Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

THE HIMAWAN FAMS

Rabu, 12 Januari 2021, 10:22
" Atatah... Tatah... Mmmm...." Ajeng bersuara pelan sambil meraba wajahku.
" Atatatatatah.... Haaaw..." tiba tiba lengkingan suaranya membangunkanku.
" Hmmm... Cintanya Ayah bangunin ayah... Makasih Cintaku.." ucapku sambil tersenyum.
" Hmm... Hehehe..." jawab Ajeng tersenyum menatapku. Kupeluk bidadari mungil kesayangan kami. Dan baru kusadari kalau tubuhku dijadikan bantal oleh istriku dan si bontot.
" Ayahnya ajak emam nak..." ucap istriku
" Hkkng... Hehehe.... Mmm.. Hhnng..." suara Ajeng lembut
" Kenapa nak? " tanyaku
" Atatatah... Mamamam.... Hnnngg..." ucapnya sambil meraba wajahku
" Hayu.. Ayah juga lapar kok.. " jawabku.
" Haaaaw...." teriak Ajeng bahagia.
" Yu makan dulu..." ajak istriku tanpa mengangkat kepalanya.
" Iya hayu..." jawabku
" Bangun atuh yah..." ucapnya
" Agak susah bangun kalo bunda sama Nong masih nindihin mah atuh..." protesku pelan
" Oo.. Hehehe..." jawab istriku sambil bangkit dan membangunkan si bontot.
Aku bangun dengan sekujur badan terasa remuk. Tapi kupaksakan agar rasa sakit itu terabaikan.
Istriku melangkah ke kamar membangunkan Vilda
" Vil... Vildaa.. Bangun sayang.. Makan dulu..." ucap istriku sambil membelai rambut Vilda.
Vilda membuka matanya sambil meregangkan tubuhnya...
" Hmmmh...." suaranya saat meregangkan tubuh
" Hmmm... Baca doa bangun tidur dulu..." ucap istriku. Vilda menuruti lalu istriku membantunya berdiri. Selesai cuci muka dan sikat gigi ia mencari kacamatanya di tas. Setelah ketemu ia pakai.
Istriku melangkah keluar kamar Vilda dengan Vilda menggelayut manja di tangan kanannya.
Sesampai di meja makan ia masih melihatku menggeletakkan kepala diatas meja.
" Ya Allah sayang. Makan dulu ya... Beres makan tidur lagi juga boleh..." bujuk istriku kepadaku. Aku bangkit dan tersenyum.
Tak lama kemudian kami menyantap makanan yang disajikan istriku. Sesekali aku atau Vilda terlelap sesaat dengan mulut penuh makanan.
" Hahaha.. Abaang... Hahaha... Vilda juga ih.. Hahaha..." ucap si Nong menertawakan kami berdua
" Hmm.. Hah...? Kenapa..?" tanyaku
Tawa Rani dan istriku makin keras melihat respon dariku.
Butuh waktu juga untuk menghabiskan semangkuk ricebowl. Setelah selesai makan aku memaksakan diri untuk tidak tidur. Karena khawatir bablas dan terlewat waktu dzuhur.
" Assalaamu'alaikum.." suara Cipot
Kami serentak menjawab
Wajahnya sama.. Bengep bengep... bahkan ada balutan perban di dahinya. Revka pun benjut. Dan tangannya dibalut perban. Sementara Dennis tidak terlalu terlihat mengalami lebam walaupun jari kelingkingnya juga di perban.
" Wah bang.. Meriah semalem ya? " tanya Cipot sambil mengambil secangkir kopi. Aku mengangguk
" Abang minta " ucapku pada Cipot
" Johan kapan pulang kesini pot? " tanyaku
" Hari ini... Diiyh.. Kirain tau.. Kan sedang dijemput bang Budi..." jawabnya
" Oo.. " gumamku
Tak lama suara Pras, Mey Lin dan Silvia serta Tata terdengar mengucap salam. Spontan kami menjawabnya.
" Hahahaha....." aku tertawa melihat mata Pras bengkak...
Pras sempat terdiam... Lalu ia ikut terbahak...
Canda Tawa serta cerita semalam masih terdengar hingga Cici datang. Ia manyun melihat wajahku memar dan ada luka juga. Ia kesal.melihat Vilda tantenya mengalami hal yang sama.
" Wabud pasti luka luka juga da..." ucapnya ketus. Aku tertawa dan kupeluk putri giok kesayangan kami. Lalu kujelaskan apa yang terjadi.
" Naah artinya si uwa bukan berantem. Tapi bantuin negara ci..." ucap Cipot
" Tapi janji ini yang terakhir...!" ucap Cici sambil memelukku seolah takut kehilangan.
" Uwa ngga berani janji. Tapi uwa akan berusaha..." jawabku. Lalu kukecup keningnya tanda sayangku kepada anakku.
Kuserahkan Cici kepada istriku yang lalu memeluknya. Cici menangis dipelukan uwa Pipitnya yang juga menyayanginya.
Obrolan berlangsung jenaka sambil menjadikan gerombolan asuhan Megawati sebagai bahan bully.
" Vilda.. Sini sayang..." panggil istriku
Vilda menghampiri istriku
" Ini masih ada sisa darah..." ucap istriku khawatir
Lalu ia mengambil cotton buds dan mulai membersihkan hidung Vilda dengan lembut dan hati hati.
" Aaa... Sakiit..." rengek Vilda pelan.
" Sebentar.. Emmmh... Udah dapet.. Nih..." istriku memperlihatkan gumpalan darah yang ia ambil dari hidung Vilda
" Haaah... Legaa. Makasih bunda..." ucapnya sambil memeluk istriku.
Istriku balas memeluk Vilda. Sementara Rani bersandar manja kepadaku. Tanpa mau peduli sepegal apa rasanya badanku hehehe...
" Assalaamu'alaikum..." Suara Drajat dan Sonny terdengar
Kami menjawab salam tersebut.
" Owhh.. Sedang pada kumpul..." ucap Drajat
Kami mengajaknya masuk dan mereka langsung mengambil posisi menggeletak dikarpet. Belum sepicing pun mereka rehat. Demi tugas dan tanggung jawab
Obrolan hangat terjadi diruangan. Berbagai info baru ku terima termasuk mengenai Eka, Nirina dan Ika.
" Ika meninggal karena 2 tusukan di ulu hati ditambah pukulan keras di otak kecilnya. Dan cara tusukannya benar benar amatir. Alatnya juga hanya pisau biasa. Bukan pisau spesifik." ucap Drajat
Aku terdiam dengan wajah mengelam marah. Kepalan tanganku keras bagai batu
" Hmm... " suara istriku perlahan. Membuatku menoleh kepadanya. Ia tersenyum lembut dan tangannya memegang tanganku meredakan amarah dan membiaskan senyum di bibirku
" Yang gua ngga sangka mah... Gerakannya Vilda... Njiirr..." ucap Sonny kagum.
Vilda hanya tersenyum malu.
" Itu yang kepalanya kena sama sniper orang mana sih? " tanyaku
" Ooh.. Si Mikel? Dia preman kambuhan. Anakbuah Vince. Oya.. Si Vince ternyata sepupu si Fred selingkuhannya si Megawati.. Makanya dia mau turun tangan.. " jawab Drajat
" Aku mah belum puas ngehajar si Retno. Ada masalah apa dia sama Kita kita..?" ucap Vilda
" Si Retno itu kalo menurut aku si Vil Gembel arep munggah bale... Tapi gagal. Karena menurut keterangannya sementara dia merasa disepelekan dan diabaikan sama kalian. Terus dia juga ngga bisa diterima sama keluarga ini. " jawab Sonny
" Ya lagian dia juga kecentilan... Sok cantik..." kecam Rani
" Angry bird kuning komen..." ucap Cipot
" Kok angry bird kuning.?" tanya Drajat
" Iya.. Tajem banget mulutnya kalo udah sebel sama orang... Bal9k aja tembus..." jawab Revka sambil memakan gulali milik Rani.
Sonny dan Drajat terbahak mendengar jawaban Revka
Lalu Rani menceritakan pertemuannya dengan Retno saat menjenguk Johan. Dan membuatnya ingin muntah.
Sebuah suara salam mengalihkan perhatian kami. Dan serempak kami menjawab...
" Alhamdulillaaah.." seruku sambil menghambur menuju Johan dan Dhilla
Kupeluk ia...
" Bang... " ucqp Johan terputus tak sanggup melanjutkan
" Iya.. Iya.. Dah kalem aja.. " jawabku enggan membahas
Lalu Dhilla memelukku erat. Tanpa suara ia berterima kasih. Lalu ia menuju Fitri istriku. Tangis bahagia dan berbagai perasaan tumpah ruah disini.
" Cuy.. Makasih ya.. " ucapku sambil memeluk Budi
" Hey..." ucap Budi sambil mendorongku pelan
" Fight as brother... Die as brother!!! Booyaaah..!!" seru kami berdua
Seisi ruangan tersenyum melihat kami berdua.
" Perawat yang lain mana? " tanyaku
" Ntar dijemput sama Ardi selesai shift. " jawab Budi sambil menyomot kue balok yang sedang kupegang dan memakannya
" karena masih agak riskan ya.. Saya akan siapin 2 anggota sabhara buat ngawal mas. Bang Chris udah nyuruh kemaren " ucap Drajat
" Riskan gimana? " tanyaku agak was was
" Yaa.. Anakbuah si Vince masih ada beberapa yang gentayangan. Makanya para perawat bakal di amati secara tertutup " jawab Drajat
Aku mengangguk setuju. Obrolan kami masih berlangsung dan berbagai kisah kelucuan aksi kami jadi bahasan.
Bukan untuk sok jago.. Tapi.. Yaa.. Hanya sebagai bahan candaan.
Lalu kami merencanakan mengantar jenazah Erika ke keluarganya di Bogor. Kami juga meminta bantuan Drajat agar bisa disiapkan pengawalan.
Akhirnya waktu Dzuhur pun tiba. Kami semua bangkit untuk melaksanakan shalat berjamaah. Kali ini aku menjadi Imam karena opik sedang dikantor. Selesai shalat diikuti dzikir dan doa kami menuju meja makan. Disana telah tersaji beberapa menu yang special menurutku. Ada Ikan bakar khas @stickajaib ada ayam goreng mang yana khas Sukabumi, ada juga bebek pedesan kiriman dari sanak keluarga di Majalengka.
Seperti biasa.. Dirumah Rani tak lagi memegang piringnya. Ia ku suapi atau disuapi istriku. Dan Cici pun mulai terbawa kebiasaan ini.
" Shhh.. Haah... Enak wa.. Pedess.. Seger.." komen Cici
" Izin teh.. Teh Nong sama Cici emang kaya gini manjanya ya? " tanya Drajat
" Iya.. kalo kami ngga makan ya anak 2 itu juga ngga makan.. Walaupun ada yamg mau nyuapin. Mereka ngga mau kalo selain saya atau si Ayah.. Kalo ngga di suapin Budi atau istrinya.." jawab istriku
Aku masih terus menyuapi Rani yang meminta di beri pedesan bebek. Segar memang makan makanan pedas dan enak. Tapi luka di bibirku agak sedikit menghambat.
Sebuah suara salam terdengar. Ternyata dari Haryo.
" Eh yo... Masuk yo.. " ajakku sambil menyuapi Rani
Haryo tercengang. Bagaimana tidak. Atasannya di kantor ternyata masih kusuapi saat makan.
" Siap pak..." jawabnya
" Makan dulu aja.. Makan dulu ya mas Haryo.." perintah istriku
" Siap bu.. Nanti saja saya makan di warung.." jawabnya sungkan
Budi bangkit dan mengajak Haryo makan.
" Lu ngga nurut ngga bisa balik lu..." canda Budi
Dan akhirnya Haryo menyerah dan menurut.
Selesai makan kami rehat sejenak. Dan Haryo melaporkan spek laptop dan PC yang dibutuhkan untuk di approval agar bisa segera diajukan ke A Yahya.
Rani memeriksa seksama. Beberapa pertanyaan ia lontarkan untuk mendapatkan alasan yang bisa membuatnya meng approve pengajuan itu.
Akhirnya setelah diwarnai interogasi yang lumayan. Haryo berhasil mendapatkan tanda tangan persetujuan dari Rani. Dan ia segera pamit kembali ke kantor untuk melaporkan kepada A Yahya atau Teh Ita.
Waktu surut menuju senja. Sonny dan Drajat memutuskan balik ke Mako. Sementara kami menyiapkan tempat untuk shalat berjamaah maghrib.
 
Kamis, 13 Januari 2021, 05:01
Aku dan istriku telah selesai salin. Sementara Ajeng bidadari mungilku bawel berceloteh dengan suaranya.
Aku tersenyum bahagia melihat dua bidadari yang mengisi hidupku. Dan saat ini rasa kangen kepada sikembar membuncah memenuhi dadaku.
" Mmmwh... Ayo.. Sarapan dulu yah.." ajak istriku sambil melumat bibirku..
" Aaaa... Bubu... Nananan...." ucap Ajeng sambil menggelengkan kepalanya
Spontan kami tertawa melihat perilakunya.
Kugendong ajeng dan kuajak ke bawah agar bisa dimandikan oleh Nenah.
Sesampai dibawah Johan dan Dhilla sudah selesai pula mengurus diri mereka.
" Tuuu om Jo.. Om Joo.." ucap istriku membujuk Ajeng memanggil Johan
" Momomom... Nininih..." panggil Ajeng
Johan tertawa sambil menahan diri agar tak merasa sakit
" Ponakan elu udah bisa manggil elu cet..." ucapku bangga
" Iya ya.. Si cantik mah pintar ya..." komen Dhilla
Johan tersenyum berbinar menatap kami.
" Gimana perasaan elu hari ini.?" tanyaku
" Hh.. Campur campur bang.." jawqbnya
" Lu kata es..." jawab Budi tiba tiba membuat riuh tawa kami terdengar. Sengaja kuminta semuanya bersikap seperti biasa. Tetapi membatasi Johan bila ia membahas pekerjaan.
Rani keluar dari kamar memakai kacamatanya.
" Itu siapa? " tanya Johan
" Si Nong.." jawab Budi cuek sambil memperhatikan luka luka Johan
" Cantik banget adik gua..." komennya
Rani menghampiri kami dan memelukku juga istriku.
" Meeting sama Indragiri Perkasa.. Buat Network dan Systemnya. " ucap Rani manja sambil memelukku
" Eummh... Iya.. Sama teteh dulu ya didampinginnya. Soalnya abang mau review pekerjaan Basuki dan Dennis. " Jawabku lalu ku kecup keningnya
" Iya.. " jawabnya dengan mata berbinar.
Lalu keduanya melangkah menuju kitchen menyiapkan sarapan.
" Noong.. Gulanya..." ucap istriku memprotes
" Eh iya lupa.. " lalu ia mengganti gelasnya dan memasukkan gula rendah kalori kegelasnya yang baru.
" Ai ini gelas siapa teh Nong? " tanya Vilda
" Pake aja... Aku salah ambil gula barusan..." jawabnya.
Vilda mengambil gelas itu dan mengisinya dengan teh hangat
" Bunda bikin apa..?" tanyanya manja
" Hmm... Ngangetin menu semalem... Sini.. Mmwh. Mmwh..." jawab Fitri lalu menghadiahi ciuman sayang di keningnya.
Vilda menghampiriku..
" Goeten morgen ayah..." ucapnya
" Morgen schaat... Mm. Mwh.." jawabku diiringi kecupan dikepalanya.
Budi dan Terry melakukan hal yang sama kepada Vilda. Tapi Budi menambahkan sedikit kejailan yang membuat kami tertawa.
" Dhilla... Siapin sarapan buat Johan dulu gih.. " ucap istriku lembut
" Iya teh.." jawab Dhilla
" Itu anak perawat ngga balik kesini cuy? " tanyaku heran
" Balik... " jawab Budi sambul menyeruput teh manis milik Vilda
" Tadi malem datang terus pada tidur di mess putri. Janjinya sekarang mau kesini.." Terry menjelaskan
Suara salam terdengar dari pintu depan. Spontan kami menjawab.
Ternyata Cipot Revka dan para perawat.
" Alhamdulillah..." jawabku lega.
" Tuangalah.. Abang Johan sudah mengopi Koh? " tanya Dennis sambil nyengir
" Belum lah de... Ntar ntar aja..." jawab Johan sambil tersenyum
Obrolan santai terjalin mesra. Saling ledek dan candaan terlontar wajar.
" Cuy.." panggil Budi
kuhampiri Budi...
" Kenapa? " tanyaku
" Jenazah Erika sore ini bisa diambil. Hasil Visum dan otopsi udah beres. Nah kita kemaren janji bakal nganter Ika pulang. " ucapnya
Aku mengangguk setuju dan membeberkan rencanaku yang disetujui oleh semuanya.
Ku telepon A yahya da Aidil agar ikut bersama kami.
" Ciciii... Cii..." panggil istriku
" Iya wa pit..." jawabnya sambil keluar kamar.
Ia sudah selesai mandi dan ia berdandan simple. Ia meminta istriku menata rambutnya. sambil disisiri ia bercerita
" Temen Cici selalu liatin status Cici wa... Dia nanyain itu siapa..?" kisahnya
" Kamu jawab gimana nak? " tanya istriku
" Cici bilang itu uwa aku... Kakanya orang tua aku.. Emang kenapa..." ucap gadis cantik bagai putri istana giok...
Ia bercerita dengan nada bangga. Walaupun papa mamanya ngga ada ia tetap akan ada yang menjaga dan merawatnya setulus hati.
Istriku tersenyum..
" Nah udah... Cici mau ikut ke kantor uwa apa di rumah? " tanya istriku
" Ikut uwa aja.. Suka ada kejadian seru soalnya hehehe... " jawabnya
" Iya... Wa antik juga ada dikantor da.." ucapku
" Asiiikk..." soraknya
Tak terasa waktu bergulir dan mengantarkan kami menuju perjuangan besar. Yaitu perjuangan menafkahi anak istri dan keluarga. Ki berangkat berbaremgan dan meminta Johan untuk santai dirumah sambil rehat total. Walaupun awalnya ia protes, tapi bisa kuberikan pemahaman kenapa aku memintanya rehat. Dan ia meminta izinku untuk menonton tv supaya ngga jenuh. Lagipula para perawat akan membantu Dhilla menjaga Johan.

Kamis, 13 Januari 2021, 08:11
Tatapan mata pegawaiku mengiringi langkahku menuju ruangan.
" Maaf pak.. Bapak kenapa? " tanya Venna
" Euh.. Ooh.. Ini.. Ituu.. Habis olahraga..." jawabku sekenanya
Kami tertawa mendengar jawabanku. Kulanjutkan langkahku menuju ruanganku.
" Ky... Gimana? " tanya teteh
" Yaa.. Alhamdulilah.. Bengep sih.. Tapi masih bernyawa hehehe..." jawabku sambil memeluk teteh
Lalu kami terlibat obrolan mengenai kejadian malam itu. Dengan versi konyol tentunya.
Tawa teteh tak henti mendengar cerita kami. Pelukannya untuk Vilda tak lepas.
" Ngga nyangka punya anak gadis teh goreng adat... Hehehe..." ucap teteh sambil menciumi kepala Vilda.
Rani masuk kedalam ruangan dan disambut teteh
" Aaa... Ini si bontot... Eh kenapa kacamatanya makin tebel..???" tamya teteh
" Kena radiasi..." jawabku
" Hmm... Sini.. Mmmwh.. Mmmwh..." teteh memeluk Rani lalu menciumi pipi dan keningnya.
Beberapa karyawan yang lewat di depan ruanganku melihat kejadian itu dan merasakan keinginan untuk mendapat perlakuan seperti Rani, Vilda, Kania dan lainnya.
" De.. Kamu tau Pak Herlambang dan pak Dennis ?" tanyaku kepada seorang pegawai.
" Pak Herlambang sipil dan pak Dennis Marcomm ya pak..." jawabnya
" Betuuul... Tepat sekali... Nah saya minta tolong panggilkan mereka kesini ya..." ucapku
" Baik pak..." jawabnya
Aku menunggu tak terlalu lama...
" Asslaamu'alaikuum... Saya dipanggil tho.. Opo masih kangen...?" tanya Herlambang.
" Hih ge er..." jawabku
Tawa pun riuh terdengar diruangan. Sementara Dennis yang datang belakangan mencium tangan teteh.
Obrolan kami selesai dan kami.melanjutkan pekerjaan kami
" Bas.. Progress? " tanyaku
" Oh.. Siaap. Itu lho.. Saya akhirnya memasukkan ke belanja pekerja dan mob demob pak. Karena kalo saya masukkan ke pos lain malah nda masuk akal nilainya.." jawab Herlambang sambil menyerahkan setumpuk catatan yamg ia buat.
Aku mempelajari catatan itu dan merasa ini sempurna.karena permintaan dari Angin tenggara terpenuhi dan nilainya realistis. Hingga saat kuajukan nanti tidak malu.
Secara teknis Herlambang berhasil menu jukkan kapabilitasnya mendampingi Johan. Dan ia bisa meyakinkan kami.
" Terus itu lho... Untuk sub con saya punya boss yang kebetulan kenal sama mas Johan. Kayanya kalo saya ajukan boleh nda? " tanya Herlambang
" Ooh... Iya... Paaak.. Alaaah.. Pak Yovan ya? " tanyaku
" Iya pak.. Kalo boleh saya mau ajukan...." ucapnya
" Buat smooth dan ngga ketara..." perintahku
" Siap pak.." jawab Herlambang
Akhirnya sesi dengan Herlambang selesai. Lanjut dengan Dennis. Ia memaparkan hadil presentasi di PT. RPM yang hasilnya alhamdulillah menggembirakan. Merek akan mempelajari penawaran kami karena apa yang ditawarkan memang sesuai dengan apa yang biasa kami lakukan. Hampir 1 jam Dennis memaparkan hasil pekerjaannya. Dan ini membuatku puas.
Akhirmya sesi review selesai. Aku menemui Budi dan memintanya umtuk tetap memantau perkembangan pekerjaan yang berlangsung.
Selesai semua pekerjaan dari pagi hingga siang. Tak terasa waktu ya shalat dzuhur dan makan siang.
" Cici tugasnya apa hari ini.. ?" tanyaku
" Dapet tugas trigonometri wa. Udah beres dibantuin sama om Erik terus diperiksa sama wapi. " jawabnya
" Oou.. Okay... Anak uwa mah emang cekatan..." jawab istriku memuji dan memeluknya.
" Siapa dulu uwanya... " jawab Cici yamg mengundang tawa kami
" Beuh.. Pak Boss bawa siapa lagi itu? Cantik banget..." ucap seorang pegawaiku
" Itu kemenakannya.. Anak adiknya pak Boss.. " jawab temannya
" Oo.. Bahan bakunya apaan ya keluarga si pak Boss... Bisa ganteng dan cantik keturunannya..?" ucap kawannya yang lain
" Yang jelas bahan pilihan... Emangnya elu bahan kw.. Kalo ngga bahan sisa..." ledek yang lain ditimpali tawa kawannya
" Waah.. Alhamdulilah.. Ceria sekali kalian.. Siap siap shalat yu..." ajakku pada.mereka
" Siap pak..." ucap salah seorang sambil memakai pecinya. Terry merapikan peci anak itu
" Jangan miring makenya... Kaya si Kamdahir kata suami saya juga..." ucap Terry
" Ooh... Euh.. Siap Bu.." jawab anak itu
Lalu kami melangkah menuju masjid di kantorku
Saat teteh dan kang Pri masuk beberapa pegawaiku membantu menyiapkan tempat dan menyimpankan sepatu mereka.
" Makasiih..." ucap teteh sambil tersenyum.
Akhirnya kami tenggelam dalam kekhusyuan shalat. Dzikir dan doa menyertai langkah kami menatap siang ini.
" Nong..." panggil istriku
Rani mengerenyit berusaha fokus mencari tahu siapa yamg memanggil
" Maaf bu.. Ini kacamata ibu tertinggal di tempat wudhu..." ucap seorang pegawai
" Ooh... Ih.. Makasih yaa..." ucap Rani seraya memakai kacamatanya
Lalu ia menghampiri istriku dan teteh dan mencium tangan mereka
" Mmwh.. Si sayang..." ucap istriku sambil memcium.pipi Rani
" Mm.. Boneka teteh.." ucap teteh sambil mengecup keningnya
Sebagian pegawai menatap perlakuan istri dan kakakku kepada Rani, Vilda, Stevy juga yang lainnya.
" Enak ya jadi keluarga pak Dicky. Kayanya ngga akan kekurangan kasih sayang tiap harinya " ucap seorang pegawai.

Kamis, 13 Januari 2021, 12:14
Kami sudah berada di warung mbak mar. Disebelah warung mbak Mar, terlihat Jedow sedang melayani pembeli. Ia menjual jajanan khas anak sekarang dan minuman segar.
Kuhampiri lapaknya
" Beuuh... Calon boss sibuk bneeer..." komenku
" Weeiittss.. Boss beneran ngomen.. Alhamdulillah bang... Hasilnya di luar perkiraan... Gede banget.. Hehehe..." jawabnya
" Alhamdulillah... Eh tapi kalo lu ngga shalat lapaknya gua tutup lagi nih..." ucap Budi
" Siap bang... Perintah Allah no 1.." jawabnya sumringah
Lalu kami kembali ke warung mbak Mar.
" Hmm.. Mbak... Menunya apa aja mbak...?" tanyaku
" Ada ini mas... Tempe bacem.. Sate usus.. Sate ati ampela.. Sama yang lainnya.." jawab mbak Mar
Aku memesan sate usus dan ati ampela. Tak lupa kuminta sambal dan lalapannya. Sementara istriku memilih sayur asem dan ikan asin.
Sambil mengobrol aku memperhatikan hal hal kecil diluar kantin. Ada beberapa hal yang kudapati dan semuanya ngga jadi masalah. Cuma butuh sedikit penataan. Dan ini akan kuserahkan keoada Fikri.
" Nong.. Makan apa? " tanyaku
" Jajanan bang Jedow " jawab Rani sambil menikmati makanan yang ia beli di lapaknya Jedow
" Terus ngga makan nasi...?" tanya teteh
" Makan.. tapi beres ini... Hehehe.." jawab Rani
" Cici makan apa sayang? " tanya kang Pri
" Mau sayur asem kaya wa pipit.." jawabnya bersemangat. Aku ngga yakin ia akan makan dari piringnya. Yaaa.. Biarlah.. Toh ia kemenakanku...
Akhirnya hidangan yang kami tunggu datang juga. Kubacakan doa sebelum makan dan setelah selesai aku mulai menyantap menu pesananku.
Seperti biasa aku atau istriku pasti menyuapi Rani. Dan kali ini ia memilih menu pilihanku. Cici yang begitu antusias menunggu sayur asem disuapi oleh istriku.
" Bu Rani disuapin sama pak Boss.. Buset dah.. Enak ya jadi adiknya beliau..." komen seorang karyawati.
" Namanya juga sama adik.." jawab kawannya
" Nong... Simpen jajanannya..." perintah kang Pri
" Ii.. Ini mau dimakan.." ucapnya
" Makan dulu yang bener. Gampang pengen lagi mah. Beres makan.." ucap kang Pri sambil membelai kepala Rani
" Hmm.. Iya atuh.." jawabnya
Lalu kususapi ia dengan nasi plus sate ati ampela. Tak lupa lalab dan sambalnya.
" Kamu makan apa le? " tanya teteh
" Make rawon. " jawab Vilda. Lalu teteh mencicipi rawon milik Vilda.
" Enak beneran. Mantaap.." ucap teteh.
Selesai makan aku dan Budi menuju Sierra Station untuk menikmati rokok dan kopi.
Obrolan ringan mengalir lancar. Diselingi canda tawa yang membuat kami terpingkal. Dan semua kusyukuri
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd