Kamis, 20 Januari 2021, 04:37
Kami telah selesai melaksanakan shalat subuh. Kulihat Ajeng di box nya dan aku tertawa dibuatnya.
Lucu sekali gaya tidur bidadariku ini. Kalo orang sunda bilang mah murungkut ( mengkerut ) tapi dalam keadaan nungging.
" Anak ayah... Sayangnya bunda... Bobonya kok lucu ya... Hahaha..." ucapku sambil memoto Ajeng.
" Kok malah diketawain... Ya Allah... Hahahaha.. Sayangkuuu... Ya ampuun tidur kok ya kocak gitu ya..." ucap istriku tatkala melihat posisi putri kami.
Kupangku Ajeng perlahan...
" Atatah.. Hhhmmm..." bisiknya lalu melanjutkan tidurnya
" Kita turun dulu.. Kita mam dulu ya nak..." ucapku sambil memeluk Ajeng dalam gendonganku.
Ajeng mengangguk perlahan.
Kami tiba diruang keluarga. Budi dan Terry berada lebih dulu disana.
Obrolan ringan terjalin hangat.
" Shampoo pantune enakeun lho beb. Apa kebetulan cocok ya " ucap Terry
" Kayanya sih cocok buat kamu. Otu rambutnya megar seger lagi. " komentar istriku sambil membelai rambut Terry
Teteh keluar dari kamar dalam kondiai sudah mandi.
" Anak gua bangunin pit. " ucap teteh sambil menyeruput teh hangat milik Terry.
Istriku melangkah ke kamar dan mendapati Cici masih memeluk guling.
" Naak.. Sayangku.. Putri Giok uwa... Mmmwh... Bangun nak.. " ucap istriku
" Hhhmmhhh.... Eh... Wantik? " tanya Cici was was
" Ada naaak.. " jawab teteh
" Alhamdulillahhilladzii ahyaana Ba'da maa amattanaa wailaihin nusyuuro..." istriku dan Cici membaca do'a bangun tidur.
Lalu istriku menggandeng Cici ke kamar mandi.
" Sekalian mandi make air hangat ya naak.. Bajunya uwa siapin dulu..." ucap istriku.
Cici mengangguk lalu melangkah masu kedalam kamar mandi. Sementara istriku menyiapkan pakaian untuk Cici hari ini
Selesai menyiapkan pakaian istriku melangkah ke ruang keluarga. Saat keluar ia melihat Ajeng di gendong uwanya
" Hkkkng... Wawawawa.. Nanah uuu... Hnng.." ucap Ajeng
" Ajeng mau kemana emang ?" tanya teteh
" tuuu... Daaa.. Hehehe..." jawab Ajeng
" Oo.. Ajeng mau naik kuda lagi sama uwa? Iya? " tanya teteh
" Yah yah yah.." jawab Ajeng sambil mengangguk lucu
" Hahahaha.. Lucunya anak uwaaa... Mmwh... Si cantik.. Kerinduan uwa.. Mmmmwh.." jawab teteh sambil menciumi Ajeng
" Ateu Nahnya panggil nak.." ucap istriku
" Uu... Naaaahh... Nininih.. Ngging uuu" ucap Ajeng
Mendengar itu tawa teteh makin kencang. Ciuman bertubi tubi dihadiahkan teteh untuk Ajeng.
" Wapipit.. Ini.." ucap Cici sambil memperlhatkan hp nya
Istriku membaca pesan yang disampaikan oleh wali kelas Cici....
" Ooo.. Iya... Kita ke kantor dulu. Jam 9 Cici sama uwa dan ateu Nda kesekolah Cici. Ok? " ucap istriku
Cici mengangguk sambil tersenyum
" Wantik ngga pergi kan...?" tanya Cici sambil memeluk istriku
" Weuhh... Wantik harus beresin kerjaan dulu nak.. Dikantor waiki" jawab teteh sambil menyuapi Cici dengan sandwich
" Yessss.." ucap Cici gembira
Suapan terakhir diberikan teteh untuk Cici. Lalu ia mulai merias diri.
" Cici.. " panggil Ratri
"Aaa... Uwaa... Kan Cici idah sehaat.." rengek anak gadisku saat melihat Ratri membawa obat.
" Iya.. Cici sudah sehat, tapi belum 100%, nah ini antibiotik untuk memperbaiki kondisi Cici. Dan harus habis." ucap Ratri
Cici menatapku...
" Minum ya nak..." bujuk istriku
" Ini bentuknya kapsul ci..." bujuk Ratri
" Kalo bohong ateu Riri Cici cubit..." ucap Cici
" Nih.. Kan.. Kapsul.." ucap Ratri
Lalu Cici meminum kapsul itu.
" Alhamdulillah..." ucap istriku sambil me lap bibir Cici.
Rani keluar dari kamar dan mendapati aku sedang makan sandwich.
" A.. " ucapnya
Kusuapi Rani dengan telaten. Aku harus menjaga kondisi mereka agar selalu fit. Atau setidaknya jarang sakit. Karena berbagai alasan yang pasti panjang untuk dijelaskan.
Sambil kusuapi istriku menata rambut Rani. Sanggul cepol kembali dipilih karena lebih ringkas dan ngga mengganggu saat aktivitas.
Selesai Rani giliran Vilda.
" Dicepol gitu mah bikin ateu Nong sama ateu Nda tambah cantik. Kalo dikepang jadi imut.." komentar Cici
Vilda tersenyum..
" Dah berees... Eh make up nya.." ucap istriku. Ketiga gadia mudaku beranjak ke kamarnya mengambil perlengkapan make up mereka.
" Cici dulu..." ucap istriku
Lalu ia mendandani Cici, wajah chinesenya makin glowing setelah beberapa hari menggunakan kosmetik SKE. Begitu pula istriku, Rani, dan Vida.
Akhirnya selesai sudah ketiga gadis mudaku dirias.
" Aai.. Cantiknyaaa.. Kaya ngga make apa apa..." puji teteh
Lalu ia asyik ngobrol dengan kami hingga waktu berangkat ke kantor tiba.
Setiba dikantor..
" Ky ruang meeting yang gede gua pake.ya ?" ucap teteh
" Siap.. Bentar dibenahin dulu..." jawabku
Lalu kupanggil Ismet agar menyiapkan ruang meeting A.
" Ayah... Bunda jalan dulu ya... Bunda usahakan sebelum makan siang udah selesai dan udah sampe sinj " ucap istriku
" Iya... Eh sama siapa? " tanyaku
" Sama Vilda dan om Herdi aja " jawab istriku
" Ok.. Hati hati ya bun..." jawabku
Lalu ketiganya berangkat ke sekolah Cici diantar oleh om Herdi
" Wa. Kalo memungkinkan Cici mau bimbinganya di rumah uwa aja.." pinta Cici
" Hlooh... Rencana uwa memang kaya gitu. Nanti uwa bicara juga sih sama mama kamu nak.." ucap istriku
Wajah Cici sumringah mendengar jawaban istriku. Lalu seperi biasa ia menyenderi istriku dengan manja.
Akhirnya kami tiba di SMU Edukatif. Kami berjalan menuju ruang guru untuk.menemui walikelas Cici
" Assalaamu'alaikum..." ucap kami didepan ruang guru.
Serempak yang didalam menjawab salam kami.
" Ibu mau ketemu siapa? " ucap salah seorang dari mereka
" Saya mau ketemu dengan wali kelas X IPA " jawab istriku
" oooh... Sebentar, bu Yulia... Ada tamu." ucapnya memberitahu kepada rekannya
" Ooh. Iya silahkan.. Maaf agak berantakan.." ucap bu Yulia
" Makasih bu... " jawab istriku
" Ibu orangtuanya..." ucapan bu Yulia tak selesai
" Saya uwanya Citra Maulida bu..." jawab istriku
" Ooh.. Ya ampun... Iiih... Pantesan Citra cantik. Mama sama uwanya cantik gini.. Nah kalo ini? " tanya bu Yulia
" Ini adik saya. Tantenya Citra.." jawab istriku
" Masya Allah.. Cantik cantik ya..." ucao bu Yulia
" Allahumma Tsabits Hamdahu.." jawab istriku
" Begini bu, kemarin suami saya baca pemberitahuan dari pihak sekolah. Katanya Cici, eh saya manggil nama kecil Citra dirumah ya.. Katanya Cici kepilih ikut seleksi team olimpiade Fisika bu... " ucap istriku.
Tak lama Cici masuk ke ruang guru
" Aiiii... Citra.. Cantiknya..." ucap bu Fatmah
" Makasih bu... Uwa... Cici mau jajan sama temen Cici boleh ngga? " tanya Cici
" Hmm... Kalo jajannya minuman soda atau makanan pedas ngga boleh. " jawab istriku tegas
" Ngga uwa.. Cici mau jajan es krim sundae di kantin." jawabnya
" Hmm. Boleeh.." jawab istriku lalu ia memberikan 3 lembar rupiah kepada Cici
" Makasih uwa... Mmwh.." ucap Cici lalu ia berlari kecil menuju temannya
" Ya Allah, Citra semanja itu ya bu ?" ucap bu Yulia
Istriku tertawa lalu menceritakan keseharian Cici bersama kami.
" Masih disuapin ? Masya Allah. Ibu sabar dan sayang banget sama Citra.." tambah bu Yulia
Lalu ia membahas masalah olimpiade Fisika, dan juga alasan kenapa Cici terpilih.
" Hmm... Jadi kapan pesyaratan dan datanya harus kami serahkan bu ?" tanya istriku
" Kalo untuk semua persyaratan idah lengkap. Tinggal tanda tangan orangtua atau walinya." jawab bu Yulia.
Tiba tiba hp istriku berdering. Ternyata Evelyn menelepon.
Istriku menjelaskan bahwa ia sedang berada disekolah Cici mengurus keperluan Cici. Evelyn merasa lega karena ada yang menuntaskan tugasnya.
" Barusan mamanya Cici telepon. Dia menyerahkan segala keputusan tentang Cici sepenuhnya kepada kami. Dan kami diminta jadi walinya Cici saat dia ngga di Indonesia." papar istriku.
" Ooh... Kalo begitu berarti tinggal tanda tangan saja bu dokumen ini di bagian ini.. Ini.. Lalu ini. Dan izin orang tua atau wali.." ucap bu Yulia
Lalu istriku menandatangani dokumen yang ditinjukkan kepadanya.
" Uwaa... Udah beres...?" tanya Cici
" Sebentar lagi nak... " jawab istriku.
" Oya... Kemungkinan olimpiade dilaksanakan antara di Taipei atau di Brunei bu. Jadi Citra harus punya paspor " tambah bu Yulia
" Paspor kamu ada kan? " tanya istriku
" Ada wa.. Masa berlakunya sampe Cici kuliah kalo ngga salah mah.." jawab Cici
" Alhamdulillah..." jawab bu Yulia
" Cici berangkatnya sama siapa uwa? " tanya Cici
" Masalah itu nanti kita bicarakan sa waiki dan wantik..." jawab istriku
" Mereka itu...?" tanya bu Yulia
" Waiki itu suami wapipit bu.. Kakanya papa.. Wantik kaka waiki paling besar..." jawab Cici bangga
" Oooh... Sangat dekat sama uwa uwa nya ya.." komentar bu Farida
" Ya gitu bu. Makan aja mesti saya atau suami saya yang suapin. Kalo ngga ya bablas ngga makan... Hehehehe" jawab istriku. Tak lupa istriku meminta maaf karena seharusnya bisa mengurus keperluan Cici di hari Rabu, tapi karena Cici sakit terpaksa ditunda. Dan itu pula sebabnya pola makan Cici diawasi sangat ketat. Bahkan oleh om Herdi.
Lalu istriku dan Vilda menyelesaikan biaya biaya yang timbul sebagai bagian dari partisipasi orangtua siswa dalam kegiatan olimpiade ini.
Akhirnya acara pengurusan persiapan olimpiade Fisika untuk Cici selesai. Kami pamit untuk kembali ke kantor.
Sepanjang jalan dari ruang guru tatap mata kawan Cici lekat mengikuti kami.
" Citra.. " panggil salah satu teman Cici
" Haai.. Iii tadi aku cariin.." ucap Cici, lalu sejenak mereka ngobrol.
" Ok. Aku pulang dulu ya..." ucap Cici
Akhirnya kami meluncur diatas aspal menuju kantor.
Keceriaan Cici hari ini benar benar menghapuskan kekhawatiranku setelah kejadian kemarin. Lalu dia menceritakan kegiatannya tadi
" Teman Cici Nabila juga ikut kepilih olimpiade." ucapnya
" Hmmm. Jadi Cici ada teman kan.. " ucap istriku.
" Ada... Tapi Cici mau sama uwa atau waiki aja waa.." rengek Cici.
" Itu nanti uwa bilang sama mama dan papa kamu, terus waiki dan wantik sama wapi... Biar diatur gimana baiknya.." jawab istriku
Cici mengangguk senang lalu bersandar manja kepadaku.
Ia masih asyik bercerita soal kakak kelasnya yang tadinya jutek kini jadi lebih baik dan ngga songong lagi kepadanya. Juga ia bercerita soal kawannya yang anak kepala dinas, akhirnya kena teguran dari kakak kelasnya siswa kelas 12.
Istriku mendengarkan sambil berkomentar jenaka dan penuh canda hingga tawa renyah mereka sering pecah.
Akhirnya mereka tiba kembali dikantor dengan selamat.