Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Trix!

Enak dibaca nya, kl ibarat masakan semua nya serba pas, bahan yg segar, bumbu komplit dan penyajian yg menarik
 
:aduh: nub ngapain aja 3 bln kebelakang sampe br tau ada cerita seru kaya gini :sendirian:

Lagi & lagi fantasi nub dimanjakan dicerita jeng eliz ini, trix is Awesome!

Ga salah nub nongkrong di sf ini, penulisnya jempolan semua :jempol:
 
Makin mendekati akhir, makin :pusing: nulisnya, untungnya wangsit2 mesum masih datang, dan diskusi dengan Tim Redaksi Trix terus jalan. Makasih buat temen-temen yang bantu aku nulis cerita ini, temen2 di Tim Redaksi Trix, terus baroncong, brokencoffee, Dark Eternal Night, littlecrot, speeza, willdick yang jadinya baca lebih dulu buat ngasih masukan ke aku, makasih banyak. Nggak lupa pembaca semua yang selalu nungguin cerita aku ini :galau:, makasih banyak :hore:

Selamat menikmati

:ngeteh:
 
Part 45
Menantang Rasi Bintang
by: R.M Distrodiningrat




Menantang rasi bintang
Membalik garis tangan
Menarikan cerita
Menuliskan lagi puisi
Yang mulai kehilangan rimanya

Memotong awan pekat gelap
Melintang tepat di jantungnya
Terburailah darah cahaya
yang lama terhalang gelapnya
Silau berkilauan terangnya
Benderang...


“Huaaaaah, home sweet home. Nggak ada yang lebih enak dibanding kasur sendiri, hehehe....” jerit Star girang sebelum melemparkan tubuh mungilnya ke atas spring bed.

Tepat di hari ke delapan, Star diijinkan pulang dari rumah sakit. Hal yang paling pertama dilakukannya begitu sampai di kamar kost adalah membenamkan wajahnya dalam-dalam dan menghirupi aroma bantalnya yang wangi cherry. Spreinya baru saja diganti dan deretan bantal dan boneka sudah tertata rapi. Jauh berbeda daripada bangkai kapal Titanic seperti terakhir kali aku memasukinya saat lomba Summit War tempo hari.

Deretan buku novel sudah kembali ke tempatnya semula setelah sebelumnya berserakan di mana-mana. Lantai ubin sudah disapu dan dipel, bahkan rak-rak yang berisikan action figure tak lagi menyisakan debu.

“Rapi bangeeet, ini kamu yang beresin semuanya?” anak itu lebih takjub lagi dengan makan pagi yang kuletakkan di meja kecil di dekat tempat tidurnya. Fettucini carbonara, pancake pisang, asparagus cream soup dengan potongan kepiting. Belum cukup itu susu coklat hangat sudah tersaji rapi, siap untuk disantap.

“Ini juga beneran kamu yang masak semua?”

“Udah, nggak usah bawel. Makan, gih!” jawabku cepat, lalu menuangkan susu kental manis ke atas pancake pisang selagi masih mengepulkan uap hangat. “Dokter bilang kamu nggak boleh telat makan lagi, kan.”

“Kanjeng Distro yang cuek ternyata perhatian juga, ya... hehehe...”

“Apaan sih,” sambarku, lalu melengos membuang muka.

Bibir Star menyumbang senyum kecil, dan matanya tak bisa lepas memperhatikan wajahku yang mulai berubah warna. “Seminggu kamu nemenin aku opname, perlahan-lahan aku bisa ngelihat kamu yang sebenarnya. Empat tahun kita kenal, tapi kayanya banyak hal yang aku enggak tahu dari kamu.”

“Sebenarnya, eh?” jawabku defensif, tapi menusuk tepat ke jantung. “Empat tahun kita tidur cuma kepisah tembok, tapi yang aku kenal kayanya cuma permukaan doang.”

Mendengarnya, Star langsung tertunduk, tertegun lama. “Maaf. Kamu pasti sedih ngelihat aku berubah akhir-akhir ini. Marah-marah karena lomba Summit War. Kepancing rusuh sama anak-anak LXW...”

Aku menghela nafas panjang, mengusap punggung tangan Star yang gemetar. “Sampai kapan kita mau ngejalanin ini? Trickst∆r, Kanjeng Distro, forum. Kamu tahu, penulis cerita panas itu bukan profesi beneran. Cepat atau lambat kita harus ninggalin semua ini.”

“Nggak... tahu...” Star terdiam sebentar. “Nulis itu udah jadi hidup aku, Jo... Selain forum ini, nama Trickst∆r, Valhalla, pembaca... memang apa lagi yang aku punya?”

“Me?”

“Gombal,” Star terpaksa tersenyum, dicubitnya pinggangku. “Emang kamu mau nemenin aku terus-terusan?”

“It sounds like proposal to me...” aku berkata, sengaja menggoda.

“Ich, Jo apaan, sih...” Star mengembungkan pipi seperti ikan fugu. Wajah imutnya bersemu seketika. Merajuk manja, dibenamkannya dalam-dalam tubuh mungilnya dalam pelukanku, membiarkan aku mengusap rambutnya.

“Aku serius... Only you and me...” bisikku, menempelkan bibirku di keningnya. Lembut dan lama.

“Gombal ah, bilang aja ngajakin ML,” cubitan Star mendarat kembali. Aku cukup tersenyum. Kukecup bibirnya sekali, dan anak itu segera merespon ciumanku dengan pagutan ringan di bibir disusul lidah yang menguas pelan di atasnya. Tak perlu menunggu lama agar bibir kami saling melumat, dan lidah kami saling berpilin, dan kami berdua tahu, semuanya tak akan berhenti sampai di sini.


= = = = = = = = = = = = =​


Masih jam 9 pagi, dan kami memilih memulai hari ini dengan bermesraan di dalam kamarnya. Makan pagi, senyum merekah yang mengawali hari, semua dibingkai indah menjadi sebuah angan-angan muluk bernama pernikahan. Hidup bahagia dalam bahtera rumah tangga, membina keluarga sakinah, mawadah, warohmah, siapa yang tidak ingin? Namun terkadang semua tak sesederhana datang ke KUA dengan membawa mahar dan wali, dan kali ini kami harus mencukupkan diri bercumbu tanpa embel-embel apapun kecuali cinta.

Ciuman hangat itu tahu-tahu saja berubah membara. Tahu-tahu saja tangan kami kini sibuk saling menggeranyangi daerah-daerah sensitif. Desah nafas terdengar menghembus dan mendengus ketika jari-jemari kami mengusap titik-titik kenikmatan yang bisa membuatmu merintih dan mengerang.
“Star mau?” bisikku di telinganya, melihat ekspresi Star yang terengah menahan birahi.

Star mengangguk malu-malu, lalu menempelkan keningnya di dadaku dengan wajah bersemu. Dirawat selama hampir seminggu, kurasa cukup untuk menimbun hormon erotis yang bertumpuk-tumpuk di dalam darah. Tanpa sadar, anak itu menggesek-gesekkan selangkangannya di tubuhku. Pipinya yang bundar menyemburat merah karena gairah ingin segera disetubuhi, dibuktikan dengan ciumannya yang ganas menyerbu bibirku diikuti permainan lidah yang tak kalah membara. Apa yang kau harapkan dari dua orang penulis top erotika ketika saling bercinta, selain pelepasan imajinasi yang selama ini hanya terkungkung di dalam bawah sadar.

Bergulingan di atas ranjangnya, kami saling menelanjangi satu sama lain. Tank top tipis bergambar koala yang jatuh pertama, disusul kaus hitamku dan celana pendek warna merah hatinya yang segera tergeletak di lantai. Di antara dengus nafas yang memburu, tangannya bergerak lincah, membuka gesper sabuk dan reitsleiting jins yang kukenakan. Aku membantunya dengan menaikkan pinggulku, agar Star bisa leluasa melolosi jins ketat sekaligus celana dalam warna hitam yang kukenakan.

“Star... ohh....” aku melengguh pelan, ciumannya mendarat di perutku, sedikit di bawah pusar hingga area yang merimbun di bawahnya. Mengecup-menjilat, terkadang diselingi gigitan-gigitan kecil di sekitar pusar sembari jari-jemarinya bergerak lincah membelai selangkanganku. Star tersenyum mengundang, nakalnya anak ini.

“Enak nggak diginiin?” Star bertanya.

“Hu-uh...” jawabku lemah. Tak mau kehilangan tempo, aku menarik wajah Star ke arahku, mengusap wajahnya yang perlahan naik ke arah leher dan akhirnya terbenam di antara bulir-bulir peluh yang mulai membasah. Tubuh ranumnya yang kini tinggal terbalut celana dalam bergerak aktif, menggesek-gesekkan kemaluannya di pahaku.

“Udah pengen banget, yah...”

Star menjawabnya dengan anggukan dan wajah yang merah bersemu. Tak mampu menahan gairah yang membakar di wajahnya. Gemas, kuremas pantat ranumnya sehingga memaksanya melengguh sayup. Anak itu menaikkan pinggulnya memudahkan aku untuk menurunkan celana dalamnya. Tungkai-tungkainya bergerak bergiliran, sampai akhirnya penutup terakhirnya dilolosi dari pergelangan kakinya.

Kuciumi sekujur tubuh telanjangnya tanpa terkecuali. Anak itu hanya mampu mengeliat penuh gairah, ditingkahi desahan panjang yang meluncur dari bibirnya ketika lidahku menguas tepat di putingnya. Aku membimbing Star untuk mengambil posisi 69, dalam posisi saling berbaring bersisian. Ciumanku terus turun ke arah perutnya, begitu juga jilatan lidah Star yang kini bergerak membelai pahaku.

Aku merasakan dengusan nafas Star di selangkanganku, juga bibir lembutnya yang tak berhenti mengulum dan menjilat di antaranya. Setiap lumatan dan kuluman, tak ayal menimbulkan percikan-percikan kecil yang menyebar ke seluruh tubuhku. Tanpa bisa ditahan, desahan dan erangan terpaksa keluar dari bibirku yang kini sibuk memberikan pelayanan serupa kepada pasanganku.

Paha Star mengeliat dan melenting, mengikuti gerak lidahku yang menguas di kemaluannya. Mengapit, menjepit kepalaku yang kini terbenam di antara sepasang pahanya. Kuremas gemas pantatnya yang ranum dan lembut, membenamkan wajahku makin dalam, menjilat, mengecup segala apapun yang bisa kukecap dan kuhisap. Lenguhan, erangan, atau entah apapun itu kini tak lagi jelas terdengar, hanya birahi yang kian lama kian membuncah dan kian memuncak menuju satu titik kulminasi.

Kurasakan otot-otot Star perlahan menegang, pahanya, menyusul pantatnya yang menghentak dalam gerakan involunter. “Uuuuuunnnghhh.... uuummmmmmhhh....” lengguhannya terdengar sayup di antara jepitan tungkaiku yang didekapnya kuat-kuat. Punggungnya melenting beberapa kali, bergetar, menggeliat, sebelum akhirnya terdengar jeritan panjang diiringi cairan kenikmatan yang meleleh memenuhi bibirku. “Auuuh... auuuuh.... Jo... jangan dijilatin terus... geli.... tauk... uuuuh.... uuuuh....” rengeknya, berusaha mendorong kepalaku yang masih tak mau berpisah dari selangkangannya.

“Jo nakal, ngilu tahu...” rengeknya, mencubit pinggangku ketika aku beringsut naik menciumi lehernya. Kukecup pipinya sekali, Star mengekeh lucu, lalu melingkarkan lengannya di dadaku. Hari masih pagi, dan untuk itu kami masih punya cukup waktu untuk ronde berikutnya.

“Tapi enak, kan...” bisikku pelan, melingkarkan tanganku di pinggangnya. Star hanya tersenyum, lengannya balik melingkar di leherku. Senyum sendu menghiasi wajahnya yang bersemu dan dipenuhi bulir-bulir keringat, kukecup lembut, berkali-kali, sampai akhirnya bibir Star ikut membuka dan menyambut bibirku yang segera saling berpagut.

Dengan tubuh sama-sama telanjang, kami bergumul dan bergulat di atas ranjang. Baku hisap dan baku remas mengikuti naluri yang menuntut pemuasan. Kurasakan paha Star kini telah melingkari pahaku, menjepit erat, dan bergerak menggesek-gesekkan selangkangannya di sana. “Aku di atas yah,” bisiknya dengan roman menggoda. Aku hanya mengangguk, membiarkan Star mengambil posisi yang dingiininya. Tak perlu menjadi petualang dunia malam untuk mengetahui titik mana yang bisa membuatmu meradang dan menggelinjang. Karena saat ini, kami hanya perlu membiarkan birahi dan nafsu hewani yang memegang kendali.

“I love you, Jo...” bisik Star lemah, sebelum akhirnya hanya desah dan erangan yang terdengar saling sahut menyahut ketika tubuh telanjang kami menggeliat saling lumat membebaskan segala apa yang tersembunyi dalam alam primitif bernama birahi. Dan engkau tahu, tak ada yang mampu menyamarkan suara desahan paling primordial yang akan segera membahana.



= = = = = = = = = = = = =​


Tenang sebentar mengendapkan
uraikan simpul kacaunya
diam sebentar membedakan
yang teringinkan dan dibutuhkan


Aku mendapati Star yang tersenyum di atas dadaku. Percintaan yang menggebu-gebu itu menyisakan kilauan peluh pada tubuh telanjang kami yang ditimpa cahaya mentari dari sela jendela.

“Sampai kapan kita bisa kaya gini ya... sekarang aku lagi nulis skripsi... mungkin 2 bulan lagi aku ujian... dan habis itu...” Star kemudian berkata, bahwa ayahnya sudah menyiapkan rencana untuk karirnya di kampung halaman. Setelah menyandang gelar S.Psi, Star akan ditempatkan di perusahan keluarganya sebagai HRD. “Kadang aku iri sama kamu, Jo... bebas... lepas... nggak kaya aku yang ada di bawah bayang-bayang bapak aku. Semuanya.... kuliah aku.... karir aku sudah dipersiapkan sama bapak, aku kayanya nggak punya pillihan.”

“Pilihan, eh? Ada yang mengatakan bahwa setiap kejadian di semesta telah ditulis sejak awal mula di langit, di antara rasi bintang. Tapi sejak penciptaannya pula manusia, diberi keistimewaan dibanding Iblis dan Malaikat. Manusia diberikan sesuatu yang bernama ‘pilihan’, the free will. Demi apa yang diyakini, manusia diberikan hak untuk berjuang, melawan rasi bintang kalau perlu.”

Terdengar helaan nafas berat dan pelukan Star yang kian erat. “Seandainya aku bisa sebebas kamu, Jo...” bisiknya getir.

“Kebebasan ada harganya... Kamu nggak tahu apa yang aku korbankan untuk bisa ‘bebas’ seperti yang kamu bilang,” perlahan aku berkata. “Lupain semua ini. Lupain orang tua yang nyianyiain kita. Lupain forum dan Si Biang Kerok. Cuma kamu dan aku.”

Star tidak langsung menjawab. Wajahnya membenam di atas dadaku. Tak jelas aku mendengar, tapi aku tahu, anak itu perlahan menangis.

“Maafin aku... Jo... maaf....”





Hidup itu sekali
dan mati itu pasti
bisa jadi nanti
atau setelah ini....

Coba tulis ulang lagi
Yang sejatinya kau cari
Maka sudahilah sedihmu yang belum sudah
Segera mulailah syukurmu yang pasti indah
Berbahagialah Bahagialah Sudahilaah
Sedihmu yang slalu saja
menantangmu


 
Terakhir diubah:
Part 46
You Either Die a Hero
Or Live Long Enough
To See Yourself
Become a Villain
by: Floral_Fleur



“Gue jamin ini bisa hancurin hidupnya Trix,” kata Nanas antusias dengan ekspresi antagonis ala ibu-ibu tiri di sinetron Tersanjung dan Noktah Merah Perkawinan.

Gue kadang nggak ngerti sama yang namanya hidup. Nggak sesederhana fiksi atau sinetron, dalam kehidupan nyata elu nggak bakalan pernah bisa mutusin siapa yang bakal jadi antagonis. Hero-villain, jahat-baik, hitam-putih, benar-salah, semuanya semata tergantung dari sisi mana elu memandang. There are always many sides of story, and there is truth.

Pulang kerja, gue diajakin rapat sama Nanas buat ngomongin rencana kita selanjutnya. Gue nggak ngerti kenapa gue mau aja diajakin Nanas ketemuan di Sushi Tei. Keuangan lagi kere gara-gara perang maya ngelawan Trix, tapi mau-maunya aja gue diajak lunch di tempat mahal. Untungnya Nanas tahu kata kuncinya: ‘Gue bayarin deh’ :bata:


= = = = = = = = = = = = = =​


Ratu, The Killer Queen. Itu yang sekarang jadi kartu truff kita. Benernya Ratu udah curiga dari lama kalau pemilik ID Trickst∆r ini sama dengan orang yang selalu diajak makan Kebab bareng sama Kanjeng Distro di kampusnya. Dari cerita ‘Tertohok Masa Lalu’ yang settingnya di Jogja, terus karakter tokoh-tokohnya mirip banget sama orang-orang di kampus mereka, (terutama Gusti Kanjeng Distro sendiri). Terus ‘My Final Heaven’ yang bercerita tentang ‘cinta terhalang perbedaan’ yang entah kenapa lebih mirip curhatan pribadinya Trix yang nggak bisa bersatu dengan Jo. Coba deh perhatiin, apapun judul ceritanya Trix, pasti aja ada tokoh yang mirip sama Kanjeng Distro, iya kan?

Jujur, di antara pembaca sekalian pasti ada aja yang pernah ngerasa “kok ceritanya rada dejavu banget, yah? Jangan-jangan gue kenal sama yang nulis?” dst... dst... Yep, begitulah yang dirasain Ratu waktu baca cerbung-cerbungnya Trix.

Tapi sama kaya gue dan orang-orang yang dari dulu penasaran sama identitas seorang maestro bernama Trickst∆r yang berselimut misteri, Ratu cuma bisa nebak-nebak doang tanpa bisa tahu identitasnya lebih lanjut.

Nanas bilang, sebagai sesama aktivis elit forum, Jo dan Ratu sebenernya udah lama saling tahu identitas masing-masing, tapi selayaknya ‘kode etik’ forum, mereka tahu sama tahu aja, tanpa perlu menjadi pahlawan kesiangan. Tiap kali Ratu nanya perihal Trix, selalu dijawab Jo enteng dengan bahu terangkat, seperti layaknya sosok Kanjeng Distro yang kelebihan dosis cool.

“Serius gue, semenjak elu BBM tempo hari, penasaran gue tentang ‘identitas asli’ Trix, Starla, or whatever...”

Nanas nyengir. “Jujur. Gue nggak tahu.”

“Eh, bocah sarap. Terus ngapain gue jauh-jauh ke sini!”

“Tenang, Jeng... tenang... “

Ngeliat ekspresi gue yang siap-siap nyocolin wasabi ke matanya, Nanas kayanya ngerasa perlu ngasih penjelasan.

“Ratu yang sekarang lagi megang kartu panas,” sambung Nanas. “Sayangnya Ratu nggak mau ngasih tahu, ehm... maksud gue dia ‘belum’ mau ngasih tahu.” Orang itu menyuap sepotong ebi furai ke mulutnya. “Kaya elu nggak tahu Ratu aja. Dia itu main forum buat nyari nafkah. Dia nggak bakal mau ikut-ikutan urusan kaya gini.” Nanas nyelesaiin gigitannya, lalu masang tampang meremehkan. “Ratu itu oportunis. Or perhaps, she’s afraid..

“Kakek mantan pejabat orba, bokap pengusaha terkenal yang sekarang aktif di parpol. She should be afraid

Nanas tersenyum kecil. “Sometimes apa yang dianggap kekuatan, justru jadi kelemahan terbesar.”

“Dan jangan lupa, itu juga berlaku buat kita.”
 
Terakhir diubah:
Part 47
Long Lost Friend
by: R.M Distrodiningrat



Chevrolet Impala hitam yang kukendarai bergerak pelan menyusuri tepian Selokan Mataram sebelum keluar di jalan raya padat oleh kendaraan yang hilir mudik. Seminggu lebih aku absen menjaga distro karena harus menunggui Star di rumah sakit, dan urusan toko sudah menunggu karena ditinggal terlalu lama.

Heartkreuz, tak ada yang mengaku anak Jogja bila belum pernah mendengar nama itu. Lokasinya yang diapit 3 kampus besar: UGM, Sanata Dharma, dan UNY, lengkap dengan kafe dan resto Pizza yang mengapit di kiri kanannya, membuat Distro bergaya vintage ini menjadi tempat nongkrong yang nyaman setelah lelah menimba ilmu.

Aku mengarahkan kemudi ke pelataran yang dipadatkan dengan paving blok. Sudah ada beberpaa sepeda motor milik anak Distro yang sudah terpakir terlebih dahulu di situ. Ketika mengenali vespa berwarna biru yang diparkir paling ujung, barulah aku mengernyitkan dahi.

Iko. Dari sekian juta kemungkinan orang yang bakal kutemui siang ini, aku harus bertanya-tanya kepada semesta, kenapa ia memilih mempertemukanku dengan manusia yang satu ini. Benar saja, baru aku membuka pintu geser, yang pertama kali kulihat adalah wajahnya. Duduk tenang di belakang meja kasir, anak itu membolak-balik majalah ‘Ripple’ edisi Desember yang baru saja di-drop 2 hari yang lalu seolah sengaja menunggu.

Terpaksalah aku menyapa.

“Hoi.”

“Uit,” jawabnya singkat, lalu meneruskan kegiatannya.

“Lama nggak kelihatan,” sapaku, basi.

“Sibuk,” jawabnya, tak kalah basi.

Aku meletakkan ranselku di ruang kecil di belakang, setelah mengambil sebuah map folio dari dalamnya. Ruangan yang dinding-dindingnya sebagian berlapis kayu dan sebagian di-cat warna merah hati itu nampak lebih lenggang dari biasa. Wajar saja, kami baru saja buka dan jam segini orang-orang masih baru berangkat kerja.

Kami memulai semua ini hanya dengan bermodal beberapa ratus ribu. Aku yang membuat desain kaosnya, Iko yang menyablon dengan alat rakitan sendiri, lalu kami berdua menitipkannya di distro-distro yang mulai berjamur di awal tahun 2000-an. Sedikit-demi sedikit kami mulai dikenal berkat desainku yang tidak biasa. Gloomy yet artsy kata Iko. Harusnya aku sekolah seni rupa, katanya lagi. Bermula dari sebuah toko kecil, hingga berkembang menjadi clothing line yang disegani di komunitas subkultur Jogja, bahkan Indonesia, dan semua ini tidak akan berhasil kalau tidak ada orang itu.

Anak-anak sebenarnya sempat khawatir ketika dua orang owner terlibat perang dingin selama beberapa bulan terakhir ini. Hampir 2 bulan kami tak bertegur sapa. Semenjak kejadian itu, ia hanya datang sesekali ke Distro, mengecek pembukuan setiap akhir bulan atau ketika ada restock dari rekanan di Bandung.

“It should be stopped,” Iko membuka percakapan, tanpa merasa perlu melihat ke arahku. “Kemaren gue dihubungin sama Mimin Hedsot, petinggi di Jakarta mulai gerah sama ribut-ribut di cerpan. Forum kita ini forum underground, jangan sampai masalah forum merembet ke real dan narik perhatian media.”

“2 bulan ngilang, elu tahu-tahu nongol cuma buat ceramahin gue?” balasku, terus mengeluarkan desain kaos terbaru dari dalam map. Kulempar tepat ke hadapan Iko, karena memang tugasnya untuk bagian produksi. “Tahun 2016, kita campaign buat produk baru, male, female, kid, toddler, sekarang kita punya full set untuk satu keluarga.”

Mendengus, Iko menutup majalah di hadapannya. Ditatapnya mataku tajam-tajam. “Udahlah, nggak usah ngeles, sampai kapan elu mau manjain anak itu?”

“Ngapain elu protesnya ke gue? Harusnya elu bilang itu sama cewek elu!”

“Gue ke sini bukan dalam rangka belain Flo, ya!” Suara Iko langsung meninggi. “Yang jelas, gue nggak bisa terima kalau forum kita hancur karena ego dua orang FM! GUE NGGAK MAU APA YANG GUE LAKUKAN INI SIA-SIA!” Iko menggebrak meja, sehingga beberapa karyawan yang sedang merapikan merchandise menoleh ke arah kami.

“Sia-sia? Dari awal yang elu lakuin itu udah sia-sia. Elu tuh naif, tahu nggak? Elu mau sok-sokan jadi martir? Itu sama aja dengan bohlam mati elu nggak langsung ganti baru, malah nyalain lilin dulu. Semua itu nggak bakal pernah bisa nyelesaiin masalah! Cooldown cuma sebentar aja, tapi pelaku sebenarnya masih nggak ketemu.”

“Pelaku utama? Trix maksud lu?” Iko balas menyindir.

“Bukan dia pelakunya,” cepat aku memotong. “4 tahun gue jalan sama dia, gue nggak pernah lihat dia pakai hp Android. Waktu dia dirawat, gue geledah seluruh kamarnya. Bongkar semua history browser-nya laptopnya, hapenya yang dipake. Nggak ada Froyo. Nggak ada satupun.”

Senyuman sinis seketika mengembang di wajah Iko. “Gue nggak nyangka elu sebegitu nggak percayanya sama ‘pacar lu’.” Penekanan intonasi pada kata ‘pacar’, ikut menyumbang nada sinis pada akhir kalimat.

“I trust no one.”

“Me neither.”

Froyo atau bukan. Trix atau bukan, sekarang persoalannya bukan itu lagi. Flo dan Trix sekarang sudah kadung jadi nemesis yang siap saling menggorok leher bila perlu. Ada konspirasi lebih besar yang menunggangi ego dua orang FM ini, Iko juga meyakini itu. Trix atau siapapun di balik Si Biang Kerok, yang jelas, ia tidak terima kalau forum tempatnya dibesarkan hancur karena itu.

“You know Jo, gue satu-satunya ally elu sekarang,” Iko berkata sambil sesekali melirik ponselnya yang bergetar beberapa kali. Orang itu sempat mengacuhkannya beberapa saat, sampai akhirnya kulihat ia mendengus sebal dan melirik ke arah layar LCD-nya. Kulihat dahinya mengernyit, begitu membaca apapun pesan di dalamnya. Meski Iko mencoba tetap tenang, dengan jelas aku bisa melihat otot-otot wajahnya yang menegang dan kulitnya yang berubah merah.

“Siapa?”

“Anjing...,” bisik Iko geram. Nafasnya perlahan memburu dan roman mukanya berubah garang. Terakhir kali aku melihat wajahnya seperti ini adalah ketika Flo dihina oleh Mamet tempo hari.

“Ko, elu kenap-“

“BRUAAAAK!” Tinju Iko melayang ke arah dinding berlapis kayu hingga menimbulkan repihan kecil di antara kepalan tangannya yang mulai mengucurkan darah. “BANGSAAAAT! GUE MATIIN DIA SEKARANG!”
 
Terakhir diubah:
Part 48
Check Mate
by: Floral_Fleur



Gue sama Nanas ngobrol lama, ngomongin rencana kita ke Jogja minggu depan, soalnya Nanas udah ngebet banget pengen ketemu Ratu. Berkali-kali anak itu melotot karena gue lempeng-lempeng aja nyomotin sushi paling mahal yang muter-muter di conveyor belt di depan kita. Sampe akhirnya hp gue berdering dan mata gue langsung melotot begitu ngelihat siapa yang nelpon. Tapi Belum sempet ngangkat, panggilan itu kadung berubah jadi 1 missed call.

“Siapa, jeng?”

“Apaan sih? Kepo tahu,” samber gue judes.

Hah, ngapain nie anak nelepon gue? batin gue panik. Baru aja mau gue telepon balik, tahu-tahu aja masuk BBM dari Iko, katanya gue disuruh ngecek FB gue. Hah? Ada apa nih? Batin gue lagi.

“Lho, eh? Gue kok nggak bisa log in FB sama IG gue sih?” kata gue ke Nanas.

“Ah masa? Lupa password kali?”

“Serius? Gue nggak bisa log in

“Bentar, Jeng... gue cekidot ke TKP,” kata Nanas terus ngeluarin tabletnya. Nggak lama, bibirnya langsung melongo. “F-flo... i-ini bohong kan.... i-ini....”

Gemetar, Nanas menyodorkan tabletnya. Mata gue seketika membelalak ngelihat foto-foto bugil gue sekarang menghiasi wall FB dan IG yang notabene cuma berisi temen-temen real dan keluarga gue. Foto gue sama Iko, foto gue sama pejabat pemda, belum lagi foto-foto gue yang selama ini cuma ada di SF IGO. Status gue udah penuh sama kata-kata nakal yang saking najisnya sampai nggak layak ditulis di sini. Siapapun pelakunya, gue yakin senyum lebar sedang mengembang di bibirnya diiringi ucapan:

“Check mate.”


Bersambung...

catatan:
"Menantang Rasi Bintang" itu lirik lagunya FSTVLST
(keren, silahkan dicari)

"Heartkreuz" itu juga nama merk clothing
yang pernah baca manga "Rave" atau "Fairy Tail" mesti tahu
 
Terakhir diubah:
:aduh: nub ngapain aja 3 bln kebelakang sampe br tau ada cerita seru kaya gini :sendirian:

Lagi & lagi fantasi nub dimanjakan dicerita jeng eliz ini, trix is Awesome!

Ga salah nub nongkrong di sf ini, penulisnya jempolan semua :jempol:

gara2 sering kelempar :galau: makanya sering2 disundul yaah :pandaketawa:
makasih udah baca dan komen... hehehe :hore:

Semangat suhu elizaa :)
makasiiiih :hore:

Walaaah... anteng dikit, langsung ada konflik baru... mantap dah setorinya...
yup kita masuk ke fase baru... :kacamatat:

makasih komenya :hore:

Enak dibaca nya, kl ibarat masakan semua nya serba pas, bahan yg segar, bumbu komplit dan penyajian yg menarik

:ngiler: dong hehehe

eniwei makasih komennya :hore:

Semangat suhu Liza, ditunggu updatenya sebelum akhir tahun nih :semangat:

tadinya mau ngirim :cendol: tapi ternyata udah ngga bisa karena udah pernah :ampun:

siap2 yaaaa :pandajahat:

update update update :banzai:
:hore:
 
B-belum apdet ya :sendirian:

Edit..:bata:
Ternyata blum masuk di index

Daaaaannn ceritanya makin rumit :aduh:
Ampun dewi... ampunnn. Jika om nyas kupanggil dewa, maka elizaa adalah dewinya
:sembah::ampun:
 
Wah posisi flo d balik gini,, gmn flo selanjutnya,, biang kerong na bukan trix ky na,,
 
Nah kan? Naah kan? Siapa pula itu yang ngehek akunnya?
Perasaan gue nggak enak nih.
 
Weh si Iko muncul, miss that guy and i know he will come back,
:jempol:

Wihh roman romannya trix bs hacking nih, atau backingannya yang nakutin itu kali ya,,

Last one, bikin kangen sama Haru dan Musica
:((
 
B-belum apdet ya :sendirian:

Edit..:bata:
Ternyata blum masuk di index

Daaaaannn ceritanya makin rumit :aduh:
Ampun dewi... ampunnn. Jika om nyas kupanggil dewa, maka elizaa adalah dewinya
:sembah::ampun:
:hore: ah, kk megatron terlalu berlebihan....

mudah2an nggak terlalu rumit yah....

Wah posisi flo d balik gini,, gmn flo selanjutnya,, biang kerong na bukan trix ky na,,
masuk penghabisan nih kk :fiuh:
kita nantikan saja bersama2 :kacamata:

Jiakakakak.. ternyata udh update dia...:bata:...

:baca: dulu
hu-uh, ada banyak perubahan dari versi draftnya :hore:
makasiiih :hore:

Nah kan? Naah kan? Siapa pula itu yang ngehek akunnya?
Perasaan gue nggak enak nih.
nah lho... nah lho... :kacamata:
mari kita tunggu bersama :hore:

makasih udah ngikutin cerita akuu....

Weh si Iko muncul, miss that guy and i know he will come back,
:jempol:

Wihh roman romannya trix bs hacking nih, atau backingannya yang nakutin itu kali ya,,

Last one, bikin kangen sama Haru dan Musica
:((
yup, selama ini dia duduk di belakang panggung....

kita tunggu bersama :kacamata: (bakal gini terus komen aku yah)

ps: Rave keren, Fairy Tail bagus di art tapi story makin lama nggak karu2an
 
Bimabet
Ok... ok... saya sukaaa.. saya sukaaa.. saya suka...:hore:

“Bukan dia pelakunya,” cepat aku memotong. “4 tahun aku jalan sama dia, gue nggak pernah lihat dia pakai hp Android. Waktu dia dirawat, gue geledah seluruh kamarnya. Bongkar semua history browser -nya laptopnya, hapenya yang dipake. Nggak ada Froyo. Nggak ada satupun.”
ada ketidakkonsistenan disini.

“Froyo atau bukan. Trix atau bukan, sekarang persoalannya bukan itu lagi. Flo dan Trix sekarang sudah kadung jadi nemesis yang siap saling menggorok leher bila perlu. Ada konspirasi lebih besar yang menunggangi ego dua orang FM ini, Iko juga meyakini itu. Trix atau siapapun di balik Si Biang Kerok, yang jelas, ia tidak terima kalau forum tempatnya dibesarkan hancur karena itu.
Itu tanda petik diawal sebenernya gak ada kan??

CMIIW...:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd