Chapter 21(Fafa): Onichan Please don't look (part 2)
notes: Maaf ya ini panjang banget. Sesuai Janji ane buat 2 chapter.
Oke setelah chapter ini babak baru kenakalan Fafa akan dimulai dan kali ini kenakalan Fafa bakal gue naikin levelnya tapi tentu saja masih pake pakem semi-realistis.
Jendela percakapan baru tak lama kemudian tampil di layar ku sestelah beberapa saat dan seorang pria berasal dari bagian timur Indonesia menyapa ku. Rambut nya dipotong cepak seperti tentara, seragam putih dengan name tag di bagian dada kanan seragamnya terbordir rapih dengan huruf Kapital. "Paulus" nama pria itu, senyum nya memperlihatkan gigi nya yang putih rapih sangat kontras dengan warna kulitnya.
"Halo" sapanya.
"Hey!" balas ku ramah sambil tersenyum kecil.
Seperti biasa kami saling menanyakan umur dan daerah asal kami, tentu saja aku hanya menyebutkan nama daerah rumah ku tanpa memberi tahunya alamat lengkap ku. Walau aku baru hari ini menggunakan aplikasi EksisTV tapi tentu aja aku sudah paham aturan - aturan tidak tertulis dalam dunia percakapan online. Jangan pernah memberi tahu kontak dan alamat asli kepada orang yang baru dikenal. Aku ingat saat aku masih aktif dalam dunia perkosplayan banyak sekali orang - orang dari komunitas jepang-jepangan yang mencoba berkenalan lebih dekat dengan ku lewat sosial media. Dimas mantan ku yang mengajarkan kepada ku untuk tetap menjaga jarak dan privasi kepada orang - orang yang baru saja kita kenal untuk berjaga - jaga.
"Mba udah punya pacar belum?" tanya Paulus sambil menyalakan rokok nya.
"udah mas" jawab ku jujur.
"Yah sayang sekali, kalau belum pasti sudah saya dekati" ujar nya dengan logat ketimuranya.
Aku tak menggubris perkataanya barusan, karena setelah setengah jam menggunakan aplikasi ini, semua pria yang berbicara denganku selalu berkata hal yang serupa.
"Kerja di mana mbak?" tanya nya.
"Ih emang aku setua itu ya? aku masih sekolaah" ujar ku dengan nada kesal sok imut. Pertanyaan itu membuat ku agak insecure.
"Oh maaf - maaf bukang begitu, soalnya saya tidak menyangka anak sekolahan pakai mode dewasa" ujar Paulus.
Setelah beberapa saat percakapan kami hanya basa - basi soal hobby, makanan favorit, musik dan itu membuat ku sedikit bosan dan agak kaget. Soalnya Paulus nampak berbeda dengan mas-mas jawa medog sebelumnya. Pertanyaan - pertanyaan nya sangat sopan dan tidak ada yang kelewat batas.
"Maaf mbak sebelumnya, tapi apa mbak gak risih pake baju kaya gitu?" tanya Paulus tiba - tiba.
"Oh..engg. biasa aja sih kak emang kenapa gitu? Aku di rumah ya gini sih pakaianya" ujar ku.
"Oh ya gpp, takut nya nanti malah mengundang laki - laki yang tidak jelas" ujar nya lagi.
Aku agak tertegun karena di luar dugaan ku ternyata pria ini berbeda sekali dengan Pria Medog sebelumnya, membuat ku agak mengangkat bagian kerah tank top ku ke atas karena rasanya seperti dinasehati oleh kaka ku.
"Mbak ini nomor saya kalau mau lanjut ke whatsapp ya, saya mau tugas dulu" pamit pria itu. Aku pun menyimpan nomor pria itu dan kami pun pamit.
Aku segera mengklik kembali tombol pencarian teman kembali. Selagi aplikasi itu mencari orang lain untuk mengobrol aku jadi memikirkan percakapan ku barusan dengan Paulus, satpam tadi. Ternyata masih ada laki - laki gentleman di dunia ini, dan hal itu membuat ku tersenyum kecil.
Jendela baru pun muncul dan kemudian terlihat dua orang pemuda berumur sekitaran 20-an awal. Pria pertama berkulit hitam legam, terlihat tahi lalat besar di bagian kanan atas bibirnya. Rambut nya lurus dengan poni lempar menutupi kening nya, sedangkan yang satu lagi kurus, gigi nya walaupun tidak tonggos tapi mulut nya terus terbuka memperlihatkan giginya yang tidak rata. Kedua nya memakai jaket biru muda, putih, biru tua dengan tulisan XTC dan lambang lebah. Aku kenal sekali dengan logo itu, itu adalah logo geng motor yang terkenal di daerah kami. Aku memutuskan untuk segera menutup percakapan kami, tiba - tiba si pria berkulit hitam memanggil nama ku.
"Fafa? Kamu Fafa kan?" membuat ku terperanjat, dari mana dia tahu nama ku?
"Saha Do?" tanya pria satunya lagi.
"Eta..yang waktu itu.. yang diliatin fotonya sama temenya si itonk...si Eja" ujar pria berkulit hitam
"Oh Nu aya video nyepo...mphhh" belum sempat si pria kurus melanjutkan perkataanya si pria berkulit hitam menutup mulutnya sambil memberi kode supaya pria itu diam.
"Goblog, yang rapih atuh anjing" ujar pria itu kasar.
"Eh maap maap Do" ujar pria kurus dan keduanya kembali melihat ke layar.
Aku mendengar jelas apa yang pria kurus itu ucapkan, namun aku lebih penasaran dari mana mereka mengenalku, karena jujur wajah mereka tidak begitu familiar.
"Siapa ya?" tanya ku sambil mengerutkan kening, Ku jauhkan jari ku dari touch pad dan mengurungkan niat ku untuk mengklik tombol 'Tutup Percakapan'.
"Eh iya.. belum kenal ya.. kenalin saya Edo.. ini Dadang.. kita pernah ketemu kok Fa" ujar pria hitam itu sambil menunjuk pria kurus dengan jempolnya. Pria kurus itu cuma nyengir dan menganggukan kepalanya.
"hmmm........" aku mencoba mengingat - ngingat namun aku gagal untuk mengingat wajah mereka ber dua.
"Waktu di Warjo Fa, di warnet tea. Kamu lagi sama Eja" ujar pria bernama Edo itu.
Seketika itu aku teringat aku dan kak Reza pernah di sapa oleh pria waktu kak Reza dan aku sedang di warnet. Aku pun teringat saat itu selagi tubuh ku tertutup oleh Hoodie, tangan kak Reza yang nakal sedang menggerayangi tubuh ku. Berhubung saat itu pencahayaan di warnet tersebut gelap, dan aku sedang fokus untuk menahan desahan ku.. aku jadi tidak begitu ingat dengan wajah Edo.
"Ohhhhh iyaaaaa a inget ingett.. apa kabar" sifat ku yang tadi ketus pun menjadi ramah, karena aku berfikir Edo dan kak Reza itu berteman. Aku jadi sadar kalau kak Reza jarang sekali mengenalkan ku kepada teman - temanya.
"Ohh untung diinget hahahaha, sedih banget kalau kamu lupa" ujar nya lagi.
"maaaaaaaf a, waktu itu teh gelap pisan hehehe jadi ga begitu keliatan" ujar ku.
"HAHAHAH maneh dikatain poek (gelap) Do" Dadang meledek Edo.
Edo melirik ke arah dadang dengan tatapan geram, membuat ku merasa tidak enak karena perkataan ku membuat kak Edo jadi diledekin sama temennya.
"Eh enng.. engga gitu a Edo, maksud Fa tuh.. aduh bukan gitu" aku gelagapan meminta maaf.
Edo kembali menatap ke arah ku dan tersenyum.
"Santai Fa, santai.." ujar Edo.
"Duh maaf ya kak gak maksud hehehe" aku kembali meminta maaf sambil menempel kan ke dua telapak tangan ku untuk menambahkan gesture minta maaf ku.
"teh ga pake bra ya?" ujar Dadang tiba - tiba.
Mendengar itu aku segera mengangkat lagi kerah tanktop ku agak ke atas dan menahan kerah ku dengan genggaman ku sehingga lengan ku menutupi bagian dada ku. Ntah mengapa niatan ku untuk exhib pun sirna seketika dan rasa malu yang seharus nya dari tadi kumiliki ahkhirnya muncul. Mungkin karena mereka berdua adalah teman kak Reza sehingga aku merasa tidak enak kalau - kalau mereka mengira aku cewek gak bener. Aku gak mau bikin malu kak Reza di depan teman - temanya.
"Bentar ya Fa" ujar Edo berdiri dari tempat duduknya dan menarik badan Dadang ikut berdiri. Setelah itu terlihat Edo mendorong nya keluar dari layar kamera sehingga aku tidak lagi melihat Dadang. Edo kembali duduk di depan layarnya dengan mata melotot melihat ke arah Dadang yang tidak terlihat lagi di depan kamera. Tanganya menberi gesture kepada Dadang untuk pergi. Setelah memastikan Dadang pergi dari hadapanya, Edo kembali melihat ke arah layar dan tersenyum ramah.
"Maaf ya Fa, emang ga sopan itu temen saya jangan dianggap" ujar Edo ramah.
"hahaha iyaa kak ga papa... " ujar ku tersenyum sambil tetap menggengam kerah tanktop ku.
"Eja ada di sana Fa?" tanya nya.
"ga ada kak, Fafa di rumah" jawab ku.
"Oh gak pacaran kalian?" tanya Edo.
"lagi enggaaaa soalnya habis dari luar tadi, jadi ga enak kalau kelua rumah lagi." ujar ku.
"Oh ajak aja atuh Eja ke rumamh, pacaran mah gak harus di luar Fa" ujar Edo.
"Ada aa aku, lagian udah jam segini" jawab ku.
"Oh jadi ga bebas ya Fa?" tanya Edo.
"Iya a" jawab ku mengangguk.
"Emang kalau pacaran biasanya ke mana sama Eja Fa?" tanya Edo.
Mungkin karena aku mengira a Edo dan kak Reza teman dekat aku jadi merasa nyaman untuk menjawab pertanyaan - pertanyaannya dengan gamblang.
"hmm.. biasa nya nonton, kalau gak kulineran aja sih a Edo. Atau gak ke rumah kak Reza atau kalau di rumah sepi ya udah kak Reza yang ke sini" jawab ku polos tanpa berfikir apa yang bisa orang pikirkan dengan jawaban ku barusan.
"Kalau kosong ceunah hahahaha. Hayo siah ngapain aja sama Eja kalo rumah kosong?" A Edo tertawa lalu tersenyum penuh arti.
"Eh.. engg. itu.. biasa aja" aku mendadak gelagapan, karena seperti kepergok dengan pertanyaan nya barusan. Memang aku sangat menyembunyikan apapun yang bersangkutan tentang sex life ku dengan kak Reza, Putri pun tidak tahu soal ini padahal dia temen ku yang paling dekat. Aku takut orang - orang akan memadang ku cewek rendahan dan sex sangat dilarang oleh agama ku membuat ku merahasiakan soal itu. Ya walaupun Bang Feri tau soal ini tapi itu beda cerita lagi.
"HAahaha ga apa-apa Fa, Ga usah malu. Wajar kayak gitu mah, namanya juga pacaran" ujar Edo.
Aku mengerutkan kening ku ketika mendengar a Edo mengatakan 'Wajar'. Aku selalu mengira aku dan kak Reza dan apa yang ku lakukan selama ini sudah kelewat jauh. Aku bersedia melakukan itu dengan kak Reza karena aku sayang kepadanya dan aku yakin ketika umur dan kami berdua sudah bekerja, kak Reza lah pria yang akan menjadi suami ku. Oke, kejadian bersama kang Enday dan Bobby itu mungkin dosa besar dan aku pun sudah berjanji tidak lagi akan melakukan itu dengan orang selain kak Reza.
"Wajar?" tanya ku, tanpa meng-iya kan ke a Edo kalau aku dan kak Reza pernah berhubungan sex.
"iya wajar atuh, saya sama pacar saya juga gitu. Saya yakin semua orang pas pacaran pasti gitu" walau a Edo tidak menyebut dengan gamblang aku paham betul yang dimaksud oleh nya adalah Sex.
"Masa sih a wajar? Gak mungkin ah, cewek baik - baik pasti gak mau ngelakuin kayak gitu" aku membantah a Edo walau secara gak langsung dengan mengatakan itu aku menjudge orang yang melakukan sex di luar nikah adalah orang yang tidak baik, tentu saja aku dan kak Reza berbeda.
"Loh gak gitu atuh Fa, emang baik - buruk nya orang teh dinilai dari pernah begituan atau engga.. jadi kalo gitu kamu bukan cewek baik - baik dong?" ujar Edo mengembalikan logika ku barusan kepada ku.
"Eh..eng Fa ga pernah a" aku mencoba berbohong.
"Hahahah ga usah malu atuh Fa, ke saya mah santai aja. Baik buruk nya orang mah dinilai dari sikap nya ke orang lain atuh bukan dari mereka pernah ngewe atau engga. Kalau gitu mmikirnya, berarti saya bukan orang baik-baik atuh, Fafa juga bukan cewek baik - baik atuh." ujar a Edo, menyerang ku balik dengan logika ku.
Wajah ku memerah malu merasa a Edo tau betul apa yang di otak ku.
"eng iya a" ujar ku pelan.
"eh naha malu, ga usah malu atuh neng. Kaya anak kecil aja bahas beginian pake malu. Sok temen - temenn kamu juga pasti udah pada pernah Fa, cuman mereka mah gak akan bilang kalo udah pernah" ujar Edo.
Mendengar perkataan a Edo itu aku jadi berfikir apa Putri pernah juga melakukan hubungan badan dengan cowok.
"eng.. aneh aja si a bahas beginian hehehe" wajah ku terasa panas karena malu membahas hal ini dengan orang yang ku kira temen a Reza ini.
"aneh kenapa, emang ga pernah bahas ginian sama temen kamu?" tanya a Edo.
"gak pernah a, ih buat apa bahas sama temen aku kaya begini." ujar ku sambil kembali mengerutkan kening ku.
"yeee perlu atuh bahas beginian, biar jago" ujar a Edo.
"jago?" tanya ku.
"Ya jago mainnya Fa, kalo kamu semakin jago pasti si Eja bakalan tambah seneng" ujar a Edo.
Perkataan a Edo itu membuat ku berfikir, selama ini aku dan kak Reza berhubungan aku selalu senang dan bangga setiap kak Reza memuji ku. Oleh sebab itu aku merasa semua itu sudah cukup.
"Emang ga ada temen cewek yang bisa bahas beginian Fa?" ujar a Edo memecahkan lamunankan.
"hmm.. engga sih a Edo, malu lagian bahas ini sama temen aku. Takutnya nanti Putri malah gak mau temenan sama aku lagi" ujar ku tak sengaja menyebut nama Putri saking nyamanya mengobrol dengan a Edo yang secara tidak langsung menganggap dia juga mengenal teman - teman ku.
"Putri? Putri Novianti? Anak Pasundan Dua kelas 3?" tanya a Edo dengan nada kaget.
"Eh.. i.iya. A Edo kenal?" tanya ku.
"HAHAHAH aduh dunia teh sempit banget, kenal atuh Fa. Kenal banget. Luar DALAM" ujar a Edo memberi penekanan pada kata terakhir kalimatn nya.
Aku mengerutkan kening ku, mengerti ada arti lain dari perkataanya barusan.
"Luar dalem?" tanya ku.
"Ya luar dalem Fa..." kak Edo membuat tanda kutip di udara dengan jari nya.
Mata ku melotot menyadari apa maksudnya.
"OOOHHHHH. SERIUS???" aku tak percaya dengan apa yang kudengar barusan, Aku mengira Putri dan Itonk berpacaran karena insiden di kamar mandi waktu itu. Seharusnya aku ingat Putri pernah menyebut nama Edo, seharusnya aku ingat percakapan itonk saat di kamar mandi sekolah itu adalah sebuah red flag besar kalau Edo bukanlah orang baik - baik di balik keramahanya. Sialnya saat ini aku sama sekali tidak mengingat percakapan Putri dan Itonk saat itu dan ini akan berdampak besar bagi ku kelak karena menganggap Edo adalah orang baik.
"aku kira Putri pacaran sama itonk.. soalnya .."
"kenapa Fa?"
"ga jadi ga jadi" aku segera menghentikan perkataan ku, aku beranggapan Putri adalah pacar a Edo sehingga aku takut kalau aku melanjutkan perkataan ku akan menyakiti perasaannya.
"Coba deh Fa bahas beginian sama temen cewek." ujar Edo.
"Ih ngapain a? Kan bisa bahas sama pacar sendiri" aku membantah saran a Edo.
"Yah kalau sama cowok mah kamu bahas soal kesukaan cowok nya aja, tapi soal tekniknya kan cowok gak tau" ujar a Edo.
"Hmmm...teknik apa ini teh. Hahahahaha" entah mengapa kata itu membuat ku tertawa, karena tidak mengira kata tersebut bisa dipakai untuk topik seperti ini.
"teknik ngewe Fa hahahha" ujar Edo Vulgar, ntah kenapa aku tidak merasa risih mendengar nya mengucapkan itu. Sebab semenjak pacaran dengan a Reza, aku terbiasa dengan cowok - cowok yang kalau ngobrol tidak pakai filter. Namun aku sendiri masih risih kalau mengucapkan kata seperti itu, beda cerita jika birahi ku sudah memuncak.
Mata Edo terlihat bersemangat melihat aku yang menanggapi pembicaraan ini denganya.
"Kamu teh harus jago Fa begituan, biar Eja gak kemana - mana" ujar a Edo.
"Ih masa harus jago, kak Reza mah bukan orang kayak gitu a Edo. Dia mah sayang beneran sama aku" bantah ku.
"Yah kamu Fa masih ijo banget, cowok mah kalau udah ngerasain ngewe yang mantep bakalan kepincut." ujar a Edo lagi.
Perkataan a Edo tadi secara tidak langsung membuatku membayangkan jika a Reza selingkuh dengan wanita lain. Hati ku mendadak panas seketika.
"Kak Reza gak mungkin selingkuh a Edo, gak mungkin!" ujar ku agak kesal.
"Yah kan kamu gak tau aja, kalau mantanya lebih jago dari kamu gimana coba? Bisa - bisa dia bayangin mantanya terus pas ngewe sama kamu" ujar Edo meledekku.
Hati ku semakin panas karena perkataan - perkataan Edo. Selama ini aku merasa aman karena merasa kak Reza akan selalu setia kepada. Rasa aman itu mendadak sirna dengan mudah nya karena perkataan Edo itu, belum lagi aku sadar. Aku yang sangat sayang kepada kak Reza pun masih bisa bersselingkuh dengan Bobby dan Enday hanya karena terbawa suasana. Pikiran ku langsung galau karena pikiran - pikiran buruk semakin memenuhi kepala ku.
"Kak Reza sama mantannya gak pernah have sex a Edo. Kak Reza bilang sendiri, aku sama dia tuh sama - sama pertama kali kayak gitu" aku mencoba membuang jauh - jauh pikiran buruk itu.
"Yeeee kamu ga tau aja kan siapa tau aja, cowok mah manis mulutnya Fa jangan mudah dipercaya walau itu pacar sendiri" ujar Edo lagi, kembali meruntuhkan dinding kepercayaan ku terhadap kak Reza. Rasa cemburu buta, rasa kepercayaan ku kepada kak Reza dengan mudah nya diruntuhkan oleh orang yang baru saja ngobrol dengan ku ini.
"Masa sih kak..." pikiran - pikiran buruk itu semakin parah, mataku pun berair. Edo menyadari itu terlihat kaget namun wajah nya sama sekali tidak memperlihatkan empati.
"Ya makanya Fa.. bahas kaya ginian tuh penting. Biar jago kamu tuh harus belajar dari pengalaman orang lain. Nonton porno mah terlalu ga realistik, mesti belajar dari pengalmaan orang langsung biar bisa dipraktekin sendiri" ujar Edo dengan nada enteng tidak mempedulikan ku yang menyeka air mata ku.
Ntah mengapa perkataan Edo menjadi masuk akal bagi ku, namun aku tidak yakin aku bisa membahas soal ini dengan Putri. Soalnya aku tau Putri gak suka sama Reza.
"Aku gak punya temen buat bahas ini a Edo, sama Putri pun gak bisa..soalnya dia benci sama Kak Reza" ujar ku pelan.
"Sok bahas sama saya aja atuh Fa" ujar Edo.
"Ihhhhh... a Edo kan cowok bukan cewek...katanya mesti bahas sama cewek" aku berhasil menahan tangisku dan menyeka air mata ku yang tak lagi turun.
"Yah kan saya juga bilang, belajar dari pengalaman orang lain. Pengalaman saya mah banyak Fa" ujar Edo lagi.
"Pengalaman banyak?" tanya ku.
"Saya mah hampir tiap hari, beda - beda lagi ceweknya. Jadi nya saya bisa belajar banyak" ujar Edo dengan bangga seakan itu adalah sebuah pencapaian.
"Ihhhh a Edo PE-KA, Putri gak marah a Edo kayak gini" aku sedikit kesal dengan perkataanya barusan, Putri adalah teman baikku. Kalau dia tau soal kelakuan Edo pasti dia sakit hati.
"Yahhh... Putri juga tau dan dia mah ga apa-apa. Malah dia mah seneng saya tambah jago" ujar a Edo.
Aku mengerutkan kening ku, perkataaan barusan serasa tidak asing. Sedikit mirip dengan pembahasan kak REza saat kita membahas soal threesome dulu. Walau alasan kak Reza saat itu berbeda dengan alasan Putri, Kak Reza ingin aku merasakan kepuasan yang lebih dari apa yang bisa Kak Reza berikan kepadaku.
"Masa sih kak?" aku sedikit tidak percaya, karena selama mengenal Putri aku tau dia punya sifat yang posesif.
"Yah gak percaya dia, coba tanya sendiri ke Putri" ujar a Edo.
"Ihh masa aku nanya begituan ke Putri, ngapain sih a Edo" aku menolak usulnya.
"Ya siapa tau bisa ngebandingin gitu kalian mainnya gimana hahahaha" ujar a Edo.
Aku mulai menyadari a Edo semakin vulgar dan aku mulai merasa sedikit gak nyaman membahas ini sama dia. Walau rasa penasaran ku yang besar membuat ku ingin tau soal wejangan - wejangan nyelenehnya. Tentu saja aku masih mencoba menjaga image ku agar tidak dicap cewek gak bener. Aku gak mau bikin kak Reza malu, nanti orang yang ku kira temenya ini menganggap Kak Reza berpacaran dengan cewek bispak.
"Emang cowok kalo ngobrol sama cowok bahas ginian ya a?" tanya ku tanpa menggubris perkataan Edo barusan.
"Ya jelas atuh, makanya cowok biasanya kalau begituan udah langsung jago karena tiap hari ngobrol nya soal ngewe" ujar Edo.
"Bahas teknik juga?" aku tanpa sadar tersenyum ketika mengucapkan kata itu, yang masih ku anggap lucu kalau dipakai untuk topik seperti ini.
"Bukan bahas teknik aja, bahas soal ceweknya juga Fa."
"Bahas cewek nya?"
"Iya bahas ceweknya, dari cara mainnya, muka nya, bodinya, toket nya, cengkraman memeknya, ya semua" Edo makin berani mengatakan hal - hal vulgar kepada ku karena sedari tadi aku tidak mempermasalahkan hal itu.
"HAAAAAAhh.....Kak Reza bahas juga soal kayak gitu ke a Edo?" tanya ku kaget.
"Iya atuh Fa, kenapa emang?" wajah Edo nampak bingung melihat reaksi ku, seakaan reaksi barusan berlebihan.
Sontak saja aku merasa malu, aku yang selama ini menutup rapat - rapat soal hubungan sex kami ternyata tanpa sepengatahuan ku kak Reza menceritakanya itu kepada teman nya. Secara tidak langsung pun aku semakin percaya kalau Kak Reza dan a Edo itu teman yang sangat dekat, karena aku sendiri dan Putri tidak pernah membahas soal ini. Aku menjadi kesal kepada kak Reza, karena hal tersebut merupakan ranah privasi kami berdua. Seharus nya dia meminta izin dulu kepada ku.
"Eh kenapa Fa? Reza ga bilang soal ini?" Edo baru sadar kalau aku tidak begitu suka dengan apa yang baru saja ku dengar.
Aku menggelengkan kepala ku. Marah dan malu menyelimuti hati ku, membuat wajahku semakin memerah.
"Eh jangan marah Fa, dari cerita Reza sih kamu tuh oke banget. Jujur waktu denger itu saya, Dadang, sama Itonk jadi sirik sama Reza."
"HAAAAAAHHHH ITONK TAU?" aku semakin kaget, karena Itonk adalah teman sekelas ku dan sebenarnya kedekatan aku dan Itonk hanyalah sebatas teman sekelas saja. Aku menutup wajah ku, rasa malu ku pun semakin bertambah.
"Aduhh... salah ngomong kayak nya nih. Punteun ya Fa, tau gitu saya gak akan bilang" ujar Edo.
Setelah meredam rasa malu ku aku tak lagi lagi menutup wajah ku dengan telapak tanganku.
"Engga.*** apa - apa a Edo. Untung kamu ngasih tau. Awas ya itu kak Reza aku gak kasih jatah sebulan" mencoba menutupi kekesalan ku dengan bercanda.
"Wah kasian atuh si Reza kwkw.. emang kamu kuat Fa sebulan gak ngewe? Orang mah mau cowok apa cewek kalo udah tau enaknya pasti nagih Fa." ujar a Edo.
Aku terdiam mendengar itu, aku jadi membayangkan kak Reza yang merengek minta jatah dan aku menolaknya.
"Hmphh..." Pikiran itu membuat ku tertawa kecil karena aku suka sekali ketika kak Reza bertingkah seperti anak kecil kalau lagi kepengen.
"Iya juga sih" gumam ku, karena aku sadar semenjak aku dan kak Reza melakukan hubungan sex, tiada satu hari pun aku berhenti memikirkan hal itu. Walau tidak parah atau menganggu aktivitas ku sehari - hari juga sih seperti certia porno yang ku baca di internet. Biasanya karakter wanitanya seakan membutuhkan sex seperti manusia membutuh kan oksigen yang menurut ku tidak masuk akal. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, kalau sampai sebulan tidak melakukan itu dengan kak Reza, sudah pasti birahi ku akan mengambil alih akal sehat ku seperti yang sudah - sudah.
"Kak Reza cerita apa aja emang a Edo?" akhirnya aku memutuskan untuk mengkorek informasi lebih jauh, mumpung lagi ngobrol dengan Edo, siapa tau jadi bisa tau hal tentang kak Reza yang tidak ku ketahui.
"Ohh.. Reza bilang kamu jago banget nyepong.. bisa deep throat" ujar Edo tanpa rasa risih.
"Aduhh... kak Rezaaaaaa" aku kembali merasa malu mendengar itu, mengingat Itonk berarti juga mengetahui soal itu. Aku takut banget kalau itonk mulutnya ember bisa - bisa image ku rusak di sekolah nanti.
"Eh Fa ga usah malu, bangga atuh harusnya. Ga semua orang bisa deep throat. Putri aja masih mau muntah kalo deep throat" ujar Edo.
Entah mengapa ketika Edo membandingkan ku dengan Putri aku merasa bangga. Aku merasa menang dari sahabat ku itu. Perasaan bangga yang aneh, persis ketika pemuda jawa medog tadi membandingkan ku dengan pacar nya sampai - sampai dia bilang akan membayangkan diriku ketika melakukan hubungan sex dengan pacarnya nanti. Tapi tentu saja aku masih kepikiran image ku nanti kalau di temen-temen ku di sekolah tau soal ini. Bisa - bisa aku disangka cewek murahan, padahal aku cuma melakukan hal itu sama kak Reza.
"Malu atuh a, ntar temen-temen Fafa pada nganggep Fa cewek bispak kalau mereka tau. Aduh moga - moga Itonk mulut nya ga ember deh" aku menggerutu.
"Ngapain meduliin pendapat orang sih Fa" ujar Edo heran, seakaan apa yang ku utarakan barusan tidak masuk akal.
"Ih..a ntar jadi bahan omongan atuh.. kalau orang tua aku tau gimana? Kalau guru - guru tau gimana?" gerutu ku kesal karena melihat a Edo gak ngerti dengan efeknya kalau orang - orang tau soal ini.
"Oh iya juga sih" Edo manggut - manggut terdiam.
"hmmm.. jadi kamu begituan baru sama Eja aja ya Fa?" tanya Edo lagi.
"Iya atuh a" aku berbohong, lagi pula buat apa jujur kalau aku sudah pernah berhubungan badan dengan Bobby dan kang Enday sama a Edo? Malah nanti bikin malu kak Reza, dan takutnya dia jadi berfikir aku cewek gampangan.
"Ohhh.. bagus bagus.. bener berarti kata Itonk kamu teh cewek baik - baik" Edo berguman namun masih terdengar oleh ku. Aku sebenernya gak mau ngerasa ge-er tapi gumaman a Edo barusan membuat ku curiga kalau Itonk dan teman - temanya sepertinya sering membahas soal diriku.
"Emang Itonk sering bahas aku ya a?" tanya ku penasaran.
"Yah Itonk mah semua cewek di kelasnya dibahas Fa, maklum jomblo hahahahah. Lagian tau sendiri kan cewek Pasundan 2 teh terkenal pisan pada cakep cakep." Edo menjawab diplomatis, seperti menghindar dari pertanyaan ku.
"Iya emang kalau bahas, bahas apa sih a Penasaran" aku terus mengejar jawaban dari Edo.
"Ya gitu, bahas soal si ini pacar nya siapa gitu - gitu bahasan cowok lah Fa." saut Edo masih tidak menjawab pertanyaan ku.
Akhirnya karena tak sabar aku pun segera menodong nya.
"Pasti bahas yang engga - engga nih dari gelagat a Edo" aku memincingkan mata ku curiga.
"Hmm kamu jangan marah ya Fa.. saya teh ngira kamu dulu cewek bisa dipake gitu" ujar Edo.
"HAH sembarangan ih a Edo ngomong nya" ujar ku.
"Eh ya soalnya kamu teh waktu itu kan ke warnet gak pake BH kan? Terus juga pas mergokin kamu sama Eja di bilik warnet warjo kamu teh lagi digrepe kan sama si Eja tapi ditutupin Hoodie." Edo balik menodong ku.
"eh.. enng.. engga itu teh" aku gelagapan.
Edo tersenyum penuh arti melihat reaksi ku.
"Binal juga ya kamu Fa.. Beruntung pisan si Eja dapet kamu...demen saya teh sama yang kaya kamu gitu" ujar Edo
Perkataanya barusan membuatku merasa aneh. Bukanya Edo temenya kak Reza? Kenapa dia bisa dengan gampang nya mengatakan itu, bukanya cowok punya aturan tak tertulis kalau gak boleh ngerebut pacar temen?
"ihhh.. a Edo ngomong apa sih.. ga boleh gitu atuh masa ga respek sama kak Reza. Aku tuh pacar nya dia tau." aku mengerutkan kening ku saking herannya dengan perkataanya barusan.
Wajah a Edo terlihat heran dengan perkataan ku tadi.
"temen? Saya mah sama si Eja cuman kenal doang bukan temen. Ngobrol juga baru sekali." ujar Edo.
Mendengar itu membuat ku terkejut, aku merasa kesal dengan diriku yang begitu mudah nya berbicara hal - hal private kepadanya karena mengira dia teman dekat kak Reza.
"Eh aduh aku kira kamu teh temen nya kak REza! Duh tau gitu aku gak bahas soal begini - begini" aku mengumpat menyesal.
"AHAHAH sante wae atuh, kaya apa aja. Lagian cuma bahas ginian doang belum di ewe" Edo semakin vulgar tak peduli lagi menjaga perkataanya.
Aku terdiam memikirkan apa yang harusnya kulakukan sekarang, ingin sekali aku menyudahi percakapan ini denganya tapi nanti entah kenapa aku gak mau keliatan gak dewasa dengan menyudahi percakapan sepihak. Akhirnya aku memutuskan untuk berpamitan.
"a Edo udah dulu ya ngobrolnya, Fa ada urusan bentar" aku berbohong.
"Eh mau kemana, ngobrol dulu atuh baru juga bentar." Edo menahan ku.
"Eng.. mau.. mandi a Edo" aku tak jago berbohong, jadi ku utarakan saja kata yang pertama kali muncul di otak ku.
"Eh pengen liat atuh" goda Edo semakin tak sopan.
"Heh a Edo ga boleh gitu ih." aku menghardiknya.
"Heh Anjing, jual mahal pisan kamu teh... Padahal kamu mah demen kan pamer - pamer badan. Cuman liat doang kan gak di ewe" ujar Edo dengan entengnya melecehkan ku.
Aku seketika itu juga menjadi merinding mendengar kata - kata Edo yang melecehkan ku itu, bisa - bisanya dia berkata seperti terhadap ku. Memang nya dia pikir aku cewek apaan? Aku kesal namun entah kenapa hati kecil ku takut untuk membentaknya. Ada aura yang menyeramkan terpancar dari wajajh nya yang dihiasi oleh senyum jahat, senyumnya Edo seperti menganggap ku rendah.
"Sok atuh kita ngobrol di private chat. Via WA juga boleh kalo mau. Udah ngaceng nih dari tadi" ujar Edo samabil memijat bagian selangkanganya dari balik celananya.
"eng..a Edo u..udah.. dulu.. ya" bibir ku bergetar, entah mengapa aku merasa sangat takut saat ini. Insting ku seperti memberi tahu kalau aku sebaiknya tidak berinteraksi lebih lanjut dengan pria ini. Belum lagi dia anggota geng motor XTC yang gosip - gosipnya tidak takut untuk bertindak kelewat batas. Aku dapat merasakan mata ku berair menahan tangis ku.
Orang tuaku mendidik ku agar selalu ramah kepada semua orang, membuat ku kelewat naif menganggap kalau semua orang akan melakukan hal yang sama kepada ku. Ternyata di dunia ini ada orang - orang yang punya sifat seperti Edo. Tidak ada setitik pun kebaiakan di dalam diri mereka, sikap ramah dan polosku malah membuat mereka semakin berani. Seakan mereka menngartikan keramahan ku seperti aku mengijinkan mereka bersikap seperti itu kepada ku.
"Ih anjing jual mahan pisan kamu teh, udah nyobain kontol aing mah ntar juga bakal nagih kayak si Putri. Sok mau coba ga? Si Eja mah kalah pasti, yang saya mah gede" Edo menunjuk ke arah selangkanganya.
"Hayu atuh, saya juga tau kamu teh sebenernya mau tapi gak enak sama si Eja kan? Tenang aja si Eja gak bakal tau. Kalo mau saya jemput sok, kita main ke base camp. Jamin puas. Ntar saya kenalin juga sama yang lain. Bakal puas kamu pasti" Edo terus meleceh kan ku dengan kata - katanya.
"Memek kamu pasti wangi banget sih ya, sama kaya Putri. Si Putri baru sekali di bawa ke base camp sama anak - anak digilir langsung nagih. Kamu mah belom coba aja Fa, kalau udah coba mah pasti ketagihan juga kaya Putri." Entah apa Edo sadar perkataanya, mana ada wanita yang mau dengan ajakan seperti itu. Aku mendengar nya semakin merinding, percakapan ini sudah tidak lagi sehat. Aku merasa Edo lebih menyeramkan dari bapak ojol di post satpam itu.
"Ayo atuh, ato ga kasih liat toket dong Fa.. ayo lah ga usah malu.. lagian saya juga udah li..." aku langsung mematikan suara laptop ku itu, dada ku serasa sesak. Aku tak sanggup lagi mendengar pelecehan verbal dari mulut Edo. Rasa takut ku semakin menumpuk, bahkan sekarang rasa takut yang kurasakan saat ini melebihi rasa takut ku kepada si supir ojol buncit. Jantung ku berdebar-debar secara cepat, rasa takut ku semakin menjadi - jadi. Bayangan - bayangan buruk dari semua perkataan Edo tadi memenuhi otak ku. Walau mata ku menatap ke arah laptop, rasa takut ku membuat aku tak terlalu memperhatikan lagi apa yang ada di depan laptop ku.
Tatapan ku kosong, aku tak mendengar apa yang Edo katakan, mulutnya terus bergerak seperti mengatakan sesuatu. Tiba - tiba dia mengeluarkan HP nya dan memperlihatkan kepada ku sebuah video samar namun aku bisa melihat dengan jelas video apa itu. Video seorang cewek yang sedang menyepong penis, namun karena kualitas kamera webcam nya yang tidak terlalu bagus aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita itu walaupun familiar.
Aku merasa sudah cukup dengan pelecehan Edo, dengan segera aku mengklik tombol menutup pembicaraan itu dengan mengkliknya berkali - kali. Namun karena terlalu banyak mengklik tombol itu aku tak sadar kalau aku tak sengaja mengklik tombol mencari teman lagi. Suara HP ku berbunyi mengalihkan pandangan ku dari laptop ku.
Aku segera mengangkat telfon tersebut yang ternyata dari kak Reza.
"Kak.. Reza" sapa ku lemas.
"Kamu kenapa Fa?" jawab kak Reza, seakan mengerti perasaan hati ku saat ini.
"Ka Reza kenal sama Edo?"
"Kenal Fa.. dia ketua geng XTC daerah kita"
"Kenal deket?" tanya ku ingin memastikan, jantung ku berdetak kencang, rasa takut ku belum juga hilang padahal aku sudah mendengar suara kak Reza.
"engga sih, dikenalin itonk Fa... Lagian ngapain juga aku gak mau deket sama yang begituan. Takut bawa masalah" jawab kak Reza.
"Kenapa emang Fa? Kok tiba - tiba nanyain dia?" tanya kak Reza, terdengar kekhawatiran dari suaranya.
"tadi aku habis ngobrol sama dia kak"
"HAH? ngobrol di mana katanya kamu di rumah?" tanya kak Reza.
"di EksisTV kaka tau kan?" ujar ku.
"Oh iya tau tau, yang lagi viral itu. Rame sekarang yang make. Aku gak nyangka aja sih kamu pake aplikasi begituan. Terus kenapa Fa." ujar kak Reza
"Dia..dia ngelecehin aku kak.." ujar ku pelan.
"HAh anjing.. ngelecehin gimana FA?" nada suara kak Reza meninggi. Entah mengapa aku senang mendengar nya marah gara - gara ini.
Aku pun menceritakan semua percakapan ku dengan Edo barusan.
"Fa takut kak.. gak tau kenapa firasat Fa buruk banget sama dia." ujar ku.
"Ya wajar lah Fa, namanya anak geng motor udah pasti ga bener."
"Fa t..takut banget kak.. Pas Fa bilang Fa mau mandi dia maksa banget pengen ngeliat Fa mandi...u..udah gitu .. hiks" aku ga bisa melanjutkan kata - kata ku. Lepas tangis ku yang sedari tadi kutahan aku merasa helpless di situasi ini. Baru kali ini ak merasakan rasa takut yang teramat sangat, Setelah sikap Edo berubah tadi aku merasakan aura jahat dari dirinya.
"Shhh.. tenang sayang.. ga usah takut.. dia gak akan berani ngapa-ngapain." kak Reza berusaha menenangkan.
"t..tapi Fa takut.. kan mereka base campnya deket banget sama sekolah.. mereka juga sering nongkrong di warung luat sekolah sambil nunggu buat malakin anak - anak Pasundan pas balik kak.. kalau Fa kenapa - kenapa gimana?" aku merengek, merasa perkataan kak Reza tadi tidak cukup untuk menenangkanku.
"Fa tenang aja, mereka gak akan berani ngapa-ngapain. Rumah mereka tuh kan deket sini semua, kalau macem-macem tinggal dilaporin terus didatengin polisi. Alasan kenapa mereka santai - santai aja malakin anak - anak Pasundan 2 itu ya gara - gara gak ada yang ngelaporin aja." kak Reza melanjutkan.
"Kak..dia bilang Putri tuh pernah dibawa ke base camp mereka terus dipake rame - rame tau." kata ku.
"Hah Serius?" kak Reza terdengar kaget.
"Iyaaa.. tadi Edo ngomong gitu.. aku juga waktu itu mergokin Itonk sama Putri ML di toilet cewek. Itonk kan anak XTC kak, jangan - jangan emang bener Putri udah pernah dibawa ke base camp mereka"
Kak Reza terdiam sejenak lalu menghela nafasnya.
"Sayang.. Kamu gak usah terlalu ngedenger perkataanya si Edo. Orang - orang kaya gitu ngomong nya besar sama gak bisa dipercaya. Mereka suka ngelebih - lebihin, aku yakin pasti dia tadi ngomong gitu cuma buat intimidasi kamu. Terus karena dia tau kamu sama Putri temenan, makanya dia bawa - bawa nama Putri." ujar kak Reza.
"Loh ngapain dia bohong kayak gitu kak?" aku masih percaya kalau apa yang dikatakan Edo itu semuanya benar terjadi.
"Ya orang kayak gitu kan ga ada masa depan Fa, hidupnya ancur, pengangguran, gak punya skill apa-apa, ya otomatis social skill nya juga jeblok. Interaksi mereka sehari-hari cuma sama orang-orang yang ancur juga. Jadi mereka gak tau dong gimana cara yang bener ngobrol sama cewek? Apalagi cewek kaya kamu, mereka pasti ngiranay kamu tuh cewek-cewek bispak gitu yang gampang diajak begituan. Dia bawa-bawa Putri mungkin ngiranya kamu bakal mau kalau temen kamu juga mau. Udah ya sayang ga usah takut lagi" ujar kak Reza.
Perkataan kak Reza tadi terdengar masuk akal, kenapa juga aku langsung percaya dengan semua omongan Edo. Wajah ku masih terasa basah walau air mata ku sudah mulai berhenti mengalir.
"Sini peluk" ujar kak Reza.
"Aaahhh butuh banget dipeluk" rengek ku seperti anak kecil. Aku menyeka air mata ku dan mengelap wajah ku yang basah.
"Kalo mau sekarang aku tinggal jemput loh sayang, rumah aku sepi" ujar kak Reza sambil terkekeh.
"Ihhh... orang lagi gemeteran dia malah ke situ aja pikiranya" bentak ku, walau kesal namun perkataan kak Reza tadi membuat ku tersenyum karena merasa dengan keberadaan nya semua nya menjadi normal kembali.
"Yee orang cuma mau meluk, dih siapa coba yang mikirnya ke sana terus sekarang?" kak Reza meledek ku.
"Ihhhh mana mungkin cuma meluk aja ahahaha" aku masi menyeka air mata ku yang tersisa dengan jempol ku yang juga ikut basah karenanya.
"Ih beneran aku meluk aja, kan Fafa lagi butuh peluk sekarang, tapi kalau Fafa butuh yang lain ya aku kasih" ujar kak Reza.
"Tuh kan mesummm!! Dasar jeleeeeeekk!!!" aku tersenyum lebar, rasa takut ku hilang seketika. Kak Reza memang hebat, dia bisa membuat ku tenang kembali tanpa banyak usaha.
"Iya deh mesum, sama - sama mesumm tapi yaa aku gak mau mesum sendiri heheheh" ujar kak Reza.
Aku ikut tertawa mendengar perkataan kak Reza, dada ku tak lagi terasa sesak oleh rasa takut. Rasa takut ku tergantikan oleh rasa hangat kasih sayang dari kak Reza.
"Sayang aku mau nanya dong" ujar kak Reza.
"nanya apa? pasti aneh aneh nih" saut ku dengan nada curiga.
"Hmm...kamu kenapa kalo aku yang lecehin gak kayak gini? Malah mau - mau aja." tanya kak Reza dengan nada datar..
"Haaaah? Emang kak Reza pernah ngelecehin aku?" aku balas bertanya.
"Ih dia ga sadar apa gimana sih hahaha. Hmm.. pernah kan waktu kita ML.. aku manggil kamu eng.. lonte gitu.. kamu ga marah. Aku malah lecehin kamu gak cuma verbal tapi fisik juga lagi hahaha"
"Eh ya Beda atuh kak.. kan itu kamu yang lecehin aku.. Lagian aku juga tau itu kan cuma karena kita lagi nafsu aja makanya kamu kaya gitu kan? Aku kan udah tau aslinya kak Reza tuh bukan orang kayak gitu"
"Ohhh jadi kalo udah birahi dilecehin ga apa-apa ni" nada menggoda yang diiringi dengan sarkasme kak Reza terdengar oleh ku.
"Ihhh apa sih kak! Ya engga atuh, mana mau aku dilecehin sama orang selain kamu."
"Ohh.. kirain Fafa kalau udah birahi apapun bisa terjadi" ledek kak REza.
"Kaka apaan sihhhhhh!! Kesel ah, aku tutup nih telpon nya" ancamku.
"Eh..iya iya maap becanda sayang, biar kamu gak takut lagi" ujar kak Reza.
"Jangan gitu ah kak, ntar aku keinget lagi sama kejadian barusan" aku mendengus kesal.
"Hmmm sebaiknya sih jangan dilupain sih Fa" ujar kak Reza.
"Hahhhhh ko jangan dilupain? Kalo diinget yang ada bikin aku takut terus atuh kak gimana sih??" Aku mengerutkan kening ku mendengar perkataan kak Rea barusan.
"Gini gini denger dulu..Hmm..kalau aku di posisi kamu dari pada aku lupain mending aku membuat diri jadi terbiasa sama hal itu."
"Hah terbiasa gimana? Masa kamu mau aku terbiasa dilecehin sama orang lain kak?" aku semakin gak ngerti dengan jalan pikiran kak Reza.
"Bukan bukan gitu.. Jadi kamu tuh siapin mental dan mindset kamu dengan menganggap hal kayak gitu tuh gak bikin kamu takut lagi. SOalnya kalau kamu ngelupain, ntar suatu asat itu kejadian lagi kamu nya bakal takut lagi kayak sekarang" lanjut kak Reza.
"Hmm... aku gak gitu ngerti sih kak, emang bisa ya bikin kita gak takut lagi?" tanya ku.
"Hmmm aku mending kasih contoh kali ya.. Misalnya orang takut sama ruangan gelap, biar gak takut lagi dia akan nyoba tidur dengan keadaan lampu mati pas malem. Lama - lama dia terbiasa dan mungkin bisa menikmati" ujar kak Reza.
"Ohhh.. iya ngerti sih, jadi aku harus sering - sering dilecehin gitu ya kak biar ga takut lagi? Hmm... aku gak mau tapi kak tetep, masa aku harus minta ke orang lain buat dilecehin?" aku semakin bingung.
"Ya ga gitu sayang ku hahahahaha" kak Reza tertawa seakaan aku baru saja mengatakan sesuatu yang bodoh.
"Ihhh ya gimana atuh, kamu tau kan aku lemot soal beginian"
"Gini gini.. kamu kan kalau aku yang ngelecehin ga takut kan?"
"Iya" jawab ku singkat.
"Nah ya udah gimana kalau aku lecehin kamu tapi kita role play gitu. Pura-pura nya aku anggota geng motor" ujar kak Reza.
"Ih muka kamu tuh baby face ga ada serem-serem nya gimana aku bisa takut sayang hahahahah" aku tertawa membayangkan wajah kak Reza sok garang, duh lucu banget.
"Yee malah ngeledek, ya udah kamu bayangin orang lain juga ga apa-apa" ujar kak Reza lagi.
"LOh ko bayangin orang lain, kan lagi sama kak Reza."
"Ya udah gini deh mau coba ga? Kita praktekin sekarang" ujar kak Reza lagi.
"Hm..." aku agak ragu sebenarnya, tapi biasanya kak Reza pinter soal masalah piskologis gini jadi akhirnya aku pun mengangguk dan setuju walau kak Reza tidak bisa melihat ku.
"Ok deh kak, tapi kalau aku gak suka kita berhenti ya" pinta ku.
"Iya sayang, kalo kamu gak nyaman kamu bilang aja NANAS gitu. Itu kita jadiin safe word" ujar ka Reza.
"Hm... oke, kalo aku bilang nanas kita berhenti ya kak"
"Ya udah sekarang kamu cari sesuatu buat nutup mata kamu" perintah kak Reza.
"Hah buat apaaan kak?"
"Buat nutup mata kamu, soalnya kalo merem doang nanti kamu sewaktu-waktu bisa melek terus ilang konsentrasinya. Kalau ditutup pake kain gitu, lebih gampang bikin kamu fokus." ujar kak Reza menjelaskan
"Oke bentar" aku melihat sekeliling ku dan aku teringat akan scarf hitam milik ku ketika melihat lemari pakaian. Aku segera mengambil nya dan kembali ke atas kasur dengan scarf hitam milik ku. Scarf ini tidak terlalu panjang namun bahannya sangatlah lembut di kulit ku.
"Udah nih kak" aku menggenggam scarf itu ke atas dengan gerakan seperti menunjukan scarf itu ke kak Reza, seakan dia ada di hadapan ku.
"Oke kita voice call aja ya, jadi biar kamu terjaga konsentrasinya" ujar kak Reza lagi.
"okeeey" jawab ku singkat, nada suara ku entah kenapa kalau ngobrol dengan kak Reza seperti anak kecil.
"Sekarang Fafa tutup mata Fafa pake scarf nya. Ga usah kenceng-kenceng yang penting mata kamu ketutup gak bisa ngelihat apa pun. Oh kalo bisa pake air pod aja Fa, jadi kamu ga usah pegang HP nya." lanju kak Reza.
"Oke bentar kak" aku meletakan Hp ku di pangkuanku dan merogoh air pod ku yang terletak di meja rias ku yang tak jauh dari kasur dan memakainya di telinga ku. Setelah itu aku segera melilitkan scarf itu di kepala ku sehingga mataku tak lagi bisa melihat apapun karena tertutup oleh scarf hitam itu.
"Oke udah kak." sesekali tangan ku merapihkan scarf itu karena ikatan ku yang tidak terlalu kuat membuat nya agak mudah turun.
"Sekarang Fafa tiduran, cari posisi yang relax aja ya, se releks-releksnya, senyaman-nyamanya" kak Reza kembali memberi instruksi.
AKu dengan hati-hati agar tidak terantuk dengan bagian kepala dipan kasur meraba-meraba sekitar ku sambil menurunkan tubuh ku hingga akhirnya aku bisa berbaring dengan kepala ku di atas bantal ku.
"Udah kak.." jawab ku patuh.
"Oke nanti kamu gak usah jawab semua instruksi yang aku kasih sewaktu kita mulai roleplay ya sayang. Kamu imajinasiin aja apa yang aku bilang, kalau mau respon boleh aja tapi sih tapi harus in character. Kamu sebagai anak cosplay pasti paham lah" ujar kak Reza.
Mendengar itu aku jadi terbayang ketika aku sering lomba cosplau dimana aku harus bersikap dan berbicara layaknya karakter yang sedang kuperankan. Dulu aku sering banget juara satu dan mendapat penghargaan sebagai peserta terbaik karena setiap kali aku sudah memakai kostum, karakter yang sedang kuperangkan seakan merasuki tubuh ku. Gaya bicara, reaksiku, akan persis sama dengan karakter yang kuperankan. Sehingga perintah kak Reza tadi dapat segera ku mengerti.
"Oke kita mulai,, jadi ceritanya kamu diculik sama geng motor. Aku jadi ketuanya"
"Hmphhhfffffffttt" Aku menutup mulut ku menahan tawa ku membayangkan kak Reza menjadi ketua geng motor.
"Sayang serius atuh ih" gerutu kak Reza.
"eh iya iyaaa maaaaf" jawab ku sambil menahan tawa ku.
"Oke jadi ceritanya kamu diculik terus disekap di basecamp. Mata kamu ketutup, terus ke dua tangan kamu diiket pake tali. Di ruangan itu udah ada beberapa orang yang sedang lagi menikmati pemandangan yang gak biasanya mereka lihat. Mereka lagi memandang tubuh kamu, baju seragam kamu udah dilucutin sama mereka. Cuma tinggal tanktop dan celana dalam kamu.
Mendengar itu dengan sendirinya aku menaruh ke dua tangan ku ke atas kepala ku, membuat posisi ku sama persis dengan apa yang digambarkan oleh kak Reza.
"Kamu gak bisa ngeliat apa - apa tapi kamu bisa ngerasain keberadaan mereka, kamu bisa ngerasain setidaknya ada 4 orang di ruangan itu" kak Reza kembali melanjutkan narasinya.
Scarf ini membuat ku lebih mudah membayangkan perkataan kak Reza barusan, karena seketika itu juga aku seperti merasa ada beberapa orang di kamar ku. Aku juga membayangkan diri ku sedang dikelilingi oleh beberapa orang walau dalam imajinasiku wajah mereka nampak buram.
"Mereka berjalan ngedeketin kasur kamu Fa.. semakin dekat, kamu bisa ngedenger nafas mereka yang udah ga kuat buat ngerasain tubuh kamu." Caraa bicara kak Reza semakin lambat, seperti orang yang sedang menghinotis.
Kak Reza diam tidak melanjutkan perkataanya, namun imajinasi ku masih terus berlanjut. Aku membayangkan ada tiga orang yang sedang mengelilingku, melangkah pelan mendekati ku yang terbaring dengan tangan terikat. Aku membayangkan tangan - tangan mereka mulai menjulur untuk menyentuh ku, namun karena kak Reza belum melanjutkan narasinya, di imajinasiku seakan tangan-tangan mereka berhenti sangat dekat dengan tubuh ku. Aku menunggu instruksi kak Reza dengan penuh antipasi membuat ku menggigit bibir bawah ku.
"Kamu mulai bisa ngerasain ujung jari-jari mereka mulai menyentuh tipis tanktop kamu yang tipis. Bergerak - bergerak menelusuri lekuk tubuh kamu namun mereka hati - hati banget buat gak nyentuh daerah kewanitaan dan toket kamu"
"Mhphffff..." aku merinding mendengar itu, aku merasa sekujur tubuh ku seperti digerayangi oleh tangan-tangan nakal. Rasa geli menjalar ke seluruh tubuh ku padahal kak Reza hanya melakukan ini dengan suaranya.
"Akhirnya kamu bisa merasakan jari-jari mereka mulai nakal dan menelusuri toket kamu sampai akhirnya jari salah seorang dari mereka menyentuh puting kamu yang udah keras" lanjut kak Reza.
"mmphh..." aku menutup mulut ku yang hendak mengeluarkan desahan.
"Jari-jari mereka semakin berani, kemudian mencubit-cubit puting kamu pelan sambil menyentil puting kamu sesekali dari bagian luar tanktop kamu. Semakin lama cubitan itu semakin keras dan akhirnya tangan mereka meremas toket kamu. Toket kamu msaing-masing diremas-remas sama orang yang berbeda Fa" Suara kak Reza ikut terdengar berat, yang berarti kak Reza juga ikut birahi dengan narasinya.
Ku turunkan kedua tangan ku dari atas kepalaku, dan aku mulai meremas-remas sendiri toket ku dari luar tank top ku. Kugerakan kedua tangan ku sesuai dengan narasi yang dikatakan oleh kak Reza. Ku remas-remas pelan pada awalnya sambil sesekali kucubit-cubit puting ku dari bagian luar tanktop ku yang tipis.
"Salah satu dari mereka naik ke atas kasur dan duduk di dekat kepala kamu, kamu bisa ngerasain tanganya sekarang lagi ngeraba pinggang kamu. Gak lama kemudian orang itu membantu kamu buat duduk, terus badan kamu disenderin ke dada dia" lanjut kak Reza.
Aku segera mendudukan diri ku, aku memposiskan bantal ku berdiri dikepala kasur sehingga aku bisa menyandarkan tubuh ku ke bantal tersebut.
"setelah itu orang yang di belakang kamu meremas-remas toket kamu Fa.. setelah itu tanganya turun ke bawah dan tnaganya diselipkan masuk ke dalam tanktop kamu. Lalu tanganya digerakin ke atas ngebuat bagian bawah tanktop kamu ikut naik ke atas. Perlahan-lahan kulit kamu semakin kebuka sampai akhirnya kamu bisa ngerasin bagian sisi jempol orang itu nyentuh bagian pinggiran toket kamu. Tangan itu berhenti namun akhirnya dia menggenggam bagian bawah tanktop kamu dan menariknya ke atas hingga akhirnya toket kamu pun mencuat keluar tanpa ngelepas tanktop kamu dari badan kamu. Jadi bagian bawah tnaktop kamu itu ketahan sama toket kamu Fa yang bulet sempurna, sekel dan kenceng" ujar kak Reza lagi.
Kedua tangan ku mengikuti gerakan tangan pria yang ada di imajinasiku, ku angkat tanktop ku dan ku gunakan toket ku sendiri untuk menahan tanktop ku agar tidak turun ke bawah.
"Cowo yang di belakang kamu segera ngeremes - remes toket kamu Fa.." ujar kak Reza lagi.
Tangan ku pun mengikuti gerakan narasi kak Reza, ku remas- remas toket ku sendiri sambil sesekali memilin-milin puting ku. Aku bisa ngerasain kalau memek aku udah mulai basah, ingin sekali aku menyentuh nya namun karena kak Reza belum memberikan instruksi... aku terpaksa menahan diri ku.
"Terus ada cowok lain yang naik ke kasur dan posisinya di deket kaki kamu Fa."
Mendengar itu aku merasa seperti benar-benar ada orang yang sedang berlutut di dekat kaki ku, aku secara reflek menekuk kaki ke arah ku dan menutup nya rapat-rapat. Instruksi kak Reza seperti sangat singkron dengan apa yang ku imajinasikan.
"Laki-laki itu megang ke dua lutut kamu terus dengan paksa ngebuka kaki kamu lebar-lebar." Sudah tentu aku segera membuka kaki ku lebar- lebar walau masih menekukan kaki ku.
"Cowok itu nyium-nyium paha kamu ke atas sampe akhirnya kamu bisa ngerasain nafass dia di memek kamu yang masih pake celana dalam. Laki-laki itu dengan gak sabar langsung melepaskan celana kamu Fa."
Aku segera melepas celana ku dengan terburu-buru dan kembali meposisikan kaki ku terbuka lebar. aku bisa meraskan cairan memek ku yang dari tadi sudah mengalir membuat sprei kasur di sekitar selangkangan ku menjadi basah.
"Ah..jangan.." aku meracau, imajinasi ku semakin terasa nyata.
"Diem! Udah nikmatin aja, kamu pasti puas di ewe sama kita rame-rame. Ga usah sok suci, kita tau kamu lonte" kak Reza menghardik ku, nada bicaranya kasar persis seperti Edo.
"A..jangan.. a.." aku mulai mengikuti permainan role play ini, aku benar-benar merasa seperti akan diperkosa oleh para anggota geng motor itu.
"jangan tapi memeknya ko udah basah sih? Udah pengen dimasukin banget ya?" kak Reza berbicara dalam karakter, namun entah mengapa aku tak lagi mendengar kak Reza dari suara itu. Aku teringat oleh Edo, nada bicaranya yang tak sopan dan sedikit mengancam kembali terdengar oleh ku. Wajah para pria di imajinasiku pun semakin terlihat jelas, aku bisa melihat wajah Edo sedang menikmati selangkangan ku dan Dadang teman Edo sedang meremas-remas toket ku. Aku juga bisa membayangkan Itonk sedang merekam kami bertiga sambil mengocok batang kemaluannya.
Seketika itu juga rasa takut kembali menyelimuti ku, aku kembali menggigil ketakutan. Rasa takut ini bahkan melebihi rasa takut ku saat Edo melecehkan ku di aplikasi EksisTV tadi.
"Udah...stop.."
"BERISIK LONTE! UDah ikutin aja. Kamu mau gue tampar? " hardik kak Reza. Hardikan kak Reza tadi mengagetkanku membuat aku menutup mulut ku rapat-rapat. Aku tak lagi mendengar suara ramah dan penuh kasih sayang kak Reza, walau aku tau itu adalah kak Reza namun entha kenapa aku tetap membayangkan Edo yang sedang berbicara dengan ku.
Kak Reza terus memberi instruksi dengan nada galak, berbeda dengan narasinya di awal tadi yang lembah lembut. Lama-lama aku tak lagi mendengar suara kak Reza, aku merasa seperti terbangun dari mimpi dan imajinasiku terasa begitu nyata. Aku sedang dikelilingi oleh Edo, Itonk, dan Dadang. Seluruh perkataan kak Reza begitu nyata terbayang oleh ku, aku seperti dalam keadaan trance. Aku tak lagi merasa aku berada di kamar ku, tapi aku berada di basecamp geng motor itu bersama Edo, Dadang, dan Itonk.
Selagi imajinasi ku terasa nyata, aku mulai melanjutkan remasan-remasan ku ke toket ku yang kata orang - orang sekel sempurna. Ku mainkan puting ku dengan memilin-milinnya, rasa geli yang menjalar keseluruh tubuh ku membuat badan ku menggeliat-geliat turun hingga akhirnya aku kembali berbaring. Kak Reza terus memberikan narasi yang berubah menjadi imajinasi ketika suaranya memasuki telingaku.
"Mphh jangan..a Edo.." aku meracau menyebutkan nama Edo. Aku merasakan perasaan baru yang tak pernah kurasakan sebelumnya, rasa takut dan birahi yang bercampur menjadi satu. Tangan kanan ku kemudian mulai meraba-raba tubuh ku selagi tangan kiri ku terus meremas-remas toket ku sendiri. Badan ku menggeliat-geliat pelan di kasur setiap kali tangaku melaukan pergerakan.
Ku turun kan tangan kanan ku semakin ke bawah sampai akhirnya ujung-ujung jari ku menyentuh bulu-bulu memek ku yang sekarnag sudah mulai tumbuh kembali. Bulu-bulu memek ku memang sangatlah lebat jika tidak dicukur tapi setidaknya seminggu sekali aku selalu rajin mencukurnya karena merasa tidak nyaman jika memek ku penuh dengan bulu. Ku selipkan jari tengah ku ke belahan memek ku yang sudah terasa hangat.
"Ohh..a Edo..mmhpppfff" imajinasi ku semakin liar, aku membayangkan Edo sedang membenamkan wajah nya ke memek ku saat ini. Aku udah gak sadar lagi sama keadaan di sekelilingku, membuat ku tak menyadari kalu sedari tadi EksisTV ku masih berjalan dan lawan bicara ku saat ini dapat dengan jelas melihat apa yang sedang kulakukan. Kamera webcam dengan sempurna mengarah ke arah ku, menampilkan tubuh ku yang putih dengan pakaian yang sudah tidak terpakai degan rapih sedang memuaskan diri nya sendiri. Posisi ku membuat bagian tubuh ku dari atas sampai lutut ku terlihat dengan jelas di layar lawan bicara ku yang tanpa sepengetahuan ku sedang menikmati pertunjukan yang kuberikan secara gratis. Suara laptop yang masih dalam keadaan mute menyebabkan tak ada satu pun suara yang keluar dari speaker laptop ku.
ku tekan bibir memek ku dengan jari tengah dan jari manis ku, samabil ku goyang-goyangkan ke dua jariku dengan cepat, sambil sesekali ku selipkan jari tengah ku di belahan bibir memek ku. Aku membayangkan a Edo menggunakan lidahnya membelah bibir memek ku sambil jempolnya menekan clitoris ku. Ngebayangin cowok berandalan seperti Edo menikmati tubuh ku memberikan sensasi yang tak bisa kujelaskan. Aura menyeramkan yang terpancar dari dirinya membuat tubuh ku merinding, menyebabkan sekujur tubuhku jadi lebih sensitif dari biasanya.
"Mhhphf...ahhh" desahan ku terdengar semakin keras, menandakan birahi ku sudah mengambil alih akal sehat ku. Aku tak lagi menahan desahan - desahan yang keluar dari mulut ku, suara ku semakin keras beriringan dengan permainan jari - jari ku yang mencabuli memek ku sendiri. Ku cubit puting ku dengan keras dan menariknya sehingga daging toket ku ikut tertarik oleh cubitan ku, rasa sakit yang kurasakan seketika itu juga berubah memberikan sensasi tersendiri kepada tubuh ku.
"Ahh... kak Reza.. Fa mau diperkosa" ujar ku meracau. Tepat saat aku ingin memasukan jari ku ke dalam memek ku, terdengar suara laki - laku memanggil nama ku.
"Dede kamu ngapain!!!!!" suara familiar itu membuat ku segera tersadar dari kegilaan ku. Aku segera mendudukan tubuh ku dan tangan ku menarik scarf ku ke bawah sehingga aku bisa melihat siapa pemilik suara itu.
Mata ku melotot saat melihat A wildan sudah berdiri di depan pintu kamar ku yang terbuka lebar. A Wildan memergokiku, adik kandung nya yang sedang bermasturbasi dan juga setengah telanjang. Segera ku ambil bantal dan menutup tubuh ku, ku tarik kaki ku ke arah ku untuk menutupi memek karena bantal ku tak cukup besar untuk menutupi seluruh tubuh ku walau aku dalam posisi duduk. Celana dalam ku saat ini masih terkait di pergelangan kaki kiri ku. Ku lepaskan scarf yang ku kenakan, untung saja ikatan ku tidak terlalu kuat sehingga dengan satu tarikan scarf itu pun terlepas. Ku lepas air pods yang ku kenakan, tak lupa juga kumatikan call ku dengan kak Reza.
Kami pun akhirnya saling bertatapan, entah sudah berapa lama a Wildan berdiri di depan pintu ku.
Kami saling terdiam, saling menatap, seperti saling menunggu salah satu dari kami membuka suara. Mata ku melirik ke arah laptop dan seketika itu mata ku terbelalak melihat layar laptop ku yang masih melakukan perackapan di EksisTV. Seorang bapak - bapak sedang mengocok kontol nya sambil menatap ke arah ku tajam. Perhatian ku dari a Wildan teralihkan untuk beberapa saat karena sadar dari tadi aku mempertonton kan tubuh ku kepada bapak itu. Melihat ku yang tak lagi menatap nya, mata a Wildan mengikuti arah tatapanku. Mata nya seketika itu terbelalak melihat layar laptop ku yang sudah sedikit bergeser karena geliatan-geliatan ku sehingga a Wildan dapat melihat sebagian layar laptop ku.
"De...kamu streaming sambil.." belum sempat a Wildan menyelesaikan kata-katanya aku segera menutup layar laptop itu dan kembali melihat ke arah nya sambil tetap mempertahan kan bantal ku agar tetap menutupi bagian dada ku.
"A dede bisa jelasin.." aku akhirnya membuka mulut.
A Wildan menelan ludah nya dan kembali terdiam, kemudian menggelengkan kepalanya dan memutar balikan badanya untuk melangkah kembali ke kamarnya.
"Aa Bentaaaar!" aku memanggilnya, dan dengan tergopoh - gopoh menurunkan tanktop ku yang tersingkap. Aku segera turun dari kasur ku sambil berusaha mengenkan kembali celana ku. Aku melompat-lompat saat kaki ku tersangkut ketika mengenkann celana ku, dan segera mengejar nya ketika aku berhasil mengenakan celana ku kembali.
"A.. bentar a tunggu!" aku mengejar a Wildan dan menahan dirinya dengan memegang pergelangan tanganya. A Wildan memutar kan badanya dan dan melihat ke arah ku.
Wajah nya nampak bingung, tidak tau respon apa yang pantas untuk situasi seperti ini.
"Udah ga apa - apa ko de.." ujar a Wildan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman ku, tapi aku semakin mencekram tanganya dengan kuat.
"a.. please a.. denger dulu"
"Denger apa de.. ga ada yang harus dijelasin" ujar a Wildan dingin.
"a itu..tadi ga sengaja.."
Dahi nya berkerut mendengar penjelasanku.
"udah nanti aja de ya kita bahas nya bareng bapa sama ibu sama teteh juga." ujar a Wildan dingin, sambil menggunakan tanganya satu lagi untuk melepaskan cengkraman tangan ku dipergelangan tanganya.
"Aa! please jangan bilang ke bapa sama ibu. please"
"Lepasin ya Fa, udah gpp kok." ujar a Wildan tak menggubris rengekan ku.
"a Wildan pleas a wildan.. jangan bilang ke bapa sama ibu." aku merengek hampir menangis.
"PLAKK!!!" a wildan menampar wajah ku dengan keras.
"DASAR YA LO TUH MAU NGELONTE APA GIMANA!! BIKIN MALU KELUARGA AJA! ITU ORANG NGELIAT KAMU KAYAK GITU, EMANG KAMU GAK PUNYA MALU? KALO ITU ORANG NGE REKAM KAMU GIMANA?!!! TERUS KESEBAR! KELUARGA KITA BISA MALU ANJING!!!" lepas sudah emosi a Wildan, tanganya menoyor kepala ku setiap dia menyelesaikan kalimat nya.
Aku hanya bisa terdiam menerima ceramah dari kaka laki-laki ku.
"UDAH SANA BALIK KE KAMAR! TERSERAH KAMU MAU NGE LONTE, MAU PAMER AURAT TERSERAH!! KITA OMONGIN LAGI NANTI PAS ADA BAPAK SAMA IBU!!" bentaknya lagi sambil kembali melangkah ke arah kamar nya.
"aa... please aa jangan bilang ibu sama bapak" aku merengek, sambil menangis.
"BRUK" a Wildan mendorong tubuh ku hingga aku duduk terjatuh dan berjalan ke kamarnya, kaki ku terasa lemas. Aku hanya bisa pasrah ketika dia membanting pintu kamarnya tertutup.
Nyawaku seakan meninggalkan tubuhku, wajahku menjadi pucat saking ngerinya membayangkan apa jadinya jika a Wildan memberi tahu semua hal ini kepada ke dua orang tuaku. Aku bisa membayangkan wajah kecewa ke dua orang tua ku. Tiba - tiba sebuaah ide muncul di kepalaku dan dengan segera aku berdiri dan berlari ke arah kamar ku. Ku ambil ransel ku yang menggantung di lemari bajuku, ku masukan beberapa pasang tanktop dan celana dalam serta celana pendek juga beberapa set kaos dan celana jeans. Ku ambil laptop kak Reza yang tergeletak di atas kasur dan dengan susah payah ikut kumasukan ke ransel ku yanag sudah cukup sempit karena penuh dengan baju-baju ku. Aku lalu mengambil hoodie berwarna pink dari lemari bajuku dan mengenakanya.
Ku masukan chargeran dan setelah mengecek kalau aku juga sudah membawa dompet ku aku meraih HP ku dan segera berlari ke luar rumah. Ku kenakana sepasang sendal jepit, dan dengan tergesa-gesa aku membuka pagar dan segera berlari menjauh dari rumah ku. Sesampai nya di depan gang rumah ku yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahku aku mencari ojek pangkalan. Untung saja tak jauh dari situ seorang bapak-bapak ojek sedang menunggu penumpang. Segera kupanggil bapak itu, dengan tergopoh - gopoh dia memakai helem dan naik ke atas motornya segera menghampiri ku.
"Kemana neng?" tanya bapak itu.
"Ke jalan XX XX pak!" kata ku tergesa - gesa naik ke atas motornya dan menepuk-nepuk punggung nya dengan cepat. Bapak itu mengangguk dan kami pun segera meluncur menuju alamat yang ku sebutkan tadi.
Aku segera membuka layar HP ku yang dari tadi ku genggam dengan erat dan menelpon kak Reza. Untung saja kak Reza langsung menjawab telpon ku.
"Fa kamu kenapa? Telpon nya tiba-tiba mati."
"Kak... aku kerumah kamu sekarang.. udah di jalan.. aku nginep!" suaraku mencoba menyampaikan rencanaku dengan cepat.
"Oh..i..iya Fa. Aku tungguin" ujar kak Reza dengan nada suara bingung.
Angin malam menerpa pipi ku, pikiran dan hati ku saat ini seperti benang kusut. Aku gak tau lagi harus apa, terbayang-bayang wajah kecewa A Wildan tadi.. Aku ingin menangis,. Aku butuh kak Reza.