindakan kriminal ntar urusanya sama polisi. Apalagi lingkungan sekolah, rame gitu mau perkosa gimana. Beda cerita kalau kamu eksib di jalanan sepi ya" ujar kak Reza.

Aku jadi teringat waktu aku eksib di kios roko dan ketemu supir ojol-ojol itu. Mereka gak merkosa sih, cuman berani nge gerepe tapi itu juga gara-gara tempat nya agak tertutup dan dia ngelakuin itu karena orang-orang gak bisa ngeliat karena ketutupan sama spanduk. Oh iya, aku jadi ingat kalau aku belum cerita soal bapak ojol itu ke kak Reza. Hmm.. kayaknya gak perlu deh cerita, gak penting juga dan jujur aku udah gak terlalu mikirin lagi soal mereka.

"Tapi..nanti orang-orang ngira aku cewek ga bener atuh kak kalau aku kayak gitu. Aku tuh gak mau bikin kaka malu, ntar jadinya orang-orang bakal ngira kalo kaka tu pacaran sama cewek ga bener" aku melanjutkan protesku.

" Kalau kamu concernnya itu mah santai aja Fa...Aku gak peduli orang nganggep kita apa, karena ada pepatah bilang kalau singa tuh gak peduli pendapat para domba. Kamu mau jadi singa apa domba?." kak Reza mencoba meyakinkan ku.

Aku terdiam mendengar quote kak Reza, aku dari dulu selalu insecure. Terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang diriku, makanya aku dari dulu selalu menjaga image ku dan orang-orang di sekitar ku. Ntah mengapa setelah mendengar quote tersebut, aku merasa ada baiknya juga kalau sesekali kita gak peduli sama pendapat orang.


"hmm... tapi.."

"Gak akan diperkosa sayang hahaha kamu tu mikirnya itu kan" kak Reza memotong perkataan ku.

"iya sih kak aku mikir nya itu" ujar ku.

"Kalau mau kita coba aja nanti deh, bareng aku gimana? Aku jagain" ujar kak Reza.

"hmm kamu ke sekolah?" tanya ku.

"Lemot. .engga atuh sayang kita coba yang simple aja. Misalnya kita nanti pas beli makan deh, atau pas kita order delivery food online terus kamu nerima makananya pake baju minim. Gimana?" tanya kak Reza.

"hmm..." aku membayangkan diri ku menerima delivery food online dengan pakaian seksi dan sepertinya itu lebih masuk akal ketimbang eksib di keramaian.

"Mau coba?" tanya kak Reza lagi.

Setelah perdebatan panjang di hatiku, aku pun akhirnya mengangguk.

Kak Reza mencium keningku dan mengatakan kata-kata favorit ku.

"Good Girl"

Senyum lebar langsung menghiasi wajahku.

"Oke yang ke duaa.." ujar kak Reza lagi.

"Hah masih ada? Eh iya kan tiga ya hahahaha" aku teringat kalau aku sendiri yang mengusulkan kak Reza untuk mengatakan 3 fantasinya.

"Aku pengen kamu godain orang." ujar kak Reza lagi.

"Haaaah godain orang? Maksud kaka selingkuh gitu?" tanya ku.

"Bukan ihh lemot. bukan gitu. Ya udah aku jelasin dulu. Hmm kamu tau kan aku tuh selalu ngerasa puas sama bangga kalo ada cowok yang bikin kamu jadi bacolan dia." ujar kak Reza.

"Iyaaaa aku tau..dasar aneh nih cowok satu hahaha" aku meledek kak Reza, walau aku tau penyebab kak Reza punya fetish ini juga karena aku selingkuh sama Bobby dulu.

"Nah aku tu pengen kayak misalkan kamu ngegodain cowok gitu sampe dia jadiin kamu bacol. Tapi aku mau kayak aku ada di situ juga gitu. Jadi aku bisa liat langsung." ujar kak Reza lagi.

"Atau gak misalkan kayak ke post satpam gitu, kan di depan ada post satpam dan malem-malem suka pada nongkrong tuh bapa-bapa. Kamu ke sana pake baju seksi gitu bawain mereka makanan. Atau gak kamu ke warung yang deket rumah aku, di situ banyak anak-anak komplek yang suka nongkrong main mobile legend sampe subuh. Nah kamu tuh pura-pura kaya pengen ikutan maen bareng mereka tapi kamu pake baju nerawang gitu. Aku pengen liat reaksi mereka hahahahah" ujar ka Reza lagi.

"Ih ntar aku diperkosa ah sama mereka." protes ku.

"hhh.. diperkosa lagi pikirannya. Engga mungkin atuh sayang, itu bapak-bapak yang nongkrong di pos rumahnya kan deket sini semua. Mereka pada punya istri, nanti kalau mereka macem-macem tinggal lapor. Mereka juga mikir atuh mau merkosa kamu walaupun pengen juga resiko sama konsekuensi mereka tu gede banget. Anak - anak kompleks yang nongkrong di warung juga sama sayang, mereka juga gak rumah nya aku tau semua. Tinggal lapor kalo berani macem-macem, kamu teriak sekali aja juga warga udah pada keluar semua." ujar kak Reza, entah mengapa membuat hal-hal gila ini menjadi sesuatu yang masih bisa kulakukan.


"iya juga sih.. pinter kamu kalo soal beginian haha" ledek ku sambil kembali menoyor pipinya.

"Ya udah kalo gitu yang ke tiga ya." lanjut kak Reza.

"Three some kan pasti?" tebak ku.

"Bukan sih tapi kalo kamu mau ayo" ujar kak Reza.

"IH enggaaaaaaaa!!" aku langsung menolak.

"Yee dulu kok bilangnya mau" ujar kak Reza.

"Ih engga dulu aku bilang iya gara-gara lagi sange aja" jawab ku.

"hhh..bukan three some kok tenang" ujar kak Reza.

"Terus apa?"

"Aku pengen coba soft swing" ujar kak Reza menyebutkan istilah yang belum pernah kudengar sebelumnya.

"hah apaan tu kak? Baru denger"

"Hmm.. intinya kita ML bareng orang lain. Jadi nanti pas kita ML ada pasangan lain yang ML bareng kita di ruangan yang sama"

"IHHHH aneh banget, kok aku geli ya bayanginnya.. iih gak mau ah, ntar kamu malah ngeliatin cewek lain telanjang dong kalo gitu. GAk YA!! kesempatan nih anak, bilang aja mau liat cewek lain telanjang. GAK!" aku kesel karena ngerasa ini cuma akal-akalan kak Reza aja buat jelalatan liat cewek telanajng.


"Hahaha tenang aja atuh.. Gini deh, aku juga tau kamu bakal mikir gitu jadinya kita cari pasangan yang.. yaa yang bukan tipe kita gitu." lanjut kak Reza.

"Bukan tipe? Ya tetep aja bukan tipe tapi kalo cewek nya cantik ntar mata kamu jelalatan" aku mendengus kesal.

"JELEK maksudnya Fa" ujar kak Reza agak kesal karena aku kelweat lemot.

"Ih ga boleh ngatain orang jelek ayang ah.." aku menasehati kak Reza, karena aku emang anti ngatain orang jelek. Soalnya dulu aku pernah dibully waktu badan ku masih gemuk dan wajah ku penuh jerawat. Hal itu yang membuat ku sampe sekarang masih suka insecure sama diri sendiri.

"Ya habis.. oke intinya dua dua nya bukan tipe kita jadi kamu dan aku gak usah khawatir buat cemburu." ujar kak Reza lagi.

"hmm... geli sih bayangin nya tetep hahaha"

"Ya biar gak geli kan kita kenalan dulu sama pasanganya biar sama-sama nyaman sayang." ujar kak Reza lagi.

"Hmmm.. "

"Coba dulu aja gimana? Please? Dari pada minta three some atau pijet kan?" kak Reza mencoba meyakinkan ku.

"Hmm ya kalo dibandingin itu emang mending soft swing sih" saut ku.

"Kita juga bisa minta mereka rekamin kita, jadi bisa sekalian sayang" lanjut kak Reza.

"hmm... oke deh, asal kamu bisa bikin aku nyaman ya udah ayo kita coba." lanjut ku.

"Oke aku nanti cari kandidat nya tapi kita lakuin nomor satu sama dua dulu. Sekalian liat kamu sama aku sebenernya bisa gak sih. Kalau ternayta dampak negatifnya banyak, aku langsung cancel deh" lanjut kak Reza.

"Ya dari semua itu emang da positif nya? Dasar.." aku mendengus kesal.

"Hahahah iya juga sih, tapi kita coba dulu ya.. satu aja dulu.. please mau ya?" kak Reza mulai merengek.

Aku akhirnya menghela nafas, untuk kali ini aku turutin aja deh permintaan gila cowok ku ini. Aku pun mengangguk.

"Ya udah sekarang deh kita coba." ujar kak Reza.

"Sekarang banget nih?"

"Iya, tuh kedengeran gak ada suara orang ketawa - ketiwi dari post satpam?" ujar kak Reza, dan memang benar samar-samar aku mendengar suara beberapa bapak-bapak yang tertawa-tawa.

"Nah sekarang aku pesenin dulu makanan pake aplikasi online, terus kamu nanti pas ngambil juga harus seksi banget penampilannya, mau kan?"

Aku menghela nafas lagi, karena sebenernya masih merasa berat untuk melaksakan permintaan - permintaan kak Reza tapi aku sudah terlanjut mengiyakan request kak Reza dan lagi pula ini bakal bikin kak Reza seneng banget.


"Ya udah sayang.. gih pesen makananya" aku hanya bisa tersenyum kecil memandang wajah pacar ku yang sekarang matanya sedang berbinar-binar.

"I love you sayanggg" kak Reza mencium bibir ku.

"You're such a good girl" lanjut kak Reza, dan otomatis kata-kata itu membuatku tersenyum lebar.

Kak Reza lalu berdiri meninggalkan kasur, dan mengambil HP dari celananya dan segera memesan makanan lewat aplikasi online.

"Udah nih.. nah Outfitnya kamu pilih sendiri deh sayang, soalnya aku pengen kamu juga nikmatin ini. Tapi harus sexy ya!" lanjut kak Reza lagi.

Untuk kesekian kalinya aku menghela nafas dan meminta kak Reza mengambil kan ransel ku. Kak Reza dengan semangat mengambil ransel ku dari atas meja dam memberikannya kepadaku.

Aku lalu membuka ransel ku dan mengeluarkan semua baju yang ku bawa dari rumah lalu meletakanya di atas kasur. Mata ku bergerak-gerak sambil memilih - milih outfit yang akan ku pakai untuk sesi eksib nanti.


Kira-kira, pake baju apa ya?







Notes: nah suhu ayo kita voting kira-kira untuk eksib bareng Reza ini Fafa pake baju apa ya? Setelah Eksib ini Fafa bakalan dapet task2 yang lebih gila dari Reza yang pada akhirnya mereka berdua bakal menyesali karena ternyata task-task dari Reza punya dampak buruk untuk kesucian dan keluguan Fafa.
 
pertamax nih gw hahai, thx for the update ... lumayan buat pemanasan hehe, ga ada asap klo ga ada api , betul ?
baju cosplay tifa yang seksi bray, atau bisa pakai baju nge gym yang hot itu lho

wuihh ga kebayang tuh gimana sesak si joni klo lihat fafa begitu hahai
 
Terakhir diubah:
Akhirnya jadi double update, suhu @RadenArifWibisana95 ... Keren!!


Ane ikutan ngevote eksib Fafa + Reza, dulu aja dah suhu...


Ane kasih ilustrasi dulu nich Hu...😁

Karena Fafa seorang cosplayer ditambah seringkali istilah gaul Jejepangan muncul di cerita ini... Kayaknya Fafa cocok pake cosplay cewek jejepangan sexy...

Tapi karena outfit yg dibawa di dalam tas terbatas, buat bingung Fafa "Kira-kira anime apa yg sesuai"... Makanya harus di mixing....

Nah kepikiran ide gila Fafa berdasarkan syaratnya Reza... Maka menurut ane yang make sense dgn gayanya Fafa, yaitu... Cosplay artis2 JAV ...

Ane gak tau artis yang mana, tapi umumnya cover artis artis JAV sexy abis dah...
 
Terima kasih suhu updated nya.
Babak baru fafa bakal dimulai nih, sisi exhib dan binal nya mulai keluar. Seperti nya bakal makin menarik :pandajahat:
 
Bimabet
keren bgt ancur update nya.
bisa dibilang the best so far nih suhu.

untuk ide kostum exib yg natural dan make sense adalah :

1. pake baju SMA, pake jaket. nah sok2 beberapa kancing nya kebuka duluan di dalem jaket.
turun dari motor sama eja/ojol sok2 polos buka jaket karena panas nya udara nya pura2 ga sadar beberapa kancing nya kebuka.
tetep pake bra dulu gpp biar make sense. bs kecolongan bra nya lepas atau kendor atau gmn hehehe.
2. pake baju SMA normal, duduk di warung/mana gitu tp pahanya pura2 kebuka karena aktifitas sok2 ambil barang jatuh or apa.
tetep pake CD. ini aja sebenernya udah bikin cowo panas dingin kok.

kedua nya Eja mantau dr jauh, dan kecolongan Fafa nya dia apa2in ihihihi.
kenapa baju SMA? karena baju seragam SMA ga ada obat nya suhu :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd