Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

THE HIMAWAN FAMS

Bimabet
Sabtu, 14 November 2020 19:22
Iandi, Dinda, dan Aidil jalan keluar membeli martabak. Sementara Yahya, teh Ita dan Wulan yang baru datang sedang asik bercengkerama dengan Ajeng.
" Gedubrak.....!!!!!" Suara bising mengagetkan seisi rumah
Iandi dengan hidung dan pelipis berdarah dan kaus tersobek menggeret seorang preman yang entah pingsan atau mati.
Sementara Dinda diantar oleh Ridwan dalam keadaan menangis. Rona kemarahan masih tampak di wajah Ridwan. Aidil yang datang belakangan membawa seorang preman lagi yang terus dihantamnya dengan pukulan dan tendangan.
" Hey... Hey... Udah udah...! " Sergah Om Herdi kepada Iandi maupun Aidil
" Hahahaha..... Dia sangka gampang ngalahin kuli proyek.... Hahahaha....." Tawa Iandi dengan wajah bengis dan menakutkan....
" Jalan bencong... Jalan.....!!!!" Seru Aidil dengan mata membiru dan baju robek
Kedua preman itu dikumpulkan di satu titik... Tiba tiba...
" Diilll....!!" Teriak Budi memperingatkan
Entah kapan dan dengan cara apa Om Herdi bergerak
Gerakannya sungguh luwes dan mematikan khas Krav Magga.. bela diri militer yang ampuh dan mematikan dalam pertarungan jarak dekat.... Tubuh Om Herdi sudah menaiki tubuh preman pengecut itu. Kedua kakinya memiting leher preman tersebut dan Om Herdi membuat gerakan salto hingga preman tersebut terbanting keras ke jalanan aspal. Sementara sebuah tendangan dwi dolio chagi menghantam telak ke wajah preman satunya yang sama sama membokong Aidil.
Hantaman demi hantaman dari Budi menerpa sekujur tubuh preman tersebut hingga kuputuskan menghentikan aksi Budi secara paksa. Kutubruk badannya
" Njing... Udah !! Udah !!! " Bentakku saat dia makin kalap dan berusaha melepaskan peganganku
" Hrrggghhh.... " Budi menggeram bagai harimau kalap. Tak ada yang bisa menahannya dalam kondisi dia seperti ini. Hanya aku yang tahu cara menghentikannya.
" Lu liat muka gua !!!" Bentakku lagi
Budi mendengus dan melepaskan peganganku sambil melangkah menuju rumah
Terry memeluknya sambil menenangkan Budi
" Deyan... Gimana awalnya bisa kaya gini ??" Desakku pada Iandi
" Ngga tau bang.... Yang jelas saat itu mereka berenam datang dan mulai menggoda Dinda. Malah sampai mengelus pantat dan megang tetenya Dinda. Ya jelas Yan marah bang... Tapi ada satu kata yang di omongin sama salah satu pecundang yang kabur... Jangan macem macem sama anak buahnya Mirza...." Papar Iandi sambil terus menginjak kepala preman tersebut....
" Yan... Lu dulu ngga ikut ngaji yah ?" Tanya Budi kalem
" Emang kenapa bang ?" Tanya Iandi lempeng
" Itu kepala orang bangkeee.... !!! Bukan bola futsal !!! Lu injekin seenaknya... Hadaaah... Susah kalo sepatu new era dikasih nyawa.... " Keluh Budi
" Oh... Hehehehe...." Jawab Iandi polos
Aku hanya bisa menepuk jidat... Sementara Aidil terbungkuk lemas melihat polah Iandi
Yang lain tertawa ngakak melihat kejadian itu
" Mana bangsat yang rese disini !?!?!!? Mau coba gangguin abang gua ? Pen kelar idupnya !!" Teriak Ismet marah, sementara Revka dan yang lainnya berjalan rusuh menghampiri kami. Tak ada yang bertangan kosong dan semua membawa kemarahan terhadap preman tersebut. tak terkecuali beberapa pemuda aktivis remaja masjid.
" Met... Met...! Kalem napa ?" Kataku
" Ni orangnya bang ??" Tanya Ismet sambil menarik seorang preman yang tersadar dari pingsannya
" Buakkkk.....!!!" Sebuah hantaman telak dari Revka membuat preman tersebut kembali kehilangan kesadarannya. Pemuda ganteng itu memperlihatkan wajah dinginnya
" Gengs... Mulai.malem ini posko ronda ma posko remaja mesjid pindah ke sini... Ngebantah omongan gua tau akibatnya " ucapnya datar
" Rev... Kalem boy... Kalem... " Bujukku
" Selama abang masih diganggu gua ngga akan kalem... " Katanya
" Terus mau kamu gimana boy ?" Aku masih membujuk
" Revka tau mereka anak buahnya Mirza bandar gele di sudimara.... Gua ngga terima mereka ngacau disini. Dan yang lebih ngga terima lagi mereka bikin kisah sama abang. " Desisnya marah
" Gua ingin baku hantam sama mereka !!!" Sambungnya tanpa ekspresi
Budi menghampiri lalu memeluk Revka
" Serah lu dah mangkok cap ayam. Tapi ikut aturan dan strategi Om Herdi ya ?" Ucap Budi menengahi
Revka mengangguk
" Eumhh... Okay... Revka... Kamu pimpin pemuda... Laporan ke saya setiap 1 jam. Jangan lupa. Kamu boleh buka camp disini. Tapi jangan lupa patroli. Besok akan ada tambahan beberapa orang. Dan kamu akan dikomandani Kopka Marwan. Paham de ?" Ucap Om Herdi
Revka mengangguk. Dan kemarahannya mereda
Ismet melangkah kedalam mengambil kopi
" Rev... Ngopi dulu dah... Mantep ni kopinya " ucap Ismet
Yang lain nyengir melihat polah Ismet.
" Siapa boss kamu ?" Tanya Om Herdi kepada seorang preman yang tersadar
" Mirza.... Mirza...." Ucapnya sambil menahan sakit akibat tehnik jepitan Om Herdi dijari tangannya.
" Berapa orang kamu kesini ?" Tanya Om Herdi lagi
" Empat..." Jawab preman tersebut
" hmmm... Dusta " ucap Revka sambil menarik cambang preman tersebut
" Adadadaadadah.... Lima....." Jeritnya kesakitan
" Dusta....!!" Desis Revka kejam sambil menarik cambang preman tersebut
" Enam bang.... Enam.... Ampun bang enam orang saya jujur bang....!" Teriaknya menahan sakit
Om Herdi tertawa melihat efektivitas interogasi ala Revka
Sementara Ismet dan Iandi memeriksa identitas mereka satu persatu
" Nama lu siapa ?" Tanya Ismet sambil memegang KTP pelaku
" Marco...." Jawabnya sinis
" Hmmm... Bang Yan.... Dia ngakunya Marco. Ini di KTP namanya Mukidi bin Kelom. Mana yamg bener bangsat !!" Teriak Ismet kepada preman yang mengaku bernama Marco
" Mukidi bang... Saya asli Slawi bang...." Ucapnya gemetar takut.
" Nah... Kalo jujur kan enak...." Ucap Om Herdi sambil menarik pelan Ismet yang mulai marah.
Interogasi berlangsung sampai dirasa cukup oleh Om Herdi
" Udah udah... Informasi awal udah kita pegang. Sekarang saya minta mbak Fitri atau siapa saja telepon polis dan tenaga medis." Ucap Om Herdi sambil mengambil gelas kopi dari tangan Ismet
" Hlaah... Itu... Diyhh..." Ucap Ismet menyadari kopinya diseruput Om Herdi
Revka ngakak melihat wajah Ismet
" Met... Lu minta lagi ama ka Fitri ngapa sih ? Ruwet amat hidup elu " ucap Revka sambil ngakak
" Imran... Ambil aja kopinya kesini... " Ucap Rahma kepada Imran anggota remaja masjid.
" Iya ka...." Ucap Imran. Sambil lewat Imran sempat melayangkan bogem mentah ke wajah Marco
" Et dah... Lu ngapa yak.?" Tanya Iandi heran
" Mukanya nyebelin bang..." Jawab Imran selow
" Duuhh... Tobaat.... " Respon Yahya melihat kelakuan Imran
" Rev... Pindahin ni bajingan ke garasi. Kamu tanggung jawab jagain ya de " ucap Om Herdi
" Iya Om...." Jawab Revka. Lalu dengan santai ia mulai membawa preman preman itu ke garasi.
Dennis, salah satu preman tersebut mencoba berontak dan melawan. Akibatnya Hantaman demi hantaman dari Imran dkk harus diterima dengan jiwa besar dan keikhlasan.
" Elu sih nakal.... Jadi aja digebukin...." Ucap Syifa muadzin muda di masjid kami sambil menakol kepala Dennis menggunakan besi Behel 22mm
" Yaaa... Ntar anak orang meninggal pot..." Ucap Budi
" Mmm... Emang dia anak orang bang ?" Ucap Syifa yamg biasa dipanggil Cipot datar
" Hadaaah.... Serah elu dah Speaker masjid...." Keluh Budi
" Sudah yaa... Ngga ada yang anarkis.... Rev... Kalo udah pada sadar kasih mereka minum dan makanan. " Ucap Om Herdi
Revka mengangguk walaupun wajahnya memperlihatkan ketidaksukaannya memberi makan dan minum buat preman tersebut.
Pedagang martabak berlari lari menghampiri kami
Imran dan Syifa langsung bersiaga dengan kuda kuda pencak silatnya.
" Maaf mas Imran saya cuma mau nganterin pesanan pak Dicky...." Ucap pedagang tersebut gemetar ketakutan.
" Yaaa..... Kirain mreman itu sowan lagi... " Ucap Syifa kecewa
Kami ngakak melihat kejadian tersebut
" Mas bikinin 10 aja lagi... Sedang pada silaturahmi nih para warga " ucap Terry kepada tukang martabak.
" Siap Bu Budi..." Ucapnya kembali bersemangat.
Sementara bapak bapak menyiapkan tenda yang dipinjam dari masjid untuk pos kamling sementara. Kaum wanita di rumahku memasak Air untuk membuat kopi dan minuman lainnya
Obrolan berlangsung seru diiringi tawa dan canda warga yang datang. Sesekali mereka memeriksa para preman. Sambil menawarkan makanan atau minuman. Tak lupa ketua DKM dan tetua masjid memberi nasihat kepada para pecundang tersebut.
Setelah beberapa waktu akhirnya terkuaklah bahwa Mirza ingin meneror warga karena rumah Wulan dan keputusan warga membela Wulan dan kami. Juga mereka menceritakan peran Tante Merry dalam kejadian ini.
Aku ngga kaget dan dalam hati aku bersiap siap. Aku dan Budi saling tatap memperingatkan tanpa berkata kata.
" Hmmmm.... Pasti gede peristiwanya nih... Gede dah..." Ucap Ridwan melihat ekpresiku dan Budi.
Sementara itu Pak RW dan pak RT sepakat menggalang kerjasama menjaga komplek dari ancaman Mirza dan kawan kawan dibawah kendali Operasi Om Herdi.
Malam kian larut dan suasana posko makin ramai karena kabar penyerangan geng narkoba sampai ke kampung dibelakang komplek. Dan mereka bersimpati serta datang membantu dengan jumlah personil yang cukup banyak
" Aseek... Pestanya bakal meriah nih....." Ucap Khaidir senang
" Pesta palalu..." Ucap Budi sambil menjewer sayang pada Khaidir
Semua ngakak melihat polah mereka.
" Ayah... Sini dulu..." Ucap Fitri istriku
Kuhampiri wanita cantik pujaanku
" Teteh dan "Beliau" mau kirim personil dalam jumlah banyak.... Tapi bunda minta jangan.... Karena warga disini udah pada siap menghadapi mereka. Besok yang datang hanya 9 orang aja... Itu juga dipaksa sama "Beliau"..." Papar istriku
" Ya sudah... Pasti Om Herdi lebih bisa menjelaskan kondisi disini. Kita ikutin aja " ucapku sambil memeluk bahu Fitri
Fitri mengangguk setuju
Aku masuk kedalam melihat kondisi Ajeng dan yang lainnya.
Iandi sudah menerima perawatan dari dr. Alvin. Pelipis matanya mendapat 3 jahitan. Sementara itu Aidil mendapat giliran. Untunglah luka luka mereka ngga terlalu berat. Jadi cukup penanganan medis ringan dan penahan sakit yang diberikan.
Ajeng sudah tidur di box nya di temani Sari, Nenah dan teh Ita.

Sabtu, 14 November 2020 22:13
Ada sedikit keramaian yang memancing rasa penasaranku.
Aku keluar melihat situasi. Ternyata personil yang diutus oleh " Beliau " datang lebih awal. Mereka menemui Om Herdi.
" Mas. Ini perkuatan yang dijanjikan Ibu dan " Beliau " mereka akan disini sampai suasana aman dan preman bangsat itu tertangkap." Ucap Om Herdi
Seperti halnya Om Herdi. Mereka memiliki kualifikasi komando dan memiliki keahlian khusus. Terutama penyergapan dan pertarungan jarak dekat.
Selagi asik menikmati kopi dan mengobrol....
" Wuuut.... Dhuaaarrr....!!!" Suara ledakan bom molotov diiringi api membakar jalanan di seberang kami. Kesembilan orang anak buah Om Herdi lenyap bagai ditelan bumi. Sementara para warga bersiap. Segerombolan orang berlari sambil mengacungkan senjata tajam kearah kami. Tak ada satupun warga yang gentar melihatnya.
" Ciuuutt.... Derededeed.... Dok.... Dhuar... Dhuar...." Suara petasan menghantam gerombolan preman yang menyerbu dan membuat mereka agak mundur. Tiba tiba ada 10 sosok menyerbu dan menjatuhkan lawan dalam gerakan gerakan singkat... Gerombolan tersebut mulai buyar.... Sebuah takbir terdengar kencang dan membakar warga. Seketika warga menyerbu dan mulai melakukan aksi bela diri. Beberapa preman habis terlindas kemarahan massa. Tubuh mereka jadi bulan bulanan pemuda masjid yang marah. Hingga akhirnya beberapa letusan senpi terdengar.
" Sudah cukup....!!! Sudah...!! Sudah....!!" Teriak Om Marwan memperingatkan kami.
" Jangan sampai ada korban jiwa dari kita !!!" Ujar Pratu Ikhwan
" Pral.... Giring mereka ke lapang Volley...." Ucap Om Herdi
" Siap bang....!" Jawab Kopka Marwan.
Semua preman tersebut menerima akibatnya. Ada yang digelandang sambil disiksa... Ada pula yang diseret seperti hewan.
Aku berdiri sambil memperhatikan keadaan.
" Ran... Ambilin tali yang digantung di jemuran samping.... " Perintahku
Imran berlari bermaksud mengambil tali yang kuperintahkan. Tapi apa nyana ia malah tersungkur akibat keselimpet sarungnya sendiri
Tak ada orang yang mampu menahan tawa.... Termasuk preman preman yang masih sadar
" Apa lu ketawa..???" Desis Revka mencekik seorang preman
" Ekkhhhghhjj...nngak.bbhang...hkkk..." jawab preman itu dengan suara tercekik.
Budi menepis tangan Revka
" Rev... Kita butuh informasi..... Jangan dibunuh... Mending lu ambil yang 4an gih...." Bujuk Budi
Revka melemah dan menuruti perintah budi
" Jalan njing !!!!!" Ucap Revka sambil menendang salah seorang preman.
Cipot membantu Revka membawa keempat preman tersebut.
Saat melangkah sambil ketakutan Cipot menjaili mereka. Di jegalnya salah satu preman tersebut hingga terjerembab mencium tanah
" Cipoooot.... Hadeeeuh..... " Tegur Tebe yang baru datang.
" Diyh... Dia nyungsep ndiri bang...." Ujarnya sambil nyengir bengal.
Akhirnya semua sudah dikumpulkan dilapangan Volley. Interogasi berjalan dan dilakukan oleh team Om Herdi bekerjasama dengan Iptu Drajat
Salah satu pentolan preman seperti enggan membuka mulut. Dengan kukuh ia membungkam seribu bahasa.
Tiba tiba ia terlonjak kaget saat ada seekor cacing tanah merayap.pelan didekatnya. Senyuman nakal Cipot dan Ismet terkembang melihat kejadian tak terduga itu
Ismet mengambil cacing itu dan mendekatkan kepada pentolan preman yang mengaku bernama John
" Hiiyy... Ini geli lo kalo ngerayap di titit..." Ismet menakuti John
Raut wajah John mulai menunjukkan rasa takut... Ia beringsut menghindar tapi tertahan oleh anak buahnya...
" Bang.... Ini ada 7 lagi cacingnya bang... Kayanya dia mau nyari preman pengedar gele....." Ucap Cipot sambil memamerkan cacingnya
John mulai histeris
" Jauhin... Jauhin cacing itu.... Jangan.... " John memohon...
" Asal lu ngaku gua buang ni cacing...." Ucap Ismet
Akhirnya pengakuan jujur meluncur dari bibir John.
Kenakalan Ismet dan Cipot ngga berhenti... Mereka masih mempermainkan rasa takut John terhadap cacing hingga Ismet dan Cipot melemparkan cacing cacing itu ke paha John dan membuat John pingsan ketakutan
" Ahahahahaha.... Preman pengedar gele sok galak... Lawan cacing pingsan... Lemaaahhh !!!" Cela Cipot diiringi tawa yang lainnya
" Ndan.... Kami udah dapat info A1 dan kayanya kita bisa gerak kesana...." Ucap Om Herdi.
" Sepertinya begitu. Kita bisa merangsek masuk ke markas mereka...." Papar Iptu Drajat sambil menggambarkan lokasi.
Selesai briefing semua mempersiapkan perlengkapannya untuk melakukan assault.
" Mas.. kami sudah mengumpulkan info tentang mereka. Dan malam ini kami akan " menjemput " mereka di markasnya " ucap Om Herdi.
" Saya ikut om....." Jawabku datar
" Okay... Tapi di team penutup... Ngga breech...." Jawabnya tegas
Aku mempersiapkan Siggi sementara Budi membawa Si Karbon.
" Ayah.... Hati hati yah.... Kalo bisa jangan berangkat yah ..." Fitri memohon sambil terisak kepadaku
Aku hanya memandang dingin menanggapinya. Tak ada sepatah katapun yang kuucapkan. Sebelum pergi kukecup dahi nya mesra...
" Kami pasti pulang " jawabku tegas
Kami berangkat menggunakan beberapa kendaraan.
Selama diperjalanan tak ada satupun yang berbicara. Hanya tatapan mata personil TNI dan POLRI begitu kejam dan dingin. Seperti memendam sebuah kemarahan besar.
Akhirnya kami sampai di sebuah bangunan mewah yang agak menyendiri. Satu orang anggota Polri bergegas melapor kepada ketua RT dan RW untuk berkoordinasi.
Sementara itu di dalam rumah mewah tersebut....
" Tante ngga usah khawatir... Urusan kecoak kering itu bagian saya.... Lagipula siapa yang bisa nahan kami El Bandidos kalo kami udah punya keinginan..." Ucap Mirza sambil mempermainkan memek Tiara dari luar celana dalamnya
Tiara menggigit bibirnya menahan geli dan nikmat dari kenakalan jemari Mirza.
" Aku percaya el Bandidos... Dan aku percaya kamu... Dan aku minta rumah si Asikin bisa kamu ambil secepatnya...." Ucap Merry memperingatkan
" Siap tante.... " Ucap Mirza sambil menusukkan jarinya ke memek Tiara
" Mmmh..... Aah..." Desah Tiara menahan kenikmatan jemari Mirza... Tiara mempermainkan buah dadanya....
" Kamu sedang apa Mir... ?" Tanya Merry
" Biasa sedang ditemenin Tiara dan Venna...." Jawabnya enteng sambil memperhatikan kedua wanita itu saling berciuman... Venna mengangkangkan pahanya hingga celana dalam tipisnya menerawangkan jembut Venna, sambil berciuman Tiara mengelus memek Venna.... Mirza menyodokkan jarinya lebih dalam lagi ke memek Tiara diikuti desahan nikmat Tiara dan pelukan ketat ke Venna. Dress mini ketat mereka tersibak memamerkan paha mulus dan kencang milik kedua wanita tersebut.
" Okay deh selamat ngentot aja ya Mir.... Eh by the way... Kapan kamu mau puasin aku seperti ke si Tiara....?" Tanya Merry genit...
" Hmmm... Kalo Tante mau sekarang boleh... Hehehehe....." Jawab Mirza menantang
" Hmm... Okay.... Aku jalan ya... Kamu mau aku make pakaian apa....?" Tantang Merry
" Pake dress mini dan celana dalam G String transparan tan...." Ucap Mirza
" Okay.... Aku kesana ½ jam sampe...." Jawab Merry dengan suara yang mulai horny. Lalu ia menutup teleponnya
Sementara itu dress kedua wanita itu terlepas dari tubuh mereka. Tiara menelentang diatas sofa sambil menikmati cumbuan Venna di buah dadanya. Pentilnya yang berwarna coklat menegang maksimal. Tak lama Venna membuka BH nya dan terpampanglah payudara bulat kencang dengan puting berwarna pink khas milik amoy
" Hmmm.... Kalian udah horny yaa...?" Goda Mirza
" Sayang aku mau sekarang...." Desah Tiara
" Okay Tiara aku kasih kamu kenikmatan malam ini...." Ucap Mirza sambil membuka celana dan celana dalamnya... Kontol Mirza panjang dan kekar...
" Hmm.... Aku mau kontol kamu Mirza...." Desah Tiara yang saat itu sedang menikmati jemari Venna di dalam memeknya... Lalu ia meraih kontol Mirza dan mulai melumatnya penuh nafsu
" Emmh.... Kamu luar biasa Tiara...." Desah Mirza menikmati aksi mulut Tiara di kontolnya.... Sementara lidah Venna melumat itil Tiara yang membuat perempuan itu menggeliat kenikmatan.
Tangan Mirza tak diam... Ia meraih pantat Venna dan mulai mengusap usap memek Venna diiringi desah nafas Venna menerima kenikmatan di memeknya
Akhirnya Mirza mencabut kontolnya dan mengarahkannya ke memek Tiara
" Mmmm.... Masukin sayang... Aku udah pengen banget nyobain kontol kamu.... Kontol kamu gede kaya kontol kuda....." Desah Tiara Vulgar
Mirza menempatkan kontolnya dan menekan pelan kontol yang berurat itu ke memek Tiara....
Tiara mengerenyit menahan sakit sekaligus merasakan nikmat di memeknya
" Aaah.... Mmmmm..... Sakit tapi enak Mirzaaah..... Yesss... Fuck meee... I'm your bitch Mirza.... Fuck me harder baby...." Desah Tiara menerima sodokan demi sodokan di memeknya....
Sementara itu Venna sedang asyik melumat puting milik Mirza sambil menerima elusan lembut di memeknya yang berbulu tipis.... Jari Mirza masuk kedalam.memek Venna dan mengubek ngubek bagian dalam memek amoy tersebut
" Aah.... Mirza.... Enak banget.... Tangan kamu nakal sayang..... " Desah Venna menerima jari Mirza di memeknya
Memek Venna banjir oleh cairan cintanya...
" Memek kalian legit.... Ngga percuma aku pilih kalian jadi pendampingku...." Desah Mirza sambilmenggenjot memek Tiara
" Mmm.... Yerusin Mir.... Terusiiinn... Mmm....Miir...I'm cumming baby.... Aaaaahh.... " Desah Tiara saat ia mencapai Orgasmenya....

Minggu, 15 September 2020 00:43
Diluar sana 25 orang merunduk dan menyebar mengepung bangunan tersebut
" Gito.... Take him down.... Quiet...." Perintah om Herdi kepada Prada Gito saat melihat seseorang keluar sambil.membawa sajam besar...
Gito merayap senyap.... Dan si Preman asik menyalakan rokoknya hingga tiba tiba....
" Hkkk.... Hkk....." Sebuah cekikan dan hantaman telak membuatnya pingsan.... Gito membekap.mulut preman itu dengan lakban dan mengikatnya dikursi pos dengan posisi sedemikian rupa hingga siapapun menyangka ia tertidur.
Gito kembali mundur dengan senyap menuju line nya....
" Right flank move..." Ucap Om Herdi...
2 orang nerayap.maju dan mulai menaiki bagian tertentu dari bangunan untuk.menyusup masuk....
" We're in...." Suara di radio memberikan info
" Sitrep...." Ucap Om Herdi
" We got 14 to 16 men with blade... No one bring the gun... On level 2 we got 12 to 20 men... I dont see the package.... Over....." Jawab Nano
" Wait for us...." Lalu Om Herdi merayap senyap menyusup.kedalam.gedung....
Tiba tiba ada cahaya lampu yang membuat kami semua kembali tiarap serata tanah....
Tak lama sumber cahaya itu pergi yang ternyata adalah sebuah mobil...
Di area lobby rumah
" Hai... " Sapa Merry kepada yang jaga...
" Eh Tante... Mirza diatas.... " Jawab salah seorang dari mereka penuh hormat
" Mm.. okay... Aku keatas dulu ya...." Jawab Merry
" Iya tante...."
Lalu ia melangkah ke lantai 2 tempat Mirza berada...
" Mmm... Mirzaa.... Memekku sesek banget... Kontol kamu gede.... Oohhh... Enak banget sayanghhh...." Desah Venna menerima sodokan kontol Mirza...
" Waah... Aku kok ditinggalin... " Sapa Merry... Sambil mengambil posisi duduk di meja dengan paha mengangkang... Celana dalan tipisnya menerawang memek berbulu rapi....
" Sini dong tan... " Ajak Mirza tanpa menghentikan sodokannya di memek Venna yang mulai meringis menahan nikmat.
Merry menghampiri Venna dan melumat bibirnya dengan rakus.... Tangan Venna merayap memasuki minidress Merry dan mengusap-usap pahanya...
Sementara Tiara yang sudah mulai recover meraba dada Merry yang membusung karena operasi plastik
" Hmmm.. kamu pinter sayang...." Ucap Merry sambil mengusap pipi Tiara....
Tiara makin meningkatkan remasan dan permainan jarinya di puting milik Merry....
" Mmh..... Sayang mainin sepuas kamu...." Desah Merry
" Ouuhh..... Mirzaaaa......" Erang Venna menerima sergapan orgasme. Tubuhnya kejang lalu seperti terhempas badai besar ke sofa
Mirza mencabut kontolnya dan dilahap rakus oleh Merry... Sementara Tiara mulai membuka pakaian Merry dan melucuti semua yang melekat di tubuhnya.
Lidah Mirza merambat dari perut menuju memek Merry dan berakhir di bibir memek yang berwarna agak kehitaman... Jembutnya tercukur rapi
Mirza begitu bernafsu menikmati memek Merry.
Merry berkelejat menahan gempuran nikmat lidah Mirza.... Lalu ia menjatuhkan diri ke sofa dan mengangkangkan kakinya.
Mirza tak tinggal diam ia mengarahkan kontolnya ke memek Merry dan membenamkan sedalam dalamnya
" Aaaa... Mirzaaa.... Kontol kamu gede.... kontol kamu kaya kontol kuda sayang... Enak bangeet.... Mmmm..." Suara jeritan nikmat Merry terputus oleh bibir memek Tiara yang disodorkan oleh Tiara kepada.Merry...
" Ouhh... Mmm.. mmm... Slurrp... Slurrpp..." Suara bibir Merry menjilati memek Tiara
" Eumh... Tanteee... Jilat itilnya tanteee...." Desah Tiara.... Sementara Venna asyik mengulum puting milik Merry sambil memeknya menerima jemari Mirza.... Mirza menggenjot kontolnya pelan dan santai dan ia yakin akan membuat KO Merry karena ia sudah mengkonsumsi obat kuat buatannya sendiri berupa campuran Hasish dengan Whisky...
Mirza memompa semakin cepat dan bersemangat....
" Mirzaa.... Enak banget Mirza.... Kontol kamu gede kaya kuda.... Memekku sesek sayang" ucap Merry sambil meremas dada sekal milik Tiara. Venna mulai mengerenyit lagi menahan nikmat karena orgasmenya hampir sampai
" Mmiirrr.... Terusin sayaaang ....." Desah Venna yamg diirngi kejangnya badan Venna dibekap orgasme...
Sementara itu Merry makin histeris.menerima.sodokan Mirza yang menggila....
" Aaaa..... Miiirzaaaa..... Aku sampe.... Aku sampee.....aaaah......" Pahanya menegang dan memeknya berkedut sementara Tiara menekankan bibir memeknya ke bibir Merry saat orgasmenya tiba...
" Eummhh.... Aku sampe....." Desah parau Mirza saat orgasmenya tiba.... kontolnya berkedut hebat menyemprotkan airmani ke dalam memek Merry. Tak lama mereka ambruk dalam kenikmatan orgasme yang mereka terima dari begundal pengedar narkoba bernama Mirza.
" Nanti lagi ya Mir...." Pinta Merry
Mirza mengangguk sambil melumat bibir Merry dan Tiara bergantian

Minggu, 15 September 2020 02:01
" All team sitrep..." Suara Om Herdi memecah kesunyian...
" Alfa flank on pos..."
" Bravo flank on pos.."
" Okay charlie on pos... Quiet assault on my mark...."
Lalu terdengar suara keluhan pendek akibat pukulan maupun gerakan gerakan dari team Om Herdi.
" Hey.... " Sapa prada Wiji kepada seorang preman
" Hei.." jawabnya... Lalu ia kaget tapi terlambat....! Sebuah hantaman telak mendarat di tengkuknya... Dan membuatnya tidur dalam pingsan
" All floor clear..... Wait we see the coyote lady inside... " Gito melapor
" Tribrata... Come in....take down the main entrance...." Ucap Om Herdi memberi aba aba
Lalu kami bergerak perlahan dan melumpuhkan para penjaga. Kami melangkah masuk dan mengamankan tangga utama beberapa anggota tinggal dan.menjaga posisi
" Eumm..... Jari kamu nakal Mirza...." Ucap Merry menerima tusukan jari Mirza di memeknya....
" Kamu mau lagi tan ?" Tanya Mirza
" He em... Kontol kamu besar dibandingin kontol suamiku.... Mana udah peot dan loyo.." Ucap Merry
" Mau sekarang....?" Tanya Mirza sambil membenamkan jarinya lebih dalam lagi ke memek Merry dan Tiara
" 5 menit lagi ya... Aku atur nafas dulu...."
Tapi tiba tiba.....
Lampu padam dan gelap pun mencekam
" Aahhh... Listrik mati... Wooy.... Genset....!" Teriak Mirza yang lumayan mabuk
" Bang..... !!!" Sebuah suara cukup keras dan kilatan cahaya menyilaukan membutakan mata mereka
" Kalian ngga akan bisa ngentot lagi anjing....!" Desis Nano menghantam Mirza hingga semaput
Ketiga wanita jalang itu berteriak panik....
" Light on... Tribrata come in...." Ucap Om Herdi
Lalu setelah lampu kembali menyala team Polri pimpinan Iptu Drajat masuk dan memborgol mereka..
" Wuiihh.... Pesta lendir nih...." Ucap Budi melecehkan para pelaku
" Neng memeknya masih sempit ngga ?" Tanya Budi kepada Venna yang menutup matanya akibat temporary blindness setelah melihat kilatan flashbang
" Bacoood......!" Teriakku dan Iptu Drajat bareng
" Eumhh... Eeh.... Kan...." Budi mencoba menjawab
" Bacoddd....." Kembali kami berseru ditambah suara Om Herdi, Gito dan beberapa anggota lainnya diikuti tawa ngakak kami. Budi garuk garuk kepala.
Iptu Drajat meminta bantuan dari Mako untuk ekstraksi...
Sebuah letusan terdengar dan ada siutan keras menghantam telingaku
Aku bergerak menghindar dibalik tembok. Suara salakan senapan terdengar diakhiri suara tubuh yang jatuh ke lantai dasar
" Mas.... Ngga apa.apa..??" Tanya kopral Wiji menghampiriku dan memeriksaku
" Aman Om... Aman....Tapi kuping kiri berasa budeg...." Jawabku...
" Hahahhaa.... Seminggu bisa dengung terus.... Kena dopler mas Dicky...." Ledek Prada Panji
Aku nyengir sambil mengucek kupingku
" Udah biarin nanti besok normal lagi kok..." Ucap Om Herdi
Aku menuruti omongannya. Tak lama team Ekstraksi datang bersama team Sabhara mengamankan lokasi
Dari lokasi kami menemukan jasad Asikin yang terkubur dihalaman belakang dengan luka menganga di lehernya. Sementara itu Polisi menemukan tulang belulang manusia dan tumpukan narkoba dalam jumlah luar biasa banyak
Aku dan Om Herdi pulang lebih dulu untuk mengurus preman penyerbu anak buah Mirza. Dan ada kesepakatan bahwa Iptu Drajat tidak pernah melihat team Om Herdi dalam penyergapan ini.

Minggu,15 September 2020 04:22
Kami tiba dirumah dan Om Gito memberikan arahan kepada warga untuk mempersiapkan preman preman tersebut untuk dijemput polisi..
Setelah polisi menjemput barulah " para hantu " anak buah Om Herdi lenyap bagai ditelan bumi.
Kecuali Om Herdi yang masih harus menjaga kami sampai ada tetesan lagi dari atas.
Aku masuk kamar dan berusaha tidak berisik agar Fitri tetap lelap. Kulangkahkan kaki ke kamar mandi dan kubasuh tubuhku yang belepotan tanah dan keringat. Segar rasanya tubuh ini.....
Tiba tiba pintu kamar mandi terbuka....
Istriku berlari memelukku sambil terisak....
" Kamu... kamu nggak luka kan ayah.... Ngga ketembak kan ???? " Ucapnya sambil memutar mutar tubuhku dibawah shower
" E... Ini... Uh... Bentar... Euh... Ngga... " Jawabku ngga pernh lengkap karena Fitri terus memeriksa dan memutar tubuhku. Hingga akhirnya ia yakin aku selamat dan memelukku.... Baju tidurnya basah tersiram.oleh air hangat shower..
" Jangan pergi lagi ayah.... Jangan....." Isaknya
" Ngga akan bunda... Ngga akan...." Jawabku sambil memeluknya
" Bunda ngga siap jadi janda.... Apalagi kalo ayah sampe.main sama janda " lanjutnya
" Ebuseeeeet...... Hadaaah.... Bunda... Ayah sehat wal afiat karena Allah nentuin gitu.... Bunda udah meluk ayah sekarang.... Ngga akan ada janda yang mau dan berani godain ayah... Paham ?" Jawabku
Fitri mengangguk lalu memelukku
" Dapet darimana kata kata gitu...." Keluhku
" Dapet dari banner yang ayah bikin...." Jawabnya lirih
Aku ngga kuat menahan tawa
Dan kamipun mengakhiri mandi pagi itu. Setelah salin dan shalat kupeluk istriku sambil kupanjatkan rasa syukur kalau aku kembali dalam keadaan utuh dan selamat.
 
Terakhir diubah:
Minggu, 15 November 2020 07:12
Aku masih belum bisa memicingkan mata. Rasa sakit kurasakan di beberapa bagian tubuhku. Fitri me.eriksanya dan menemukan beberapa lebam biru di tubuhku. Ia ngomel panjang pendek sambil sesekali mencubitku. Aku hanya bisa merintih pasrah dicubit fitri.
Untungnya sisa obat dari dr. Alfred masih cukup banyak dan bisa dipakai mengobati luka lebamku.
Selesai diobati sambil diomelin Kuhampiri anakku Ajeng yang sedang digendong teh Ita.
" Mm.. mana anak ayah yang cantik...." Ucapku melihat Ajeng
" Ini aku ayah.... Aku digendong mamah Ita yang cantik kaya aku...." Ucap teh Ita menirukan suara anak kecil. Aku tertawa dan menggendong Ajeng.
" Ayah sarapan dulu ya yah.... Budi mana ?" Ucap istriku
" Ni ada.... " Jawab sebuah suara dibalik sofa.
" Beb.... Ngapain geletakan dilantai...?" Tanya Terry sambil tertawa
" Enakeun hun.... Rata.... Hehehehe.... " Jawab Budi ngga terarah
Kuserahkan Ajeng ke Sari, dan aku melangkah lunglai mengambil kopi.
" Bang.... Bener Asikin....?" Tanya Wulan terputus
Aku hanya mengangguk tercekat. Tak ada kata yang mampu kuucapkan karena kurasakan kesedihan. Dendamku mendadak menggelegak dan kemarahan hampir menguasai diriku.
Kupeluk Wulan... Fitri memeluk kami pula.
" Biarkan Asikin beristirahat dengan tenang. Mungkin ia ngga mau menganggu kita hingga ia rela melepaskan nyawanya demi keselamatan kita. Dan Abang janji.... Ngga seorangpun boleh nyakitin kamu dan Aidil. Apapun alasannya...." Ucapku bergetar marah
Aidil memelukku erat
" Gua ngga pernah tau dan kesulitan ngebayangin cara bales jasa elu... Kalo nyawa gua bisa sedikit ngeringanin utang nyawa gua... Detik ini juga gua ikhlas mati buat lu...." Ucap Aidil
" Gua ngga butuh kematian lu... Gua butuh lu hidup buat gua nitipin adik gua Wulan...." Jawabku masih bergetar
" Lu semua dengerin omongan gua... Budi pernah angkat sumpah didepan orangtua Dicky. Dan detik ini juga gua angkat sumpah gua... Dicky sodara gua... Apapun siapapun yang coba coba nyakitin Dicky bakal berhadapan sama gua ... Dan hanya Allah yang bisa cabut sumpah gua...." Ucap Aidil tegas
" Lu ngga perlu segitunya dil...." Ucapku
" Lu udah banyak jasa sama gua dan Wulan... Dan lu pantas jadi pimpinan gua... Semoga anak gua nanti bisa sehebat elu.... " Ucap Aidil keras
" Aamiin.... Dah sekarang lan.... Ikhlasin Asikin yang pernah ada dalam kehidupan elu... Biarin si Bangke jadi bapaknya sikembar dan gua jadi Omnya yang bakal ngurus mereka. Nah sekarang gua pen kopi...." Ucap Budi sekenanya
" Shetaan... " Umpatku mendengar ucapan Budi. Seketika kemarahanku luluh dan kupeluk Wulan adikku. Diiringi airmata Wulan dan Aidil.
" Dil.... Asli lu tuh jelek banget kalo lagi nangis " ucap Budi sambil lewat di samping Aidil
Yahya, Iandi dan Om Herdi ngakak mendengar ucapan Budi. Aidil mengambil sendal dan menyambit Budi
" Bangsat... Gua lagi serius !!" Sergah Aidil menahan tawa.
Wulan yang terisak pun jadi tertawa oleh gurauan Budi
" Ya sudah semuanya.... Kita singkirkan dulu kejadian semalam.... Soalnya banyak PR yang harus kita selesaikan di hari esok.... Saya dan Marwan tetap ditempat sampai ada tetesan berikutnya dari " Beliau " dan Ibu...." Kata Om Herdi
Fitri melangkah dan memegang tangan Om Herdi
" Om.... Makasih udah jagain suami saya. Dia terlalu nekat dan berani.... Ada Om disini akan bikin kami tenang...." Ucap Fitri
" Mbak... Saya hanya pelor... Kemanapun tembakan diarahkan kesitulah saya menuju. Mas Dicky laki laki hebat dan berjiwa pemimpin. Amanat saya : JAGA DIA BAIK BAIK.... Ngga akan ada lagi laki laki seperti mas Dicky di dunia ini...." Jawab Om Herdi lembut
" Baik om...." Jawab Fitri sambil mengusap airmatanya.
Lalu ia melangkah memelukku mesra dan menciumiku...
" Mmwh.. bunda.. mwwh . Bun... Mmmwh... Ih banyak... Mwwh.. " aku gelagapan diciumi Fitri
Om Herdi ngakak melihatku..
" Izin tanya ndan.... Bandung bandung padat buat kampung tengah saya bisa saya kondisikan ngga ?" Tanya Om Marwan
" Hlaah... Kamu lapar tho pral.... Hahahahaha......" Om Herdi tertawa lepas
" Siap...!" Jawab om Marwan lalu ia garuk garuk kepala yang ngga gatal
" Heeey.... Sinetronnya mau lanjut sampe kapan...? Ayo makan dulu atuh ih..." Teriak Terry
" Iya nih... Nanti keburu dilalerin lho.... " Ucap teh Ita
Kami pun melangkah menuju meja makan... Omelette, nasi putih, nasi kebuli buatan mak, dan beberapa menu lainnya terhidang apik di Meja makan.
Aku, Budi, om Herdi dan om Marwan begitu bersemangat menikmati hidangan yang ada
Om Herdi memberi isyarat agar sari dipanggil
" Sari... Say dipanggil Om Herdi...." Ucap Dinda
" Iya bu...." Jawab Sari
" Sar... Temani Marwan makan ya.... " Pinta Om Herdi
Om Marwan agak gelagapan dengan wajah agak pucat. Ekspresi itu terlihat oleh Om Herdi
" Kamu itu.... Mbunuh orang besar nyali... Menjalin asmara kok ciut nyali...." Ucap.Om Herdi
" Siap ndan...." Jawab Om Marwan
" Saya ta tambah dulu nasinya ya...." Ucap Om Herdi meninggalkan Sari dan Om Marwan Berdua.
Awalnya keduanya malu malu ngobrol... Akhirnya mereka mencair dan mulai akrab.
Selesai makan Fitri memanggil Sari
" Say... Mulai saat ini selain Ajeng, kamu perhatiin Om Marwan juga ya.... Bunda pernah janji akan mencarikan pasangan buat kamu. Nah ini yang kami janjikan...." Ucap Fitri
" Tapi Bun... Apa aku pantes buat om Marwan ?" Tanya Sari
" Jalanin aja dulu ya sayang.... Temukan ketidak cocokan kalian dan bicarakan supaya klop..." Saran Fitri kepada Sari
Sementara itu Om Herdi juga mulai memberikan perhatian kepada Nenah...
Pagi itu kami.merencanakan tahlil buat Asikin. Karena bagaimanapun Asikin adalah ayah kandung jagoanku.
Semua memanggapi positif rencana tersebut tanpa terkecuali. Dan kami meminta ketua DKM, Ustadz ustadz, dan tetua sekitar untuk berunding mengenai rencana pemakaman Asikin dan tahlilannya.
Keputusan bulat dicapai ditambah dukungan dari keluarga besar kami. Asikin akan dimakamkan di TPU terdekat dan biaya pemakamannya menjadi tanggungan keluarga besar kami. Keluarga Asikin kukabari. Mereka menyanggupi akan datang siang ini.

Minggu, 15 November 2020 11:57
" Assalaamualaikum...." Suara Opik terdengar
Kami menjawab serempak
" Bang Dicky kenapa ngga ngasih tau kalo ada masalah disini...?" Cecar Opik padaku
" Yaaa... Soalnyaaa.... Eummmh.... " Aku ngga bisa jawab
" Pik... Gua aja dikasih tau belakangan.... Johan datang sama Henny juga ngga tau... Suasananya panik Pik...." Tebe menjelaskan.
" Oo... Tapi semua selamat kan bang ?" Tanyanya lagi
" Alhamdulillah selamat..." Jawab Tebe
" Pik.... Bisa mulasara jenazah ngga ?" Tanyaku
Opik kaget
" Katanya semua selamat ???? Kok mulasarain jenazah sih... ???" Tanyanya
Lalu kujelaskan mengenai Asikin dan Opik paham soal itu.
Akhirnya kumandatkan urusan jenazah kepada Opik sepenuhnya sementara acara tahlil dipegang Yahya dan teh Ita
" Ayahnya adaa.... Mana jagoan bunda.... Weeeyyy..... Mantap....." Suara fitri sedang video call dengan si kembar jagoanku
Lalu ia serahkan hp kepadaku
Aku terlibat percakapan seru dengan kedua jagoanku. Dan rasa kangen membuncah didada ini. Semua Om dan Tante nya menyapa bahkan saling ledek terutama dengan Budi, Iandi dan Tebe
Selesai video call terobati sudah rasa rinduku pada mereka. Dan teteh memberi kabar bahwa mereka akan datang ke rumah kami Minggu ketiga Desember. Dan mewanti wanti agar semua peserta lenong termasuk baby sitter kami wajib ikut tanpa kecuali. Tentu saja acara ini disambut sorakan bahagia semua yang hadir.
Setelah agak reda Om Herdi menghampiriku dan mengajakku berbincang serius di ruang depan
" Mas.... Perkembangan kasus... Hasil otopsi sementara, Asikin disuntik narkoba dalam dosis lumayan tinggi. Setelah itu dia mengalami penyiksaan dan akhirnya kematiannya diduga akibat gorokan sajam di leher. Polisi masih mencoba mengorek keterangan dari Mirza dan anak buahnya. Sementara narkoba uang ditemukan ada Shabu seberat 150 Kg, extacy 1,7 juta butir dan ***** 3 ton lebih. Jenazah udah boleh diambil. Dan kalo mas Dicky berkenan saya sama Opik akan segera mengurus jenazah Asikin...." Papar Om Herdi
" Baik Om... Saya kira lebih cepat lebih baik...." Jawabku.
Aku mengabari perkembangan ini kepada teteh dan papap... Mereka meminta aku segera mengurus Asikin. Yang aku segera laksanakan. Tak lupa kuhubungi jajaran DKM, RT dan RW mengenai rencana penjemputan jenazah Asikin.
Tenda masjid yang terpasang di samping rumahku ditambah oleh para pemuda. Korsi dan beberapa perlengkapan lainnya dipersiapkan juga. Bendera kuning dipasang. Hal ini mengundang sedikit keriuhan di sekitar rumahku
" Ngga mungkin Pak Dicky meninggal... Saya ngga percaya.!!!" Ucap mas Raji
" Mas .. mas... Ngapadaah... " Budi bertanya santai
" Im... Pak Di ky ngga kenapa kenapa kan..??? Sehat kan ????" Cecar Mas Raji
" Tuuu orangnya sedang makanin gorengan..." Jawab Budi sambil menunjukku
Mas Raji bergegas menghampiriku dan memelukku
" Aem... Blep... Blep... Uh... Ngapasih ??" Seru ku
" Alhamdulillah... Pak Dicky masih sehat.... " Ucapnya sambil melepaskan pelukanku dan bergegas mengabari yang lain.... Aku hanya bengong melihat polahnya.
Tak lama sekelompok pemuda membawa sajam dan berbagai perlengkapan lainnya datang...
" Bang Budi... Kalo bener bang Dicky tewas sama geng nya Mirza.... Kita ngga terima.... Anterin kita ke markasnya Mirza... Kepalang dah kita mah.... Orang baek macem bang Dicky ngga layak meninggal dibunuh penjahat " ujar Dewo dengan mata merah karena marah.
" Wo... Lu semalem makanin keluwak mentah ya ? " Tanya Budi cuek
" Hlah kok.... Nanya gitu bang...?" Ucap Satria heran
" Abang gua ada sedang makan gorengan.... Aaa kuah seblak...." Gerutu budi
" Kalo bener.... Mana bang Dicky....?" Ucap Hengky penasaran
Aku nongol dari balik pagar sambil memegang tempe goreng.
" Mau pada kerja bakti dimana ?" Tanyaku kalem
Serempak mereka bersorak bahagia melihatku sehat wal afiat.
Om Herdi mengambil inisiatif menenangkan mereka didampingi Babinsa Serda Dadan dan Bhabinkamtibmas Briptu Eko.
Semua diminta tenang dan jangan memulai kekonyolan yang ngga perlu. Juga semua wajib mengabarkan kebenaran berita soal aku dan keluarga besar komplek ini.
Walaupun berhasil ditenangkan. Tetap masih ada yang kecewa karena nggak diajak bantuin aku.
" Nah yang kecewa karena semalam.ngga ikutan " Party " sama saya... Saya mohon bantuannya
1. Tolong bantuin saya ngurus jenazah Asikin
2. Tolong bantu saya hadir di tahlilan selam 7 malam
3. Malam kedelapan tolong bantu saya karena saya mau ada syukuran pekerjaan sekaligus minta restu warga disini.
Bida kan gaesss . ?" Tanyaku
" Asiaaaap.... Jawab Satria sambil.mengacungkan samurainya
" Okay.... Masalah selesai... Sekarang tolong simpan persenjataan kalian dan ayo sebagian pemuda ikut saya gali makam di TPU belakang...." Ajak Om Dadan kepada para pemuda
" Asiaaap...... Woy samurainya ganti... Edi lu bawa pacul ya.... De bawa sekop sama garpu... Wan... Lu bawa pengki" ucap Satria
" Gua bawa perut aja ya...." Ucap Herman gendut
" Yaudah ntar gua sampein ke Revka." Ucap Satria
" Weeuh...." Herman kecewa
Lalu sebagian pemuda merapikan tenda kursi dan peralatan lainnya. Sambil bebersih jalan dan menyiapkan lokasi pemulasaraan jenazah.
" Assalamu'alaikum...." Sebuah suara membuat kami menengok. Kami menjawab salam.
" Maaf... Bapak siapa ?" Tanya Om Eko Bhabinkamtibmas kami
" Saya ayahnya Asikin... Dan ini ibu nya itu adik dan kakaknya " jelas pria tersebut
" Ooh... Iya iya... Mari masuk pak...." Ajak Om Eko
" Mas Dicky... Ini ada ayahnya Almarhum " om Eko memberitahu kami
Kusambut ia sebagaimana layaknya aku menyambut orang tua.
Lalu kami berbicara banyak soal Asikin dan pihak keluarga Asikin memahami keputusan keluarga besarku mengurus jenazah Asikin. Dan ia berterima kasih dan merasa malu atas apa yang dilakukan Asikin. Tak lupa juga ia menitipkan si kembar kepadaku. Dan ia berjanji keluarganya tak akan mengungkit soal anak atau harta.
Dihadapan Wulan ia bersimpuh menangis mengingat penderitaan Wulan dan sikembar. Ia memohon ampun untuk Asikin. Wulan berbesar hati memaafkan Asikin dan meminta pak Trio bangun dan jangan menyembahnya...
Selesai semua itu. Kuminta pak Trio dan keluarga tetap tinggal untuk menghadiri tahlil putranya. Kepada adik dan kakak Asikin kuminta mereka jangan sungkan.
" Bang.... Kalo boleh nanya... WC sebelah mana ya.... Tanti ngga tahan pen pipis bang...." Tanya Tanti. Spontan semua tertawa melihat polah Bocah kelas 11 SMK itu
" Ayo sayang.... Kaka anter.... " Ajak Fitri sambil tertawa memeluk Tanti
" Haduuh ni anak bikin malu aja...." Ucap ayah Tanti

Minggu, 15 November 2020 11:32
Suara ambulans memasuki kompleks. Semua yang hadir berdiri bersiap menerima jenazah Asikin
Opik melantunkan tahlil menyambut turunnya keranda ke rumah kami
" Bang.... Jenazah Almarhum udah selesai dipulasara. Jadi kita bisa langsung makamin kalo liang lahat udah siap. " Papar Opik
" Eumh... Coba komunikasi sama Om Dadan Babinsa " perintahku
" Dan permintaan pihak rumah sakit jenazah ngga perlu di buka kecuali saat di simpan di liang lahat nanti... Karena kondisi nya udah ngga bagus bang...." Ucap Opik lagi
Aku setuju begitu pula pak Trio dan keluarganya
Satria datang membawa sebilah bambu kecil untuk me.astikan bahwa liang lahat pas dengan tubuh Asikin.
" Kan gua bilang juga apa... Kepanjangan dah..." Omel satria...
" Mending kepanjangan daripada bumpet ya...." Kata Budi
" Iya juga sih bang .. " jawabnya sambil memberitahu kalo liang lahat sudah siap.
Kami pun mempersiapkan prosesi pemakaman Asikin. Sepanjang jalan lantunan tahlil tak berhenti. Diiringi tetes air mata dari orang tua dan keluarga Asikin.
Akhirnya kami tiba di liang lahat yang akan menjadi peristirahatan Asikin. Setelah semua dipersiapkan kami menurunkan jenazah Asikin dan membuka tali pocongannya.
Selesai meletakkan Asikin diliang lahat Opik melantunkan adzan dan qomat dengan nada yang sangat sendu. Tak terasa air mata kami menetes ingat bahwa suatu saat nanti kami akan kembali.pada Nya. Lalu perlahan tanah diturunkan dan sedikit demi.sedikit liang lahat tertutup tanah merah. Tanti menangis terisak dipelukan Terry. Sementara bu Trio dipeluk erat Fitri. Talqin dan doa dibacakan mengiringi kepulangan Asikin ke haribaanNya. Hingga akhirnya prosesi pemakaman selesai. Kami semua pulang kerumahku.

Minggu, 15 November 2020 13:20
Semua pelayat sudah pulang dan kami bisa sedikit santai
Tak lama pihak catering datang untuk memenuhi pesanan kami malam ini.
" Nak.... Berapa kamu habiskan buat semuanya ?" Tanya pak Trio
" Eumhh.... Biarlah Allah yang tau jumlahnya pak.... Hehehehe " jawabku enggan menyebutkan jumlah
" Bapak nda enak sama keluarga kalian... Entah harus seperti apa bapak balas jasa kalian..." Ucapnya dengan mata menerawang pilu
" Cara balasnya gampang pak... Doain kami sehat dan selalu dimudahkan rezeki. Dan dijauhi dari marabahaya..." Jawab Budi santai sambil ngupil
" Insya Allah... Nama kalian ngga akan bapak lupakan dalam setiap doa bapak..." Ucapnya meneteskan air mata
" Ayah... Teteh...." Ucap Fitri
Lalu aku dan teteh serta pak Trio terlibat dalam video call... Teteh membesarkan hati pak Trio sambil.meminta keikhlasan pak Trio melepas kembar jagoan ku untuk kami urus. Tak lupa ia meminta pak Trio mendoakan kami semua yang disanggupi pak Trio.
Selesai video call.. kami menikmati makan siang kami. Tak ada yang tak lahap. Nasi kebuli buatan mak memang luarbiasa. Aku nambah sampai 2 kali. Mak tersenyum bahagia melihat kelahapanku.
" Nden.... Mbok ya mangane jangan grasa grusu... Ora apik ketok e...." Bibi memgingatkanku sambil membawakan air minum
" Makasih bi...." Jawabku
" Nden putri... Habis makan jangan lupa jamunya.... Kalo nda diminum ta slenthik nanti...." Ucap bibi kepada Fitri
" Iya bi.... Makasih yaa...." Ucap Fitri manja yang dibalas bibi dengan belaian penuh kasih di kepalanya
Kujelaskan siapa bini da sejarah kami. Yang filanjutkan obrolan ngalor ngidul dari kami
" Ayah.... Ajeng mau sama ayah...." Ucap Fitri seraya menyerahkan Ajeng kepadaku
" Alalalalala..... Ayune.... Mak plek tenan sama ibunya.. " ucap bu Trio
Aku tertawa bangga sambil mengajak Ajeng ngobrol. Fitri bersandar manja di bahuku sambil sesekali mempermainkan rambutku
" Ka Fitri sayang banget sama bang Dicky ya...?" Tanya Tanti polos
" Hmmm... Jelas sayang..... Walaupun sering nyebelin juga... Hehehe..." Jawab Fitri
Tanti memegang tangan Fitri lalu ia berkata
" Seandainya bang Dicky jadi kakaku... Bahagia banget ya ka...." Sambil matanya menerawang pedih
" Hheyy.... Sekarang dia kan jadi abangmu.... Kenapa sedih gitu ?" Hibur Fitri
" Bener kan?" Tanya Tanti
Fitri mengangguk sambil tersenyum
" Mmmh... Ngg. Aaaaaa...." Suar Ajeng nyaring sambil sumringah menatapku
" Halah.... Halah.. halah.... Senengnya cah ayu di gendong ayah...." Komentar bu Trio.
Fitri menceritakan bagaimana manjanya Ajeng kepada ayahnya. Hingga kadang ia merasa cemburu. Semua itu ditanggapi bu Trio dengan tawa santai.
Tak terasa mataku makin berat. Kantuk menyerang ku. Kuserahkan Ajeng kepada Sari. Aku menggeletak dikarpet bersama yang lain. Tak butuh waktu lama matakuntertutup dan kesadaranku hilang terbawa kantuk.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd