Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The Bastian's Holiday [DISCONTINUE]

Sifat seperti apa yang agan suka dari Bastian untuk kedepannya ?

  • Tetap Polos dan Lugu

    Votes: 99 31,7%
  • Penyayang dan Semakin Romantis

    Votes: 110 35,3%
  • Agresif dan Lebih Liar

    Votes: 47 15,1%
  • Hyper Terhadap Semua Wanita

    Votes: 64 20,5%
  • Misterius

    Votes: 47 15,1%

  • Total voters
    312
  • Poll closed .
bang updet updet updet .....
ayo updet wah ga seru nih TBH belum updet nih bastian holiday juga belum updet
jangan bikin para pembaca pada ngamuk bang ucil ,,,,,
 
The_Misery_Maid.jpg

 
Chapter VII
THE MISERY MAID
(Spesial Story)

Act 36
BORN TO BE SLAVE
By : Marucil


Born_To_Be_Slave.jpg




STARRING


Imam Santoso As,
The Boss

Tania Resti Santoso As,
The Maid
================




Hari ini masih sama seperti hari yang lalu. Matahari yang tenggelam beberapa saat lalu juga masih mengeluarkan warna jingga yang sama. Malam juga masih gelap seperti melam biasanya. Tidak ada yang berubah kecuali cuaca dan keadaan. Begitu juga dengan manusianya. Biasanya mereka akan sangat bergembira ketika jam kerja usai. Itu tandanya mereka bertemu lagi dengan pasangan mereka, anak mereka, Suami serta Istri mereka. Mereka selalu ingin cepat sampai agar bisa melihat lagi senyum dari orang terkasih. Tetapi semua itu tidak terjadi padaku.

Jam pulang kantor adalah waktu yang paling memuakan. Melewati jalan yang sama, masuk gerbang tol yang sama, adu mulut dengan pengemudi lain dijalanan, yang terkadang dengan orang yang sama, melihat kemacetan yang sama, serta aku juga bisa melihat ego yang sama dari masyarakat Jakarta. Berdalih ingin cepat sampai namun mendahului hak orang lain. Semua itu aku lalui setiap hari. Berulang, berulang dan terus berulang. Tidak ada yang bisa menghentikan itu. Tetapi herannya, aku dan jutaan manusia lainya rela melakukan hal yang sama setiap hari. Karena itulah satu satunya jalan menuju tujuan.

Aku masih ditempat yang sama. Setumpuk kerjaan, puluhan telepon keluhan dari klien membuat otakku terbakar. Pening, pusing dan tubuhku beitu letih. Ditambah sepanjang jalan aku terus melihat amarah tanpa tujuan dari pengguna jalan yang lain. Disaat seperti ini hanya satu keinginanku. Ketenangan, ya ketenangan. Hanya itu yang bisa menghilangkan semua penat, hanya itu yang bisa melenyapkan semua letih.

Sebentar lagi aku akan sampai pada ketenangan itu, yang tak lain adalah hunianku sendiri. Sebuah Apartemen dibilangan Jakarta pusat. Ya, inilah ketenanganku. Aku memilih tinggal disini karena ketenangan yang dijanjikan. Tidak ada teriakan anak kecil, tidak ada ibu - ibu yang saling merumpi, bahkan hampir tidak ada keributan sedikitpun. Ya inilah ketenangan bagiku. Tinggal di sebuah hunia vertikal memang sangat cocok untuk mencari ketenangan, tidak perlu menyapa dan tidak perlu saling kenal. Tidak pernah ada yang pernah berkunjung kemari selain bila aku yang menggundangnya .Bila pintu apartemen itu tertutup maka tertutuplah dunia luar, tidak ada yang bisa membukanya kecuali rutinitas yang akan aku alami lagi esok. Rutinitas yang sama, sama dan sama.

Tadinya aku tinggal disini seorang diri. Namun 2 tahun belakangan aku memutuskan untuk mempekerjakan pembantu rumah tangga. Bukan untuk menemaniku, namun untuk mempekerjakan seluruh pekerjaan rumah yang tidak mungkin aku lakukan sendiri. Aku tidak menikah tidak juga berpacaran. Dulu tunanganku kabur seminggu sebelum pernikahan kami. Setelah itu tidak pernah terlintah untuk mencari sosok penggantinya. Yang utama bagiku adalah kerja, kerja kerja. Hanya itu yang bisa aku lakukan dalam hidup ini.

Tania nama pembantuku. Dia seorang wanita yang sangat cekatan. Kerjanya rapi dan hampir tidak pernah melakukan satupun kesalahan. Dia pembantu keempat di rumahku ini. Tiga sebelumnya pergi dengan alasan yang sama. Mereka semua tidak betah kerja ditempatku. Yang jelas bukan karena gaji, aku menggaji mereka dengan sangat layak, bahkan melebihi gaji dari seorang pegawai bank. Mereka memang tidak mengutarakan secara langsung ketidakbetahan mereka. Namun aku tahu apa yang membuat mereka tidak betah. Semua itu karena keanehan yang ada dalam diriku. Mereka pasti menganggapku memiliki penyimpangan.. Hmm.. Ya aku memang memiliki sedikit penyimpangan diotakku ini. Semua itu terjadi dan terbentuk oleh kepenatan yang selama ini aku alami. Bukan, bukan aku alami tetapi aku nikmati.

Walau mengetahui aku memiliki sedikit penyimpangan, Tania masih tetap setia melayaniku. Ia patuhi setiap perkataan dan permintaanku. Awalnya ia pasti merasakan aneh, tetapi nampaknya ia juga menikmati semua perbuatanku kepadanya. Aku membuat sebuah peraturan yang aku minta agar ia tidak melanggarnya. Yaitu setiap hari senin, kamis, Jumat dan Sabtu, aku memintanya untuk tetap berdiam diri didalam apartemen. Sama sekali tak kubiarkan ia keluar sedikitpun kecuali dalam kondisi tertentu. Selama hari itu aku memantau kegiatannya melalui CCTV yang terhubung dengan komputerku di kantor. Aku dapat melihatnya mandi, masak, bersih – bersih bahkan masturbasi. Semua yang ia lakukan selalu menjadi hiburan tersendiri bagiku disela kepenatan bekerja.

Aku bukan manusia yang sepenuhnya iblis nan kejam. Tetapi aku juga memberikannya kebebasan. Diluar hari tersebut, ia kuperbolehkan melakukan semua hal yang ia inginkan. Berbelanja, bertemu dengan sahabatnya dan semua kegiatan pribadinya. Tetapi belakangan aku memintanya untuk mengikuti beberapa program senam dan fitness agar staminanya tetap terjaga. Dengan begitu ia akan memiliki energi agar selalu bisa melayaniku setiap saat.


~~~Maid To Seduce~~~

Seperti biasa setelah aku membuka pintu apartemenku, aku masuk kearah yang sama. Menggantung jasku digantungan yang sama, meletakan tas kerjaku ditempat yang sama pula. Aku melihat ke satu sudut yang sama, Tania dengan baju french maidnya diduduk dilantai dengan posisi yang sama. Menghadapku tapi tidak memandangku. Ia tidak memiliki keberanian untuk memandangku. Karena bagiku itu adalah ketidak sopanan. Ia hanya duduk disitu termangu menunggu perintah dariku.

Kini aku duduk diatas sofa hitam kesukaanku. Menyenderkan punggungku sembari menyaksi berita politik yang sangat memuakan. Bosan aku sebenarnya menyaksikan berita politik penuh kemunafikan, tetapi aku tetap suka menyaksikannya karena bagiku tayangan itulah yang membuat hariku sedikit berbeda. Kuhentakan sepatuku ke lantai hingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Sebenarnya ini adalah sebuah isyarat yang selama ini sudah sangat dimengerti oleh pembantuku Tania.

Dari tempat dimana ia duduk, Tania merangkak kearah dapur lalu kembali lagi membawa sebuah baskom berisi air panas kuku. Ia membawa baskom itu dengan tetap pada posisi merangkak. Dengan terseok – seok ia membawa baskom itu hingga akhirnya ia sampai dihadapanku. Kuulurkan lenganku lalu ia menciumnya.

"Vanila, Jasmine atau Lavender?" Ia menanyakan aroma terapi mana yang aku inginkan malam ini.

"Lavender" Jawabku singkat.

"Baik tuan"

Setelah itu Tania membubuhkan cairan aroma terapi kedalam baskom penuh dengan air panas. Uap airnya masih membumbung yang kini mulai menyebarkan aroma bunga lavender ke penjuru ruangan. Aroma itu seketika membuat pikiranku jernih dari kepenatan yang kualami seharian ini. Tania mulai melepas sepatuku lalu ia menyingsingkan celana hitamku sebatas lutut. Aku letakan kedua betisku diatas penyangga kaki yang terbuat dari kayu.

Perlahan Tania menarik kaos kaki yang masih kukenakan. Hingga kini mulai tercium aroma khas kaki yang seharian terbungkus sepatu. Sebagian orang mungkin akan terganggu dengan aroma ini, namun tidak dengan Tania. Ia sangat menyukai aroma kakiku terlebih ketika baru dikeluarkan dari sepatu. Ia memengangi kakiku dan sedikit ia beri pijatan kecil pada telapakan. Lalu, ia mendekatkan Wajahnya ke telapak kakiku, ia menjulurkan lidahnya cukup panjang kemudian memasukan jempol kaki kananku kedalam mulutnya. Ia kulum jempolku dengan penuh penghayatan, menimbulkan sensasi geli yang tiada tara namun sungguh nikmat kurasa. Kini ia tidak hanya menjilati dan mengulum jempol kakiku saja, semua jari – jari kakiku ia kulum dan ia jilati hingga basah oleh air liurnya.

Kuminta ia menghentikan jilatanya lalu aku menyuruhnya untuk membuka mulut lebar – lebar.

"Tania buka mulutmu yang lebar"

Ia turuti semua itu. Lalu ketika ia sudah membuka mulutnya cukup lebar, kuarahkan ujung kaki kananku dan kumasukan seluruhnya kedalam mulutnya. Apa yang kulakukan ini membuat bibirnya yang sedikit tebal itu semakin melebar. Senang rasanya setiap kali aku melakukan ini, terlebih ketika melihat wajahnya yang begitu tersiksa. Kulihat ia sedikit sulit untuk bernafas hingga sedikit tersedak namun itulah yang ingin aku lihat, karena itu semua yang selalu menjadi kenikmatan tersendiri bagiku selama ini. Merasa cukup puas aku segera melepas ujung kakiku dari dalam mulutnya. Ia langsung mengambil nafas panjang ketika tidak ada lagi penghilang jalan nafasnya.

Kakiku dimasukkan kedalam air yang kini sudah mulai hangat. Kembali ia memberikan sebuah pijatan kecil disertai dengan gosokan handuk hangat disepanjang betisku. Hmm, nikmat sekali pegal – pegal dikakiku sedikit terobati. Tania memang sangat luar biasa, tidak hanya cantik namun ia juga pintar dalam memberikanku beragam pelayanan. Pelayanan yang tentu saja tidak semua pembantu rumah tangga dapat melakukannya. Aku tidak mungkin menyia – nyiakannya apalagi membiarkannya pergi seperti ketiga pembantuku sebelumnya. Akan sangat sulit mencari pembantu yang sama persis dengannya.

Jemari tangan Tania mulai membuka ikat pinggangku, lalu perlahan melepaskan bawahan yang kukenakan. Setelah celanaku terlepas, kembali ia menjilati kakiku. Ia mulai lagi dari telapak kakiku, perlahan menuju betis, lutut dan berakhir ke paha. Ia menjilati dengan lidah yang begitu liar dan panas. Sedikit kulebarkan kedua kakiku, lalu Tania mulai menjilati lubang anusku. Dengan lidah ia menjilati bahkan menusukannya cukup dalam. Geli memang namun itu sungguh nikmat. Apalagi ketika melihat expresi jijik yang selalu dikeluarkan oleh Tania setiap kali ia lubang anusku. Itu membuatku semakin puas. Melihat Tania begitu tersiksa selama ini telah menjadi kepuasaan tersendiri bagiku.

Terasa anusku begitu basah oleh liur membuatku sedikit tidak nyaman. Maka aku memerintah Tania untuk menyudahinya. Kini kuperintah dia untuk mengulum penisku. Penisku memang tidak besar tapi setidaknya itu diatas rata - rata lelaki Indonesia. Ahh nikmat sekali pelayanan pembantuku ini, tidak perlu lagi aku perintah ia dengan sendirinya memberikan deep trouth pada penisku. Kurasakan pangkal tenggorokannya menyentuh kepala penisku, menandakan penisku telah melesak sangat dalam di mulutnya. Tania memang piawai memberikanku pelayanan ini, walau berkali - kali ia tersedak dan sulit bernafas. Matanya sedikit memerah dan berair ketika ia mencoba menahan penisku lebih lama didalam mulutnya. Lalu ketika ia melepasnya keluar air liur yang cukup banyak dan membasahi dagunya yang panjang.

"Aaachhhhhh"

"Sluuurrrrrrrrp"


Ia menghisap penisku dengan hisapan yang sangat panjang sekali, hingga menimbulkan bunyi yang begitu sexy. Kumatikan siaran TV agar aku bisa mendengar lebih jelas suara - suara indah itu. Suara desahan Tania yang bercampur dengan suara permainan mulutnya di penisku.

Ku remas rambut hitam Tania dan kugenggam dengan tanganku. Lalu perlahan aku mulai menekan kepalanya kebawah hingga penisku kembali melesak kedalam tenggorokanya. Aku tarik lagi keatas dan kumasukan lagi. Kupercepat lagi gerakan tanganku, kuremas lagi rambutnya sedikit lebih kencang. Wajahnya mulai memerah padam, matanya semakin berair. Namun aku justru semakin mempercepat tanganku dan sesekali kutahan. Tanganya beberapa kali menepuk dan meremas pahaku seolah meminta ampun. Kutarik kepalanya dan kulihat wajahnya yang semakin tidak berdaya.


"Hahh Haah Haaa.."

Nafasnya memburu dadanya mengembang kempis.

"Haaaah..."

"Ammm.. Punn Tuaaan... Ahccchhhh...!"

"Ampun?"

"Kamu meminta ampun?" Tanyaku.

"Ahhhh... Iyaa Tuuaaaa aannn.... Haaaaaahhh..."

"Apa aku tidak dengar?"

"Ampun Tuaann. Sayaa aachhh...." Jawabnya masih terengah - engah.

"Hmmmm."


Kuraih gelas yang masih berisi wine[/i[ diatas meja tak jauh dari kursi yang kududuki. Kuhabiskan isinya dan kembali aku bertanya kepada Tania.


"Kau haus?" Tanyaku sambil menarik wajahnya kearahku.

"Ahhh Iya tuan saya haus" jawabnya lirih berusaha mengangguk.

"Bagus.. bagus kalau kau haus"

Aku melepas tanganku dari rambutnya dan sedikit menyorong tubuhnya hingga ia kembali bersimpuh dilantai. Kemudian aku berdiri, kuatur kembali nafasku agar menjadi sedikit tenang.

Kuberikan gelas yang kupegang kepada Tania, lalu aku memintanya untuk sedikit mengangkatnya. Tania sangat mengerti apa yang harus ia lakukan, ia angkat gelas itu dan sedikit merebahkan tubuhnya. Seolah terlihat seperti seorang hamba yang tengah memohon air suci dari sang raja. Kemudian kudekatkan tubuhku dihadapannya, sedikit kuusap rambutnya sebagai sebuah pujian untuknya. Kupegang penisku dan kuhadapkan lubangnya pada mulut gelas yang dipegang oleh Tania. Kembali kuatur nafasku dan perlahan kukeluarkan air seniku,


CUUURRRRR


Kukencingi dan kupenuhi gelas kosong itu dengan air seniku. Kutahan aliran seniku ketika gelas itu hampir terisi penuh.

"Cepat habiskan." Kuperintah Tania untuk meminum air seniku.

"Heeeh.."
Ia tak menjawab hanya mengangguk saja.

Perlahan ia dekatkan gelas itu di bibirnya, dan mulai meminum air seniku. Secara perlahan ia menghabis itu semua. Sesekali ia terlihat hendak muntah ketika air yang selazimnya tidak diminum manusia, kini mulai mengalir di kerongkonganya. Walau ini bukan kali pertama Tania meminum air kencingku, tapi ia tetap saja mengeluarkan reaksi seperti itu. Rekasi jijik yang justru membuatku semakin suka.


"Ahhhhh"

"Kamu masih haus? Kamu mau lagi"

"Hee eehh.."

Belum juga Tania menjawabnya, kutarik rambutnya dan kudongakan kepalanya. Kuarahkan penisku kearah wajahnya dan kukeluarkan lagi kencingku yang tadi sempat kutahan. Kukucurkan kencingku tepat didalam mulutnya yang menganga, sesekali kuarahkan juga kewajahnya hingga basah seluruhnya. Tania tak lantas menelannya, hingga terlihat cairan kuning itu menggenang didalam mulutnya. Semakin kutarik rambutnya kebelakang dan kupencet juga hidungnya agar ia segera menelanya. Namun itu justru membuatnya tersedak dan air kencing didalam mulutnya tumpah dan membasahi lantai.

"Bodoh"

PLAAKKK...


Kudaratkan sebuah tamparan kencang di pipinya hingga ia terseungkur kearah kanan. Kutarik lagi rambutnya dan sekali lagi kutampar pipinya.

PLAAKKK...

Kutampar dia karena kobodohanya. Kupikir ia sudah pintar tapi kali ini ia melakukan sedikit kesalahan. Aku tidak suka itu. Aku sangat benci sebuah kesalahan sekecil apapun itu.

"Maaf Tuan saya tidak sengaja.." Ujar Tania memohon ampun, matanya mulai berair.

"Tidak sengaja katamu! Sudah berapa lama kau ada disini dan masih menggunakan alasan tidak sengaja." Sahutku geram.

"Sekarang cepat jilati kencingku yang kau tumpahkan tadi. Cepat !" Perintahku.

Kuraih rambutnya lagi dan kusurung tubuhnya hingga wajahnya kini menghadap genangan air kencing diatas lantai kayu itu. Kutekan terus dan ia mulai menjulurkan lidahnya. Menjilat serta mencucrup air kencingku diatas lantai hingga tak bersisa. Sembari kutekan kepalanya, kusibak rok yang ia kenakan dan kutarik paksa G-String hitam yang ia kenakan hingga terlepas.

"Aaaachhhh"

Ia berteriak saat G-String itu sedikit menggesek kulit selangkangannya. Lalu kumasukan G-String itu kedalam lubang vaginanya. Dengan sedikit tekanan aku memasukannya dan kusisakan sebagian diluar. Setelah itu aku menampar pantatnya yang begitu putih berseih hingga timbul ruam merah jejak tanganku.

PLAAKK..

PLAAKKK...


"Aaaucchhhhh..."

"Ampun Tuan.. Ampun... "

PLAAKKK

Teriakan minta ampun itu benar - benar tak kuindahkan. Aku terus menampar pantatnya hingga seluruh permukaannya berwarna merah dan sedikit ruam. Puas menampari pantatnya kini aku basahi jari tengahku dengan liurku. Lalu kutempelkan ujung jariku itu didepan bibir anus Tania yang nampak masih sedikit kering. Sedikit kukorek lubang itu dan..

BLESSS

"ARRCHHH.."

Kutusuk secara tiba – tiba jari tengahku dilubang itu. Sontak Tania berteriak sangat kencang hingga menggema penjuru ruangan. Kini teriakan itu berubah menjadi raungan dan erangan ketika aku mengocok anusnya dengan jariku. Kukocok berulang kali, keluar masuk tanpa sedikitpun mempedulikan teriakan dan isak tangis Tania yang kini mulai terdengar. Tak lama aku tarik jariku hingga menyisakan sedikit lubang besar di anusnya.

~~~Maid To Seduce~~~

Puas memainkan jariku didalam lubang pantat indahnya, aku berdiri kembali aku membelakangi pantatnya yang putih bersih tanpa sedikitpun bercak noda. Kuraih pinggulnya dan sedikit kutarik keatas, kuregangkan kedua kakinya hingga membentuk sebuah segitiga yang sangat sempurna. Heals yang ia kenakan membuat posisi pantatnya semakin tinggi dan melebar, membuat kedua lubang anusnya semakin merekah pula. Kusorong tubuh Tania hingga ia kembali menyentuh lantai. Ia gunakan kedua tanganya untuk menopang tubuhnya pada posisi itu.

Aku mundur sejenak untuk menikmati pemandangan ini. Melihat kedua kakinya yang terus bergetar,panties yang masih terselip di bibir vagina, melihat payudara yang menggantung bebas kebawah. Hingga melihat lubang anus yang kini semakin mengembang kempis, membentuk sebuah cuatan bak bunga yang bermekaran. Kembali kudekati tubuhnya dan kulayangkan lagi sebuah tamparan di belahan pantat kanannya. Tapak tanganku kembali tercetak merah dipermukaan pantat putih itu.

Kutarik panties yang kuselipkan dalam vaginanya tadi dan kulempar kesalah satu sudut ruangan. Lalu kuarahkan penisku diantara kedua pahanya, kugesek dan kutekan klitorisnya dengan ujung penisku. Kurasakan batangku telah basah oleh cairan kewanitaanya. Hangat dan nikmat sekali. Kembali kugesekan hingga kurasakan bibir vaginanya semakin berkedut. kucoba menekan kepala penisku didepan bibir vaginanya, namun segera aku cabut kembali harapan yang tak pernah sekalipun kuberikan kepadanya.

"Haaahh.."

Tania melenguh seolah kecewa aku tidak memberinya harapan malam ini. Lalu setelahnya kuarahkan kembali penisku pada lubang anus Tania. Perlahan kutekan pinggulku sembari kedua tanganku menyibak pantatnya. Lubang itu semakin membesar, membuat jalan masuk untuk penisku. Lalu kupusatkan tenaga pada pinggulku dan menghentak sekuat tenaga. Ahhhhh... Akhirnya penisku melesak sepenuhnya didalam dubur Tania.


"AAACCHHH!"


Kembali ia menjerit, namun tak sekencang seperti sebelumnya. Penetrasi yang kulakukan tadi membuatnya siap akan anal yang kulakukan padanya. Perlahan kugoyang pinggulku menghujam anusnya. Kugoyang pinggulku semakin cepat hingga tak lagi kurasakan bibir anus yang tadi menggigit penisku. Tania terus saja melenguh dan menjerit oleh kenikmatan dan kepedihan yang kuberikan kepadanya secara bersamaan.


"Achhhhhhh..."

"AAUUCCHHSST...."


Kuraih rambut panjangnya dan kutarik tubuhnya mendekatiku. Lalu kubekap mulutnya agar rintihan kepedihan itu tak terlontar lagi dari mulutnya. Kutarik terus rambutnya hingga membuat wajahnya menengadah. Kulepaskan bekapan tanganku dimulutnya, Lalu beberapa kali kuludahi hingga mulutnya penuh oleh air liurku.


"Ahhhhh"


Akhirnya aku mulai melenguh ketika penisku semakin cepat keluar masuk kedalam anusnya. Namun ada yang aneh, ketika aku sedikit menarik penisku terlihat noda kekuningan disana. Segera aku tarik penisku, dan benar saja penisku sudah terselimuti lendir kental yang sedikit kekuningan. Ah, Sial bodohnya pembantuku ini. Kenapa dia tidak melakukan perintahku. Tiba - tiba aku menjadi sangat marah, kudorong tubuhnya hingga tersungkur dilantai dan berlutut dilantai. Kudekatinya lalu kujambak rambut ikalnya, kutarik hingga ia merangkak tertati mengikutiku.


"Dasar bodoh, sudah berapa kali aku ingatkan, sebelum aku pulang kamu harus membersihkan isi perutmu!"

"Kenapa hari kamu tidak melakukanya hah!" Bentakku sambil terus menarik rambutnya.

"Achhhhh"

"Maa ma maaf tuan saya lupaa... Achhhhh.." Jawab Tania merintih kesakitan

"Maaf.. Maaf ?"

"Hanya itu yang bisa kamu ucapkan malam ini?" Ujarku semakin geram.

"Sekarang cepat bersihkan kontolku!" Ujarku lagi sembari merendahkan tubuhku menghadapkan penisku di depan mulutnya.


Kucengkram rahangnya hingga mulutnya terbuka lebar. Tania menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati penisku yang penuh terselimuti lendir dari anusnya. Terus ia menjilat seperti anjing hingga penisku bersih seperti semula. Setelah itu kumasukan penisku dan mulai aku mengocok mulutnya. Kugoyang kan pinggulku cukup kencang hingga membuatnya kepayahan.

OHOOORGGGH

OHOOORGGGH..


Kudengar suara menggeruk dari dalam mulutnya yang tercipta oleh batang penisku yang terus menekan pangkal tenggorokannya. Matanya terus berbinar, dan tak henti – hentinya ia coba meronta. Ia terus mencoba menarik mulutnya dari penisku, namun sekeras apapun usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Aku terus menekan mulutnya hingga membuatnya semakin meronta. Lalu kucoba menariknya dan memberikannya sejenak waktu untuk bernafas. Akhirnya terbebas dari belenggu dan segera memasukan oksigen kedalam paru – parunya. Namun belum puas ia bernafas aku kembali menyumpal mulutnya dengan penisku. Kembali kuhujam keluar masuk penisku kedalam rongga mulutnya. Lalu tak berapa lama kurasakan penisku hendak memuntahkan sesuatu. Kudiamkan didalam pangkal tenggorokannya dan segera kutupahkan spermaku sepenuhnya didalam sana. Cukup banyak kurasakan semburan yang kukeluarkan didalam rongga mulutnya, bahkan sebagian maniku keluar melalui lubang hidungnya.


"OHOOG"

"OHOOG"


Kucabut penisku dari mulutnya dan segera ia ambil nafas panjang dengan sesekali ia terbatuk. Cukup banyak maniku yang ia muntahkan bersamaan dengan batuk yang ia alami itu. Kutinggalkan tubuhnya tergolek dilantai, lalu aku melangkah menuju dapur. Kuambil sebotol air dingin dari dalam kulkas, lalu segera kubasahi kerongkonganku yang kering kerontang. Kutuangkan juga air itu dalam sebuah gelas bersih untuk kuberikan kepada Tania. Kudekati tubuh Tania yang masih meringkuk diatas lantai, menahan perih menahan sesak.

Kuberikan sebuah belaian lembut pada rambutnya sebagai ungkapan terima kasih atas pelayanannya malam ini. Kubopong tubuhnya dan perlahan kuberikan minum padanya. Sesaat setelah ia menghabiskan minumny, ia manatapku dengan wajah yang begitu sendu. Walau tampak lelah, tampak sakit dan tampak menderita, ia memberikan sebuah senyuman kepadaku. Senyuman yang cukup indah dan terlihat ikhlas tanpa paksaan. Kubalas senyumannya itu sembari terus kubelai lembut rambutnya. Ku usap juga punggungnya untuk memberikan ketenangan dari ketegangan yang baru saja kuberikan kepadanya.

"Terimakasih sudah melayaniku sejauh ini"


The End of
Born To Be Slave


The_Boss.jpg
 
Terakhir diubah:
waduh kok flashback suhu Cil, kirain mau sex partynya...........
 
BEUEUUUHH...Cadasssss..... :jempol:
Sadis namun coliable... Keren suhu... Eh ini saga kan? masih adal lanjutannya dong..
Ditunggu dengan sangat Suhu..lanjutkan... :cendol:
 
woww keluar juga nuansa bdsm yg menggigit dari suhu icil, jangan lama2 gangbangnya :D :ngeteh:
 
Jujur penggarapan Act I itu sangat jauh dari sempurna, Detailnya sangat kurang karena waktu nulis sering keapus dan waktu kemaren filenya malah ilang. Jadi setelah nyoba nulis lagi nuansa cerita agak sedikit berubah dari kerangka awal. ya jadinya seperti sekarang ini. :ampun: nanti ane perbaiki lagi yaah
 
Jujur penggarapan Act I itu sangat jauh dari sempurna, Detailnya sangat kurang karena waktu nulis sering keapus dan waktu kemaren filenya malah ilang. Jadi setelah nyoba nulis lagi nuansa cerita agak sedikit berubah dari kerangka awal. ya jadinya seperti sekarang ini. :ampun: nanti ane perbaiki lagi yaah

Waduh ini belom sempurna suhu??? padahal ane udah gemeter-gemeter nikmat bacanya... :pandatakut:
 
Bimabet
Ajegile disuguhi bondage!

:mati: ane nggak begitu demen bondage :takut:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd