Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAB XXVI



TUJUAN INDAH DI TENGAH SEBUAH EGO




Sata hendak pulang, di parkiran yang memang agak sepi, Fia tidak bisa menahan dirinya untuk melumat bibir kekasihnya, mulutnya seperti ingin menelan bibir Aslan, dengan penuh nafsu dia mencium bibir kekasihnya

“yang..... ngga pengen apa?” bisiknya manja

“pengen dong....”

“ayo atuh....”

“dimana?”

“cari hotel kek....” bisik Fia

Aslan sebenarnya menahan nahan nafsu birahinya. Hanya saja dia tahu telpon Fia dari tadi berdering terus, Umi dan Abahnya bergantian menelponnya. Belum lagi Mama dan adiknya Linda bertanya dia sudah sampai dimana, membuat dia susah berkonsentrasi

Lagipula kondisi Fia yang masih belum terlalu sehat, sedikit mengkuatirkan dirinya.

“Ka... kaka masih belum sehat...”

“udah juga....”

Tangan Fia dengan nakalnya meremas batang kemaluan Aslan dari celananya

“umi juga nelp dari tadi.....”

Fia agak manyun

“udah.... nanti kita puas-puasin di Kendari yah....” hibur Aslan

Masih manyun Fia

“ka.....”

Melirik dengan setengah marah

“ya..... biar Kaka sehat dulu.....”

Akhirnya

“ya sudah... janji yah di Kendari wajib.....”

“iya Kaka sayang.....”

“kan udah sebulan lebih ngga ditengokin.... awasa aja kalo negokin tempat lain”

Aslan mendelik mendengar ucapan Fia.

“iya Kakakku cintaku.....” dia mencium dengan penuh rasa sayang

Sambil menyimpan sedikit kesel sebenarnya

“cium” perintahnya lagi ke Aslan

Dengan lembut Aslan mencium Fia

Mereka lalu jalan ke keluar dan masuk ke tol untuk menuju Bekasi.



*******************

Malam itu dirumahnya Ulfa....

“mah....”

Ulfa hanya bisa tertunduk lemas mendengar permintaan anaknya

“mama ngga bisa Nak.....”

“kenapa Ma?”

Ulfa hanya menggelengkan kepala

“ abang tahu kan masalah kita dengan mereka?”

Aslan menganggukan kepalanya

“ trus?? Abang mau mama malu didepan mereka nanti?”

Dia terdiam sesaat

“ tapi aku sangat mencintai Fia, Ma...”

“abang.... satu kompleks ini juga semua tahu Abang suka sama Fia.... Fia nya memang baik hati... tapi orangtuanya abang tahu sendiri.....”

Aslan mematung dan menatap ke lantai, dia galau dan bingung. Dia ingin meminta secara baik-baik Fia ke orangtuanya.

“memang ngga ada wanita lain Bang?”

Aslan diam

“belum lama ini, abang ketahuan ama Fia di Kendari, datang ngamuk kesini orangtuanya...”

Ulfa bergetar bibirnya

“lalu sekarang Abang minta Mama harus bicara ke orangtua Fia....???”

Wanita ini sebenarnya kesal luarbiasa mendengar berita ini. Baginya masalah kemarin dia sempat mencoba menghapus itu dari ingatannya, meski dia percaya kalau anaknya pasti bersama Fia di rumahnya di Kendari, namun perlakuan orangtuanya Fia membuat Ulfa berpikir untuk tidak pernah mengimpikan bahwa kejadian Aslan dengan Fia bakal berlanjut.

Namun pengakuan dan permintaan Aslan kali, membuat dia bingung dan serba salah harus bersikap

“abang tau perlakuan mereka ke kita selama ini... lalu abang mau mama harus besanan dengan dia??”

Linda yang mendengar percakapan abangnya dengan mamanya dari lantai atas hanya bisa terdiam. Dia tahu hatinya sangat besar ke Fia. Dia juga tahu kini Fia sudah berbalik arah. Indikasinya Fia yang sering menghubunginya kini dan lebih sering.

“mama minta abang berpikir lagi deh...”

Suara serak Ulfa berharap anaknya berubah pikiran

“ abang kan tau sendiri bagaimana hinaan orangtua mereka ke kita.....”

Aslan masih terpekur

“meskipun Mama mau, orangtuanya pasti akan menolak......”

Diam sesaat

“ mohon abang pertimbangkan lah....’

Ulfa tetap berharap anaknya berubah pikiran, meski dia ragu apa Aslan akan mau. Dia mengerti bagaimana cintanya anaknya ke Fia. Secara pribadi dia pun menyukai anak itu. Fia sangat berbeda dengan kakaknya dan juga orangtuanya. Namun menikah kan menyatukan keluarga besar kedua bela pihak, bukan hanya mereka berdua yang menikah saja.

Proses ini yang sangat dikuatirkan oleh Ulfa dengan melihat perilaku dan cara orangtuanya Fia memandang keluarganya.

Aslan lalu mengangkat wajahnya

“Ma.... kalau boleh abang minta supaya rasa abang ke Fia dihilangkan... akan Abang minta.... “

Dia terdiam sejenak

“tapi ngga bisa Ma... abang ngga bisa.....” suaranya bergetar

Lalu

“ abang ngga pernah minta apa-apa selama ini ke Mama.... karena Abang tahu batas dan kemampuan Mama selama ini.... “

“namun kali ini, Abang minta maaf ke Mama.... jika Mama tidak berkenan, maka Abang sendiri yang akan bicara dengan Pak Jafar....”

Ulfa tercenung mednegar kata-kata anaknya. Dia tahu anaknya ini memang terlihat lembut dan tenang, namun jika sudah menjadi tekadnya, maka dia tidak perduli dengan apa yang menghalanginya, dia pasti akan hadapi itu.

Wanita itu seketika bingung dan galau menghadapi maslah ini. Jika dia tidak mau, maka dia pasti tidak akan bisa melarang anaknya untuk pergi kesana.



*******************

Besok paginya di kediaman Jafar

“Pak, ada tamu...”

Jafar dan istrinya yang lagi santai di taman belakang kaget mendengar ucapan ARTnya

“siapa?”

“Bu Ulfa dan Mas Aslan...”

Bagaikan disambar geledek mereka mendengar apa yang disampaikan oleh ARTnya.

Ada apa sampai tetangganya, musuh besarnya, atau sosok yang tidak pernah mereka mau lihat malah datang bertamu ke rumah mereka. Dengan sedikit enggan dan malas mereka lalu bangun dan beranjak ke ruang tamu.

Aslan nampak duduk di sofa depan bersama ibunya. Mereka berdiri melihat yang punya rumah muncul dengan celana pendek dan kaos oblong, dan istrinya dengan baju gamis muslimah lengkap dengan hijabnya.

“assalamuallaikum Pak Jafar, Bu Annisah....” sapa Ulfa dan Aslan bersamaan

“walaikumsallam....” jawab mereka pendek

Lalu

“silahkan duduk.....”

Mereka pun duduk bersama. Sempat terdiam sejenak karena semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Aslan dengan penuh perasaan canggung dan berbagai rasa berkecamuk dihatinya, dia baru kali ini merasakan bertamu ke rumah pacar, bertemu calon mertua dan merasakan juga bagaimana berhadapan langsung dengan calon mertua yang tidak menyukainya sama sekali.

Ulfa pun demikian. Dia hanya karena ingin menyenangkan anaknya, karena bagaimanapun Aslan adalah anaknya yang harus dia dampingi. Meski dia harus menahan sakit hati, rasa malu dan juga rasa marah dengan perlakuan keluarga Jafar selama ini, namun dia tepis semua demi anak laki-lakinya yang ingin datang dan bertemu orang tua kekasihnya

Jafar dan Annisah hanya dia menunngu

“ ada perlu apa yah?” tanya Annisah

Ulfa melirik sebentar ke arah Aslan, lalu dia membuka mulutnya

“mohon maaf jika kedatangan kami ini mengganggu Pak Jafar dan Bu Annisah....”

Tatapan sinis sedikit membuatnya sedikit down

“Langsung aja Bu....” ucap Jafar tanpa ekspresi

Ulfa jadi tambah galau

“ begini Pak Jafar dan Bu Ulfa..... sebelumnya kami mohon maaf...... ini saya mewakili sebagai wali dan orangtuanya dari anak saya Aslan... “

Suaranya terputus sesaat

“kami mohon ijin.....” suaranya seperti tercekat

“mohon ijin untuk mau membahas masalah hubungan Aslan dan Nak Fia.....” terlontar juga kata-kata dari mulut Ulfa

“loh.. emang apa yang mau dibahas antara anak saya dengan anak Ibu?” tanya Annisah dengan nada agak sengit

Ulfa terdiam sesaat, Aslan juga hanya bisa menunduk

“eh.... yah kami rencananya ingin melamar anak Fia untuk Aslan.....” pelan sekali suara Ulfa

Annisah dan Jafar tertawa mendengar ucapan Ulfa. Tawa sinis dan setengah mengejek tepatnya

“wuih... udah hebat dong... pelaku pelecehan mau melamar korbannya....” celetuk Jafar ketus

Meskipun emosi dan marah, namun Ulfa masih bisa menahan dirinya. Dia hanya diam dan menundukan kepalanya sambil meremas tangannya sendiri yanga sedikit gemetaran.

Diam sesaat mereka semua

“ cara kalian melamar ini juga lucu sekali.... benar-benar melecehkan kami..... adab kalian pun memang tidak ada....” ujar Jafar lagi

Ulfa jadi serba salah. Mau bagaimana seharusnya? Dengan mereka datang langsung dan bicara kan ini sopan namanya, nanti jika telpon dulu juga dibilang tidak sopan, lewat orang lain pasti juga sama. Dasarnya sudah benci yah pasti sulit menerima

Ulfa melirik ke arah Aslan, yang hanya terdiam

“ tapi saya salut.... kamu termasuk berani untuk datang kesini....” Ujra Jafar ke arah Aslan

“setelah kamu bawa Fia kesana, saya pikir kamu ngga akan berani untuk datang kesini....”

Aslan terdiam menunduk

“setelah apa yang kamu lakukan?? Tarus kamu berharap kita mau terima kamu melamar anak kami?”

Terdengar tertawa sinis dari Jafar

“ jangan pernah bermimpi saya akan terima perlakuan kamu selama ini....”

Aslan bagaikan mendapat uppercut kiri dan kanan di ring tinju

“Maaf yah Ulfa... standar kami untuk menantu itu sangat tinggi... bukan kami menghina pencapaian anak kamu... tapi mungkin buat orang tua lain iya, buat kami maaf.....” sambung Jafar lagi

“kami tidak akan pernah bisa terima ini.....”

Ulfa terdiam seketika

“ saya sangat mencintai Ka Fia.... saya janji akan bahagiakan dia....” suara Aslan terdengar

Jafar tertawa

“bahagiakan pakai apa?? Penghasilan kamu saja dengan penghasilan dia sebagai dokter saja sudah jauh berbeda.... pendidikan dia juga beda dengan kamu... usia kamu juga jauh dbawah dia.... kamu ngga mikir kesana...???” papar Jafar lagi

Aslan terdiam seketika

“jangan karena merasa sanggup dan merasa mampu, lalu jadi mengecilkan masalah.....”

Jafar semakin jumawa.

Ulfa hanya bisa tertunduk malu dengan kesal

“ jujur saja... kami dalam segala segi... tidak mungkin bisa menerima kamu... “

Aslan jadi galau, dia merasa kelu lidahnya

“ saya saja bingung kok Fia bisa dan mau diajak kamu kesana.....” jawab Annisah kali ini

“saya minta maaf Bu..... saya yang salah...” ujar Aslan

Ulfa agak kesal dengan Aslan. Dia tahu Aslan pasti melindungi Fia, namun jawabannya dia pasti membuat mereka pasti jadi semakin menindas dia.

“ dengan semua keterbatasan yang ada, saya ingin bahagiakan Ka Fia...”

Ucapan Aslan tentu disambut cemoohan dari Jafar dan Annisah.

“sudahlah... kami tidak ingin memperpanjang percakapan ini.... harusnya kalian bersyukur kami masih mau bertemu dengan kalian... mengingat apa yang selama ini kamu buat untuk keluarga kami....” kata Jafar

“jujur saja, saya masih bingung kok Fia mau sampai diajak ke sana.....” timpal Annisah lagi

Lalu

“sekarang, kamu pikir aja... Adiba waktu menikah itu di Hotal Mulia Senayan.... tamu-tamunya juga orang-orang hebat.....”

Ulfa sudah mengerti kemana ucapan Jafar bermuara

“ ukur diri sebelum kita inginkan sesuatu....”

Kata- kata Jafar bagaikan sembilu menhujam ke dada Ulfa. Dia merasa sangat terhina

“Aslan.....” terdengar suara Fia yang turun dari tangga

Dia terkejut melihat Aslan yang tanpa memberitahukannya tapi nekad datang pagi ini ke rumahnya, bahkan langsung bertemu dengan orangtuanya.

Fia langsung menyalami Ulfa dan mencium tangannya. Jafar dan Annisah terbelalak melihat tindakan Fia

“ Ma.... dari tadi disini?” sapanya ke Ulfa, yang membuat orangtuanya kaget

“ ade.... kamu perlu istirahat, masuk lah....” perintah Jafar

Fia tidak bergeming

“belum dikasih minum?” tanya dia lagi

“makasih Non Fia... kami udah mau pamit juga kok...” ujar Ulfa

Dia menatap ke arah Aslan dengan pandangan yang dia tidak mengerti

“baik Ulfa.... terima kasih ... kami mohon maaf.... tapi jawaban kami tidak untuk itu...” jawab Jafar

“iya ngga apa-apa Pak Jafar... sekali lagi saya mohon maaf... kami pamit...” ujar Ulfa sambil memberi kode ke Aslan untuk berdiri.

“ini ada apa, Abah?” tanya Fia

Aslan dan Ulfa terdiam meski sudah berdiri

“yah ini.... fans berat kamu mau coba berenang di laut dalam....” jawab Jafar

“maksudnya?” tanya Fia tidak mengerti. Dia menatap ke arah Aslan dan abahnya bergantian

“ Ulfa datang mau melamar kamu.....”

Fia kaget bukan kepalang, dia menatap ke arah Aslan, dia sangat terkejut dengan keberanian Aslan

“masuklah kamu istirahat... kondisi kamu kan belum pulih...” perintah Annisah lagi

Namun Fia tidak bergeming lagi. Dia masih terkaget dengan langkah Aslan

“jawaban kami sudah sangat jelas.....”

Fia langsung berubah wajahnya

“maksud abah?’

“yah... impossible....” jawab Abahnya

Fia seketika menjadi gusar

“abah tanya Fia dong.....”

“nanya kamu? Ngga perlu lah.... mereka melamar ke kami sebagai orang tua, dan jawaban kami jelas... kami tolak dan tidak mungkin menerima dia sebagai mantu kami... full stop...”

“aku yang akan menikah Abah....” ujar Fia agak tegas

Aslan hanya terdiam, Ulfa apalagi

“ yah... kamu yang menikah, tapi sebagai orangtua dan wali, kami punya hak menolak....”

“apa alasan abah?”

Ulfa yang mendengar jadi tidak enak hati

“non Fia... sudah ngga apa-apa... jangan jadi ribut dengan orang tua gara-gara kami....”

Dia lalu pamit ke Jafar dan Annisah

“kami pamit dulu yah....”

“abah dan Umi mau larang, aku ngga peduli..... aku hanya mau menikah dengan Aslan...” ujar Fia dingin

“fia... kamu jangan mentang-mentang yah....”

Fia diam dengan wajah tegang

“entah apa yang dilakukan terhadap kamu....”

“Aslan hanya mencintai aku..... aku juga hanya mau bersama dia.....” tegas lagi suara Fia

“Fia... abah tidak akan pernah merestui hal ini sampai kapanpun..” suara Jafar kini meninggi

“kamu lihat pengaruh yang kamu buat ke dia... sudah lihat kamu? Puas kamu?” bentak Jafar ke Aslan

“Abah kok nyalahin Aslan?”

“ya memang dia yang salah... semua cara dihalalkan untuk dapatkan diri kamu...”

“ngga Abah.... dia justru tulus ke aku....”

“tulus?? Kamu sedang dalam pengaruh hal-hal yang aneh... makanya perhatian orang kamu anggap cinta....”

Fia tersenyum masam mendengar ucapan abahnya

“aku masih sadar abah.... makanya karena itu aku ngga mau disakiti lagi oleh pria....’

Jafar kali ini gusar

“terserah kamu.... yang jelas Abah ngga akan setujui ini...”

“aku ingin memeilih jalanku sendiri, Abah....”

“yah silahkan... tapi bukan berarti lalu kamu paksa kami untuk setuju dengan ini.....”

Fia terdiam, dia kasihan melihat Aslan dan ibunya

“aku hanya ingin bahagia, Abah.....” pintanya

“ ya.. kami berbuat semampu kami sebagai orangtua, supaya kamu bahagia, punya hidup dan pendidikan yang jauh lebih baik..... “

Dia menggelangkan kepalanya, matanya mulai menghangat

“ aku ngga mau ribut ama Abah dan Umi.... tapi kali ini ijinkan aku menentukan apa yang aku rasa terbaik untuk aku, Bah....”

Ulfa jadi kasihan melihat Fia. Tubuhnya yang dulu berisi dan enak dilihat memang kini agak kurusan. Dia tahu bahwa hubungan anak ini dengan anaknya memang sudah jauh dan semakin sulit dipisahkan dengan Aslan. Nada suaranya dan cara dia menentang orangtuanya sudah terlihat jelas.

“kami juga sama... tapi jangan kamu paksa abah untuk menerima pilihan kamu... kami orang tua pengalaman jauh lebih lama hidup di dunia... kami tahu mana apel import dan mana apel busuk...” tukas Jafar

Fia kini menjadi emosi mendengar ucapan Abahnya

“ abah dan Umi memang egois.....”

Teriak Fia. Emosinya dia yang sedang labil membuat dia sering jadi gampang emosi. Dia lalu segera naik ke kamarnya meninggalkan mereka dibawah. Dia lari keatas dan membanting pintu kamar.

Lalu

“sudah puas kamu lihat kami bertengkar?” tanya Jafar

Ulfa dengan cepat menjawab

“kami mohon maaf Pak... kami pamit.. assalamualaikum..”

Dia segera menarik anaknya yang masih bengong melihat Fia yang menangis dan lari ke kamarnya

“ayo Nak....”

Dalam perjalan jalan ke rumahnya, Ulfa tidak mampu menahan airmatanya

“sudah mama bilang, mereka pasti begitu tindakannya kepada kita...”

Aslan terdiam

“maafin abang Ma....”

Ulfa hanya terdiam. Melihat kesungguhan anaknya, dan melihat pertengkaran tadi antara Fia dan orangtuanya, dia bisa menyimpulkan bahwa hubungan mereka berdua terlihat snagat kuat. Rasanya dengan feeling dia sebagai seorang ibu, ikatan mereka sudah sangat kuat dan sulit untuk dilarang.

Dia sedih melihat anaknya yang mendapat perlakuan seperti itu dari orangtua Fia. Dia tahu pasti Aslan menghargai Fia, maka dia hanya diam dan tidak membantah semua omongan dari Jafar dan Annisah tadi.

Kenapa sih nak harus Fia?? Sekian banyak wanita yang menginginkan dirimu kenapa sulit bagimu untuk melupakan Fia.



*****************



“bang, ade anterin abang yah...” tawar Linda

“ngga apa-apa, abang naik grab aja...”

“ih, ngga apa-apa juga... mumpung lagi libur ini....”

Aslan terdiam sesaat

“ya sudah ayo....”

Aslan lalu pamit dengan ibunya.

“pamit Ma....”

“hati- hati Bang....”

Dia memeluk anaknya yang siang ini akan terbang ke Kendari lagi. Pelukannya semakin erat, dia seperti bisa merasakan kesedihan anaknya.

“maafin abang yah Ma....”

“ngga apa-apa Bang... kita sudah coba dengan niat baik....”

Dia diam, lalu mencium tangan ibunya. Linda juga sama

“pamit yah Ma.... “

“hati-hati De.... langsung balik kan dari bandara?”

“ia Ma....”

Segera mobil melaju keluar dari garasi dan menuju jalan keluar.

“abang ngga apa-apa kan?”

“nga apa-apa De...” dia tersenyum ke arah adiknya.

Dia kaget kok abangnya ngga belok kanan seperti biasa jika mau ke bandara, tapi malah belok ke kiri dulu.

“kemana Bang?”

“bentar......”

Mereka lalu berhenti di sebuah cafe, dan betapa kaget dia melihat sesosok wanita keluar dari cafe tersebut, membawa kantong plastik berisi tiga gelas kopi, sambil menenteng tas ransel kecil di pundaknya, dan langsung masuk ke dalam mobil.

“ ka Fia?” dia kaget bukan kepalang
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd