Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAB XXII



Kegelapan di sebuah hari.



Siang itu disebuah kantor pusat perusahaan pengelola klinik kecantikan dan apotik

“selamat siang...”

“siang Ibu... ada yang bisa saya bantu?”

“saya mau ketemu Hanif..”

“Pak Hanifnya lagi keluar makan siang.... sudah ada janji sebelumnya?”

“saya telp tadi ngga diangkat.... dan biasanya saya kesini ngga perlu janjian kok...”

“oh gitu... maaf dengan siapa?”

“saya Bu Annisah, calon mertuanya Pak Hanif...”

“ibunya Mbak Shamillah?”

“Shamillah??”

Resepsionisnya jadi bingung

“Ibu tunggu aja.....sebentar lagi balik kok Pak Hanifnya...” dengan cepat dia mengalihkan pembicaraan.

Annisah lalu duduk di kursi tamu di lobby kantornya Hanif di kawasan HR Rasuna Said ini.

Dia menelpon dari pagi ke Hanif tapi tidak direspon sama sekali. Dia merasa sangat aneh dengan kejadian belakangan ini, Hanifnya seperti menghilang tiba-tiba, lalu Nafia tiba-tiba ke Kendari bertemu anak sialan itu. Dia kaget karena dia berpikir semuanya baik-baik saja selama ini hubungan Nafia dan Hanif

Hubungan mereka termasuk dengan Pak Lutfi orangtuanya Hanif sebenarnya berjalan baik selama ini. Setiap ada acara mereka pasti saling mengundang dan berkunjung satu sama lain. Makanya dia dan Jafar tidak pernah mempermasalahkan jika Nafia jalan hingga berhari hari tidak pulang, selama itu dengan Hanif, silahkan saja. Bagi mereka toh jika terjadi apa-apa maka ada yang bertanggungjawab.

Namun kondisi belakangan ini jelas sangat mengundang tanya, itu yang membuat dia harus datang ke kantor Hanif untuk bicara langsung. Bagaimanapun dia harus bicara agar semua ini bisa jadi jelas dan terang benderang

Tidak lama kemudian Hanif muncul

“Tante....” dia kaget melihat ada Annisah disitu

Annisah juga kaget, bukan kaget dengan Hanif yang muncul, tapi panggilan Hanif yang biasa memanggilnya Umi, kini jadi Tante

“Ya Hanif...”

Lalu

“Honey....”

Seoarang wanita muncul dari belakangnya, mungkin dia baru selesai makan dengan Hanif

Wanita itu lalu menatap Annisah yang kini berdiri didepannya, Aqnnisah juga demikian, dia menatap wanita yang baru dilihatnya ini dengan tajam.

“Honey....”

Hanif lalu bicara ke wanita tersebut

“it’s OK, just leave us....”

Dia lalu langsung masuk kedalam tanpa menyalami Annisah

“kita bicara di ruang meeting Tan....” Hanif mempersilahkan Annisah masuk ke ruang meeting, meski tatapan Annisah sangat tajam ke arah wanita yang tadi.

“ada apa ini, Hanif....??”

Hanif yang duduk hanya terdiam

“kenapa dengan hubungan kalian?”

Masih diam

“apa salah Nafia?” suara Annisah kini sangat tegas

Hanif lalu mengangkat wajahnya

“tidak ada yang salah Tante....”

“tidak ada yang salah? Lalu siapa wanita itu...” tanyanya dengan gusar

“kami dan papanya Nafia sangat menghormati kamu dan orangtua kamu... kami percaya sepenuhnya... lalu kenapa bisa begini?”

Hanif diam kembali

“jawab Hanif... sampai telpon kami pun juga tidak kamu hiraukan...”

Hanif menarik nafas, lalu

“saya minta maaf Tante.... “

“jujur, saya selalu mencintai Nafia..... tapi sekali lagi, saya sebagai laki-laki harus realistis....”

“ Realistis?” Annisah bingung

“iya Tante....”

“maksud kamu?”

“yah.... saya ingin istri yang sehat.. istri yang kuat untuk dampingi saya.....”

Annisah terkejut, tidak dia sangka jika anak calon mantunya dia yang dia bangga banggakan kemana mana, ternyata bisa berbicara demikian. Jadi karena Nafia sakit, lalu dia dengan mudahnya mencampakkan anak mereka begitu saja.

“ saya sudah minta Nafia untuk periksa lebih lanjut... dia selalu menolak... dalam beberapa kesempatan setiap saya ada acara penting, saya perlu dia disamping saya, tapi dia harus absen karena sakit....”

“astagfirullahaladzim, Hanif......”

Hanif tertunduk

“saya mohon maaf Tante.....”

“jadi ini yang bikin kamu tiba-tiba menghilang?”

Hanif juga terdiam membisu.

“trus tadi itu siapa? Secepat itu kamu lupain Nafia? “

Hanif masih menundukan wajahnya.

Annisah lalu dengan penuh kekecewaan dan sakit hari keluar dari kantornya Hanif. Sepanjang perjalanan dari lift hingga lobby sampai menunggu sopirnya menjemputnya, dia hanya bisa menahan airmatanya. Dia tidak menyangka jika calon memantunya tega mempermalukan dirinya. Padahal dia sangat percaya,sangat bangga, dan berharap jika Hanif akan segera menikahi Nafia.

Menantu yang dia banggakan ternyata malah mempermalukannya dengan menunjukan wanita lain didepannya. Apa kata orang nanti? Apa yang harus dia jawab jika ada yang bertanya tentang calon menantu pengusaha muda kaya yang selama ini dia dan suaminya banggakan.

“kemana kita Bu?” Tanya sopirnya

“ke rumah sakit...”

“baik Bu...”

Lalu dia menelpon suaminya

“Bah... sudah selesai? Jika sudah kita ketemu di rumah sakit saja yah.....”

“ oke Umi. Sudah ketemu Hanifnya?”

“sudah Bah...”

“trus?”

“nanti aja yah di rumah sakit ceritanya....”

“baik kalo gitu...”



********************

Jafar kaget bukan kepalang saat bertemu di rumah sakit dan Annisah bercerita seperti itu. Dia merasa harga dirinya diinjak injak oleh perbuatan Hanif. Dia tidak menyangka sedikitpun Hanif yang dia banggakan sebagai anak yang visioner, tanggungjawab, menantu ideal, lalu bisa berbuat demikian

“pantas saja dia sudah tidak pernah datang....”

Annisah hanya menunduk

“dan lebih menyakitkan lagi, pacarnya dia yang sekarang dibawa ke kantornya dia.... padahal kan Abah tahu, Nafia bahkan kita sampai ikut membantu dia waktu setting kantor itu.....”

Jafar merasa geram, apalagi mengetahui bahwa sakit Nafia yang dijadikan alasan oleh Hanif untuk meninggalkan anak mereka.

Dia punya usaha, saya juga pengusaha

Dia punya uang, saya juga punya uang

Demikian kata hari Jafar saking marahnya.

“udahlah.... mari kita tengok Nafia.....”

Mereka lalu naik keatas ke ruang perawatannya Fia.

“fia.....”

“nak.....”

Sapa abah dan Uminya. Dan Fia yang sedang berbaring, hanya menengok sebentar, lalu berbaring lagi.

Dia sepertinya baru selesai menangis.

Jafar dan Annisah pun bertanya tanya

“Fia....”

Dia lalu menengok sejenak

“abah dan Umi ke ruang dokter Ari.... ditunggu....” katanya dengan pandangan sayu dan ucapan lemas.

Mereka saling berpandangan, setengah tidak mengerti dengan apa yang Fia bilang, namun karena diminta ke ruangannya dokter Ari, mereka pun beranajk keluar dari kamar perawatan Fia.

Jafar dan Annisah segera ke ruangan utama dimana Dr. Ari berada. Mereka melapor ke suster assistantnya dr. Ari, bahwa mereka orangtuanya dr. Nafia yang sedang dirawat ingin bertemu. Mereka lalu dipersilahkan masuk ke ruangannya dokter Ari

“selamat sore dokter...”

“selamat sore Pak, Ibu...silahkan duduk....”

Dr. Ari mempersilahkan mereka duduk, dia lalu mengambil hasil test MRI dari Fia, lalu berbicara dengan hati-hati ke mereka, dia menerangkan secara rinci, lalu tiba ke kesimpulannya yang membuat dua orang didepannya kaget.

“kanker otak Dok??” tanya Annisah bagaikan dihantam geledek di siang bolong

Dr. Ari hanya terdiam

“ngga mungkin Dok... ini pasti salah MRI nya.....” ujar Jafar

Dr. Ari hanya diam kembali

“maaf Pak.... kami hanya membaca hasilnya....”

“iya tapi kayaknya tidak mungkin..... alatnya mungkin salah....” bantah Jafar lagi.

Anak gadis kesayangannya divonis sakit berat seperti ini rasanya sulit diterima oleh Jafar dan Annisah. Anak mereka sehat dan kuat, sampai mereka sekolahin sebagai dokter karena mereka tahu anak mereka sehat. Lalu mendapat kabar seperti ini??

Aniisah seperti tidak mampu menahan dirinya. Airmatanya tumpah mendengar vonis itu. Bagaimana mungkin anak kesayangannya ini harus mendapat cobaan dengan sakit seberat ini??

Bayang bayang gelasp sudah membayang di kepala Annisah. Dia tahu jika vonis sakit ini sudah tersebut dan tersemat, maka sudah pasti akan bakal sulit kedepannya.

“ Kanker otak adalah kondisi ketika tumor otak ganas tumbuh dan berkembang di sistem saraf pusat, yaitu otak. Tumor ini dapat tumbuh dan berasal dari otak atau yang kita sebut kanker otak primer, atau merupakan hasil penyebaran dari kanker di bagian lain dari tubuh atau kita sebutnya kanker otak sekunder” penjelasan dari dr. Ari

“ Meski sama-sama disebut kanker, penyakit ini memiliki sifat yang berbeda dengan jenis kanker lainnya. Pasalnya, kanker otak bisa menyebar ke berbagai jaringan di dalam otak, tetapi kanker otak primer sangat jarang dapat menyebar ke luar otak atau menjauh dari sistem saraf pusat, termasuk sumsum tulang belakang”

Dr. Ari mengambil nafas sejenak, lalu menjelaskan lagi

“ penentuan tingkatan kanker otak pun berbeda dengan jenis kanker lainnya. Bila stadium pada sebagian besar jenis kanker ditentukan berdasarkan lokasi tumbuhnya sel kanker, ukuran tumor, keterlibatan kelenjar getah bening, serta penyebaran ke organ lain di tubuh, tingkatan kanker otak ditentukan berdasarkan seberapa agresif sel tumor terlihat dalam hasil pemeriksaan ini....”

Lalu ucapan dokter Ari bagaikan mitraliur yang menghantam mereka berdua

“dan jika dilihat dari jenis dan tingkat penyebarannya yang terbaca.... mungkin kita sudah telat mendiagnosanya, karena jiak dari awal maka mungkin masih bisa kita lokalisir dengan tindakan operasi....”

“dan sepertinya... ini sudah masuk di area stadium III....”

Badan dan kekuatan dari dua orangtua ini lemas mendengarnya. Mereka tidak mampu berpikir, Annisah hanya bisa menangis...

‘ngga mungkin dok...... masa iya anak saya sakitnya itu?”

Dr Ari hanya terdiam lagi sesaat. Dia sangat mengenal Dokter Nafia ini. Dokter muda yang sangat disukai banyak orang, baik sesama dokter, perawat hingga pasien, karena keramahan dan kecantikannya.

Dia tahu seacar psikoligis orang tua dan keluarga pasti sulit menerima saat ada vonis penyakit seperti ini, namun ia lalu melanjutkan...

“ Berbeda dengan tahapan sebelumnya, tumor otak stadium 3 sudah bersifat ganas sehingga sudah tergolong sebagai kanker, dengan ciri-ciri, yaitu pertumbuhan sel tumor yang cepat, dapat menyebar ke jaringan terdekat, bahkan dalam banyak kasus tumornya sering aktif lagi serta dapat kembali meski telah menjalani perawatan”

Jafar linglung dan bingung jadinya. Rasanya ini sangat keras dan menghantam keluarga mereka dengan telak dengan berita ini.

“lalu, apa yang harus kami lakukan dok?”

Dokter Ari berpikir sesaat, lalu

“ Sama seperti stadium kanker otak lainnya, di tahapan stadium ini penyakit ini dapat menimbulkan gejala yang mungkin bervariasi, dengan cara mengobati yang bisa bervariasi pula. Adapun pengobatan pada stadium ini umumnya, yaitu operasi, radioterapi, dan kemoterapi.” Jelas dokter Ari lagi

“tapi itu menjamin kesembuhan?” tanya Jafar

Dokter Ari hanya menggelengkan kepalanya

“ Radioterapi dan kemoterapi juga tidak efektif untuk tumor otak, selain mudah kambuh, efek sampingnya banyak” ujarnya

“ini hanya memperlambat keganasannya saja.... karena hingga sekarang belum ada obat kanker yang efektif.....” sambungnya lagi pelan

Tangis Annisah pecah sekektika, mereka tahu dari banyak pengalaman saudara dan teman mereka yang menderita penyakit kanker, dan ujungnya kemana mereka sudah tahu, dan mereka tidak siap untuk itu, tidak pernah siap.

“efek samping dari tindakan itu juga harus kita pikirkan.... tapi pilihan semua ada di tangan keluarga dan pasien... dalam hal ini kan dokter Nafia pasien saya....” nasehat dari dokter Ari lagi.

Yah memang banyak efek samping dari tindakan baik operasi atau kemoterapi. Mulai dari pusing, mual, muntah, hilang nafsu makan, kulit menghitam, gatal-gatal dan kering, rambut rontok, sudah sering dijumpai, ada yang disertai anemia, badan lemah, leukopenia dan reaksi serius seperti penurunan sistem kekebalan tubuh secara langsung yang mengancam jiwa dan yang lainnya.

“ sebab dalam banyak kasus , karena efek samping yang serius, banyak pasien tidak kuat dan terpaksa berhenti di tengah jalan pengobatan”

Jafar masih termenung dalam kebingungan dan keterkejutannya

“ada cara lain dok.....??’

“ senangkan hati Fia, pak.... biarkan dia bahagia menjalani hidupnya.... itu salah satu obat yang paling mujarab....” ucapnya dengan hati-hati “ masalah keuangan saya yakin Bapak dan keluarga mampu.... tapi dalam penyakit ini, saya nyaris sulit menemukan keajaiban.... memperlambat mungkin kita bisa, dengan dia hidup senang dan bahagia.... tapi menghentikannya... “ dr. Ari hanya menggelengkan kepalanya dan tidak meneruskan kalimatnya lagi.

Jafar memeluk istrinya yang menangis tiada henti. Mereka bagaikan mendapat seranagn bom hari ini. Ternyata sakit anaknya yang suka sakit kepala, kejang bahkan mimisan, itu adalah gejala dari kanker ganas di kepalanya. Bahkan akibta keras kepalanya yang tidak mau diperiksa, ternyata stadiumnya sudah di fase yang terparah.

“kita bawa dia ke Malaysia...” putus Jafar seketika

“emang bisa di diobati disana?”

“bisa...”

Annisah tertegun sambil menghapus airmatanya

“ kita periksakan dia disana dan apa keputusan mereka kita lakukan.....”

Setiba di ruangan Nafia, Annisah dengan penuh tangisan memeluk anaknya yang juga menangis.

“ade...... kok baru sekarang kita tahu....”

Tangisan Annisah membasahi pakaian anaknya. Dia dengan penuh kesedihan merangkul dan memeluk anaknya. Dia merasa bersalah selama ini karena terlalu cuek dengan kondisi anaknya karena sibuk mengurus bisnisnya, sehingga kesehatan anaknya yang juga nota bene dokter malah terlewatkan olehnya.

“Abah mau ajak ke Malaysia... periksa disana....’

Nafia menggelangkan kepala dengan lemas....

“aku ngga mau dikemo, ngga mau dilaser.. dan ngga mau di aoperasi....”

“not sweetheart... kita periksa disana... disana alatnya lebih akurat sayang...” bujuk papanya

“ at least we do our best.....”

Nafia hanya diam. Dia setelah tahu akan penyakitnya, satu hal yang dia inginkan hanyalah segera bertemu Aslan. Dia hanya mau bertemu Aslan saja, tidak ingin yang lain. Kalaupun dia sakit dia ingin sakitnya ditemani oleh Aslan.

Dia masih belum bicara dengan Aslan mengenai berita terbaru ini. Dia tidak ingin membuat Aslan kuatir. Dia hanya ingin nanti dia bisa bilang langsung saat bersama Aslan. Dia sudah bertekad akan mundur dari pekerjaannya, pindah ke Kendari bersama Aslan, meski ayah dan ibunya tidak setuju, dia sudah bertekad di ujung usianya yang hanya Tuhan yang tahu kapan, dia ingin bahagia, dan bahagia itu adalah bersama Aslan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd