Jum'at, 10 Juli 2026, 04:45
Kami sudah seleaai shalat dan bersiap mengantar Ajeng ke sekolah. Dan kami memutuskan ngga ke kantor hari ini. Dan kami turun menuju ruang keluarga.
" Assalaamu'alaikum semuanya.." sapa Ajeng
" Wa'alaikum salaam.. Oooo... Anak uwa udah cantik... Bapa... Pa..." ucap Teteh
" Wadduh... Udah mau jadi teteh mah solehah anak uwa teh eung." ucap kang Pri
" Asaalamu'alaikum... " seru si kembar
" Wa'alaikum salaam.. Wadduh... Anak uwa udah karasep..." jawab teh Ervin.
" Wa epin. Abang mau daging itu tea wa.. Yang ada cabe manisnya.." ucap Maher
Sesaat otakku ngelag mendengar cabe manis....
" Oo.. Daging sukiyaki... Boleeeh..." jawab teh Ervin
Lalu ia membuat masakan pesanan anakku.
Saat kulihat ternyata yang dimaksud abang dan kaka adalah cabe paprika. Aku tersenyum sendiri.
Saat masakan matang, mereka sibuk menikmati sarapan pagi.
" Ajeng suapin sama uwa, ateu Nda biar dandan dulu." ucap teteh
" Iyah.." jawab Ajeng
" Abang... Kaka.. Sini suapin sama emak.." ucap teh Minah
Rani yang baru masuk mengeluh..
" Iih.. Eh masih ada ketang.. Hehehe." ucapnya manja. Lalu ia mengambil nasi dan lauknya. Fikri tanggap dan menyuapi Rani dengan hati hati.
" A...." ucap Vilda kepada Fikri. Lalu ia menghampiri istriku untuk ditata rambutnya.
Sampai hari ini memang urusan dandanan dan pakaian Rani, Cici, Vilda, sikembar dan Ajeng tetap diawasi istriku. Termasuk masalah workout mereka. Bahkan Ilham dan Fikri berhasil menghilangkan banyak timbunan lemak ditubuh mereka karena aturan ketat istriku
Tak lama Alline, Stella dan Ratri tiba bersama pasangan mereka. Disusul Opik dan Rahma.
" Bas.. Bas.." panggil teteh
" Iya buteteh.." jawabnya
" Itu landasan uji drone sama buat ranpur gimana ?" tanya teteh.
" Untuk runway Drone kita tinggal implementasi aspalnya lapis 1 dan 2. Terus homologasi dari TNI dan Bina marga. Sementara kalo jalur uji ranpur kita sedang gali water trap pool nya. Sama itu lho buteteh.. Kita butuh Rig untuk rocket launch pad. Karena yang portable ternyata kualitas logamnya kurang bagus. Nah... Soal kualitas logam Opik sing iso njelaske buteteh.." ucap Herlambang detail
" Iya teh. Soalnya ternyata pas Opik liat ke Pameungpeuk kualitas logam framenya ngga sesuai. Mereka make SHS 300 yang kemampuan tahan bebannya < 300 kg/cm². Jadinya bent, memang ada rail. Tapi itu kan bukan penahan atau perkuatan. Makanya Opik mau usulin make Tubular carbon steel, daya tahan bebannya sampe 300kg/cm². Kalo ngga salah info dari Aa Zul, thrustnya kan di angka 30000kg. Jadi bisa mengakomodasi beban statis maupun dinamis teh." jawab Opik
" Hmm.. Pantesan pas launch test kok miss terus dari target range." jawab teteh.
" Kalo gitu senin kita kelokasi. Kita check mana aja yang urgent berdasar skala prioritas." ucapku
" Tah.. Sakali ngomong si Dicky mah ngonci..." komen A Dudi.
Kami tertawa mendengar komen A Dudi. Dan obrolan bwrlanjut santai. Hingga akhirmya abang dan kaka harus berangkat.
" Uwa... Abang sama kaka berangkat dulu yaaa.." ucap sikembar yang disambut tawa teteh.
" Hahaha.. Iya nak.. Iya... Jati hati dijalan ya.." ucap teteh
Bekal uang saku dan makanan sudah mereka terima. Lalu Yahman dan Ade mengantar bocah kembar jagoanku ke sekolah.
Stevy yang baru bangun melangkah kekamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Setelah selesai ia menghampiri istriku dan memeluknya
" Mmmmwh.. Kenapa jadi gendut.,?" tanya istriku setelah menghadiahi sebuah kecupan sayang kepada Stevy.
" Makannya ngga diatur bun..." jawab Stevy masih sambil memeluk istriku.
" Disana ka lengkap alat gym nya.. Dipake atuh ya ?" ucap istriku
" Iya bun..." jawab Stevy, lalu ia melangkah menghampiriku dan memelukku manja. Seperti biasa saran dan masukan kuberikan untuknya.
" Mas Bas, seng ada orang datang ada antar itu kopi deng ikan koh ?" tanya Dennis
" Nda ada. Baru ada kamu yang anteri seng.." jawab Herlambang sekenanya
Alline tertawa sambil memukul bahu Herlambang manja.
" Sip.. Kuping kaya daging jadi.." komen Cipot
" Ngga tau google translate kalo dulu mah.." tambah Revka
Tawa kami makin pecah. Seiring dengan candaan yamg kami lemparkan pagi ini.
" Ateu Nda.. Cici.. Hayu..." ajak Ajeng yang akan berangkat sekolah pagi ini. Vilda segera bersiap dan menyiapkan bekal makanan untuk Ajeng. Karena hari ini Ajeng akan makan bersama disekolahnya.
Setelah mobil disiapkan Adit, mereka berangkat. Selama diperjalanan Celoteh Ajeng terdengar manja. Bahka ia menceritakan apa yang akan ia lakukan bila adiknya lahir. Ocehan segar dan tulus dari gadis polos yang ceria.
Sesampainya di gerbang sekolahan Ajeng, Vilda, Cici, dan Ajeng turun. Adit ikut turun tapi ia mengamati dari sekitar mobil.
" Assalaamu'alakum bunda Nia, bunda Yetti." sapa Ajeng
" Wa'alakum salaam nak.. Ouh Ajeng... Cantiknya.." sapa bu Yetti kepala RA. Cici mengangguk hormat kepada keduanya. Lalu Ajemg berlari kecil menuju kelas A.
" Mbak Cici... Masya Allah... Kulitnya kaya pualam ya..." puji bu Nia.
Cici hanya tersenyum.
" Assalaamu'alakum bunda. Ini saya diutus sama bundanya Ajeng. Besok Ajeng minta izin ngga masuk karena akan selamatan 7 bulan adiknya." ucap Vilda
" Ooh.. Baik.. Mbak ini siapa ya...?" tanya bu Yetti
" Saya tantenya Ajeng bun..." jawab Vilda.
" Tante Nda adiknya Waiki ayah Ajeng. " jawab Cici
" Ooo.. Maaf mbak.. Saya belum tahu.." ucap bu Yetti malu
" Ngga apa apa bunda. Kalo gitu saya pamit dulu Assalaamu'alaikum." ucap Vilda
" Wa'alaikum salaam.." jawab bu Yetti dan bu Nia
" Masya Allah.. Keluarga bunda Fitri luar biasa ya bunda.." ucap bu Yetti
" Iya bunda.. Keturunan yang cantik cantik." ucap bu Nia
" Allahumma tsabits hamdahu... " ucap Cici
Bu Nia memeluk bahu Cici sambil mengajaknya ke dalam komplek sekolah.
Sesampai dirumah...
" Bunda.. Ajeng udah dapet izin dari bunda Yetti." ucap Vilda
" Ateu Nda... " panggil Moniq lalu memeluk Vilda.
" Hmm... Baru bangun... " ucap Vilda.
" Ateu bangun jam berapa ?" tanya Zulfi
" jam 4an biasanya..." jawab Vilda
" Eno... Kamu sama Ade jemput papap sama mamah ke sektor 9 sekarang.." icap teteh
" Siap... Mohon Izin., Ade sedang kawal abang sama kaka " jawab Serka Eno.
" Eumhh.. Sama kamu aja. Itu siapa calonnya si bule.. Dadang.." ucap teteh
" Dida teh..." ucap Revka
" Oh.. Dida... Yasudah jemput papap gih.," ucap Teteh
" Siap.. Eumh.. Bu... Eh Teh.." jawab Dida
" Assalaamu'alaikum..." suara khas papap terdengar. Kami serentak menjawab.
" Pap... " sapa teteh lalu menghampiri papap dan memeluknya. Papap balas memeluknya seperti halnya ia memeluk anaknya.
" Mama kemaren teteh denger sakit ? Sakit apa mam ?" tanya teteh
" Ah biasa meriang teh... Keujanan pas dianterin sama mang Edi dari rumah ke mini market." jawab mamah.
Lalu teteh memeluk teh Ita...
" Ta.. Ai kamu kapan mau isi ?" tanya teteh
" Si Yahya na we kurang jago ngagocekna.." ledek a Wawan yang disambut tawa semua orang.
" Dida.. Kamu kan ngga jadi jemput... Tolong kupasin semangka ya.. Eh aikamu ngga kerja ?" tanya teh Ervin
" Ngga teh, udah izin ke kantor " jawab Dida
" Oo.. Kade jangan bolos..." tambah teh Ervin
" Ngga teh. Soalnya kalo ada apa apa biasanya Dida support remote dari rumah.." ucap Dida menjelaskan
Suasana di rumah terasa meriah dan gembira. Herlambang dan Dennis menjadi aktor utama dalam kekacauan ini.
Waktu Ajeng pulang sekolah sudah tiba...
" Adit.. Dit.. Punten tolong jemput Ajeng sama Cici." pjntaku
" Siap bang." jawab Adit
" Eh itu mau kemana ?" tanya teh Minah
" Mau jemput Ajeng.." jawabku
" Sekalian beli ini nih..." ucap teh Minah sambil memberikan daftar belanjaan kepadaku.
" Ooh.. Nda.. Nda... " panggilku
" Iya yah.. " jawab Vilda
" Kamu belanja ini ya sepulang jemput Ajeng... Ajak aja Dida.." ucapku
" Iya yah..." jawab Vilda
" Abi.. Udah selesai ?" tanya Vilda
" Udah.. Kenapa mi ?" tanya Dida
" Belanja ini yu.. Suruh si Ayah " ajaknya
" Siap.. Abi ganti celana dulu ya.." jawab Dida sambil melangkah menuju kamar Vilda.
Tak lama kemudian Dida keluar dan siap mendampingi Vilda belanja. Diperjalanan message dari kakak kakak untuk Vilda masuk berulangkali. Isinya tambahan pesanan dan tambahan uang.
Sesampai di sekolah Ajeng..
" Om Adit jemput Ajeng sama siapa ?" tanya Ajeng
" Hmm.. Om Adit jemput sendirian teh.." goda om Adit
" Oooh.." jawab Ajeng dengan raut agak kecewa.
" Teteh.." panggil Dida
" Omdaaaa..." sorak Ajeng. Dida turun dari mobil dan menggendong Ajeng.
" Omda.. Ajeng mau itu om.." rengek Ajeng. Dida berjalan ke tukang dagang.
" Abiiii... Ngga... Ngga... " ucap Vilda
" Kaaan.. Cici bilang apa..." ucap Cici
" Yaaa.. Yang boleh apa atuh ?" tanya Ajeng.
" Hmm... Kita ke mall yu. Kan omda mau kesana disuruh bunda " ucap Dida membujuk
" Hayuu.." jawab Ajeng
" Ajeeng.. Wadah makannya ketinggalan nak.." panggil bu Intan
" Oh... Iyaa... Ajeng luupa... " ucap Ajeng dengan ekspresi lucu. Tak pelak Cici dan Vilda tertawa melihat perilaku Ajeng.
" Makasih bunda Intan. Maafin Ajeng ya kelupaan..." ucap Ajeng
" Masya Allah.. Iya ngga apa apa nak.." ucap bu Intan
" Makasih bunda..." ucap Vilda.
Ibu ibu yang masih ada menatap perilaku mereka dengan berbagai macam perasaan. Ada yang kagum , haru bahkan iri kepada Ajeng.
" Omdaaa.. Hayuuu.." ajak Ajeng
" Iya hayu.. Ummi yu.. Ntar kesiangan " ucap Dida.
Mereka berempat bergegas menuju mobil.
" Mas Adit. Kita ke mall. Disuruh belanja." Ucap Vilda
" Siap..." jawab Adit
" Bunda kami duluan yaaaa... Assalaamu'alaikum." ucap Vilda sambil melambaikan tangannya.
" omda.. Niiih..." pamer Ajeng
" Wah teteh dapet bintang... " puji Dida. Dan Ajeng pun bercerita tentang hari ini disekolahnya. Ramai dan penuh keceriaan.
Sesampai di mall mereka melangkah riang. Dida tetap menggendong Ajeng sambil berkomentar apapun yang ia lihat.
" Bi... Buat Dede bayi.." ucap Vilda.
" Mana ?" tanya Dida.
Mereka melihat lihat produk untuk bayi disana.
" Pulangnya aja Mi.. Sekarang yang primer dulu ya.." ucap Dida
Vilda mengangguk dan menuruti ucapan Dida. Entah kenapa dalam hati Vilda ia bisa menemukan sosok yang hampir sesuai dengan impiannya. Yaitu sosok Dicky Himawan. Sosok yang selama ini ia rasakan memberikan segala yang terbaik untuknya. Walaupun gga 100% plek. Setidaknya ia merasakan kenyamanan dan perlindungan.
" Ateu Nda.. Paprikanya yang ini ?" tanya Cici
" Iya bener..." jawab Vilda lalu mereka astik memilih sayuran.
Setelah semua yang ada di daftar terbeli. Maka mereka melangkah menuju kasir.
" Makan dirumah aja. Ngga enak sama teh Minah idah bikin tomyam.." ucap Dida
" Iya bi..." jawab Vilda
" Omda.. Beli gellato ice cream..." pinta Cici sambil memanggil Dida dengan panggilan sayang yang baru.
" Boleh.. Tapi.dirumah jangan nyolong nyolong lagi.." ucap Dida
Mereka melangkah menuju counter es krim gellato. Cici memilih pure chocolate, sementara Ajeng memilih strawberry. Vilda memilih sundae. Disa sendiri memilih minuman ringan.
Selesai membeli es krim, mereka melangkah ke toko peralatan bayi.
" Silahkan Ayah... Bunda.. Selamat berbelanja." ucap pelayan toko
" Selamat siang bunda, cari perlengkapan bayi usia berapa bulan ?" tanya pelayan yang lain.
" Hmm.. Newborn baby mbak." jawab Dida
" Ooh.. Baik.. Mungkin ayah dan bunda bisa pilih di sebelah sini..." ucap si pelayan
Mereka mengikuti pelayan tersebut.
" Bunda.. Putrinya cantik sekali... Pasti sayang sama adik bayinya..." ucap si pelayan memuji
" Allahumma tsabits hamdahu. Ini keponakan saya. Bundanya dia sebentar lagi melahirkan. Jadi kami ingin menyiapkan hadiah buat menyambut keponakan kami. " ucap Vilda sambil tersenyum
" Ateu Nda..." panggil Cici sambil memperlihatkan mainan.
" Ya belum dong sayang. Itu buat umur berapa bulan." ucap Vilda
" Oooh..." jawab Cici sambil mengangguk
Lalu ia ikut memilih.
" Aa.. Omda.. Ngga warna pink.. Ini aja yang netral..." ucap Cici
" Yang mana nak ?" tanya Dida
" Ini.." jawab Cici sambil menunjuk warna biru muda.
Dida setuju dengan pilihan Cici. Sementara itu Vilda asyik bercengkerama dengan Ajeng. Cerewet dan lucunya Ajeng mengundang perhatian pengunjung yang lewat didepan mereka.
" Ateu nda...." pamer Cici memperlihatkan bungkusan kado untuk bayi.
Vilda bertanya apa aja yang dibeli. Dida menjelaskan isi perlengkapan untuk newborn baby.
" Hmm.. Okay... Yu pulang..." ucap Vilda riang
Sepanjang perjalanan obrolan kami berlangsung santai. Mulai dari obrolan soal bayi hingga soal lainnya hingga akhirnya mereka tiba di rumah.
" Assalaamu'alaikuum.." seru Ajeng
" Wa'alaikum salaam... Ouh... Incu apa udah sekolah.." jawab papap
" Apa sama emah ngga ?" tanya Ajeng
" Iya... Sama mamah Ita sama Wa Aya juga.." jawab papap
Ajeng berlari menyusul kedalam.
Celotehnya riuh mengisi suasana.
" Bunda. Ajeng dapet 2 bintang da.." ucap Ajeng sambil memamerkan bintang yamg diperoleh sebagai prestasi yang diraihnya dikelas.
" Waah.. Teteh dapet 2 bintang.. Bikin apa memangnya ?" tanya istriku
" Berhitung.sama bahasa Inggris bunda.." jawab Ajeng
" Hmm.. Kereen.. " ucap istriku
" Nah kan teteh udah dapet bintang 2 ya. Belajarnya harus makin rajin ya nak.." ucapku
" Iya ayah.." jawab Ajeng sambil memelukku.
" Hmm... Bunda liat kok ada bekas es krim yaa.." goda istriku pada Ajeng
" Aaa. Bundaa... Tadi beli sama omda disana..." jawab Ajeng
" Hmm.. Kenapa bunda ngga dikasih..?" tanya istriku
" Kan belimya hanya satu..." jawab Ajeng.
Obrolan istri dengan anakku masih berlanjut.
" Uwa.." sapa Cici seperti biasanya manja ke teteh dan kang Pri.
" Hmm.. My Jade Princess... Mmmwh.." jawab teteh
" Gimana kuliah kamu nak ?" tanya kang Pri
" Alhamdulillah wa. Kemaren Cici kepikir buat ngedesign Combat Exo Skeleton. Cuman Cici pasti butuh.Controller Chipnya " jawab Cici sambil memeluk manja dipunggung Edo
" Kenapa ngga make servo di paduin sama Artificial Intellegence aja Ci ? Raka punya temen yang rada rada freak dan kayanya sanggup kalo diajak ngobrol soal itu mah." timpal Raka
" Ooo... Bantuin ka.." pinta Cici manja sambil memeluk Raka
Obrolan mereka berlanjut hingga terdengar suara sikembar pulang.
" De Ajeng... Dede bayi... Abang sama kaka pulang..." ucap Maher
" Abang sama kaka bawa mainan.." sambung Mahesh.
" Wadduh... Yang pulang sekolah.. " ucap istriku.
" Bunda dede bayinya ogin ngga ?" tanya abang
" Ngga, tadi gerak gerak pagi.." jawab istriku.
" Dede bayi... Yang sholeh yaa... Ngga boleh ogin.. Nanti abang kasih mainan Gundam V 2041..." ucap abang
" Sama kaka.nanti dikasih Honda Megatron..." ucap kaka
" Honda Megatrin teh yang mana ka ?" tanya Budi bingung
" Ituuu yang suka dipake om Imet bawa ayamnya lik Camet." jawab Kaka
Budi ngakak mendengar jawaban kaka. Ia ngeuh kalo motor yang dimaksud adalah motor lawas milik kantor yang alih fungsi jadi motor ayam.
" Izin bu, tadi saya sudah ketemu walikelasnya abang sama kaka. Beliau mengizinkan abang sama kaka untuk besok.." ucap Yahman
" Alhamdulillah.. Makasih ya om.." ucap istriku
" Dida.. Ai Ajeng gimana ?" tanya teteh
" Udah aman teh..." jawab Dida
" Good.. Sekarang beli pastel gih yang tempo hari kamu abisin sampe 13 potong.." ucap kang Pri.
Dida tertegun lalu ia ngakak karena ikut mengalami derita ngidam istriku.
" Tapi kan ngga seberapa dibanding rujak Aslim teh..." jawab Dida polos dan cuek.
" Emang kenapa efeknya ?" tanya teh Ervin
" Muless dari pagi sampe pulang kantor." jawab Budi
" Iya Ky ?" tanya teh Minah
" Iya, bedua sama Budi... Tapi Dicky ngga ngerasain tidur di teras rumah sih..." jawabku
" Pasti elu da... Apes bneeer.." ledek yeh Minah kepada Budi
Budi tertawa sambil menggenggam tangan istrinya.
" Ai kamu sekarang pengen apa Tey...?" tanya teteh penuh perhatian
" Pengen somay Freddy... Tapi yang Asli " jawa Terry
" Ooh.. Ok.. Dida.. Sana jalan make motor... Stevy.. Stev.. Uangnya.." panggil teteh
Stevy bergegas menyerahlan uang kepada Dida.
" Aaa.. Kamu gemuk.." ucap Vilda saat melihat Stevy
" Iya... Sebulan lagi turun kok..." janji Stevy.
Lalu Dida dan Vilda berangkat membeli pastel dan siomay Freddy.
Ngga terlalu lama terdengar ucapan salam. Rupanya Eka , Arhan, Nirina dan Catur tiba, mereka membawa makanan untuk semua.
" Didaaaa... Daa... " panggil istriku
" Iya bun..." jawab Dida
" Belanjanya nanti aja abis jumatan." ucap istriku.
Dida menurut dan memp|siapkan diri untuk jumatan.
" Aa.. Beb... Make yang krem ajaa.." rajuk Terry
" Halah kan sama aja..." jawab Budi
" Beeeb.." rajuk Terry
" Butek... Ganti..." perintah teh Ervin
Budi menuruti perintah kedua wanita itu.
Dan kami berangkat menuju masjid.
" Bang..." panggil Redi
" Eh.. Selot kandang.." jawabku
" Hehehe... Banh senin trf lah.. Buat beli mesin perah.." rayu Redi
" Eumhh,." jawabku
" Eh gua udah masukin buat belanja miinggu depan Di.." ucap Budi spontan
" Alhamdulillah.. Pabrik susu gua optimal.." ucap Redi. Lalu pembicaraan soal peternala dan Ranch berlanjut santai hingga kami tiba di Masjid Baitul Jannah.
Shalat jumat ki laksanakan dengan khusyu. Apalagi saat khatib naik mimbar. Kami menyimak dengan serius apalagi yang dibahas soal perjuangan seorang wanita.
Selesai shalat kami melangkah menuju rumah. Sesampai dirumah kami sungkem kepada orangtua dan kakak kakak. Sebagai bagian bakti kami pada mereka.
" Silvia dipia pia..." panggil teteh
" Iya teh..." jawab Silvia
" Ayam kuluyuk sama guramenya mana ?" tanya teteh.
" Udah siap di meja teh... Mommy tadi yang nyiapin..." jawab Silvia
" Hmmm.. Makasih.. Mana Rachel..?" tanya teteh
" Wawa.. Nih mam itang uuu...." ucap Rachel yang sedang digendong Mey Lin.
" Anak uwa mau mam ikan ? Hayuu... Sini un dulu... Mmmmwh... " ucap teteh
" mbak Rachel udah shalat belum " tanya Ajeng. Kami memang membiasakan panggilan berdasarkan tata urutan silsilah. Ngga peduli ia lebuh tua, bila posisinya adik, maka ia wajib memanggil teteh, mbak, aa, atau akang kepada kakak sepupunya. Dan sejauh ini ngga ada.masalah.
" Jeng.. Mam itang wawa uu.." ucap Rachel.
Kami tertawa mendengar kedua bocah itu ngobrol.
" Heeyy.. Hayu atuh lapar nih.." teriak teh Uzzy
" Iya hayuu..." jawab kami
Lalu seperti biasa kami antri untuk mengambil makan siang kami.
" Han, katanya tahun ini kamu sespim ?" tanya teteh.
" Iya teh. Bulan depan udah test. Alhamdulilah Arhan udah kedaftar. " jawab Arhan.
" Alhamdulillah. Masalah dibelakang itu biar teteh yamg eksekusi. Kamu fokus aja sama test." icap Teteh
" Siap. " jawab Arhan
" Teh om Herdi sama om Marwan kabarnya Secapa ?" tanya teh Uzzy
" Udah lulus. Insya Allah tahun depan mereka letda minimal." jawa Teteh.
Aku lega mendengarnya. Tiba tiba sebuah salam terdengar dari suara yang sangat akrab. Ya om Herdi dan om Marwan diiringi istri mereka.
" Aaa... Ateu naaah..." teriak Ajeng.
Nemah memeluk Ajeng sambil menitikkan airmatanya. Ia begitu bahagia melihat Ajeng saat ini. Dimata Nemah dan Sari, Ajeng sudah bertransformasi menjadi gadis kecil yamg cantik sementara abang dan kaka menjadi remaja perkasa nan gagah.
" om Ndi ngga bawa duren ?" tanya abang
" Ngga nak. Kan belum musimnya." jawab om Herdi. Abang tampak agak kecewa. Tapi segera terobati demgan kehadiran Sari.
" Ateu Saay... " panggil abang dan kaka.
Sari dan Nenah memeluk kedua jagoan kami sambil menangis bahagia.
" Ateu... Jangan nangis, kan abang sama kakak sehat... De Ajeng juga sehat..." komen abang dan kaka santai.
" Ateu bahagia liat kalian sehat dan jadi anak yang gagah.." ucap Sari. Ia merasa Abang, Kaka dan Ajeng adalah bagian dari hidup mereka.
Mereka saling kangen. Perlakuan Abang, Kaka dan Ajeng ngga berubah. Tetap menganggap mereka sebagai om dan tante mereka dan bagian dari keluarga besar kami.