Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAB XXXII



KUPINANG ENGKAU DENGAN BISMILLAH



Hari Sabtu di sebuah café kecil di Kawasan timur kota Kendari, kesibukan para pekerja terlihat berbeda pagi ini. Café yang baru dibuka beberpa bulan ini, hari ini dipasang plang di depan ditutup untuk hari Sabtu pagi hingga sore hari.

Sang pemilik café nampak hadir disana mondar mandir mengomandoi para pekerjanya dibantu dengan beberapa orang dari vendor lain. Meski ditutup untuk umum namun bisa ditebak dari kesibukan yang ada dan beberapa kendaraan yang parkir, ada kegiatan atau acara yang berlangsung di café ini.

Café ini milik dari Muhammad Yahya, salah satu pengusaha dari Makasar yang selain memiliki usaha kuliner, tambang dan juga usaha di bidang marine cargo survey. Café ini dikelola oleh adik istrinya, karena dia dan keluarganya sejatinya bermukim di Makasar.

Namun hari ini ada sesuatu yang besar terjadi dalam lingkar dekatnya, tepatnya di lingkar perusahaannya, sehingga dia sebagai pimpinan harus turun tangan ikut terlibat, bahkan memberikan akses untuk café miliknya digunakan sebagai lokasi acaranya.



****************



Di salah satu ruangan yang merupakan ruang VIP di café tersebut, Nampak seorang wanita yang dari pagi tadi sedang dirias dengan telatennya oleh penata rias. Gaun berbentuk kebaya modern berwarna broken putih dengan model kancing terlihat membalut tubuh wanita yang sedang dirias.

Dia tersenyum manis melihat tampilannya didepan cermin setelah melihat riasannya yang sederhana namun elegan. Dia sudah mewanti wanti ke perias untuk dibuat sesederhana mungkin, namun elegan dan terlihat fresh.

Ada rasa haru dan bahagia yang tidak terkira dari dalam hati wanita ini, karena inilah hari yang dia tunggu selama ini. Dimana hari ini dia akan mengikat janji setia sehidup semati lewat ikatan pernikahan yang sah dengan pria pujaan hatinya, pria yang selalu membuat dia merasa kuat dan yakin untuk hidup bersama.

Dia ingat tadi pagi dalam perjalanan ke tempat ini, dia sempat berbicara dengan kekasihnya

“Yah… ngga percaya rasanya kita tiba juga di titik ini…..”

“iya Bunda….. hari yang ayah tunggu dalam hidup ayah…..”

Dan akhirnya kemudian mereka tiba disini juga untuk melaksanakan apa yang mereka impikan selama ini, untuk mengikat mereka dalam satu ikatan sebagai pasangan suami istri yang sah secara hukum dan secara agama.

Hari ini Fia mengenakan gaun pengantin putih dengan bagian atas berkancing. Detail lace di bagian bahu dan lengannya, membuat gaun Nafia seperti kebaya modern. Kemudian ada aksen mutiara yang menambah kesan elegan di gaun pengantinnya ini, ditambah aksen ikat pinggang warna biru muda yang memberikan sentuhan fresh.

Sebaliknya juga Aslan terlihat tampan sekali dengan setelan jas warna biru tua senada dengan warna celananya. Kesan simple dan sederhana terlihat dalam acara pernikahan mereka yang akan dilaksanakan ijab Kabul kemudian acara resepsi sederhana yang hanya mengundang orang terdekat mereka.

Dari keluarga Nafia tidak ada satupun keluarganya yang hadir, sedangkan dari pihak Aslan hadir ibunya dan adiknya Linda. Boss nya Aslan yang mengetahui rencana Aslan akan menikah segera bertindak cepat. Aslan bagaikan adik bagi dirinya. Kinerja Aslan dalam membangun usahanya di Kawasan Kendari ini sangat vital bagi dirinya. Kemajuan perusahaan disini bisa dibilang andil Aslan semuanya, makanya itu dia dengan cepat bergerak untuk membantu semua persiapan, termasuk mempersiapkan wali nikah untuk Nafia.

Dia bahkan menanggung semua biaya pernikahan Aslan kali ini. Termasuk melaksanakan acara mulai akad nikah hingga acara resepsi kecil di café miliknya di Kendari.

“kamu sudah seperti adik saya….. acara kamu adalah acara saya juga…..” ujar Yahya.

Makanya meski persiapannya dikebut secara kilat hanya 3 hari, semua set up nya berjalan lancar. Bahkan untuk gaun pengantin dan jas pun Yahya meminta koleganya membantu menyiapkan yang terbaik untuk Aslan dan Fia.

“kisah cinta kau ini sangat langka…….” Ujar Yahya memuji kebesaran hati Aslan.

“benar…. Saya dan abangmu kagum dengan kegigihan dan juga cintamu yang luar biasa…..” timpal Fitri, istri Yahya.

Bantuan seperti ini membuat Aslan dan Fia terharu. Mereka tidak menyangka bahwa semua hal akan dimudahkan, meski tembok besar restu yang masih kokoh berdiri menghalangi dari pihak Fia, namun semua hal lain dilancarkan hingga hari H nya.

Termasuk kedatangan Ulfa dan Linda ke Kendari untuk menghadiri acara penting ini, sesuatu yang sempat dikuatirkan oleh Fia, meski oleh Aslan sudah disampaikan bahwa orangtuanya dan adiknya pasti akan datang merestui.

Tekad Aslan menikahi kekasihnya meski Fia sudah didiagnosa menderita kanker di stadium akhir memang bukanlah kisah cinta biasa. Hanya orang tertentu yang mampu melakukan itu, dan Aslan sedikit dari orang yang bisa melakukan itu.

Dan bobot tubuh Fia pun turun drastis, namun kecantikannya tetap terpancar, apalagi setelah dimake up dengan sentuhan tangan ahli seperti perias pengantin kali ini. Dan meski terlihat lelah dan sakit, Nafia tersenyum bahagia begitu make upnya selesai. Kecantikannya yang dari kecil sudah terlihat, kini pun meski kondisinya jauh dari ideal, tetap saja aura sang dokter cantik ini memikat mata yang memandang.

Ulfa tidak mampu menahan air matanya saat melihat Nafia yang sudah selesai didandani. Dan airmatanya pun pecah begitu Aslan keluar dari ruangan sebelah dengan setelan jasnya. Aslan menghampiri ibunya, berlutut mencium kaki Ulfa meminta restu, yang disambut dengan tangisan oleh ibunya.

Anak laki-laki kebanggaannya. Yang dulu nakalnya minta ampun, petakilan dan tukang berantem. Kini dengan tatapan penuh keyakinan menghampirinya, meminta ijin untuk menapak halaman baru dalam fase hidunya. Dia bagaikan diputar di matanya bagaimana anak laki-lakinya yang sangat dia cintai ini rasanya masih kemarin suka menggeledot di pelukannya, kini akan segera jadi milik wanita lain.

Dia bagai tidak percaya jika putra kesayangannya itu akhirnya akan menikah hari ini. Bukan pernikahan yang ideal bagi dirinya sebagai ibu. Namun dia tidak mampu menahan tekad anaknya yang ingin menikahi wanita yang bisa dibilang satu-satunya wanita didalam hidupnya itu.

“udah Ma…. Nanti luntur riasannya….” Bisik Linda yang juga bercucuran airmata

Ruangan tunggu yang mereka gunakan sebagai ruang antara untuk ke tempat ijab Kabul itu mendadak semua penuh haru. Yahya dan Fitri, teman-teman kantornya Aslan yang juga hadir, semua tidak mampu menahan keharuan mereka melihat suasana haru saat Aslan bersimpuh di kaki sang ibu.

Apalagi saat Nafia juga muncul. Dia yang berjalan sedikit dipapah oleh salah satu pengiring pengantinya, Yeni yang staff Aslan dikantor kali ini ikut sibuk membantu pernikahan Aslan dengan Nafia.

Ulfa tidak henti-hentinya menumpahkan airmatanya saat Nafia dan Aslan bersimpuh di kakinya, memohon restu untuk melaksanakan ijab Kabul kali ini. Hatinya porak poranda menyaksikan betapa hari yang sakral dan indah ini akhirnya harus digelar dengan suasana yang jauh dari kata ideal, bahkan keluarga pengantin wanita satupun tidak ada yang hadir.

“Abang minta maaf jika tidak patuh ke mama selama ini…… Abang mohon diijinkan untuk bisa menikahi Fia…….” Bisik anaknya sampil bersimpuh dan mencium lututnya

Ulfa hanya bisa menggelangkan kepala dan terus meneteskan airmatanya

Anak kesayangannya, anak kebanggaaanya, dan anak yang begitu berbakti bagi dirinya….. yang ahirnya harus dia relakan untuk menikahi wanita lain, wanita dari keluarga yang selama ini bermusuhan dengan keluarga mereka. Rasanya berat bagi Ulfa untuk mengiyakan, hanya belaian tangannya di rambut anaknya sebagai tanda restu dia, restu yang berat yang harus dia relakan.

Bukan dia tidak menerima Fia…. Tapi dia tidak mampu membayangkan hinaan dan cercaan yang akan anaknya terima, bahkan dia juga harus terima dari keluarga Fia karena nekadnya mereka berdua untuk melanjutkan apa yang mereka lakukan hari ini.

Dan airmata semua yang hadir turut jatuh saat Fia kemudian bersimpuh dan memeluk kaki mertuanya

“ma….. Fia minta maaf…. “ suara terbata dari Fia terdengar

“jika Fia sudah dianggap mengambil kebahagiaan Mama dan Dek Linda……”

“ Fia janji akan berusaha sekuat tenaga Fia……. Semampu Fia…. Untuk jadi istri yang baik buat abang Aslan…. Dan anak yang baik buat Mama……”

Dan tangis Ulfa pun pecah kembali…. Suasana yang harusnya bahagia kini menjadi pesta penuh airmata dengan adanya adegan mengharukan ini. Dia tidak mampu menahan tangisnya. Semua yang hadir pun demikian.

Mereka tahu bagaimana perjuangan cinta Aslan dan Nafia yang begitu besar. Kondisi Nafia yang dalam keadaan sakit pun sempat membuat mereka kuatir apakah akad nikah ini akan berjalan lancar. Namun doa dan permohonan mereka dijawab Allah, dan meski harus dipapah, kondisi Fia terlihat cukup sehat, dan meski dalam keadaan sakit, aura kecantikan dokter ini tetap terlihat dibalik riasan pengantinya.

“udah yah Ma…… kasian Abang ama Ka Fia…..” bujuk Linda kepada Ulfa yang masih menangis dengan penuh keharuan.

Ulfa hanya menundukan kepalanya, dia membelai lembut kepala dua anaknya yang kini bersimpuh di didepannya.

Dia mencoba menenangkan dirinya….. menghela nafasnya yang terasa sesak….

Dia sadar bahwa semua prosesi ini menunggu dari dirinya, karena kedua anaknya juga menangis dengan penuh haru saat meminta restu dari dirinya

“yuk sayang…… pak penghulunya sudah menunggu…..” bisiknya ke telinga Aslan dan Nafia

Mereka berdua lalu bangun. Sambil membereskan riasannya masing – masing, lalu Ulfa berbisik lembut ke telinga Fia

“mama titip abang yah……” bisiknya penuh haru

Nafia menatap mertuanya itu dengan tatapan yang sama, sambil menganggukan kepalanya dia memeluk kembali Ulfa

“makasih Ma… makasih…..”

“Aslan adalah hadiah dari Allah buat Fia……”

Ulfa hanya bisa menganggukan kepalanya.

Pernikahan dan kisah cinta mereka memang bagaikan menjungkirbalikan apa yang selama ini tidak dipikirkan orang. Dari dua latar belakang yang berbeda, satunya dokter dan satunya lagi malah tidak lulus kuliah meski sukses dalam karirnya. Satunya turunan Arab dan Sunda, Aslan nya Betawi asli. Dipisahkan oleh rentang usia yang jauh, Fia yang memasuki usia 30 tahun dan Aslan yang baru mau menjelang usia 24 tahun.

Satu hal yang mampu menyatukan mereka ialah kegigihan Aslan dalam memperjuangkan cintanya. Cinta yang langka dan sulit dicari tandingannya. Bagaimana sosok seperti dia yang tetap bertahan mencintai wanita yang tadinya tidak sama sekali bahkan berpikir untuk menerimanya.

Bahkan dia mau menerima Fia dalam kondisi seperti ini, disaat banyak pria yang memilih menikahi wanita yang sehat dan normal, tapi Aslan dengan cintanya yang kuat tetap tidak tergoyahkan untuk mencintai Fia.

“di dunia dan kehidupan lain pun jika kita dikasih kesempatan bertemu lagi, maka Bunda tetap aku pilih sebagai teman hidupku…..” tekad Aslan waktu itu.

Dan kini akhirnya waktu yang mereka tunggu pun tiba. Hari dimana mereka mengikrarkan janji untuk hidup sebagai suami dan istri yang sah didepan agama dan negara. Meski restu dari orangtua Fia tidak juga turun, namun tidak menyurutkan cinta mereka untuk bersatu

“aku akan buktikan bahwa aku akan jadi menantu yang baik untuk Abah dan Umi……” ucap Aslan.

Fia sangat terharu melihat kesungguhan hati Aslan. Dia menyesali kenapa orangtuanya tidak memberi kesempatan bagi Aslan untuk membuktikan rasa sayangnya ke anak mereka sebelumnya, tapi malah langsung menvonis dengan ketidaksetujuan mereka hanya karena kisah di masa lalu itu yang harusnya sudah mereka lupakan.

Persiapan di ruangan yang akan digunakan sebagai lokasi ijab qobul kini sudah siap. Meja serta penghulu yang hadir juga sudah bersiap di lokasi menunggu kesiapan pengantinnya untuk masuk ke ruangan tersebut.

Tiba-tiba satpam yang berjaga masuk menghampiri boss nya, Pak Yahya dan Bu Fitri.

“pak Boss…. Ada tamu datang……”

“siapa?” kaget suara Yahya

“katanya saudara dari Ibu Nafia…..”

“ saudaranya Fia?”

Yahya bengong dan terkejut. Dia menatap wajah Fia dan Aslan bergantian

“ada saudara yang datang?”

Fia menggeleng lemah, hatinya dan dadanya sekeitika berdetak kencamg

“lah itu siapa?”

“ngga tahu Pak…..”

Mereka terdiam sesaat, lalu

“coba cek dulu ke depan……” usul Ulfa. Dia pun ikut deg-deg an jadinya

Pernikahan mereka ini digelar tertutup dan hanya saudara terdekat dan orang kantor Aslan serta beberapa kenalan yang diundang. Bahkan keluarga Ulfa dan mendiang ayah Aslan hanya diberitahu lewat whatssapp dan telepon mengenai acara ini. Jika ada keluarga Fia yang datang, tentu ini mengagetkan bagi mereka.

Aslan menggandeng Fia berjalan kearah depan café tersebut. Dia bertekad siapapun yang akan datang atau mencoba menghalangi pernikahannya kali ini, akan dia hadapi.

Dan betapa kagetnya dia melihat siapa yang datang

“Ami….. Ameh……..” panggil Fia tanpa sadar

Ada 6 orang total yang datang di 2 mobil yang baru saja parkir. Sosok 2 pria setengah baya dan istri-istrinya, serta ada wanita yang muda, dengan suaminya yang terlihat tidak terpaut jauh usianya.

“Siapa Bun……?” tanya Aslan

“De…….” Suara sedikit memekik dari salah satu ibu yang berdarah arab

“ameh……” panggil Fia lagi

Sosok itu langsung berjalan agak cepat kearah Fia dan menghambur memeluknya.

“kamu sehat, nak?” suara penuh rindu dan kuatir terdengar

“alhamdulilah sehat, Ameh…..” pelukan Fia sambil menangis ke sosok yang dia panggil Ameh itu.

“ami….” Dia lalu mencium tangan sosok pria yang datang, dan kemudian memeluk pria itu.

Aslan seketika tahu siapa pria ini. Dari wajahnya yang terlihat berdarah keturuan dan mirip dengan Jafar, pasti sosok ini adalah adiknya Jafar.

“Yah…. Kenalin…. Ini Paman dan bibi aku……”

Aslan yang tadi bengong langsung menyalami dan mencium tangan kedua sosok itu.

Belum selesai kaget mereka, tiba-tiba teriakan dari arah parkiran

“Fia……”

Fia menoleh kaget.

“ Mika?”

Ternyata dr. Mika teman kampusnya dulu

“ kejutan kan?”

Fia masih bengong, Aslan apalagi

Mika langsung memeluk Fia yang sudah berdandan sebagai pengantin itu dengan penuh haru

“ kok ngga bilang mau datang?” tanya Fia penuh haru

“Panjang ceritanya….. kamu gimana?”

“alhamdulillah sehat…..”

Mika sangat terkejut melihat tubuh Fia yang makin kurus, meski paras cantiknya tetap terlihat

“cantik banget…..”

“makasih Mika….”

“ini Aslan…….” Dia mengenalkan dengan calon suaminya

Aslan pun menghampiri dan menyalami Mika

“ini Papa dan Mama…. Masih ingatlah… ini suamiku Mas Aryo…. Yang waktu nikah kamu ngga datang…….” Ujar Mika memperkenalkan diri keluarganya

Mereka semua lalu saling bersalaman dan menyapa, keluarga Aslan dan Yahya yang masih didalam pun ikut keluar untuk menyapa tamu yang baru datang ini.

Ternyata yang datang ialah Talib, adik kandung Jafar dan istrinya Farida. Mereka datang bersama dr. Mika, sahabat dan teman kuliah Fia dulu di UI, yang kini jadi direktur di salah satu RSUD di Kalimantan Selatan. Hadir juga suami dan kedua orangtua Mika mendampingi, karena mereka tahu Fia dan Mika berteman baik sekali dari dahulu.

Talib sendiri merupakan kontraktor dan penyedia barang untuk kesehatan. Dia mendapat proyek besar untuk RSUD dimana Mika jadi direkturnya. Sehingga hubungan mereka tetap terjaga, dan saat Fia mendapat situasi yang sulit seperti ini, Mika tersentuh untuk membantu dan menghubungi Talib dan istrinya, yang dirasa oleh Mika sedikit berdeba dengan Abah dan Umi Fia.

Dan tepat dugaannya, Talib dan istrinya langsung bergegas datang dari Surabaya, janjian di Makasar, lalu mereka Bersama menuju Kendari tepat pagi ini dan langsung menuju lokasi akad nikah yang Fia sudah share ke Mika.

“ami dan ameh dengan masalah kamu….. trus dr. Mika juga telpon kami kemarin lusa, makanya kami datang kesini…..”

Fia terharu mendengarnya.

“ kami dulu dapat proyek besar karena rekomendasi kamu ke dr. Mika, makanya saat ditelpon dan kami tahu permasalahannya, kami segera datang kesini…..”

Suasana diam sejenak, keluarga Aslan dan Yahya juga akhirnya bisa bernafas lega, karena ada perwakilan dari orangtua Fia yang datang, sehingga pernikahan ini rasanya lebih berlangsung dengan baik karena kedua belah keluarag ada yang hadir.

“saya atas nama keluarga meminta maaf ke Bu Ulfa dan keluarga, jika ada perlakuan dari abang saya yang keterlaluan…….”

Ulfa mengangguk pelan

“kami juga minta maaf Pak…….. jika Aslan, almarhum suami dan juga kami punya salah…..”

Talib menganggukan kepalanya dengan penuh hormat. Dia lalu berpaling ke arah Aslan dan Fia

“kami kagum dan sangat tersentuh dengan perjuangan kalian…… “ dia melanjutkan “ terutama kamu Aslan…. Menikahi Fia dalam kondisi seperti ini…. Hanya pria hebat yang punya komitment seperti ini……”

Aslan terdiam menundukan kepalanya. Suasana haru segera hadir ditengah pertemuan mereka kali ini

Bibinya Fia yang melihat kondisi Fia seperti ini, tidak henti hentinya meneteskan airmatanya. Dia sedih karena keponakannnya yang dia tahu persisi bagaimana dia dari kecil hingga besar dan jadi dokter, lalu harus mengalami nasib seperti ini, bahkan untuk melanjutkan hidup bahagianya di tengah sakitnya pun dia harus bersembunyi dari orangtuanya

Lalu pak penghulu yang hanya diam diantara reuni keluarga itu memecah keheningan

“baiklah… jika sudah siap… sebaiknya acaranya bisa kita mulai…..”

“oh oke… baik-baik…..”

Mereka segera menghampiri meja dan tempat ijab Kabul yang sudah disusun

“saksi pria?”

“saya Pak…..” ujar Yahya

“wali wanita?”

“saya Pak…. Saya mewakili orangtuanya mempelai wanita…..” ujar Talib

Fia tersenyum sambil menahan harunya. Dia memeluk pamannya dan bibinya

“Allah bukakan pintu dan mudahkan semua urusan kita…..” bisiknya lirih ke arah Aslan

Suasana jadi sedikit hening dan tegang, semua mengambil posisi di dekat meja kecil tempat acara ijab Kabul dilaksanakan.

Ulfa yang duduk di belakang Aslan dan Fia, tidak mampu menahan air matanya. Demikian juga Linda. Impian dia untuk melihat pernikahan mewah dan megah untuk anak laki-laki kebanggaannya justru harus berganti dengan pernikahan sembunyi-sembunyi seperti ini.

Yah Allah, jika ini memang jalan yang harus Bang Aslan jalani, biarlah Engkau lapangkan jalannya, Ya Allah, dan biarkan hambaMu ini ridho dan ikhlas menerima semua keputusan anak hamba, dan juga takdir dari Mu untuk hamba dan keluarga….. bisiknya dalam hati seraya memanjatkan doa untuk.

Prosesi pengucapan ijab qobul pun berlangsung dengan khidmat. Setelah Penghulu membuka acara dengan doa dan kalimat pengantar, lalu tibalah saatnya prosesi puncak dari acara pagi ini.

“Saudara Aslan Syahril bin Jusuf Syahril, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan keponakan saya Nafia Almahyra Kareem binti Jafar Umar Kareem dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar 3.041.992,- dibayar tunai.”

Dan dijawab dengan lantang oleh Aslan

“saya terima nikahnya Nafia Almahyra Kareem binti Jafar Umar Kareem dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar 3.041.992,- dibayar tunai”

Hingga akhirnya…

“bagaimana? Sah?” tanya penghulu

“sah….”

“sah….”

Semua saksi dan wali nikah secara bersamaan mengucapkan kalimat yang sama yang diikuti dengan ucapan yang sama dan diakhiri dengan doa.

Nafia lalu mencium tangan Aslan sebagai tanda resminya dia sebagai istri Aslan, dan Aslan mencium dahi istrinya, diakhiri dengan pelukan.

Fia tidak mampu membendung air mata bahagianya. Dia sangat bahagia akhirnya bisa merubah statusnya secara resmi kini dia dan Aslan sudah menjadi sepasang suami istri.

Semua keluarga dan hadirin yang hadir lalu saling memberi salam dan selamat kepada kedua mempelai. Ulfa dan Linda tidak mampu menahan air mata harunya. Sosok kesayangan mereka kini sudah resmi menjadi suami Fia, meski ada rasa kehilangan, namun Ulfa berbesar hati untuk melepaskan anaknya menjadi suami wanita yang dia cintai.

Farida dan Mika juga demikian. Mika sebagai sahabat tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Dia tidak menyangka jika sahabatnya yang dulu begitu banyak dipuja di kampusnya, kini harus menikah secara diam-diam dari keluarganya, dan dalam kondisi yang sakit.

Namun dia mengakui akan kebesaran hati Aslan yang sangat mencintai Fia. Curhatan Fia beberapa bulan lalu saat bercerita gagalnya hubungan dia dengan Hanif, disambung dengan antusiasnya dia dengan brondong tetangganya yang begitu memujanya, kali ini dia bisa melihat sendiri bagaimana keteguhan hati Aslan untuk tetap jalan meski dia tahu kondisi Fia.

Yahya dan Fitri akhirnya bisa bernafas lega. Kekuatiran mereka bahwa akan datang gangguan dari pihak Fia hilang sudah. Dia bahkan meminta pertolongan adiknya yang berdinas sebagai perwira di korps marinir untuk membackup acara pernikahan ini, karena dia kuatir dengan adanya gangguan dari pihak keluarga Fia yang akan mencoba menggganggu dan membatalkan acara pernikahan Fia dan Aslan.



****************


Suara lembut penyanyi yang sedang membawakan lagu-lagu romantis terdengar, para tamu dan keluarga yang hadir juga sedang menikmati hidangan yang disediakan oleh Yahya dan Fitri khusus untuk acara pernikahan Aslan dan Fia kali ini.

Keluarga dan teman-teman juga saling bergantian mengajak kedua pengantin untuk berfoto bersama. Meski acaranya sederhana, namun tetap saja ada pelaminan kecil dengan dekorasi minimalis yang tetap indah dibuat oleh event organizer untuk acara resepsi meski kecil.

Setelah beberapa kali berfoto

“Yah….”

“ya Bun…..”

“capek…. Duduk dulu yah….” Bisik Fia ke Aslan.

“iya sayang….”

Aslan lalu menuntun istrinya untuk duduk di kuris pelaminan yang disediakan.

Kondisinya yang memang lagi lelah, ditambah sakitnya yang belakangan ini semakin gencar menyerangnya, membuat dia seperti kesulitan untuk mencoba kuat dan melawan semuanya. Hari yang bahagia ini pun sempat tidak dia rasakan sakitnya, namun akhirnya dia tidak mampu menahan juga, dan harus duduk karena lelah dan sakit kepalanya.

“sakit kepalanya?” tanya Aslan sedikit kuatir

“ngga Yah…. Capek aja kali…..”

Fia menyandarkan kepalanya ke bahu Aslan.

Aslan lalu membka tangannya dan mendekap Fia agar rebah didadanya.

“istirahat didalam?” tanya Aslan lagi

“ngga disini aja….”

Fia mencoba kuat

“ini khan hari bersejarah kita Yah…. Bunda ingin menikmati acara pernikahan ini…..” ujarnya pelan sambil mencoba senyum, meski sambil meringis menahan sakitnya yang menyerang kepalanya.

Aslan meski tersenyum dan sambil merangkul kepala istrinya, tetap saja dia kuatir dengan kondisi Fia. Mereka semenjak tinggal bersama, sudah bukan hal baru baginya melihat Fia tumbang dan harus membopong Fia jika tiba-tiba pingsan atau pusing kepalanya.

“ngga apa-apa Yah…. Bunda terlalu bahagia kali…..” hibur Fia lewat bisikan ke dekat dada Aslan

Aslan hanya tersenyum sambil membelai lengan istrinya, mencoba menguatkan wanita yang begitu dia cintai ini, agar kuat dan tetap bisa bertahan hingga selesai acara.

Mika yang sedang makan nampak memperhatikan kondisi Fia yang sedang merebahkan kepalanya ke dada Aslan di pelaminan. Insting dokternya segera mengisyaratkan bahwa kondisi Fia sepertinya sedang tidak baik-baik saja.

Dan benar saja, tiba-tiba Fia yang sedang bersandar di dada Aslan terlihat pingsan.

Teriakan ibu-ibu dan wanita yang hadir serta reaksi Aslan yang langsung sigap menahan kepala istrinya, membuat Mika dengan segera melepas piringnya dan meletakan dimeja, dia segera bergegas ke perlaminan untuk menolong sahabatnya.

Suasana bahagia seketika berubah menjadi kepanikan……

“bawa kedalam……”

Aslan dengan sigap membopong istrinya dan membawa Fia kedalam

“fia……” panggil Mika

“Fia…..”

Tapi tetap saja wajah pingsan itu tidak bergeming

“bawah ke dalam Bang……”

Perintahnya ke Aslan.

Suasana langsung berubah jadi panik dan sedikit histeris

“it’s Oke…. Dia hanya sakit kepalanya mungkin lelah…..” ujar Mika

“nanti saya cek kondisinya…..”

Semua keluarga dan hadirin yang hadir jadi saling bertanya tanya. Meski banyak yang sudah tahu kondisi sakitnya Fia, namun pingsannya dia di hari bahagianya, membuat ini tak pelak jadi pertanyaan dan juga kesedihan banyak orang. Hari bahagia yang harusnya jadi hari yang paling indah untuk dikenang dalam hidup, harus buyar nuansa bahagianya karena pingsannya mempelai wanita.

Sementara itu, Talib dan Farida hanya bisa menahan kesedihannya. Mereka muram dan prihatin sekaligus heran dengan keras kepalanya abang mereka Jafar, yang sudah tahu kondisi anak mereka seperti ini, namum tetap keukeuh untuk tidak memperbolehkan bahkan menghalangi niatan Fia untuk menentukan nasib dan bahagianya sendiri untuk Bersama Aslan.

Ego yang tinggi yang harusnya sudah tidak perlu lagi mereka tunjukan dengan kondisi Fia yang sudah sangat memprihatinkan. Stadium akhir di fase sakitnya dia seperti yang disampaikan oleh dr. Mika, jelas bukan waktu yang lama lagi mengingat ganasnya sakit yang diderita keponakan mereka.

Memberi dia apa yang dia inginkan, atau memberi dia kebahagiaan di ujung usianya jelas harsunya itu yang mereka lakukan saat ini. Bukannya malah tetap bersikeras dengan ego sepihak, yang akhirnya malah membuat hubungan dan suasan yang harusnya banyak sukacita yang yang harus Fia rasakan, malah tambah stress dan perih dengan adanya konflik ini.

Hanya penyesalan akan keras kepalanya abang dia Jafar yang bisa dia sesali.

Talib hanya terdiam dan menganggukan kepalanya saat Farida permisi untuk masuk ke dalam melihat kondisi Fia yang sedang dibantu penanganannya oleh Mika. Dia merasa bahwa tidak seharusnya Fia mengalami ini. Harusnya pilihan hatinya dia ini direstui oleh Jafar, dan dia tidak melihat ada masalah berarti di diri Aslan, yang harusnya bisa dimaafkan oleh Jafar.

Suara musik seketika terdiam dan berhenti begitu pengantin wanita pingsan di pelaminan dan mendapat perawatan. Semua menjadi tegang dan ingin tahu kondisi Fia. Acara pesta penuh bahagia berubah menjadi hening dan senyap, dan baik Talib dan istrinya, maupun kedua orangtua Mika, bahkan Yahya dan Fitri pun hanya bisa terdiam dan sesekali menengok ke arah dalam, berharap tidak ada yang serius dengan kondisi Fia setelah pingsan barusan.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd