Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

Bimabet
BAB XX


Run to you


Malam hari selesai maghrib di Kendari, mereka berdua sehabis kembali dari membeli makanan untuk makan malam mereka. Telpon berdering milik Fia, membuat dia berjalan ke taman belakang untuk menerima telpon tersebut, dan nama Umi muncul di layar.

“assalamualaikum Umi...”

“wa’alaikumsalam De...”

“telp tadi?”

“iya, dari pagi telp ngga kamu angkat”

“maaf Umi....”

“abah nanya, kamu kapan balik... ditelp ngga kamu angkat”

Fia terdiam

“ kamu juga ngga ngasih tau di Bali nginap dimana.... “

“maaf Umi”

“aneh sekali kamu belakangan ini...”

Fia hanya diam, dia sesekali melirik ke Aslan yang sedang membuka ikan dan makanan yang tadi mereka beli untuk dipanaskan

“ nanya ke Hanif malah dia kaget kamu ke Bali...”

Fia masih terdiam saat nama itu disebut ibunya lagi.

“ada apa sih? Kamu kok aneh begitu De?”

“ngga apa apa, Umi....”

“ngga apa-apa bagaimana? Tunangan kamu saja sampai tidak tahu....”

“yah orang sakit aja dia ngga tau.... gimana dia mau tahu yang lain....”

“Fia.....”

Dia terdiam lagi

“udah yah Mi.... nanti juga balik kok....”

“ Eh... umi belum selesai bicara...”

“assalamualaikum, Umi....”

Telponnya langsung dimatikan.

Fia langsung merasa pusing kepalanya, dia dengan cepat duduk di sofa bagian belakang rumah, tempat dia dan Aslan bersantai. Seketika kepalanya langsung bergoyang rasanya, nyerinya kembali menyerangnya, ditambah dengan percakapannya dengan Uminya barusan, membuat dia kembali harus merasakan sakitnya kepala dia yang sering timbul belakangan ini.

Mereka sudah kembali dari liburan ke Wakatobi, dan juga ke Bokori. Tiga hari terakhir ini mereka berdua menikmati indahnya alam di Sulawesi Tenggara ini. Naik motor berdua, diving dan snorkling, dan mengunjungi tempat wisata lain.

Belum pernah Fia merasa sebahagia ini. Berjalan dan berlibur bersama dengan gembiranya, tidak ada tekanan dan paksaan harus bersikap seperti apa. Foto – foto mereka berdua banyak sekali tersimpan di ponsel mereka. Dia merasakan betapa bahagianya dia bersama Aslan, pria hebat yang sudah membuat dia menjadi wanita seutuhnya.

“ Ka.....”

Panggilan itu sebenarnya agak dibenci oleh Fia, dia merasa masih jadi kayak kakaknya Aslan.

“ya sayang...”

Aslan kaget melihat Fia yang terduduk di sofa

“kenapa Ka?”

“ngga apa-apa..” senyumnya menghibur wajah kuatir Aslan

Aslan memang sangat konsen dengan sakit kepalanya dan sering menemukan rambut Fia yang rontok di kamar mandi, makanya dia tidak pernah meelpas Fia sendirian tanpa pengawasannya. Fia agak lama di wc aja sudah digedor ditanyain.

“ umi?”

Fia menganggukan kepalanya

Aslan hanya bisa terdiam, dia tahu akan terjalnya jalan didepan. Tapi bukan Aslan kalau menyerah. Sekian tahun saja gue tungguin, apalagi ini sudah dalam pelukan, gue akan berusaha sekuat tenaga meyakinkan ayah dan ibunya Fia bahwa dia lah pria yang tepat untuk Fia.

“makan?”

“bentar lagi deh....”

Fia mengelus lengan Aslan

“ayang... tuntun aku ke kamar yuk....” bisik Fia

Aslan bukannya menuntun, dia dengan gesit menggendong Fia dalam pelukannnya dan membawanya ke tempat tidur

“ayang....” teriak Fia geli

Dengan hati-hati Aslan menaruh badan Fia ditempat tidur

“ awas kalo udah nikah disuruh begini ngga mau yah....”

Jari Fia menoel hidung Aslan, yang dibalas dengan ciuman mesra di bibirnya.

“ayang cinta aku kan?” tanya Fia sambil membelai wajah Aslan yang agak menimpa badannya

“selalu...”

“bener?”

“bener banget....”

“cium dong....”

Ciuman lembut bibirnya menyentuh bibir Fia.

“hmmmm.... sayang....” protes Fia kemudian

“kenapa?” tanya Aslan

“cium-cium aja, tangan ngga usah kesitu situ....” protes Fia sambil senyum.

Tangan Aslan memang masuk ke daster setalinya Fia dan mulai meremas buah dadanya yang tidak dibungkus beha tersebut. Dia tertawa mendengar ucapan Fia, dan bukannya berhenti malah semakin dalam remasannya, dan kini malah tepi atas daster itu diturunkan dan buah dada indah yang keluar itu dilumatnya puting berwarna coklat muda itu.

“ayang....” remasan lembut di kepala Aslan

Ciuman dan lumatan itu semakin liar

“katanya mau makan....” sentil Fia lembut

“kata Ayang mo ke kamar...”

“iya ke kamar tapi bukan mau cointus....”

Istilah Fia untuk bercinta dengan Aslan memang agak aneh, dia menyebutnya coitus.

“aku ngga mau coitus....” ujar Aslan

“ngga mau coitus tapi isep-isep...”

Aslan tertawa.

Canda-canda seperti ini akhirnya malah menggiring mereka kesana. Dan Fia akhirnya mengangkat pantatnya agar memudahkan Aslan membuka celananya, dan dengan sukarela dia membuka pahanya lebar-lebar agar batangnya Aslan bisa masuk dan tenggalam di lubang nikmatnya itu.

“nanti kalo ditinggal jangan nakal yah sayang....” bisik Fia

“ngga lah Ka... nakalnya kan ada Kaka aja....” bisik Aslan dengan nafas memburu

“bener yah....”

“iya Ka.....”

Ciuman mereka kembali bertautan dengan mesranya, sementara pantat Aslan naik turun, dan mata Fia terpejam menikmati sodokan batang keras yang mendesaknya di selangkangannya. Pelukannya mengetat dan seakan tidak mau lepas. Malam indah yang rasanya berlalu terlalu cepat bagi mereka yang sedang dilanda derasnya arus cinta.



*******************



Airmata Fia tidak mau berhenti turun. Hari ini akhirnya dia harus menyudahi cutinya dan pulang ke Bekasi lagi, karena besok pagi dia sudah ditunggu tugasnya dinas kembali di rumah sakit tempat dia bekerja.

Mulai dari rumah, lalu mampir pamit ke kantornya Aslan, hingga di mobil dan bahkan di bandara. Dia sudah melakukan online check ini, jadi dia memilih last minute baru akan masuk. Dia seperti berat meninggalkan Aslan sendirian lagi.

Matanya merah, dari rumah rasanya sedih sekali dia harus meninggalkan Aslan. Baju-bajunya banyak yang di tinggalkan, baju Aslan malah dia bawa ke Bekasi, jika dia rindu dia ingin memakai kaosnya Aslan nantinya.

“aku akan selalu kangen ama ayang....”

Pelukan Aslan rasanya jadi jawaban yang tepat untuk ungkapan Fia.

“ayang jaga diri baik-baik yah....”

“iya Ka....”

“nanti ada libur, aku kesini lagi...”

“atau aku ke Jakarta...”

“iya sayang...”

Kembali lagi tangisannya jatuh. Dia rasanya berat meninggalkan kekasihnya sendirian disini. Jika boleh memilih dia ingin tinggal di Kendari menemani Aslan saja, rasanya sudah malas baginya untuk kembali ke Bekasi lagi.

Dia mengelus lengan Aslan

“ i love you sayang......”

“i love you too, Ka....”

“jangan putus asa mencintai aku yah..... kita berjuang dan cari jalan yang terbaik...” bisiknya sambil menyelusupkan kepalanya di leher Aslan. Tangan kokoh itu membelai rambutnya, mencium kepalanya dengan penuh cinta.

“ ngga ada kata menyerah dalam kamus aku, Ka... apalagi untuk dapatkan Kaka....”

Tatapan mata penuh kesungguhan dari Aslan memang membuat Fia jadi buyar konsentrasinya. Bagaimana mungkin aku ngga akan jatuh cinta dengan tekad pria sekuat ini? Tekad yang membuat dia sabar dan kuat menunggunya, dan bertahun tahun tapi tidak pernah usai kesabarannya menanti dalam penantiannya.

“makasih sayang....”

Pelukan Aslan dengan erat mendekapnya

“ aku ingin segera jadi istri ayang..... biar selalu ada di dekat ayang....”

Aslan menganggukan kepalanya. Dia tidak kalah sedihnya dengan kekasihnya, berpisah setelah seminggu bulan madu yang indah di Kendari ini rasanya memang berat sekali baginya.

“ayang ngga akan pernah berubah kan?” tanya Fia sambil menatap mata Aslan dengan tatapan berurai airmata

“ kalau aku silap jalan, Kaka tegur aku..... tapi jangan tanya kesungguhan aku untuk mencintai Kaka...”

Haru dan airmata Fia pecah kembali, dengan erat dia memeluk Aslan.

Pengumuman agar segera masuk ke ruang tunggu dan 15 menit lagi perintah boarding sekaligus mengusik kebersamaan mereka. Fia harus segera masuk ke pesawat

“pamit sayang.....”

“hati hati Ka...”

“aku telp begitu nyampe....”

“iya sayang....”

Pelukan yang sangat berat bagi mereka. Lambaian tangan dan airmata Fia seakan terus mengalir, kacamata hitamnya dia pakain untuk menyembunyikan matanya yang merah. Dia segera bergegas masuk kedalam untuk masuk ke ruang tunggu.

Sesaat setelah dia boarding dan duduk di kursinya, dia lalu mengirim whatsapp dengan fotonya yang kusam karena menangis terus, yang sudah duduk di kursinya didalam pesawat.

Yang, pamit yah... Allah jaga sayang selalu. Aku matiin hp, nanti setiba di jkt aku wa ayang

Balasannya kemudian

Hati-hati Ka, Allah jaga kaka selalu. Titip cinta dan sayangku buat Kaka.

Foto diirnya yang masih di gerbang keberangkatan muncul

Ayang belum pulang?

Belum. Sebelum pesawat ayang lepas landas


Tangisan Fia kembali pecah, dia tidak memperdulikan orang yang disampingnya yang mungkin bertanya tanya. Dia hanya ingin menangis, karena kesedihan harus berpisah dengan orang yang dia cintai, dan yang mencintainya sepenuh hatinya.



*********************

Sementara itu Aslan meraung raung seperti anak kecil, dia menangis setiba dirumahnya. Ruang kamarnya yang masih ada baju Fia diambilnya dan didekapnya. Dia sungguh berat hatinya menemukan kamarnya yang kosong saat ini.

Biasanya ada Fia disitu. Ada kekasihnya yang membuat hari-harinya jadi lebih berwarna lagi selama seminggu ini, dan kini dia kembali sepi dan hanya sendiri.

Rasanya berat baginya ditinggalkan sendiri seperti ini, setengah jiwanya bagaikan hilang.

Foto mereka berdua yang kemarin dicetak dan digantung di dinding kamar, seperti tidak mampu mengobati rasa kehilangannya terhadap fisik Fia. Cintanya yang baru mekar dan bertumbuh, rasanya sulit untuk berjauhan dengan kekasihnya.



**********************

Whatsapp Aslan dengan Fia nyaris tidak putus sepanjang perjalanan dari Bandara hingga kerumah, sesekali diselingi dengan telpon. Meski sedih luarbiasa, namun mereka sangat bahagia karena ada sosok yang kini menemaninya dalam setiap hari-harinya.

Dia bukan lagi sendiri, atau dulu berdua tapi dianggapnya hanya saat dia dibutuhkan saja. Kali ini sangat berbeda dan nuansanya bagaikan warna warni indah, yang membuat dia merasa sempurna sebagai wanita, dicintai dan dianggap sebagai bagian terpenting dalam hidup Aslan.

“assalamulaikum...” Ujarnya begitu tiba dirumahnya

“waalaikumsalam” jawaban dari ruang keluarga

“ pesawat jam berapa?” tanya Umi yang sedang di ruang keluarga menonton bersama Abahnya

Dia lalu menyalami dan mencium tangan kedua orangtuanya itu

“jam 4 dari sana...” jawab Fia sekenanya

Jafar dan Annisah memandang anaknya dengan tatapan yang penuh tanya

“you looks so happy....” ujar Abah

Fia tersenyum

“do i looks happy?”

“looks like... yes...”

Dia hanya tersenyum dan mengangkat bahunya.

“ Hanif ngga jemput?”

Fia tersenyum saat nama itu disebut. Baginya nama itu dia sudah tidak anggap, bahkan sudah dihapus dari ponselnya, semua fotonya juga sudah diremove dari medsos dan ponselnya dia.

“ mungkin dia sibuk dengan proyek barunya.....”

“Fia.... it’s not the answer your mother expected....”

Dia mengambil gelas dan menuangkan air, lalu minum

“and that’s not the question that i would like to answer, Paps.....” jawabnya dengan datar.

“aku naik dulu keatas.... mandi, lengket badan aku....”

Jafar dengan tatapan yang tajam menatapnya. Jafar dan Annisah sepertinya ingin tahu apa yang terjadi dengan antara Fia dan Hanif, yang belakangan ini memang sudah tidak terlihat bersama lagi.

“besok harus masuk kerja....”

Senyumnya sambil beranjak ke atas dengan menenteng kopernya.

Dia lalu membuka ponselnya dan menekan sebuah nomor begitu masuk ke kamarnya. Ada sosok lain yang lebih penting baginya untuk diperhatikan dan disayangi.

“yang... sudah dirumah yah...”

“alhamdulillah Ka...”

“mau mandi..... ayang mau bareng ngga mandinya....”

Selama di Kendari mereka berdua selalu bareng mandinya

“ayo....”

Fia tertawa terbahak bahak

“vidio call yah.....”

“siap......”



******************

Sementara itu ruangan di tempat tugasnya Nafia di rumah sakit

“eh... dokter Fia besok masuk?”

‘iya kayaknya..... di jadwal dia ada...”

“wih.. abis liburan kayaknya...”

“iya, ke Bali.....”

“aku lihat sih di statusnya lagi snorkling.... asyik banget kayaknya...”

“ama yayangnya....”

“ngga sih, kayaknya cowoknya ada di Jakarta tuh, dua hari lalu update lagi ada seminar apa gitu sama Kemenkes....”

“oh.....”

“udah putus yah?”

“ngga tau.... Cuma foto-foto dia udah ngga ada di IG dokter Fia....”

“oh gitu.....”

“dan sebaliknya juga demikian.... “

“wah... terbuka dong....” tawa membahana terdengar

“mana mau Hanif sama kita-kita.....”

Gibahan suster-suster yang jaga sore dan yang jaga malam yang kebetulan sedang pergantian dari shit sore ke malam,dan sedang membicarakan dokter Fia.

Ada sepasang telinga yang mendengarnya, namun memilih untuk tidak ikut membahasnya. Wanita cantik itu memilih diam, meski dia ikut mendengar dan menyimak apa yang mereka bahas, namun dia hanya bisa membisu sambil membereskan file-file pasien.

Dia dokter, kamu cuma suster..... demikian kata hatinya. Tidak mungkin dia bisa bersaing dengan dokter Nafia yang punya segala galanya. Lagipula kan kita belum bertemu, terus kenapa harus berharap banyak kepada Aslan? demikian bisik hatinya lagi menghiburnya.

Meski hanya lewat WA, vidiocall dan telpon selama ini, namun sosok Aslan seperti sudah memiliki tempat di hati Endah sebenarnya. Dia pun sudah berharap akan bisa bertemu dan kenal lebih lanjut lagi, meski kemudian dia harus tahu diri karena ternyata cinta Aslan memang dari dulu hanya untuk Fia.

Di status WA Aslan dan dokter Fia saat dia kemarin itu, meski tidak ada foto mereka berdua yang terlihat, namun background foto dan vidio di pantai yang sama di status mereka, sudah bisa diartikan bahwa mereka berada di tempat yang sama dan berlibur bersama.

Dia hanya bisa menarik nafas dalam- dalam, apalagi mendengar bisikan dan gibahan teman- temannya

“kayaknya ada pacar baru deh....”

“masa sih.... dokter Fia kayaknya cinta mati ama yayangnya....”

“ngga tau sih... sering vidio call kok di ruangannya kalo pas dia masuk...”

“ama Hanif mungkin....”

“ngga sih.... aku ngintip kayaknya masih muda... kalo Hanif kan agak berjambang.....”

Endah memilih keluar dari ruangan tersebut, entah kenapa dia merasa agak sakit hatinya. Yang membuat dia kecewa ialah kenapa dokter Nafia menjodohkan atau mengenalkannya dengan Aslan, lalu ujungnya dia sendiri yang mengambilnya lagi.

Jika begitu dari awal kan tidak perlu dia dikenalkan, dan dia tidak perlu mengalami masa perkenalan yang sudah membuat dia berbunga bunga, melihat tampannya Aslan dan membuat dia bermimpi indah, namun kemudian diujuang dia harus menerima keadaan bahwa pria itu mencintai dokter Fia.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd