Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

wadduuuuh..
nafia dokter cantik yg dibuang hanif, dicintai aslan, dikritisi orangtua sendiri..
kini terbaring dengan sakit yang parah..
hanya keajaiban yg bisa menolongnya..
sabar ya fia.. allah mah ga akan ngasih ujian berat diluar kemampuan umatNya..

mari kita doakan nafia bersama..
get well soon nafia, kembali ceria dan kembali bercinta dengan aslan..

"salam satu lendir"
:konak:
 
Suhu penulis, istri pertama saya juga sudah meninggal dengan penyakit leokiminia/kangker darah.
Kami membina rumah tangga kurang lebih 2 tahun, istri saya meninggal tepat usia anak pertama saya berusia 8 bulan, kini anak saya sudah berusia 14 tahun, tahun ini masuk SMA.
Jujur hati hancur pada saat itu, cinta pertama dengan perjuangan LDR beberapa tahun, hingga cinta kami dipisahkan oleh usia..
Pengen nyerah jalani semuanya, tapi hidup harus berlanjut. Apalagi anak sebatangkara butuh biaya perawatan.
Kini 14 tahun berlalu ternyata masih ada jodoh yg di amanatkan ke diri ini 🙏🏻
Sekarang dikarunia 3 orang putri kembali.
Dan 1 orang putra di istri yang satunya lagi 😆
 
Suhu penulis, istri pertama saya juga sudah meninggal dengan penyakit leokiminia/kangker darah.
Kami membina rumah tangga kurang lebih 2 tahun, istri saya meninggal tepat usia anak pertama saya berusia 8 bulan, kini anak saya sudah berusia 14 tahun, tahun ini masuk SMA.
Jujur hati hancur pada saat itu, cinta pertama dengan perjuangan LDR beberapa tahun, hingga cinta kami dipisahkan oleh usia..
Pengen nyerah jalani semuanya, tapi hidup harus berlanjut. Apalagi anak sebatangkara butuh biaya perawatan.
Kini 14 tahun berlalu ternyata masih ada jodoh yg di amanatkan ke diri ini 🙏🏻
Sekarang dikarunia 3 orang putri kembali.
Dan 1 orang putra di istri yang satunya lagi 😆
Suhu... thanks sudah berbagi kisah inspirasinya.....

cerita ini buat para pejuang cinta, yang tidak pernah menyerah dalam memperjuangkan cintanya.... as what you have, Suhu @Emasjaya

congratulation buat hidup yang baru.... sukses selalu Hu....
 
Terakhir diubah:
Sekali kali kasih kisah yang hepi ending lah suhu @Elkintong
thanks Suhu....

mohon maaf nanya Hu... suhu baru baca cerita saya yang ini? atau pernah baca cerita saya yang lain?? heheheheh

jika belum boleh lihat thread yang saya buka selama ini.... semua 4 cerita saya yang sudah tamat, semua happy ending.... jadi baca request suhu ini jadi bingung Hamba....
 
BAB XXIII



Cinta akan membuatmu selalu bertahan



Beberapa hari dirumah sakit membuat Fia kangen dengan bantalnya, dan saat masuk ke kamarnya, dia melihat foto dia dengan Aslan sudah tidak ada. Dia yakin pasti ada yang masuk ke kamarnya. Namun dia sedang tidak mood untuk bertanya ke ibunya, dia memilih untuk segera beristirahat, malas berdebat dirinya.

Beberapa hari ini dia benar-benar terpukul dengan berita dan vonis dokter tentang hasil pemeriksaan MRI dirinya. Dia memang juga sudah menduga akan terjadi hal tersbut, dari hasil pengamatannya pribadi dengan gejala yang dia alami, dia sempat berpikir akan kena penyakit yang sama, namun tak urung saat mendengar itu, dia tetap saja kaget dan shock.

Siapapun pasti kaget jika mendengar hal yang buruk seperti itu terjadi bagi dirinya. Kecewa dan sakit hati, bingung serta banyak hal buruk berseliweran di kepalanya sudah pasti membuat dia down dan sangat terpukul.

Mentalnya langsung jatuh, dan saat demikian seperti ini dia hanya ingin sendiri, ataupun jika tidak demikian dia ingin bersama Aslan disampingnya. Dia hanya butuh Aslan saat ini, bukan butuh yang lain.

Dia mendengar pintunya diketuk, lalu masuklah Umi nya

“De....”

“ya Umi....”

“passport kamu mana?”

“passport?”

“iya..”

Nafia diam sesaat

“jadi ke Malaysia?”

“ya jadi dong.....”

Nafia masih diam

“mana? Abah mau pesan tiket....”

Dia masih belum mau jawab

“aku capek Umi.... mau istirahat....” sambil berbaring tidur

“ade.... ngga boleh gitu dong....”

Nafia memeluk gulingnya, tidak bergeming sama sekali dengan Uminya yang sedang membelai pundaknya.

“mana pasportnya... abah nungguin itu.... mau pesan tiket dibawah”

Dia masih diam

“udahlah Mi... aku capek ah.....”

Annisah hanya menghela nafas melihat anaknya.

Perubahan besar memang secara kasat mata terlihat, badannya yang kini kurusan, rambutnya juga rontok, matanya cekung, wajahnya yang selain karena baru dari rumah sakit, juga tidak ada cahaya sama sekali.

Putri keciku yang dulu kalau difoto dengan kakaknya suka dibilang kayak boneka india, bisik hati Annisah

“De, kita harus berusaha... jangan nyerah....”

“tau Ma... tapi aku masih capek... malas pergi-pergi....”

Dia memandang putrinya dengan penuh rasa sayang. Tadi dr. Ari sudah bilang jika emosinya pasti akan labil dan naik turun, dan akan banyak perubahan dari Nafia, mengingat ganasnya penyakit ini, apalagi saat ini pasiennya sudah tahu akan sakitnya, stressnya akan bertambah tambah. Peran keluarga terdekat memberinya dukungan sangatlah penting bagi dirinya.

“sudah Mi....” tanya Jafar saat melihat Annisah turun

Annisah diam

“kenapa Mi...” tanya Jafar lagi

“Bah... bisa kita tunda dulu ngga ke Malaysia??”

“lho? Kenapa?”

“kayaknya Fia masih belum siap...”

“belum siap gimana?”

“iya dia masih lelah....”

“masya Allah Mi... dia ngga tau betapa serius penyakit dia??”

Annisah terdiam

“tadi Adiba sudah kontak mereka, sudah booking lusa pagi pertemuan kita dengan dokter spesialis onkologi disana. He is the best doctor di RS itu.... besok malam kita sudah harus terbang.... paling lambat...”

Annisah bingung

“ aku bicara dengan dia...”

“jangan dulu Bah....”

Annisah mencegahnya, dia tahu suaminya nanti akan emosi, sedangkan mood Nafia juga masih belum stabil...

“trus kita nunggu kapan, Mi?”

Annisah bingung jadinya, dan Jafar segera naik keatas ke kamarnya.

“De....” Jafar masuk diikuti Ulfa ke kamarnya

Nafia yang masih tiduran menengok sejenak, melihat abah dan umi, dia mencoba bangun dan bersandar di kepala ranjangnya

“ kenapa kata Umi kamu ngga mau ke Malaysia??”

Nafia diam

“ kita sudah dapat slot janjian dengan Dokter Rajesh, dia salah satu dokter terbaik disana... banyak sekali pasien dari Indonesia yang dia tangani.....”

Masih diam saja

“itupun kaka kamu Adiba yang yang usahakan.....”

Nafia masih belum bergeming

“pasport kamu mana?”

Dia menunduk diam

“ I am talking to you, doctor...” agak meninggi nadanya

Nafia menarik bantal gilingnya dan memeluknya

“aku masih belum mau jalan dulu Bah....”

Jafar terkejut

“nafia.... kita cari solusi terbaik buat kamu Nak.... makanya abah mau bawah kamu kesana..’

“Iya Bah... tapi aku ngga mau... aku capek... mau istirahat dulu....”

Jafar bingung melihatnya

“kamu kan ngga ngapa-ngapian juga... kamu bakal istirahat terus, cuma kita periksa saja disana.... kamu bisa sambil istirahat....”

“iya Bah... tapi bisa kan nanti aja.... aku lelah.... mau istirahat....”

Jafar menggelengkan kepalanya

“nafia... dont you think how serious the desease is??”

Nafia terdiam, matanya hanya melihat ujung sarung bantalnya, airmatanya mengalir pelan

“I know, Abah.... tapi aku masih belum mau periksa lagi.....”

“hei.... kamu pikir ini sakit yang divonis oleh dr Ari itu sakit main-main??”

Hening sesaat....

“kamu dokter... kasih tau abah....” sambungnya lagi.

Hati Fia hanya ingin istirahat, kalaupun dia mau jalan keluar yang dia inginkan hanya pergi bertemu dengan orang yang dia cintai.

“sekarang Abah minta passport kamu, karena abah harus pesan tiket...” dia menyodorkan tangannya meminta pasport Fia

“ngga mau aku Abah...” Nafia masih bersikeras

“nafia... ini serius.... jangan buat semua jadi sulit....”

“ngga mau... aku mau istirahat pokoknya....”

Jafar kaget melihat Nafia yang kini berani memberontak

“kok kamu begitu sekarang?? Apa yang di kepala kamu??” suara Jafar mulai naik emosi

“abah..... anak lagi sakit juga.....” tegur Annisah mengingtakan

“iya dia sakit.... trus kita??? Senang?? “ kencang suara Jafar

“kamu kasih tau perasaan kamu saat ini ke dia, Umi.....”

Annisah kini hanya terdiam. Melihat dua-duanya ego dan saling mempertahankan maunya sendiri memang sulit

“Nafia....” suara Jafar kini menggelegar

“ abah hanya ingin kamu diperiksa secara komprehensif oleh dokter yang memang ahli... lalu kita konsul apa jalan terbaik jika memang jalannya bagus, kita ambil jalan tersebut....” masih berusaha membujuk Jafar

“ngga abah... aku lagi malas kemana mana, mau istirahat aja dulu.....” suara Nfia masih membantah

“astaga Nafia.....” suara Jafar meninggi lagi

“this is for the sake of your own health.....”

Nafia hanya diam dan menangis

“kami semua peduli dengan kesehatan kamu kok malah kamu sendiri yang tidak peduli dengan diri kamu??? Mau kamu apa??” agak setengah membentak suara Jafar

“abah.... udah dong....” Annisah menenangkan hati suaminya

“ dengar Nafia... kamu kelak akan jadi orangtua juga nantinya... kasih tahu Abah bagaimana perasaaan kamu sebagai orangtua nanti jika anak kamu divonis penyakit seperti ini??? Apa yang akan mau lakukan???”

Nafia memangis mendengar suara Abahnya yang meninggi

“abah... sudah....” setengah berteriak Annisah dan menangis melihat susana yang jadi memanas

Jafar bingung dengan sikap Nafia

“kamu dengar baik-baik.... abah jaman kecil tidak seberuntung kamu dengan Adiba... abah harus kerja keras banting tulang.... menikah dengan Umi kamu juga Abah modal nekat... tapi abah kerja keras, abah banting tulang... tanya sama Umi kamu....”

Suara Jafar masih tinggi, namun kini bergetar suaranya

“ karena Abah ingin berhasil dalam hidup.... bisa kasih kamu, Adiba kakak kamu kehidupan yang lebih layak... pendidikan yang terbaik, bukan seperti Abah kamu ini.... “

Getir dan suaranya penuh getaran

“ pendidikan kamu bagus, tidak ada yang berani anggap remeh keluarga kita... abah kerja keras supaya kelak abah dan umi pergi ninggalin kamu dan Adiba, kalian tidak susah, ada rumah dan usaha yang bisa kalian gunakan kelak.... karena apa?? Karena abah sayang kalian... kalian semua kebanggaan Abah dan Umi selama ini.....”

Nafia dan Umi menangis bercucuran airmata mereka

“mungkin kalian lihat abah sedikit keras mendidik kalian... ini supaya kalian jadi oranng semuanya... berhasil, punya pendidikan, kerjaan, punya pasangan hdup yang sepadan dengan kalian....”

“ sekarang, abah dengar vonis dari dokter untuk kamu seperti ini.... kalau kamu jadi abah.. jadi orangtua... apa yang akan kamu lakukan.....”

Suara Jafar mulai menurun tensinya

“ kasih tahu abah, apa yang akan seorang ayah lakukan untuk putrinya dalam keadaan seperti ini??”

Suara penuh haru keluar dari mulut Jafar....

Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya, emosinya tumpah semuanya seketika.

Melihat anaknya dan istrinya menangis, dia lalu keluar dari kamar itu, menuju ke ruangan bawah lagi, membawa emosi dan rasa kesal bercampur sedih dengan apa yang dia terima hari.

Berat rasanya dia mendengar semua ini....

Hanif memberinya kejutan luar biasa hari ini...

Dan dokter Ari juga memberinya sebuah kejutan maha dahsyat banget bagi dirinya sebagai seorang ayah.

Kanker otak bukanlah sakit main-main, sakit yang berbahaya dan bahkan secara tersirat dokter tadi bilang bahwa usia anaknya yang begitu dia banggakan itu mungkin tidak akan lama lagi. Rasanya dia tidak sanggup membayangkan anak kesayangannya ini mengalami hal yang tragis. Dia tidak mampu anak kesayangan dia itu mengalami hal itu.

Sementara itu, Annisah yang amsih bercucuran airmata, lalu menghampiri anaknya dan memeluknya dengan erat

“De.... udahlah... ikutlah apa maunya Abah.... demi kamu juga nak.... apa kamu tega lihat abah dan Umi yang selalu kuatir tentang kondisi kamu??”

Nafia masih terus menangis

“balik dari Malaysia, umi dan abah ngga akan ganggu kamu... kamu boleh beristirahat sesuka kamu....”

Isakan tangisnya masih terdengar

“umi ngga mau jadi apa-apa terhadap kamu, Nak.....”

Pelukan Umi kini sambil berurai airmata memeluk anaknya.



*******************



Senyuman ganteng yang bercampur keringat diujung sana membuatnya sangat bahagia melihatnya

“sayang, di kapal atau di darat?”

“baru sampai di mess ini....”

“ada mess disana?”

“ada... kita sewa di Konawe.... karena kerjaan banyak disini....”

Fia tersenyum melihat kekasihnya. Luar biasa, kerjanya tidak mengnal waktu, namun selalu tersenyum melihatnya. Dia jadi ingat kata Abah tadi, mereka mungkin tidak saling suka, namun rasanya dalam hal kerja keras, dua orang ini punya level yang memang luar biasa

“capek....?”

“ngga...”

“masa sih? Berkeringat begitu.....”

“setelah lihat muka Kaka... hilang lelahku....”

Nafia tersenyum melihatnya, sama dengan dirinya, hilang rasa sakit melihat Aslan

“kucel aku Yang....”

Aslan tersenyum disana

“itulah hebatnya cinta.... mau dilihat dari manapun, kalau pakai cinta selalu cantik wajah kaka...”

Nafia tertawa

“gombal ih....’

Lalu

“yang.... aku minta ijin boleh yah....” ujarnya pelan

“ijin? Mau kemana?”

Nafia terdiam sejenak dan membetulkan headsetnya

“abah mau bawa ke Malaysia untuk periksa disana.....”

‘oh gitu..... kata Kaka udah periksa kemarin di RS.... itu gimana hasilnya...”

Nafia diam sejenak

“yah... ada gangguan sih sedikit di kepala... tapi maunya Abah periksa untuk dicopare di Malaysia....”

Aslan terdiam sejenak

“gangguan apa sayang?”

“ngga... gangguan minor saja.... makanya mau dikros cek di Malaysia...”

Lalu dia bertanya lagi

“boleh ngga Yang?”

Aslan terkaget

“boleh dong Ka.... buat kebaikan dan kesembuhan Kaka, aku selalu dukung....”

Nafia tersenyum manis

“nanti dari Malaysia aku ke Kendari yah....”

“Kaka udah kuat jalan?”

“hmmm... ngga mau aku kesana?”

“bukan Kakakku.... tapi mastiin aja... kalau belum kuat aku jemput ke Jakarta....”

Nafia tersenyum lagi

“kirain....”

“khan kebahagiaan aku ialah ada Kaka disini.....”

Nafia kembali menggenang airmatanya. Dia seakan disadarkan bahwa dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saat ini, dan bagaimana kalau terjadi hal yang buruk buat dirinya? Apa bisa dia meninggalkan Aslan??

“kalau aku sakit disana ngga apa-apa?”

“ih, kaka kok nanya begitu??”

“iya ngga boleh aku nanya apa....”

“boleh dong..... “

“trus?”

“ aku mau bilang ke kaka... jika karena sakit kaka ditinggalin banyak orang, maka aku satu-satunya yang ada disamping Kaka.... menjaga kaka selalu”

Sambil melelang senyumannya disana.

Astaga Asalan, kok kamu begitu menarik sih sayang sekarang?? Pikiran Fia melayang ke sana.

Lalu.....

"sayang, apakah kamu tetap mencintai aku..... meski apapun keadaan aku......" bisik Fia sambil berlinangan airmata, tangannya gemetaran memegang ponselnya....

"Ka.... aku selalu ada belakang kaka... setiap saat... kapan kaka menoleh ke belakang, aku pasti ada tersenyum buat Kaka.... selalu siap untuk Kaka...." bisik Aslan

" kalau kaka menengok lalu aku udah ngga ada, artinya aku udah ngga ada dunia ini......"

Fia terisak mendengarnya, dia merasa sangat terpukul sekali.....

"apapun keadaan aku?"

"apapun Ka...."

"meski aku sakit misalnya...."

" dalam keadaan senang dan sakit Ka..... I will always love you and will be by your side..."

"really...??"

" I do, Ka...."

Fia terisak medengarnya

"sayang...., jika aku diambil Tuhan lebih dulu......"

"jangan Ka.... biar aku duluan......."

"kenapa??'

"karena aku ingin hidup punya 1 cinta saja.... cinta seorang Aslan kepada Fia.... aku hanya ingin menikah sekali dalam hidup aku.... bersama Kaka..."

tangis Nafia kembali turun dengan derasnya......... dia sungguh tidak tega menyampaikan berita ini ke Aslan. Dia tidak ingin membebani kekasihnya itu dengan pikiran yang mengganggu konsentrasinya. Pekerjaaannya sudah menyita waktunya, dia pasti butuh kabar yang baik darinya, bukan kabar yang tidak enak seperti ini.

Setelah tangisnya reda

“sayang kangen ngga ama aku?”

“kangen banget Ka....”

“beneran.....?”

Senyuman dan anggukan disana

“ayang, kartunya ayang belum dibayar, sudah keblokir belum?” dia teringat dia belum bayar kartunya Aslan

“belum sih Ka....”

“eh, udah gajian belum?”

“Kayaknya sudah kemarin Ka...”

“ih, kok ayang ngga bilang sih.... “

“kaka kan sakit....”

“sakit juga khan aku masih bisa gerak jariku....”

Protesnya ke Aslan

“ya sudah, abis ini aku transfer buat Mama, Linda dan bayar mobil yah...”

“ia Ka....”

“pegangan buat ayang mau dikirim berapa?”

“Aku nanti aja Ka... disini buat apa juga....”

“buat makan?”

“masih ada Ka... nanti aku minta lah...”

“bener yah....”

“iya Ka....”

Nafia tersenyum bahagia melihat Aslan

“ka......”

“iya sayang....”

“nanti kan Kaka kesini.... trus aku ambil cuti... kita sama-sama ke bekasi yah...’

“lho ? mau diantar pulang aku?”

“bukan Kaka.....”

“trus? Belum kesana udah bilang mau diantar pulang.....’

“bukan sayang..”

“trus?? Apa maksudnya??’

Aslan tersenyum sambil menundukan wajah.....

“kenapa ayang?” desak Nafia setengah bermanja nadanya

“hmmmm.... aku mau ajak Mama untuk ketemu Abah dan Umi....”

Nafia kaget bukan kepalang.....

“ayang???”

“iya.... aku ingin minta Kaka baik-baik....”

Fia tidak mampu menahan airmatanya. Dia lupa akan sakitnya, dia lupa akan deritanya seketika mendengar apa yang kekasihnya sampaikan. Meski dia tahu tidak akan mudah

“Yang... kalo abah dan umi......”

“ngga apa-apa, yang penting aku udah tunjukan niat baik ke mereka, minta kaka dengan baik-baik....”

Nafia sungguh terharu melihat dewasanya kekasihnya

“ kalo mereka tetap menolak.... asal Kaka tetap bersamaku.... maka mereka akan lihat bagimana kuatnya cintaku buat Kaka..... “

Tangisan dari Nafia terdengar lagi

“makasih sayang.... makasih sudah begitu hebat mencintai aku....”

Syukur yang diucapkan Nafia atas apa yang Allah beri untuknya. Dia tidak bisa membayangkan jika dalam situasi seperti ini, kalau bukan Aslan yang disampingnya. Seperti apa rasa hancur yang akan dia rasakan? Menderita sakit yang sangat berbahaya dan harus ditinggalkan orang yang harusnya ada disampingnya.

Namun hadirnya Aslan baginya, membuat dia lupa akan sakitnya. Dia ingin jalani takdirnya dengan ikhlas, dan dia ingin menjalaninya itu bersama Aslan, sosok yang mencintainya dan dicintainya dengan sungguh sungguh.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd