Chapter VI
Act 33
NIGHT TO THE HUNTER
By : Marucil
Sudah sejam kami bercengkrama di cafe ini. Dan pertemuan kali ini terbilang sukses. Tadi aku lihat baik Willy maupun Eva nampak senang akan pertemuan ini. Dan aku dapat melihat ada benih - benih cinta yang mulai tumbuh diantara mereka berdua. Mungkin mereka sudah mulai saling menyukai. Entahlah, namun itulah yang aku lihat.
Dari ekspresi yang di pancarkan oleh Willy sangat terlihat kalau dia menyukai Eva. Begitu juga dengan Eva, beberapa kali matanya terus menatap wajah Willy dengan begitu tajam. Aku merasa senang melihat dua sahabatku ini saling menyuka.
Tadinya pertemuan ini lancar saja dan suasana yang terbangunpun nampak begitu nyaman. Namun ketika si Momo datang semua suasana menjadi berubah. Otak mesumnya langsung bekerja dengan mengeluarkan candaan - candaan yang membuat Nabila sedikit tidak nyaman. Inilah yang ditakutkan Willy. Momo pasti menghancurkan segala hal.
Mo Mo. Gak pernah berubah kamu sejak SMA.
Namun bukan seorang Momo bila tidak bisa mencairkan dan meluluhkan perasaan wanita. Dengan sekejab Ia merubah perasaan tidak nyaman yang kulihat dirasakan oleh Nabila menjadi sebuah candaan. Berkali - kali Mopmo melontarkan sedikit lawakan yang membuat kami semua tertawa.
Pukul delapan musik dari sebuah Band Jazz mulai berlantun. Membuat suasana persahabatan baru ini menjadi semakin hangat. Eva dan Nabila sudah tidak canggung lagi dengan keberadaan teman - temanku. Kami bagaikan sahabat yang sudah lama tidak berjumpa. Itulah yang aku rasakan dari cairnya suasana malam ini.
Kulihat disekelilingku, seluruh meja mulai terisi. Kebanyakan diisi oleh pasangan - pasangan muda yang sedang menikmati acara malam mingguan. Nampak rona kebahagian diantara pasangan - pasangan itu. Kebahagian yang sama sekali belum pernah aku rasakan.
Kenapa aku tiba - tiba memikirkan itu. Kenapa tiba - tiba aku mendambakan seorang kekasih. Oh tidak aku mulai dihantui ketidak nyamanan menjomblo. Yah aku memang sudah lama mendamba kehadiran wanita yang terkasih. Bukan sekedar wanita yang bisa aku tiduri. Kenapa malam ini aku sangat melankolis.
Ah sial. Ini pasti karena Willy dan Eva yang kini mulai terlihat semakin dekat. Mereka bahkan memutuskan untuk meninggalkan kami. Mereka berjalan kelantai dua cafe ini. Mereka terus saling memandang selama langkah kaki mereka melaju.
Nabila ditinggal seorang diri. Hal itu membuat Momo semakin bersemangat mencandai Nabila yang memang memiliki sifat periang. Lalu tiba - tiba seorang pelayang menghantar satu pitcher Bir. Siapa yang memesannya. Pasti Momo, aku sama sekali tidak sadar bahwa ia memesan bir. Tapi tak apalah, toh malam ini sedikit dingin. Setidaknya minuman ini membuat suasana menjadi lebih hangat.
Kami segera menikmati Bir ini selagi dingin. Sembari minum Momo terus mengeluarkan candaan. Yang membuat Nabila semakin terpingkal. Pengaruh alkohol dari bir yang ia minum membuat wajah putihnya sedikit memerah.
Ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan wajah Nabila. Andre. Sedari tadi ia terus menatap wajah cantik Nabila dengan sangat khusu. Pantas saja sedari tadi ia tidak bersuara. Nampaknya sahabatku yang satu ini juga tertarik dengan Nabila.
Berarti malam ini terbilang sukses mempertemukan dan menumbuhkan perasaan indah di dalam setiap insan. Lalu ketika kami terbuai oleh suasana yang begitu nyaman ini, dua orang lelaki dan perempuan menghampiri meja kami.
"Bastian kan?" Sahut wanita yang tengah menggandeng pasanganya itu.
"Iya.. Mba siapa ya?" Jawabku tidak mengenalinya.
Tapi sepertinya aku pernah bertemu dengan mereka. Tapi dimana yah. Sosok wanita yang menyapaku nampak begitu familiar begitu juga dengan lelaki disebelahnya Siapa mereka. Kenapa tiba - tiba mereka menghampiriku.
"Masa lupa sih Bas sama saya?" Kata wanita itu lagi.
"Bentar" kupandangi lagi wajah wanita itu dan aku mulai teringat dengannya.
"Ohhh Mba Tania sama Mas Santoso, iya iya aku ingat sekarang."
"Nah itu ingat" Sahut Mas Santoso.
"Maaf mas habis agak pangling sih, kan kita juga baru sekali ketemu."
"Dah dari tadi Mas?" Tanyaku sambil berdiri dan menyalami mereka berdua
"Iya dari tadi, kita duduk didalam tadi." Sambil menyambut lenganku.
"Tadi dari dalam saya ngelihat kamu, makanya kami hampirin kamu. Lagi sama temen2 yah" Tanya Mba Tania.
"Iya nih Mba lagi pada ngumpul sama temen2" Jawabku.
"Ehh.. Mba Tania yaaa." Seru Eva yang tengah berjalan bersama Willy.
"Looh sama Eva juga.." Sahut Mba Tania ketika melihat Eva.
Mereka berduapun langsung mencium pipi masing - masing.
"Apa kabar Mba? Ya ampun bisa ketemu disini.. Berdua aja Mba?"
"Ya biasa, malam mingguan. Mumpung anak2 dijagain sama kakek dan neneknya."
"Kalau gitu gabung sini Mas Mba." Pintaku.
"Nanti deh, saya mau lihat penampilan temen saya dulu." Sahut Mas Santoso.
Akhirnya mereka meninggalkan kami dan kembali menuju meja mereka. Lalu Eva dan Willy kembali bergabung bersama kami.
"Dari mana aja Lo Will. Hayooo habis ngapain kalian" Pancing Momo.
"Heh dasar otak mesum kamu. Mikir yang enggak2" sanggah Willy.
"Yee kan sapa tahu."
"Huh Momo nih dari tadi mesum terus" protes Eva.
"Momo ini memang dari dulu kayak gini Va. Jadi harap maklum aja yah sama dia" Sahut Willy.
Setelah itu kami lanjut obrolan yang sempat terputus. Sembari menikmati Bir, Eva tiba - tiba menceritakan semua yang ia tahu tentangku. Sial si Eva ngapain kamu cerita aku punya hubungan gelap sama Tante Ocha. Hal itu pasti membuat Momo semakin jahil kepadaku nantinya. Aku yakin itu.
"Ahhh Tai lo Bas, ternyata di Jogja kehidupanlu kaya gitu?"
"Ah kamu Va ngapain sih pake cerita hal itu segala." Protesku.
"Lah Gue pikir temen2 lu dah pada tahu, ya maaf gua kan kaga ngerti" sahut Eva.
"Ahh tapi Lu emang kelewatan Bas.."
"Apaa lagi nihhh."
"Ya iya Lo kaga ngasih tahu ke gue kalau Miss Bibie sekarang jadi pembantu dirumah lu."
Aku sontak terkejut dengan pernyataan Momo barusan. Rupanya ia tahu siapa Bibie yang sebenarnya.
"Lohh kamu kok tahu Mo?"
"Yah Tahu lah, tadi sore pas kita nunggu si kampret Momo ini, kan dia lagi ngentot dengan dengan pembantumu." Sahut Andre tiba - tiba dengan logat khas timurnya.
"Kampret pantesan aku ngerasa ada yang aneh tadi, ternyata...hmmm" Gumamku.
"Hahahaha. Ya mau gimana lagi Bas dah lama gue gak ngerasain dia. Pas tahu dia ada dirumah lo yah gua sikat. Hahahaha." Sahut Momo dengan tawa bangganya itu.
"Ah sudah sudah. Obrolannya jadi kearah mesum kan..." Timpal Willy mencoba menengahi.
"Iya nih Momo mesum banget dah otaknya, dari tadi bahasnya selangkangan terus" Lanjut Eva.
"Ya jelas dong, Otak gue kan di dengkul. Kan dengkul deket sama selangkangan. Hahahahah" lanjut Momo disusul dengan tawanya yang semakin terpingkal.
"Ahh sudah sudah. Eh ini Eva dan Nabila habis ini mau kemana?" Tanya Andre.
"Gue sih habis ini ada janji juga sih nanti jam 9, kalian mau pada kemana?" Sahut Eva bertanya balik.
"Emang mau kemana Va?" Tanyaku.
"Ada deh mau tahu aja lo Bas.." Kata Eva menutupi.
"Ah iya yah, habis ini kita mau kemana nih." Tanya Andre lagi
"Gimana kalau pada nginep di Apartemen aku aja, kita mabok sampe pagi." Sahut Willy memberikan ide.
"Setuju kalau itu." Timpal Andre bersemangat.
"Ah tapi sayang Eva dan Nabila gak bisa ikut yah?" Sahut Momo sambil berusaha memegang tangan Eva.
"Heeh Jangan pegang - pegang kamu" Halau Willy berusaha menampik tangan jahil si Momo.
"Yah lain kali aja deh.. Hehe. Soalnya gue udah janjian ma temen gue dari lama sih.." Sahut Eva
"Yah dah gak apa - apa sih" jawab Willy.
****
" Eh Bil, ngomong2 kamu balik ke Bandungnya kapan?" Tanyaku.
"Hmmm gak tahu nih kapan. Paling senen apa selasa. Emang kenapa?" Tanya Nabila.
"Enggak, gimana kalau kita ke bandung bareng nanti." Sahutku.
"Cie Mau nyusul Icha yah? Ehhh.." Sahut Eva tiba - tiba
"Loh kamu kok tahu Mba Icha ada di Bandung?" Tanyaku
"Ahh enggak nebak aja, soalnya gue lihat di time line twiternya dia ada di Bandung" "Huufft"Jawab Eva sambil menghela nafas.
"Ohh gitu."
"Eh tadi kenapa Bas Loe tanya gue balik kapan" Tanya Nabila lagi.
"Oh iya. Gini Guys aku ada ide nih."
"Si Reditya kan punya Villa kan yah di Bandung Utara. Dan kemarin aku BBMan sama dia katanya orang tuanya lagi ke Kalimantan. Nah gimana kalau kita ke Bandung ke tempatnya Redit sekalian nganterin Nabila gimana?" Sahutku menawarkan sebuah Ide.
"Boleh juga tuh. Dah lama juga aku gak ketemu Redit" Sahut Willy menyetujui.
"Gimana Mo Ndre?" Tanyaku lagi.
"Ahh gue mah ngikut aja deh. Asal neng Eva dan Nabila ikut juga."
"Hehehe" Sahut Momo menggoda.
"Ya udah jadi pada setuju kan?"
"Eva juga ikut yah?" Pintaku.
"Boleh deh dah lama juga Gue kaga ke Bandung"
"Kapan kita berangkat.?" Tanya Eva.
"Yah terserah senen aja gimana? Nanti aku yang bilang ke Redit kalau kita mau kesana." Sahutku.
"Gua ngikut aja Bas..." Sahut Momo.
Akhirnya kami sepakat hari senen besok kita akan ke Bandung bersama. sebenarnya ada hal yang ingin kulakukan selain bertemu dengan Redit.
****
Waktupun terus berlalu dan Kehangatan kami sebagai sahabat baru semakin kental terasa. Namun pertemuan dengan Eva dan Nabila harus berakhir. Ia memutuskan untuk meninggalkan kami setelah ia menerima sebuah panggilan telpon dari temanya. Akhirnya mereka berdua berpamitan dan segera meninggalkan kami berempat. Willy mengantar Eva kedepan, mereka berjalan berdampingan bahkan kulihat Eva tidak segan ketika Willy mencoba menggandeng tangan lembutnya.
Setelah sampai di parkiran Eva segera menemui teman2nya yang seluruhnya wanita. Namun sebelum itu Eva sempat menghadiahi sebuah kecupan dipipi Willy. Hal itu membuat Willy terkejut dan mematung tiba - tiba. Baru kali ini dia dicium seorang wanita pada pertemuan yang pertama.
Lalu setelah Eva pergi bersama teman - temannya Willy segera kembali bersama. Kulihat hanya tatapan kosong di wajahnya. Ia terus memegangi pipi kananya sembari memperlihatkan senyum yang menjijikan.
"Heeh kenapa Lu Will.." Tanya Momo.
"Gak apa - apaaa" Jawab Willy masih terbuai akan ciuman yang baru saja ia dapatkan.
"Hmmmm pulang aja yuukk." Ajaknya.
"Ahhh nanti ah, saya masih suka dengan tempat ini. Lagi sekarang masih jam 9 ngapain juga pulang.." Sahut Andre menolak.
"Iya nih, masih sore gini Will Lagian gak seru juga kita cuma berempat di Apartemen kamu." Sahutku.
"Iya udah terserah yang penting jangan ganggu aku duluu."
"Hmmm kaya baru di Cium aja kamu Will." Sahutku
"Emang.." Jawab Willy lugas.
"Serius Kamu?" Sahutku terkejut
"He eeeh" jawab Willy sembari menganggukan kepalanya.
Terlihat rona kebahagian yang terpancar dari wajah Willy. Ia begitu senangnya mendapat sebuah ciuman dari Eva. Seorang wanita yang ia kenal di media sosial. Rupanya cinta sudah benar2 merekah dihati mereka berdua. Aku ikut bahagia melihatnya Bahagia.
Stil Continue