Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

yahh, telat baca messagenya, jadi ga bisa ikut nganter ke san diego hills.
Turut berduka cita ya Aslan.
 
Waduh. Meninggoy ternyata.
Eh tapi kan belom diceritain waktu fia dan aslan ketemu jafar... #masihngarep
 
BAB XXXIX



Cintai Aku di Kehidupan Berikut kita




Airmata dan tangisan tidak henti-hentinya terdengar dari rumah keluarga Jafar Abdul Kareem dan Ibu Anissah di pagi hari ini. Kesedihan dan duka tergambar jelas dirumah mewah, yang terpasang tenda besar dan dipenuhi oleh jajaran bunga ungkapan duka.

Takdir akhirnya berbicara lain bagi keluarga ini. Setelah berjuang dan bertarung melawan penyakitnya yang sangat akut, akhirnya dr. Nafia yang sangat mereka cintai dan sayangi, hari ini harus berpulang meninggalkan mereka yang dia cintai dan mencintai dia.

Aslan hanya bisa terpekur dan terdiam, sesekali dia mengusap airmatanya yang turun tanpa henti. Dia bagaikan tidak percaya dengan takdir yang harus dia alami dan rasakan saat ini. Pernikahan dan kebersamaan dia dengan Nafia terasa sangat singkat rasanya.

Istri, teman, sahabat bahkan bisa dibilang setengah nafasnya dia pergi meninggalkan dirinya hari ini…..

Sosok yang begitu dia cintai bahkan hanya satu-satunya wanita yang hadir dalam hidupnya, kini pergi untuk selama lamanya

“Capek Yah…….” Keluh Nafia tadi malam

“istirahat Bunda…..”

Berkata-kata sudah sangat sulit bagi Fia, apalagi bergerak.

Tubuhnya makin kurus, wajahnya pun jadi sangat tirus, dan rambutnya banyak yang harus rapuh dan rontok. Ganasnya penyakitnya membuat dia harus menderita sedemikian rupa, sampai Aslan sering tidak tega melihatnya.

“ini istirahat terus…..” bisiknya lirih

Fia seperti memaksakan untuk berkomunikasi di tengah kondisinya yang semakin melemah

Aslan yang selalu ada disampingnya, sempat memberikannya minum lalu memintanya istirahat.

Saat dia keluar, dia sempat memberi tahukan ke mertuanya yang masih duduk di ruang tengah. Dan kedua mertuanya sempat masuk melihat kondisi Fia. Malam itupun Jafar memberitahukan lewat bradcast whatsapp ke semua anggota keluarganya untuk mendoakan kondisi Fia.

Dan kakaknya Adiba serta dua anaknya segera terbang dari Singapore pagi ini di penerbangan pertama, meski kedatangannya tidak mampu lagi melihat adiknya untuk terakhir kalinya.

Subuh pukul 04.00 saat terbangun hendak sholat subuh, Aslan terkejut melihat Fia yang sudah tidak bisa berkomunikasi sama sekali, dia kaget dengan ekspresi Fia yang seperti orang yang hendak mencari jalan untuk menghembuskan nafas terakhirnya. Aslan segera membangunkan mertua dan seisis rumah, termasuk Mama dan Linda disebelah.

Akhirnya tepat pukul 05.30, Nafia menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Aslan, yang disertai oleh tangis histeris ibunya yang sampai pingsan melihat kepergian anaknya.

“yah…..”

“iya Bun….”

“cinta aku kan?”

“cinta dong…..”

Senyuman manis tersungging di bibirnya

“Jika nanti aku pergi duluan… apa ayah masih mencintai aku di kehidupan selanjutnya?”

“bunda ngomong apa sih?”

“ih… aku khan nanya?”

Aslan tersenyum

“yah…..”

“iya sayang….”

“ditanya juga….”

Aslan hanya bisa memeluk istrinya, lalu berbisik lembut

“ jika aku lahir kembali di kehidupan yang baru… aku hanya minta untuk bisa bertemu, dan mencintai Bunda Fia lagi……”

Fia tersenyum sedih

“ itu aja keinginan aku, Bun……”

Dialog yang sering ditanyakan oleh Fia, dan tidak bosan dijawab oleh Aslan.

Mengingat dialog itu Aslan seketika tumpah lagi airmatanya

Tatapannya bagaikan kosong melihat istrinya yang kini terbungkus kain kafan, yang sebentar lagi akan dibawa untuk disholatkan di masjid, lalu selanjutnya akan dibawa menuju ke tempat peristirahatan terakhirnya di Pemakaman San Diego Hill.

“dia sudah tenang, Dek….. udah ngga sakit lagi…..” bisik Fitri istrinya Yahya yang pagi ini terbang dari Makasar begitu mendengar berita duka ini.

Anissah masih seperti belum bisa menerima keadaan ini.

Berkali kali dia pingsan melihat jenazah anaknya yang kini terbujur kaku.

“ade….. ini umi sayang….. ade…….” Teriakannya berkali kali terdengar

“ade….. ini abah sayang…ini umi sayang… sudah sayang…. Buka mata kamu De….. umi ngga akan marah lagi De…… umi ngga akan marah lagi sayang……”

Teriakannya yang menyayat hati terdengar

“kalo Umi salah, De…. Umi minta maaf sayang…. Buka mata kamu De…. Bangun sayang….”

Dia terjaga, menangis, pingsan lagi…..

Semua yang hadir disitu ikut menangis sedih melihat keadaan ibunya Fia yang begitu terpukul

Aslan hanya bisa terpaku dan menyeka airmatanya

“sudah De….. ini Aslan ada disini Nak…. Bangun Nak……”

Semua jadi ikut terharu dan menangis mendengar ratapan ibu yang ditinggalkan anak tercintanya.

Boneka India cantik. Itulah julukan para tetangga melihat kecantikan kedua putrinya. Adiba dan Nafia. Mereka selalu terlihat rukun sejak kecil, kemana mana bersama, sehingga terkenal seantero kompleks perumahaan akan kecantikan mereka berdua

Dan hari ini kebersamaan itu harus berakhir ditangan sang dewa maut. Vonis kanker otak stadium akhir yang menggerogoti kepala dan tubuh Nafia, bagaikan mimpi buruk yang sangat cepat menjalari seluruh jaringan tubuh dan membuat wanita lembut dan disayangi banyak orang itu harus pergi.

Rekan kerja, para dokter dan juga suster dari RS Mitra Medika, taman-teman kuliahnya, tetangga, bahkan teman SMA dan SMPnya bergantian hadir untuk melayat. Amal baik serta ramah tamahnya Fia saat hidup, membuat dia dikenang banyak orang saat dia pergi meninggalkan dunia ini.

Jejeran bunga tanda berduka cita terpajang memenuhi sepanjang jalan di rumah hingga ujung jalan, seperti menunjukan bahwa sosok yang pergi ini begitu dicintai banyak orang.

Foto ukuran besar dengan seragam dokternya terpampang di depan rumah duka ini. Foto saat Nafia masih sehat dan segar serta kecantikannya terpancar indah.

“dia sudah senang di sana, Aslan…..” hibur dr. Mika yang kebetulan sedang di Jakarta, sehingga bisa langsung datang melayat Nafia sahabatnya.

“dia sudah ngga sakit lagi…..” sambungnya sambil memeluk Aslan dan menangis.

Asalan hanya bisa termenung.

Rutinitas dia selama ini menjaga istrinya, merawat bahkan melakukan semua hal bersama, semua dia lakukan dengan rasa senang, rasa bangga karena bisa memberikan yang terbaik untuk wanita yang dia cintai dalam hidupnya itu, meski akhirnya harus berakhir dengan perpisahan oleh maut.

Wanita hebat

Dokter yang sangat penyayang

Tetangga yang ramah

Sosok cantik dan penolong

Sahabat terbaik yang tidak sombong

Menantu terbaikku

Anak yang selalu buat Abah dan Uminya bangga, kakaknya bahagia karena punya adik seperti dirimu

Semua pengakuan akan diri Nafia membuat Aslan semakin terisak sedih.

Lihat Bunda, begitu banyak yang datang mengantar dirimu untuk terakhir kali…. Bisik hati Aslan. Dia terharu dalam sedihnya, ternyata bukan hanya dirinya saja yang mencintai Nafia, tapi semua yang mengenalnya sangat menyayangi dan kehilangan sosok baik hati seperti istrinya ini.

Dan ada sepasang mata yang hanya bisa menangis, tapi tidak mampu mendekati dan memberi salam untuk Aslan. Dia hanya menyalami abah, Adiba dan Ulfa. Dia datang dengan teman-temannya dan rombongan dokter untuk memberi pengormatan terakhir Kepada dokter yang dulu sering dia damping saat visit atau setiap ada tindakan terhadap pasien waktu dia masih dinas di RS Mitra Medika.

Suster Enda hanya bisa menyeka airmatanya. Terlepas dari apa yang pernah terjadi antara sedikit harapan yang diberikan terhadap dirinya dulu, namun dia selalu ingat bagaimana ramah dan baiknya sang dokter terhadap mereka para suster.

Dan bukan hanya Enda, Hanif dan kedua orangtuanya pun hadir menjelang jenazah hendak dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya di Karawang. Meski hubungan mereka memburuk disaat Nafia mulai sakit dan Hanif meninggalkannya, namum momen seperti ini, hanyalah kesedihan dan kedukaan yang dirasakan oleh keluarganya Fia.

Postingan dan ungkapan duka pun bertebaran di media social baik di account Nafia maupun Aslan. Dan memang manusia akan selalu dikenang kebaikan dan amalnya selama hidup saat dia pergi meninggalkan dunia, banyaknya perhatian yang datang, membuat Nafia akan selalu dikenang sebagai wanita hebat yang dicintai banyak orang.



**************************


Sore sudah mulai meninggalkan hari, dan gelap pun mulai membayang di langit-langit Tanah Tarumanagara….

Lokasi kompleks pemakaman mewah di San Diego Hils tepatnya di Al Majiid Mansion juga mulai dihampiri gelap.

Suasana menjelang maghrib

Nampak ada satu sosok yang duduk disebuah makam yang baru saja dikebumikan.

Sesekali dia membuka kaca mata hitamnya, menhapus airmatanya yang masih sering turun membanjiri pipinya.

Rombongan keluarganya masih berdiri tidak jauh dari makam tersebut. Mereka juga merasakan hal yang sama. Kesedihan ditinggalkan orang yang mereka cintai masih terasa sekali, meski beberapa saat terakhir mereka bagaikan sudah diminta bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

“Yah…..”

“iya Bunda…….”

“ nanti mau anak laki atau cewe….?”

“hmmmmm…. Apa aja sih….”

“ih… jawabnya normatif….”

Dia hanya bisa tertawa mendengar jawaban istrinya

“kalau Bunda?”

“Bunda mau anak laki-laki…..” jawabnya sambil tersenyum dan menyelusupkan kepalanya di paha suaminya

“hmmmmmm”

“Bunda ngga punya sodara laki….. makanya maunya anak pertama laki-laki…”

Suaminya tersenyum

“nanti Bunda yang kasih nama….”

“kok Bunda sih?”

“iyalah…. Anak laki, itu Bunda yang kasih nama, anak cewe baru ayah….” Jawabnya dengan mimik manja

Suaminya tertawa kecil

“siapa namanya dong?”

Dia tersenyum agak malu

“ Sharga Jevgeni….”

Melihat wajah suaminya yang kaget dia hanya tersenyum

“artinya pemimpin yang terlahir mulia dan tangguh…..”

“panggilannya?”

“arga…..”

Tangan suaminya membelai rambutnya

“Bunda mau anak kita lahir kelak jadi anak Tangguh, menjaga keluarganya, jaga adik-adiknya…. Sama kuatnya seperti ayahnya yang selalu bunda andalkan…..”

Tatapan penuh cinta segera menyeruak dimata suaminya

“ keinginan terbesar Bunda saat ini…..”

“apa tuh, sayang…..”

“punya anak dari Ayah……”

Dialog itu kembali bermunculan dikepala Aslan

Dia tidak mampu menahan tangisnya lagi

Dia tahu bagaimana istrinya berusaha segar dan kuat. Berusaha agar dia bisa hamil meski kondisinya dalam keadaan sakit, karena seperti impian dia dibalik realita yang dia hadapi, impian yang ingin dia capai meski dia tahu betapa sulitnya melawan takdir yang sudah digariskan.

Nisan yang tidak bisa berbicara bagaikan teman baginya saat ini…..

Dan dibawah tanah yang tertimbun dihadapannya, disitulah istrinya terbaring raganya, tempat peristirahatan dia yang terakhir kalinya.

Aslan hanya bisa menangis dan bagaikan ingin meraung keras. Sedih hatinya karena istrinya kini harus terbaring untuk selamanya dibalik tanah makam ini. Dia bagaikan sulit untuk meningalkan istrinya saat ini.

“abang….. Yuk…..” panggil Ibunya Ulfa

Anissah yang masih tidak mampu berkata apa-apa hanya bisa berdiri lemas sambil dipapah suaminya. Semua keluarga besar masih berkumpul, dan belum balik lagi meningalkan area pemakaman ini, karena sang suami masih belum juga beranjak dari sana.

“Aslan….” Panggil Adiba

Tidak bergeming sama sekali

Langit mulai menghitam menghiasi angkasa. Seperti hendak membuat gentar bagi para penghuni bumi dengan gertakan petirnya. Meskipun yang duduk pun tidak sedikitpun bergerak atau takut dengan bahasa alam yang sedang memusuhi

“aslan…. Pulang yuk….” Bisik Adiba

Dia hanya menggeleng

“udah gelap….. mau maghrib…..”

Matanya memerah, dia berusaha menahan tangis kembali melihat adik iparnya yang enggan beranjak

“aku disini aja Ka…..”

Dia kaget mendengarnya

“kamu mau sendirian disini…. Semua udah mau balik…..”

Aslan terdiam, dia hanya menggelengkan kepalanya

“aku ngga mau ninggalin Fia…..”

Adiba terenyuh mendengarnya

“aslan…..” bisiknya lagi

Pria itu hanya menundukan kepala meratapi kesedihannya

“dia sendirian Ka…. Aku ngga tega ninggalinnya….”

Mendengar itu mau tidak mau tangis Adiba pun luruh. Dia bisa merasakan bagaimana besarnya cinta pria ini ke adiknya. Semua apa yang dia lakukan selama ini bagaikan menjadi pembuktian bahwa cintanya memang tidak pernah main-main, bahkan sampai harus mengorbankan banyak hal, agar tetap bersama dengan Nafia hingga ujung usianya.

“Aslan……” tangis Adiba pun terus terisak

Aslan hanya diam

“ayo…..”

Aslan menggelengkan kepalanya

“udahlah Aslan………”

Aslan masih diam

“bukan cuma kamu aja yang sedih…. Semua kita sedih…..”

Masih diam dan terisak

“ kamu pikir kami ngga terpukul? Ngga terluka??”

Masih tidak menjawab, wajahnya tertunduk dan terdiam

“ justru kalo kamu masih disini kamu bikin Fia ngga tenang disana…….. “

Aslan menangis kembali

“ apa ngga bikin dia kuatir disana melihat kamu seperti ini??” suara Adiba agak kencang

“kita semua bersedih… berduka ditinggal Fia….. “

“tapi ngga bisa seperti ini, Aslan…..” isak tangis mereka pun terdengar bersahutan

Aslan hanya diam menundukan kepalanya.

Adiba bisa memahami kesedihan pria ini, dia melihat kini dengan mata dan kepalanya sendiir kesungguhan hati Aslan yang hanya dia dengar selama ini lewat adiknya Fia. Dia pun ikut larut dan luruh melihat kondisi pria ini.

“yuk…..” bisiknya lembut sambil sedikit menarik lengan Aslan

Masih terdiam

Wajahnya lalu terangkat sedikit, dia menengok ke arah kerumunan keluarga yang masih setia menunggunya. Mereka bagaikan tidak bisa beranjak menunggu Aslan

Kumandang adzan maghrib terdengar

Aslan akhirnya mengalah……

Dia lalu bangkit berdiri, menengok sesaat ke arah makam, lalu dia duduk kembali bersujud didepan makam istrinya

“aku balik dulu Bunda……..” isaknya

“ maafin ayah yah…. Ninggalin Bunda sendiri…….”

Dia lalu bangkit berdiri…… Adiba dengan mata sembab menoleh ke arahnya dan menganggukan kepalanya

“ istirahat yang tenang dalam tidur panjangmu, Bunda….. makasih untuk cinta dan kasih sayang Bunda selama ini…….”

Bisik Aslan dalam hatinya, dan sambil berjalan menuju ke rombongan keluarganya yang menunggu.

Gelap pun mulai turun mendominasi, angin dan gemuruh petir bersahutan, seakan ikut menangis bersama keluarga besar Nafia, yang sedang diliputi badai kesedihan karena ditinggal pergi oleh sosok yang mereka cintai, sosok yang sudah mengajarkan mereka akan sebuah keinginan bertarung dalam hidup yang harus berakhir di tangan Pembuat Takdir.

Aslan tidak henti hentinya menangis

Sambil berjalan ke parkiran, dia kerap memalingkan mukanya menatap ke rumah terakhir unutk istrinya yang semakin menjauh. Dia seperti enggan dan berat hati meninggalkan istrinya yang terbaring disana.

Takdir indah yang mempersatukan mereka, akhirnya harus dipatahkan oleh takdir yang lebih kuat lagi untuk memisahkan mereka.

Terima kasih atas cintamu Bunda….. aku ngga tahu apa aku akan bisa menemukan sebuah cinta seindah dan sebesar cinta yang aku punya untuk dirimu??

Bagaimana aku harus hidup tanpa ada dirimu, Bunda??

Malam ini aku tidur sendiri…. Biasanya ada dirimu disamping aku, yang aku layani untuk makan, minum dan mandi??

How I supposed to live without you, Bunda?? Semua hal yang aku kerjakan semuanya demi Bunda? Lalu kini aku harus sendiri melanjutkan hidup aku?? Kasih tahu aku harus bagimana Bunda?? Apa yang harus aku lakukan tanpa dirimu, Bunda??

Bagaimana aku balik Kendari ke rumah kita dan dirimu tidak ikut bersama aku?? Kamar kita akan sepi ngga ada dirimu, sayang??

Hancur hati aku tanpa ada dirimu, Bunda.

Teriakan dan kata hati serta pertanyaan yang bermunculan berkejaran diisi kepalanya menyertai langkahnya yang kian jauh dari pembaringan istrinya. Kekuatan cintanya dan perjuangannya mencari cinta sejatinya selama ini, memang bisa dia gapai meski hanya sebentar bagi dirinya diijinkan oleh Allah untuk mendampingi Nafia.

Namun disaat dia mulai merasakan arti sebuah kata bahagia, kini dia dihadapkan oleh realita bahwa disisi lain harus sedih dengan dipisahkan oleh Pemilik Hidup

Thnaks for your love, Bunda……..

Hujan mulai turun membasahi Kawasan San Diego Hills. Alam seperti ikut merasakan duka terbesar yang melanda keluarga besar Jafar Abdul Kareem. Angin bergerak cepat dan kencang, membawa gemuruh hujan bagaikan berlarian dan bersahut-sahutan, seperti ikut menyampaikan selamat jalan kepada Nafia, yang harus menerima takdir pergi diusia muda, dan dalam keadaan bahagia karena menemukan cinta terbaiknya, namun harus terpisahkan oleh sebuah jarak yang tidak bisa ditempuh kembali, yang bernama Maut.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd