Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAGIAN VI


Lembayung yang memudar




Selesai sholat maghrib, Aslan sudah mulai bersiap siap. Dia mematut wajahnya di cermin di kamar mess. Kaos musim gugur lengan panjang dengan kerah berdiri berwarna hitam, dengan jins biru dan sneaker putih membuat dia terlihat segar dan keren malam ini.

Potongan rambutnya yang dia suka tipikal comb over membuatnya terlihat keren malam ini. Tubuhnya tinggi dan badannya yang masih ideal, membuat baju apa saja terlihat pas dengan badannya.

Semenjak mulai kerja dan banyak bertemu orang, Aslan memang jadi sangat meperhatikan model pakaian. Bagi dirinya kaos atau kemeja itu murah ngga masalah, tapi cocok dan pas jika dipasangkan dengan celana. Sepatu juga demikian, bukan penggemar sepatu bermerek. Ada satu dua yang bermerek, tapi kebanyakan sepatunya harganya termasuk murah, namun dia bisa ganti-ganti.

Hanya parfum dan jam tangan, dia agak pemilih dan fanatik. Dia suka yang tipikal sporty sesuai dengan pekerjaannya yang banyak di lapangan. Yang pasti dari segi tampang dan penampilan, Aslan memang tipikal anak muda yang modis dan menarik jika sudah berpenampilan, termasuk malam ini.

Jam 6.45 malam dia segera bergegas menuju ke hotel tempat Fia menginap. Perjalanan kurang lebih 30 menit dia sudah masuk di parkiran, setelah menunggu 10 menitan, dia lalu mengirim whatsapp ke Fia. Dia mengabarkan bahwa dis sudah ada di lobby hotel.

Fia yang malam ini dandan seadanya, begitu melihat wa dari Aslan, dia lalu segera bergegas untuk turun. Tadi dia wa ke Hanif tapi dari sore belum direspon, padahal dia ingin minta ijin mau makan diluar, tapi karena wa nya belum dibaca, diapun urung minta ijin.

Dia lalu mengetuk kamar sebelah dimana kawannya dia tidur disana. Mereka berdua disatukan satu kamar duoble bed, hanya Fia yang sendiri terpisah kamarnya.

“Ita.... wina..... “

“ya dok...”

“gue mo keluar makan dulu yah.....”

“ama siapa?” tanya Ita, bagian keuangan RS

“ada tetangga gue jemput.....”

“ih dok...trus kita berdua ditinggal?”

“lho?? Mau ikut??”

Mereka berpandang pandangan

“ngga ganggu kan?” tanya Wina

“ngga lah....wong tetangga gue kok di Bekasi...”

“ikut yah.... ” kata Wina

“ya sudah ayo.....” Fia tersenyum

“bentar ganti baju....” mereka bergegas

“ngga udah dandan....”

“iya dok....”

Fia lalu mengirim pesan ke Aslan

Aslan, temen aku dua orang mau ikut.... boleh yah?

Boleh Ka

Fia tersenyum membacanya

Mereka bertiga lalu jalan menuju lift dan turun ke lobby hotel.

Aslan tersenyum melihat wajah manis yang muncul dari arah lift menuju ke arahnya. Setelah bersalaman, Fia mengenalkan Wina dan Ita ke Aslan.

“wina”

“ita..”

“halo...Aslan...”

“aku ambil mobil dulu yah Ka.... “

“kita bareng aja.....’

“ngga usah Ka...lumayan jauh di pojokan...tunggu aja di lobby...”

Aslan lalu berlalu mengambil mobilnya

Wina yang masih bujang langsung merapat ke Fia

“dok....itu tetangga dokter?”

“iya....”

“ih....dokter mah gitu.... kalau tahu gitu khan aku dandan dulu....”

Fia tertawa

“ganteng banget dok.... umur berapa dia...” Puji Wina

“Hadeuh, masih bocah kali..... jauh dibawah gue....”

“dia kuliah disini?”

“ngga...udah kerja dia Kendari....”

“kok ada disini?”

“tugas kantor kali.....”

Ita yang lagi mainin ponselnya menyeletuk

“sengaja datang nemuin tetangga kali....”

Fia dan Wina tertawa

“ngaco.....”

Mobil Innova yang dikendarai Aslan tiba di depan lobby, dia lalu turun dan membuka pintu depan dan samping

“makasih.....”

Dia lalu berputra ke pintu sebelah

“gentle banget yah Dok....”

Fia tersenyum

Mobil lalu berjalan keluar dari hotel

“makan ikan yah?”

“terserah yang ngajak.....” ujar Fia sambil tersenyum ke arah Aslan

Hati Aslan bagaikan tersiram air, sejuk dan adem melihat senyuman wanita pujaannya itu

Mobil diarahkan oleh Aslan ke restoran Apong di Panakukang. Percakapan ringan diantar mereka bergulir sepanjang perjalanan, dan tentu Aslan jadi sasaran pertanyaan oleh Wina dan Ita sepanjang di mobil.

Makanan malam kali ini seperti mereka jadi lupa diet, makanan sea food dan ikan bakar di Apong tentu tidak selalu mereka coba jika ada di Jakarta atau Bekasi.

“lupakan diet kalau begitu....” ujar Ita

Sepanjang makan tingkah dan cara Aslan memandang fia tidak luput dari pandangan mereka berdua. Mulai dari memindahkan gelas, mengambil tisu, sampai mencapit untuk membuka kulit kerang bagi Fia, mereka berdua seperti luput dari perhatiannya. Dan Wina dan Ita hanya saling tersenyum penuh arti melihatnya.

“kaka kapan balik Jakarta?”

“besok malam palingan...”

“oh....”

“acara sih sore sudah selasai, jadi langsung pulang....”

Aslan hanya terdiam

“kamu? Kapan balik Kendari?”

“hmmmm... kalo ngga besok mungkin lusa pagi Ka....” agak gelagapan jawabnya

“oh.....”

Sambil disela dengan suapan makanan

“kapan ke Bekasi lagi?”

“hmmm... belum tau sih Ka....”

Lalu disela dengan cepat oleh Wina

“kalo disuruh bu dokter pasti Aslan pulang ke Bekasi....”

Aslan jadi batuk, dan Fia pun mukanya langsung lucu dilihatnya

“Kok gue yang nyuruh.....??”

Mereka tertawa berderai.....

Setelah selesai makan, dan Aslan membayar semua tagihan

“makasah yah Bang Aslan... rejekinya berlimpah....” ujar Wina

“ sama-sama Ka.....”

“ih gue dipanggil Kakak kok rasanya tua banget yah....” ujar Wina.

“emang tuaan lu kali dari dia.....” kata Ita

“masa sih?”

“iya kali....Aslan dua empat kalo ngga salah yah...” tanya Fia

Dia hanya tertunduk malu

“jalan dua empat Ka....”

Mereka tertawa terkekeh

“dua tahun dibawah gue.....” kata Wina

Aslan tersenyum malu

Mereka lalu menunggu mobil yang sedang diambil di parkiran.

Dalam perjalanan balik, Fia minta tolong agar diantar ke toko ole-ole, karena dia ingin membeli markisa dan kue kue kering. Aslan dengan senang hati menurutinya. Mereka lalu masuk ke toko khas jajanan Makasar.

“ini biar aku yang bayar yah.....”

“kenapa emang Ka?”

“ngga apa-apa, udah ditraktir masa masih minta dibayarin juga....” senyum simpul Fia

“ngga apa-apa Ka....”

“udah ah..... biar aja...”

“ngga apa-apa...”

“hmmm... kalo gitu ngga mau lagi aku diajak sama kamu....” ancam Fia sambil pura-pura marah.

Aslan nyerah akhirnya

Sepanjang belanja, Ita dan Wina yang mengikuti dari balakang selalu meperhatikan bagaimana Aslan dengan cekatan membantu Fia. Dia membawa semua belajaannya Fia, bahkan sampai saat Fia sedang berdesakan, dia dengan sigap melindungi Fia dari kerumuman. Mereka berdua hanya saling berpandangan dan tersenyum.

Akhirnya setelah selesai berbelanja, mereka kemudian kembali menuju hotel.

“makasih yah Aslan...”

“iya sama-sama Ka....”

Sesekali Aslan memandangi wajah manis dengan kacamatanya itu dari samping. Wajah manis itu benar-benar membuatnya terpesona.

“kerjaan lancar Aslan...?”

“alhamdulillah lancar Ka....”

“itu ngapain aja sih??’

“gimana yah......” Aslan bingung

“iya....gue juga pengen tahu....” ujar Ita dari kursi belakang

“agak susah juga nerangkanginnya sih......”

Lalu.....

“tapi gini.... contohnya Kaka punya barang mau diexport, import maupun local secara nasional, tentu akan diperhadapkan dalam situasi dan kondisi yang tidak diharapkan terjadi pada saat proses serah terima produk atau barang yaitu seperti perbedaan jumlah, mutu, kerusakan, kecelakaan maupun pencurian. “

“ nah supaya meminimalkan masalah yang terjadi di dalam proses serah terima produk atau barang maka diperlukan satu pihak yang datang memberikan solusi atas masalah yang terjadi secara independent...”

“itulah kami selaku perusahaan survey hadir dengan solusi seperti itu.....”

Fia terkesan dengan penjelasan Aslan

“pintar......” komennya sambil senyum

“makasih kaka....”

Wina dan Ita pun menganggukan kepala mendengar penjelasan Aslan

“berarti dokter ama Aslan dekatan dong rumahnya...” tanya Ita

“dekatan... beda serumah....”

“ teman main yah.....” tanya Wina

“ngga lah... wong gue udah kuliah dia masih SD....”

“SMP Ka... kelas 1.....” potong Aslan

“iya...masih pitiklah....” ujar Fia sambil menepuk lengan Aslan

Wina dan Ita juga tertawa

“ya...kalo masih pitik susahlah bersaing.....” ledek Ita lagi

“eh... tapi gini-gini kepala cabang nih.....”

“masa sih dok?” agak kaget Ita dan Wina

“ngga lah Ka.....” tepis Aslan

“iya juga....” ujar Fia lagi

“ Branch manager termuda.....”

Aslan tahu pasti Fia lihat di IG nya, karena di IG memang ada postingan selamat untuknya dari Pak Yahya

“wuih...hebat.....”

“padahal dulu yah.... bandelnya minta minta ampun.... sampe-sampe..” Fia tidak menlanjutkan kata-katanya, dia hanya melirik ke Aslan dan tersenyum

“kaka.....” muka memelas Aslan seakan takut Fia membuka rahasia mereka

“kenapa dok....??”

“ngga apa-apa.... pokoknya bandel aja.....” sambil tersenyum dikulum Fia

Tawa dari Ita dan Wina kembali terdengar

“tapi sekarang sudah jadi anak muda yang hebat....” puji Fia

“makasih Ka....’ Aslan tersenyum sendiri., lega karena rahasia bandelnya tidak dibocorkan Fia

Mobil lalu sampai di lobby hotel. Mereka turun dan Aslan memarkirkan mobilnya. Dia kemudian menyusul ke lobby sambil menenteng tentengan hasil belanjaan Fia tadi. Sambil jalan ke dalam lobby mereka mengobrol sebentar

“ makasih yah Aslan...sudah traktir kita....” ujar Wina dan Ita

“iya Mbak makasih juga....”

Mereka bersalaman lalu jalan duluan ke arah lift sambil memainkan ponselnya. Dokter Fia nampak agak minggir ke tepian lobby, dia seperti sedang menerima telpon dari seseorang.

Lalu dia menghampiri Aslan

“aslan, makasih yah....”

“ok Ka....”

“udah mau langsung balik.....??”

“eh... terserah Kaka sih... aku free malam ini...”

Fia agak merasa kurang enak jadinya

“aku sih mau aja ngobrol sambil ngopi.... tapi ada telpon yang harus aku terima....” ujar Fia dengan muka sedikit menyesal

Aslan hanya bisa terdiam

“oke Ka, ngga apa-apa.... saya pamit kalau gitu....”

“maaf yah Aslan....”

“iya ngga apa-apa Ka.... aku yg harus minta maaf...”

“ngga lah.....”

Aslan lalu menyalami Fia, ingin rasanya dia merangkul wanita itu, tapi.....

“hati-hati dijalan....”

“iya Ka....”

Aslan segera berlalu. Hatinya serasa agak pilu, dia tahu pacarnya Fia yang menelpon tadi, karena dia sempat mendengar mereka agak ribut di telepon.

Shit Aslan, you are still kid. Ngga bisa lu bersaing dengan pacarnya yang kaya raya, Fia juga ngga mau ama lu.... hati kecilnya berbisik. Dengan lunglai dia kemudian masuk di mobilnya, sempat berdiam sebentar, sebelum akhirnya menghidupkan mobilnya untuk jalan balik ke mess.

Semantara Fia segera naik bertiga lewat lift

“Dok... tetangga kayaknya fans berat dokter yah...” ledek Ita

“ngga lah... anak kecil begitu...” tepis Fia

“hmmm....kecil-kecil tapi keren sih...” puji Wina

“hmmm...kalo aku bilang sih kerenan pacarnya dokter kemana mana, ganteng, kaya, dan berwibawa.....” ujar Ita tentang Hanif

Fia tertawa kecil

“ih...kalo aku sih kayaknya lihat sepintas, Aslan kayaknya jatuh hati sama dokter.... dan terlihat kalo dia kayak ngga mau jauh.... dari tadi aja kayaknya mepet dan ngelindungin banget....” kata wina

Fia jadi tertegun, dia memang merasa Aslan agak lain malam ini

“kelihatannya dia tipikal yang mau berjuang buat kekasihnya....” sambung Wina lagi

“halah..... belum nikah aja lu lihat begitu....” ledek Ita lagi

Mereka tertawa semuanya

Fia membenarkan apa yang diucapkan Wina, memang dari dulu dia tahu anak itu sering sekali cuir curi pandang ke arahnya ketika masih bocah. Apa ini yang namanya obsesi? Sehingga semanjak kecil hingga sekarang dia masih punya sikap yang sama?

Lamunan Fia terputus karena telpon dari Hanif berbunyi, sambil melemparkan tubuhnya di tempat tidur hotel, dia lalu menerima panggilan masuk dari Hanif. Seharian dia menghubungi tidak dijawab, giliran dia telpon dan Fia tidak menjawab, langsung Hanif akan berceramah panjang lebar.

Sesampainya di mess, Aslan lalu mencoba menelpon Fia lewat wa call.

Nomor yang dituju sedang dalam panggilan lain.

Aslan hanya bisa tertunduk lemas. Dia berusaha meredam sedikit perih dihatinya. Salah dia sendiri kenapa suka dengan pacar orang. Kekasih yang dia inginkan sudah menjadi milik orang, dan bukan hal yang mudah baginya untuk berjalan ke arah itu, ditambah lagi belum tentu juga Fia menerima cintanya.

Dia mencoba mengecek ponselnya dan whatsappnya, berharap ada balasan whatsapp dari Fia setelah dia mengirimkan whatsapp memberitahu kalau dia sudah di mess. Namun masih saja belum dijawab oleh Fia.

Hingga akhirnya jam 11.30 malam baru dijawab oleh Fia

Oke, makasih yah Aslan, sweet dreams

Aslan hanya bisa terdiam dan merasa sedih

Iya Ka, selamat beristirahat dan kiranya Allah jaga Kaka selalu

Sudah tidak dibaca lagi.

Hingga keesokan harinya whatssapp semalam Aslan tidak dibaca sama sekali.

Siang hari dia menunggu disela sela dia mempelajari semua modul dan juga prosedur baru di kantor, tetap saja tidak dibaca, apalagi dibalas. Tadinya dia berharap bisa makan siang bareng dengan Fia, namun harapannya pupus, karena pesannya tak kunjung berbalas.

Hingga sore hari, akhirnya Aslan memutuskan mengirim pesan menanyakan apa Fia masih di hotel atau sudah kembali, juga belum dibaca dan dibalas. Membuat hati Aslan semakin gundah gulana. Sakit rasanya mendapati kekasih pujaan hati yang tak kunjung memberi jawaban atas kekuatirannya.

Dan akhirnya malam hari, masuk sebuah pesan

Hi Aslan, maaf baru baca dan balas yah. Aku sudah di ruang tunggu, pesawat jam 8.30 malam ini. Jumpa lagi nanti yah.

Aslan seperti dilempar kembali ke alam sadarnya. Sakit karena cinta ternyata begini rasanya, apalagi orang yang kita sukai belum tentu tahu jika kita menyukai dan mencintainya. Sungguh perih dadanya, mendapati keadaan tidak seperti yang dia inginkan.

Selamat malam Ka, hati2 dijalan, Allah jaga Kaka selalu

Tidak dibalas lagi.

Akhirnya Aslan memencet nomor telpon di phone contactnya

“ Mbak Yani, tolong tiket besok paling pagi, Makasar Kendari.....”

“siap Bang..”
 
Dalem hati si pengennya Aslan bisa sadar akan kebucinannya ke Fia dan akhirnya dapat wanita yang bener Nerima dia.
Tapi ya berhubung center character-nya dua orang ini. Harus tahan gregetan ada cowok semenarik Aslan bisa bucin parah ama cewek jauh lebih tua dan yang udah susah nglepas hubungannya karena berbagai faktor meski dijalani terasa berat.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd