Chapter IV
Act 21
KITCHEN BEIB
By : Marucil
Kulangkahkan kaki menuju pintu rumahku. Kucoba menarik
hendle pintu namun terkunci. Kurogoh saku celanaku, mencari kunci rumah. Rupanya aku ingat aku tidak membawa kunci tadi. Akhirnya kutekan saja bel. Bibie tak kunjung membukakan pintu, padahal kerongkonganku sudah sangat kering ingin segera aku basahi dengan minuman dingin. Karena permainan barusan bersama Mba Melan sedikit menguras energiku.
TING TONG
Sekali lagi kupencet bel namun Bibie tak kunjung membukakan pintu. Lalu setelah kupencet untuk ketiga kalinya pintu pun terbuka.
"Eh Mas Bastian, Maaf Mas saya barusan Mandi jadi gak dengar ada Bel.." Sahut Bibir ketika membukakan pintu.
Rupanya Bibie sedang mandi. Pantas saja lama membukakan pintu. Kulihat Bibie masih terlihat sedikit Basah. Rambutnya ia gulung menggunakan danduk. Dan, kulihat beberapa kancing seragamnya yang berwarna Biru muda itu belum ia kaitkan. Sepertinya ia terburu - buru ketika hendak memakai baju.
"Iya gak apa - apa" Sahutku.
"Oh Ya Bie, tolong buatin minuman dingin yah aus banget nih, apa kek Es Teh juga boleh" Pintaku.
"Oh iya Mas saya bikinkan.."
Akupun bergegas masuk kedalam rumah dan menuju ruang makan. Bibie menutup kembali pintu depan lalu bergegas menuju dapur untuk membuatkanku es teh. Kududuk di Meja makan, kukeluarkan bungkus rokok dari dalam saku celanaku. Kubakar sebatang sembari menunggu minuman yang dibuat oleh Bibie. Tak lama Bibie datang mengantarkan minuman pesananku.
Kulihat Bibie belum membenarkan kancing bajunya, entah sengaja atau memang dia lupa. Tetapi belahan dadanya cukup membuat juniorku semakin bergejolak dibawah sana. Kutenggak habis es teh buatan Bibie, rasa dahagaku seketika menghilang. Bibi ini memang pembuat minuman handal. Semua minuman buatannya selalu terasa pas dilidahku.
"Sudah seger Mas?" Tanya Bibie.
"Lumayan Bie.. Tapi kalau minum susu kayaknya jauh lebih seger deh.." Pancingku.
"Ahh Mas Bastian bisa aja." Sahutnya sambil membetulkan kancing bajunya. Rupanya ia sadar apa yang aku omongkan.
"Hehehe, Habis susu diumbar - umbar kaya gitu.." Timpalku sambil tersenyum.
"Bibie, yang semalam makasih yah, sumpah pijetan Bibie enak banget aku sampe nyenyak tidurnya. Hehee.." Sahutku
"Iya sama sama..." Jawab Bibie singkat sedikit tersipu malu.
"Eh tumben siang - siang mandi Bie? Habis mandi besar yaa?" Tanyaku jahil.
"Ah bisa aja Mas ini. Tadi keringeten Mas, jadi waktu bersihin kamar mandi sekalian aja deh mandi hehe." Sahutnya.
"Iya bener Bie, di luar tadi panas banget.. Heeeduuuhh makanya aku pengen minum yang dingin dingin." Kataku.
"Oh, mau tambah lagi ya Mas es tehnya?" Tanya Bibie.
"Gak usah kok.." Jawabku singkat.
Walaupun aku bilang tidak usah tapi Bibie tetap saja membuatkanya. Dia mengambil lagi gelas kosong dihadapanku dan membawanya ke dapur. Dahagaku memang sudah hilang, namun nafsuku belum kunjung hilang. Tadi aku sudah dibuat kentang oleh kehadiran Bryan. Lalu dengan mantapnya aku langsung menyusul Bibie ke dapur.
KLINING
Suara pertemuan antara es batu dengan gelas kaca menggema diseluruh dapur. Kuhampiri bibi yang sibuk membuat minuman. Baju terusan setinggi lutut yang ia kenakan membuatku semakin dibuat penasaran. Lebih tepatnya semakin membuatku menggebu. Setelah sebelumnya aku hanya bisa dibuat kentang oleh kehadiran Bryan, kali ini aku harus bisa memuaskan diriku sendiri.
Perlahan kudekatkan diriku dibelakang tubuh Bibie, nampaknya ia tidak begitu menyadari aku telah berada dibelakang tubuhnya. Lalu dengan sigap aku langsung melingkarkan tanganku pada tubuhnya. Segera kuraih bongkahan yang tadi sempat ia umbar - umbar itu.
"Achhh Maas Bastiaan." Bibie melenguh.
"Udah Bie, aku udah gak kepengen es Teh kok..." Sahutku.
"Lalu Mas Bastian mau minum apa lagi" jawabnya terlihat sedikit memancing.
"Mau minum ini aja" jawabku sambil membuka kaitan kancing depan seragam kerja Bibie.
Tangaku dengan cepat membuka seluruh kancing baju Bibie hingga dadanya kini tebuka. Rupanya ia sudah tidak mengenakan dalaman lagi. Pasti ketika aku memencet bel tadi ia tidak sempat mengenakan daleman. Langsung saja kuremas Payudara Bibie yang begitu besar ini.
Jujur wanita yang pernah aku kenal jarang sekali yang memiliki peyudara sebesar ini. Terakhir kuingat adalah payudara milik Mba Natasha, mungkin ukuran payudara mereka hampir serupa.
Puting susu Bibi sudah sangat mengeras, rupanya ia langsung menerima rangsangan yang kuberikan.
"Ahhhh... Mas Bas tian udah Sange banget yaaa? " Tanya Bibie.
"Siapa yang gak sange kalau punya pembantu kaya kamu.. Aahhhh. Susu kamu enak Bie...." Sahutku mulai tidak terkontrol.
"Achhh Mas Bastian pinter betul ngeremes susu saya...." Gumamnya.
"Achhhh.. Siapapun pasti langsung jadi pinter Biee kalau dihadapin susu kayak gini." Sahutku sambil menekan tubuhku semakin dekat ke tubuh Bibie.
"Hmmmmmm"
Kudekatkan wajahku dibelakang tungkuknya, lalu kutarik handuk yang melilit dikepala Bibie hingga rambutnya yang basah itu menutup kepalaku. Aroma rambut Bibie yang baru saja keramas menambah sensasi dan semakin membangkitkan gairahku.
Kujilat leher belakangnya, membuatnya semakin menggelinjang. Aku juga semakin menekan tubuhku hingga penisku yang masih tertutup celana Jeans semakin menggesek dipantat Bibi yang juga masih tertutup seragam pembantu itu. Kini kedua tanganku kembali bermain dengan kedua payudara Bibie, kuremas dan kumainkan juga putingnya yang begitu besar dan hitam kecoklatan.
"Ahhhhhh...."
"Achhhhhhhhhh....."
"Masssss....."
"Mas Bastian pengen Ngentot yah sama Bibie...?" Tanya Bibie dengan begitu nafsunya.
"Achhhh. Coba ucapkan sekali lagi Bie?" Pintaku.
"Hmmm...."
"Mas Bastian Gak Ngentotin Bibie? Bibie udah sange berat nih sama rangsangan Mas Bastian?" Jawabnya kini sedikit berbeda. Kini ia justru mengajak?
"Ahhhhh. Apa Bie aku gak dengar?" Tanyaku lagi sambil terus meremas cukup kencang Payudaranya sembari lidahku terus bermain di tungkuk dan belakang telinganya.
"ENTOTIN BIBIE MAS....."
"BIBIE UDAH GAK TAHAN KEPENGEN NGERASAIN KONTOL MAS BASTIAN" Kata Bibie sambil kedua tanganya meremas pantatku dan menekannya kedepan.
"Hmmm, Pembantu Pintar,yang betah yah kerja disini... Aachhhhh" Gumamku.
Kuambil
Ice Cube dari dalam baskom, lalu kutempelkan es tersebut dipentil Bibie yang semakin mengeras. Kutekan terus hingga Bibie menggelinjang minta ampun. Namun aku terus memainkan es batu ini dikedua payudaranya. Desahan Bibie semakin keras kudengar.
"AChhhhh. Dingginn Masss Pentil Bibie. Achhhhhhhh" Desah Bibie semakin kencang.
Khawatir suara desahan Bibie terdengar dari luar, aku langsung meraih wajah Bibie dan mengarahkanya kebelakang. Langsung saja kupagut bibir tebal Biebie dengan sedikit buas. Kuhisapp bibirnya atas dan bawah. Namun Bibie juga melakukan hal yang sama. Ia mengulum dan menghisap kedua bibirku. Kini lidahnya sudah berada dalam rongga mulutku. Kuhisap terus hingga lidahnya semakin memanjang.
"SLUUURRRRPPPPL"
"LEEELLLLLLLL"
Es dalam genggamanku semakin mencair hingga membasahi baju yang dikenakan. Kulihat permukaan dada Bibie semakin memerah akibat dinginnya es. Kami masih saling memagut, tak ada dari kami yang mau mengalah sedikitpun. Terus saja kami saling menghisap dan mengigit bibir serta lidah masing2. Es Batu yang kupegang sudah semakin meleleh dan mengecil. Namu aku terus menyapukanya diseluruh tubuh Bibie perlahan demi perlahan hingga meuju kebawah. Kini es batu yang besarnya sudah seukuran kelereng itu kutempelkan tepat di Itil Bibie. Ia menggelinjang hingga ciuman kami terlepas.
"Masss, Itil ku dingin donggg kalau digituin" Protes Bibie sambil mengigit bibir bawahnya.
"Hehehehehe" tawaku sambil melepas es batu dari genggamanku.
Kukeluarkan tangaku dari dalam baju Bibi. Lalu dengan kedua tanganku kutarik Rok bawahan bibi keatas sebatas pinggulnya. Kini pantatnya yang bulat sempurna itu semakin terpampang bebas. Terlebih lagi Bibie memang sudah tidak mengenakan Celana Dalam. Aku langsung menampar Belahan pantat Bibie sebelah kanan. Ia sedikit protes.
"Ih Mas Bas mainnya kasar yaaah... Hiii"
"Ohh Bibie gak suka yah?" Tanyaku.
"Bibie suka kok sedikit dikasarin, hehehe... Yang penting bisa bikin Mas Bas puas...." Jawabnya melegakan hati.
PLAAAAK
Kutampar sekali lagi pantat Bibie, lalu kuremas cukup kencang Pantatnya bergantian. Ia menggoyang - goyang sendiri pantatnya seolah memancingku untuk segera menusukan batangku. Namun aku masih sanggub bertahan setidaknya sesaat lagi.
Lalu kuturunkan tubuhku, berjongkok dihadapan pantat Bibie yang cukup bersih menurutku. Lubang Anusnya walau agak kecoklatan namun cukup bersih dan terawat. Sama sekali tidak ada bulu diselangkangan Bibie. Nampaknya dia sudah memangkas habis seluruh bulu diselangkangannya. Kulebarkan belahan pantatnya hingga anusnya sedikit terbuka. Lalu kujulurkan lidahku dan menyapu habis lubang pantat Bibi. Tak hanya lubang pantatnya yang menjadi bahan mainanku, namun sesekali ku gelitik bibir Memeknya yang sudah bergelambir itu.
Bibi sedikit melebarkan kakinya, hingga aku dapat leluasa menjilati memeknya dari belakang. Lalu tanganku meraih baskom es, kuambil sebongkah dan kumasukan kedalam mulutku. Kugigit es batu berbentuk kotak itu dengan gigiku. Lalu kucoba menempelkanya pada lubang anus Bibie yang sedikit merekah itu. Sementara itu Jariku sudah aku masukan kedalam lubang Memeknya dan perlahan kukocok dengan gerakan sedang.
Jari tanganku yang lain mencoba membuka mulut anus Bibie, dan akhirnya Es Batu yang aku gigit ini perlahan masuk kedalam lubang pantat Bibie.
"Achhhh... Mas pantat Bibie jadi beku Mass..."
"Achhhhhhh"
Bibie terus menggelinjang menahan rasa dingin yang ada didalam Anusnya. Pantatnya terus bergoyang hingga menyusahkanku untuk mengocok memeknya. Ia terus mendesah namun kini ia mampu untuk menahan suara desahannya itu.
Kini aku sudah tidak tahan lagi. Kutarik jariku dari dalam lubang memek Bibi yang sudah semakin basah oleh cairan pelumasnya. Kutinggalkan es Batu didalam Anus Bibi, toh nanti meleleh sendiri. Heheheh...
Kini aku berdiri dibelakang tubuh Bibie, ia menoleh kebelakang dan memperlihatkan wajah sedikit cemberut.
"Kok Pantat Bibie dimasukin Es Batu sih Mas, kan dingin nih..." Protesnya sambil terus tubuhnya bergelinjang oleh sensasi dingin di pantatnya.
"Tapi enak kan? Nunggingan Bie..." Pintaku
Lalu Bibie membungkukan sedikit tubuhnya kedepan dan menyender ke meja dapur. Ia melebarkan sendiri kedua kakinya ia tahu aku akan menusukan Penisku. Kubuka kancing celana Jeansku dan kuturnkan resleting. Kuturunkan celanaku sebatas lutut berikut boxer yang kukenakan. Aku memang tidak pernah mengenakan celana dalam karena menghambat pertumbuhan penisku. Kan aku masih dalam tahap pertumbuhan. Hehehe.
Tanpa membuang waktu lagi, kutempelkan ujung penisku di bibir Memek. Bibie yang sudah basa oleh lelehan Es. Lelehan itu kini mengenai batang penisku, yang membuatku sedikit menggelinjang karenannya. Karena kurasa sedikit mengganggu, kucongkel es batu didalam Anus Bibie dengan telunjuku.
Hup...
Kupegang kedua pantat Bibie dengan erat. Lalu dengan sekali hentakan kumasukan penisku kedalam lubang memek Bibie. Ia sedikit mengerang karena aku menekannya dalam sekali gerakan. Lalu kudiamkan Penisku untuk menyesuaikan dengan dinding memek Bibie. Kurasakan dinding memeknya berkedut cukup kencang. Setelah itu kutarik lagi penisku hingga keluar dan kembali aku tekan. Beberapa kali aku melakukan itu hingga kini aku memompa memeknya dengan ritme yang konsisten.
"Achhhh..."
"Acuuhhhhhhh"
"Asssssttttttt.."
"Memeknya enak Biee.."
"Ahhhh.. Kontol Mas Bas juga Enak. Terus mas, nyodoknya pinter deh.." Puji Bibie.
Lalu aku kembali memompa memek Bibie denga gerakan cukup kencang. Keceplok.. Keceplok...
Suara pertumpaun pahaku dengan pantat Bibie menimbulkan suara yang begitu erotis di dapur rumahku siang ini. Tanganku kini meraih payudaranya dan kembali meremas dan memainkan puting susunya. Kuplintir dan sesekali kutarik ulur putingnya. Membuat Bibie semakin liar menggoyangkan pantatnya.
"Achhhh enak Mass. Terus Mas Goyangin Memek Bibie Mas..."
"Stttt... Jangan kenceng2 Biee. Nanti kedengeran loohh dari luar." Pintaku.
"Iya iya Mas, habis kontol Mas Bas ternyata enak juga sihh.. Aahhhhhhhh..."
"Sttttt."
Kembali kupompa beberapa kali penisku, lalu kukeluarkan penisku dari dalam memeknya. Aku duduk dikursi dan kuminta Bibie menaiki pahaku. Ia menuruti permintaanku, lalu ia menaiki Pahaku dan mengarahkan penisku masuk kedalam memeknya. Ia hendak menggoyangkan pinggulnya namun aku menahannya.
"Jangan dulu Bie...." Hardiku.
"Jangan buru buru dong..." Sahutku..
"Kenapa lagi Mas..."
"Huuhhh. Susu Bibie kok bisa segede ini sih?" Tanyaku sambil meremas Payudaranya bergantian.
"Yah gak tahu, udah dari sananya Mas..." Jawab dia sambil melingkarkan tangannya dileherku.
"Hmmm, pentilnya juga Gede... Lucu..."
"Ih lucu apanya sih Mass, mending di Isep aja dari pada dilihatin." Sahutnya sambil mengarahkan payudaranya ke bibirku.
Melihat itu aku langsung melahap Puting susu yang sangat besar itu. Kupilin dan kugelitik menggunakan lidahku. Kuhisap dan sesekali kugigit dengan gigiku. Ia menggelinjang keenakan. Lalu ia mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun. Tanganya terus menekan kepalaku agar tetap memainkan payudaranya. Aku terus mengulum putingnya sambil sesekali kusentakan pinggulku keatas.
"Ahhhhh... Bibie aku dah mau nyampe nihhh aahhhhh....." Gumamku sembari terus menggerayangi punggung dan membelai rambut basahnya.
Karena aku merasa tak lama lagi akan menyembur, maka kuminta Bibie turun dari atas Pahaku. Aku bangkit dari kursi dan mengarahkan penisku tepat kewajahnya. Bibie langsung melahap penisku dengan bringasnya. Dikulumnya penisku dan ia hisap sampai membuat penisku sedikit ngilu. Ia terus memasuka penisku hingga mentok ke dalam tenggorokannya.
"Oghooookkkhhhh"
Ia sedikit tersedak ketika mengeluarkan penis dari dalam mulutnya. Setelah itu, Bibi menggapit penisku dengan kedua Payudaranya. Aku kembali mendapat permainan payudaranya, setelah semalam aku mendapat servise
Tits Job, siang ini aku memperolehnya kembali.
Bibie berlutut dan terus menggapit penisku dengan payudaranya yang super montok. Ia juga memainkan lidahnya tepat dilubang kencing penisku.
"Leeeellll"
Puas menggapit penisku, ia kembali mengulu penisku dangan hisapan yang begitu kencang ia mempermainkan Penisku. Lalu tiba tiba tubuhku mengejang. Nampaknya aku akan segera orgasme.
CROOOOTTT CROOOOOOOTTT
CROOOOOTT...
Beberapa kali aku menyemburkan air maniku. Beberapa mengenai wajah dan matanya. Sisanya langsung masuk kedalam mulutnya. Bibie terus mengulum penisku menjilati sisa - sisa maniku di lubang kencingku.
"Sluuurrrrrrp"
"Leeeellll leeellllll"
"Ssstttttt"
"Aachhhhhhhh"
Terlihat ekspresi puas dari wajah Bibie. Ia mengeluarkan Penisku dari dalam mulutnya. Sembari tangan Kirinya terus mengocok penisku ia membersihkan mani yang menempel diwajahnya dengan tangan kanannya. Semua Mani ia sapu dan ia hisap sampai tak bersisa. Gila juga nih Babu, sekiranya begitu tanggapanku dalam hati melihat keliaran pembantu binalku ini.
"Huuufftttt. Seppongan Bibie memang luar biasa. Gak heran dulu jadi Promadona." sahutku sambil membelai rambutnya.
"Ahh Mas Bas nih bisa aja...." Jawabnya sambil menyapu bibirnya dengan punggung tanganya.
Lalu ia berdiri lagi dihadapanku. Sambil terus memegang penisku yang masih mengendur ia bergoyang goyang dan senyum - senyum sendiri. Aku tahu ia belum mendapat orgasme. Gerakan itu pasti diartikan sebagai umpan untuk menggagahi tubuhnya lagi.
"Hehehe.. Maaf ya Bie.., tadi aku memang udah kepengen keluar banget sih." Kataku sedikit tersipu.
"Bibie belum keluar yah." Lanjutku.
"He Ehhh.." Jawabnya singat.
"Tunggu yah Lima belas mint lagi pasti Kontolku ngaceng lagi, habis itu aku bisa tahan lebih lama.." Ujarku sambil membelai payudaranya.
"Tenang aja, nanti Bibie bikin Kontol Mas Bas jadi ngaceng berat pokoknya." Sahutnya semakin mendekat ketubuhku.
"Hmmmm. Sekarang manggilnya gak usah pake Mas yah, kan Bibie lebih tua dari aku loh.."
"Tapi gak enak, kan Mas Bastian majikan." Sahutnya.
"Loh kan yang Majikan Papa sama Mama, gimana sih...." Sahutku lagi.
"Iya deh, Berarti Bibie panggilnya Bastian aja nih mulai sekarang?" Tanyanya.
"Iya betul" Jawabku sambil menarik lagi celanaku dan bergegas merapihkanya.
KRUYUUUK KRUUUYUUUUKKKK
"Bastian Laper yah, Bibie siapin makan yah." Sahutnya menawarkan.
Aku hanya mengangguk karena memang perutku mulai lapar. Akhirnya Bibir menyiapkan makanan diatas meja. Aku segera menyantap makanan buatannya. Sementara aku makan ia kembali kedalam kamarnya. Katanya ingin ganti baju lebih dulu. Kuteruskan makan siangku sambil melihat angka di jam dinding yang sudah menunjuk angka dua itu.