Chapter IV
Act 20
A PASSION OF PREGNANT WOMAN
By : Marucil
Setelah menenteng plastik terakhir, kukunci mobil dan segera masuk ke dalam Rumah Mba Melan. Ku Tutup pintu depan dan langsung menuju dapur untuk meletakan kantong belanjaan. Setelah itu aku mengambilkan segelas air mineral untuk Mba Melan dan untukku sendiri. Kuhampiri Mba Melan yang tengah duduk bersandar diatas Sofa di ruang tengah.
Nih Mba Minum duluu
Aduhh Makasih banget loh Bas hari ini mau Mba Repotin sahut Mba Melan .
Alah gak masalah, kan namanya juga tetangga, lagian Mba Melan kan sudah Bastian anggep tante sendiri
Ihh jangan panggil tante lagi dong, Mba kan masih muda..Protesnya
Yee.. Masih muda tapi kan anaknya sudah tiga, harusnya dipanggil tante kan. Ledekku.
Huuuh Jahil yahhh..
Tapi makasih loh yaah sekali lagi.
Gak masalah.
Kubiarkan Mba Melan beristirahat sejenak. Aku juga memutuskan untuk beristirahat sejenak. Kusenderkan punggungku di sofa berhadapan dengan Mba Melan. Kuatur nafasku agar tidak tersenggal lagi. Ternyata cape juga yah berbelanja. Lumayan Keringat mengucur. Kulihat Mba Melan mulai memejamkan matanya, entah ia tidur atau hanya sejenak beristirahat. Perlahan kuperhatikan detail tubuhnya dan mulai tumbuh ketertarikan akan tubuh Mba Melan dalam otakku. Wow, ternyata seperti itu bentuk tubuh wanita hamil, aku baru menyadarinya. Terlebih tadi ketika diklinik tak sengaja aku meihat begian bulu2 halusnya yang masih terlindungi itu. Kenapa aku jadi kepikiran kesitu. Aduh, aduh, gawat bila pikiranku terus melayang.
Dan benar saja, ketika melihat posisi kaki Mba Melan yang sedikit terbuka pikiranku kembali melayang dengan begitu luas. Hufft kendalikan dirimu Bas
Untung Mba Melan memejamkan matanya, sehingga ia tidak tahu aku tengah memperhatikan bagian dalam roknya. Kulihat walau samar samar celana dalam hitam yang nampaknya berenda. Oh sial, aku mulai terpengaruh pikiran nakalku. Namun jujur, tubuh Mba Melan saat ini memang sangat menarik, entah kenapa tiba - tiba aku begitu menyukainya. Mungkin karena pengaruh jembutnya. Ah sudah lahh, aku harus mencari topik lain untuk mengalihkan pikiran itu.
Mba.. Mbaa tidur yaah? Sahutku
Enggak Bass.. Mba Cuma merem aja koook.. Jawabnya sambil membuka matanya yangs sedikit sipit itu.
Enggap apa - apa kirain tidur..
Boleh aku duduk samping Mba Melan
Aduh kenapa aku mempertanyakan hal itu. Bisa saja kan Mba Melan menganggapnya yang bukan bukan .
Kayak sama siapa, duduk yo tinggal duduk. Kamu tuh loh Bas.. Katanya dah nganggep tante sendiri. Sahutnya sambil menggeser tubuhnya.
Lalu aku beranjak dari tempat dudukku dan pindah ke samping Mba Melan. Dari samping kuperhatikan tubuh Mba Melan yang begitu membuncit. Bagian pusarnya sangat mencuat. Begitu juga dengan bagian putingnya. Loh kenapa bagian putingnya juga ikut mencuat? Pertanyaan besar bagiku. Namun aku berhasil memalingkan perhatianku kearah lainya. Kupandangi wajah Mba Melan. Memang sih dia sangat cantik tak heran anaknya Melly juga memiliki kecantikan yang sama dengan Ibunya ini. Aku kembali terdiam dan memutar otak hendak berbicara apalagi. Apa yah topik yang sekiranya nyaman untuk dibincangkan?
Mbaaa
Kenapa Bas? Sahut nya
Mba gak kangen mba sama Mas Hendrik?
Kangen yo kangen Bas, tapi mau gimana lagi, Mas Hendrik kan belum setahun dipindahin ke Batam jadi belum bisa bolak balik. Tapi nanti kalau Mba Melahirkan sih katanya bakal pulang, tapi yah gak tahu,,,,
Kenapa memang Bas, kok Tanya Mas Hendrik?
Yah Gak apa2 tanya aja Oh ya Mba.. terus habis ini Mba bakal hami lagi gak atau bakal berhenti.? Kataku balik bertanya.
Hmm kayaknya sih habis ini, mba bakal Cesar biar sekalian nanti diiket. Udah cukup lah bas 3 anak aja. Kalau nambah lagi nanti nambah repot. Ini aja kalau udah lahir gak tahu repotnya kayak gimana. Belum lagi Bryan pasti bakal tambah manja. Hmmm Jelasnya
Yahh semangat aja deh Mba kedepannya
Berarti selama Mba Hamil, Mas Hendrik gak pernah nemenin dong? Tanyaku lagi
Yah Awal2 aja bas, tadi aja mungkin pertama kali Mba ditemenin periksa sama laki2 kan biasanya sama Mama kamu. Ya wajar sih tadi dokter ngira kamu Suami Mba. Hahaha. Lucu yah. Itu Mba yang masih kelihatan muda atau kamunya yang sudah kelihatan tua.. Sahutnya
enak aja, aku masuh lucu kayak gini dibilang Tua huuu
Habis sekarang kamu brewokan sihh. Sejak kapan sih?
Kalau tumbuhnya sih udah dari SMA mba, Cuma kan dari dulu aku rajin di cukur makanya jarang kelihatan kalau brewokan. Jawabku
Tapi bagus kok Bas, jadi kelihatan gagah, Katanya.
Iya sih tadi pas ngaca juga agak kelihatan beda sedikit sih muka Bastian hehe, Timpalku.
Mba Melan hanya tersenyum mendengar jawabanku dan ia kembali terdiam.
Hmmmm,. Mba, berarti selama Mba di tinggal Mas Hendrik gak pernah berhub.
Ehh berarti usia kandungan Mba Melan tinggal berapa bulan Mba Kataku segera mengalihkan kalimatku yang sudah terlanjur terucap
Yah sekarang sudah 7 kalau lancar yah dua bulan lagi eehhh coba pegang nihhh Bas dedeknya nendang nendang.. sahut Mba Melan dan meraih tanganku lalu ia letakkan datas perutnya.
Aku dapat merasakan tendangan dari dede Bayi didalam sana. Sungguh sensasi yang baru pertama kali aku rasakan. Ehhh, geli rasanya. Lalu Mba Melan memintaku untuk mendengarkan detak dirahimnya. Akhirnya meletakkan telingaku tepat diperutnya. Mba Melane lalu memegang bahuku, perlahan ia mengelus bahu dan rambutku serta mengelus juga jabang bayinya dari luar.
Ehhhh kedeeengeraan Mbaaa. Eeehhh Dedenya nendang nendang lagii.. aduuuhhh geliii bangeet Mba Sahutku kegelian merasakan perut Mba Melan yang bergoyang ditelingaku.
Aku terus mendengar detak jantung si Bayi melalui perut Mba Melan. Dan tak sadar Tangan kananku sudah berada diatas paha kanan Mba Melan. Roknya kini sedikit tersingkap karena gerakanku tadi ketika aku merasa geli. Aku hanya diam saja walau dari sini aku dapat melihat pangkal paha Mba Melan walau hanya sedikit. Namun
Tadi kamu Mau ngomong apa Bas? Ujar Mba Melas sedikit mengagetkanku
Ngomong Apaan Mbaa?
Tadi kayaknya kamu mau ngomong sesuatu dehUjarnya lagi memastikan.
Ohh.. Iya itu mau Tanya usia kandungan Mba Jawabku ragu..
Bukan, yang sebelumnya lohh Pancing Mba Melan
Setelah itu kami berdua terdiam. Sungguh aku mati kutu. Tak tahu aku harus berbuat dan berkata apa. Aku hanya bisa terdiam membisu. Aku tak mau salah kata atau apapun itu. Aku tetap terdiam namun tangan kakanku kini mulai berpindah keatas perut Mba Melan. Aku kembali terdiam, dan Mba Melan juga terdiam menunggu jawaban. Lalu kuberanikan diri mengutarakan sesuatu yang sempat terputus tadi.
Ehhh. Tadi aku mauu tanyaaa Kataku masih sedikit ragu untuk melanjutkan
Iyaaahhhh Ujar Mba Melan kembali memancing.
Mauuu Tanya, Kalau Mba Melan udah lama gak..
Berhubungan seks sama Mas Hendrik
Mba Melan terdiam atas pertanyaanku. Aku tahu aku salah menanyakan ini.
Soalnya kan waktu diklinik aku denger, kalau perempuan hamil tua itu, disarankan untuk sering sering berhubungan seks, agar persalinaan nya M U DAH Ahhh. Aduhh. Kenapa aku begitu lugas mengatakannya aduuh mana Mba Melan Cuma diem lagi.
Lalu tak beberapa lama akhirnya Mba Melan bersuara.
Ohh, Mau Tanya itu, Sejak Mba Hamil memang Mba udah jarang berhubungan seks sama Mas Hendrik dan bener kalau wanita hamil itu memang disarankan untuk sering2 berhubungan seks. Setiap kali control dokter bilang gitu. Lalu kenapa kamu tiba- tiba bertanya itu? Ujarnya sambil sedikit merenung
Terus selama ini Mba Bagaimana? Tanyaku
Kenapa aku malah balik bertanya kepada jawaban yang pasti bakal melebar. Aduuhhh Begoo.
Yahh, paling Cuma Mastrubasi Bas Hehe Kamu tahu kan Maksud Mba apaan? Jawabnya sedikit tersenyum.
Setelah itu jantungku berdegub begitu kencang. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Mba Melan hanya tersenyum saja seolah tak terjadi apa apa. Memang tidak terjadi apa apa namun kini tanpa aku sadari tanganku telah meraba perut buncit Mba Melan. Ia tersenyum melihat aku melakukan semua itu. Ia menyentuh tanganku dan menggengam erat. Mata kami sudah saling menatap, menatap begitu tajam hingga jantung ini terasa begitu sakit.
Kamuu nafsu ya sama Mba? Tanya Mba Melan seraya mengkernyitkan matanya yang sipit itu.
Ahhh E mba ini ngomong apaa sihh Kataku menutupi
Udahh kamu udah gede. Mba yakin kamu sudah ngerti yang namanya nafsu iyakan. Kamu Nafsu Sama Mba? Tanyanya lagi memastikan.
Ehhhhh...
Bastian.
Iya Mba
Coba Kamu Cium Mba? Sahut Mba Melan memohon.
Cium? Tanyaku memastikan
Mba Melan hanya mengangguk lalu kami kembali terdiam. Sedetik kemudian entah siapa yang memulai kami sudah berpagutan. Mba Melan langsung memburu lidahku. Ia meliuk liukan lidahnya sepert sekian lama nafsunya memupuk. Tangannya kini merangkul bahuku menariku sedikit erat ketubuhnya. Tanganku yang sedari tadi kulingkarkan diatas perutnya, perlahan bergerilya menuju pusat kenikmatan miliknya. Kurasakan perukaan segitiga dibawah perut buncit itu sudah sangat lembab dan panas. Melebihi panas permukaan vagina wanita biasa. Rupanya nafsu Mba Melan sudah sangat menggebu. Begitu kusentuh ujung klentit dari balik celana dalamnya, ia langsung meringis menahan nikmat
Achhhhhhhhhh
Namun ia terus memburu lidahku. Melilit hingga menghisap begitu dalam kerongga mulutnya. Seolah aku tidak diberi kesempatan untuk bernafas sejenak. Namun pikiranku masih jernih, aku takut bila berciuman terlalu lama dengannya akan berakibat ia kehilangan nafas, terlebih Mba Melan saat ini tengah hamil besar. Lalu belaian lembut di pinggiran bibir vagina Mba Melan yang ditumbuhi bulu bulu tipis namun tidak begitu lebat. Ketika jariku ini menyentuh bagian dalam dinding vaginanya baru ia mau melepas ciuman mautnya dari bibirku.
Achhhhhhhhh
Achhhhh
Kini aku dapat bernafas lega. Kulihat Mba Melane juga sedikit kepayahan, nafasnya begitu memburu. Kulepas tanganku dari dalam celana dalamnya yang semakin lembab dan basah oleh cairannya. Perlahan kusenderkan kepalanya disenderan sofa, begitu juga dengan kepalaku. Kami kembali saling menatap, menatap tanpa arti namun begitu tajam dan menyayat. Ia tersenyum kepadaku, senyum penuh kepuasan walaupun aku sama sekali belum melakukan apa apa. Namun baginya hal tadi merupakan kenikmatan tiada tara, karena berbulan bulan ia memendam rasa itu dalam hatinya.
Bas.. Mba ngelakuin itu tadi bukan berarti Mba menghianati Mas Hendri
Stttttttt Kuletakan jariku didepan bibirnya dan ia terdiam.
Aku ngerti Mba.. aku ngerti perasaan Mba Melan, dan Maaf buakannya aku juga menginginkan ini semua, aku gak pernah berharap hal ini dimulai. Tapi sekarang semua sudah terjadi, semua sudah terlanjur. Yang harus aku lakukan hanya satu, Aku akan mengisi sudut kosong didalam kekosongan yang selama ini Mba rasakan Jelasku
Huh, sekarang udah kuliah pinter ngomong yaahhh kamu, dulu mah pendiem banget
Benerkan tebakan Mba. Pasti kamu sama Marissa sering kaya beginian juga kan? Tanyanya begitu manja.
Hehehehe.. tapi jangan kasih tahu mamah yah Mba? Pintaku sembari meremas lembut payudaranya yang kurasa begitu kencang.
Nakal lagi sekarang berani cemol cemol .. sahutnya.
Iya Mba gak bakal lah kasih tahu mamah kamu, Mba kan juga pernah dalam posisi kamu.. heee.. Tambahnya diimbuhi dengan senyuman manja Ia membelai pipiku.
Sekarang Mba Melan merem aja, dan nikmatin apa yang bakal Bastian kasih. Sahutku
Memang Bastian mau kasih Mba apa?
Sttttt. Diam dan Rasakan.
Kurasakan jantungnya berdetak begitu kencangnya ketika kuremas payudara sebelah kirinya. Ia sudah tidak sabar akan apa yang aku berikan kepadanya. Seolah ia sudah mengharap beribu tahun. Kuhela nafasku sejenak dan sepintas berfikir. Setelah anaknya kurampas keperawanannya, sekarang giliran Ibunya yang akan meraskan keperkasaanku. Jahatkah aku, namun kejahatan demi kebaikan bagiku itu kemuliaan.
Setelah jemariku menari nari indah diatas payudara Mba Melan, kini perlahan demi perlahan, kusap jariku disekujur tubuhnya. Kubelai lembut Perutnya dan terus kubelai. Ia semakin merintih dan mendesah ketika jariku bermain diatas pusarnya. Kurasakan bayi didalam kandunganya juga ikut bergoyang. Penolakan atau sebuah tanda persetujuan. Aku tak peduli, yang aku tahu, aku kan memberikan sebuah
pleasure bagi wanita malang ini. Entah kenapa otakku dipenuhi dengan kata kata melankolis bak seorang filsuf. Namun falsafah apapun tak dapat menghentikan kenikmatan yang telah dirasa oleh Mba Melan
Achhhhh Basss.
ACHhhhhhhhh
Nafasnya semakin memburu, desahannya semakin tak beraturan ketika jariku telah sampai diatas liang kenikmatan miliknya yang semakin panas dan lembab itu. Kukecup keningnya seraya berkata.
Diam dan Rasakan
Aku turun dan duduk di depan selangkanganya. Kubuka perlahan dan kunaikan kedua kakinya keatas sofa. Lalu mulai kutarik perlahan celana dalam hitam berenda yang ia kenakan. Begitu basah dan semerbak wangi yang begitu khas. Sangat berbeda dengan wangi wanita yang tidak sedang hamil. Dan aku baru saja membuktikan sebuah mitor, bahwa Vagina wanita yang tengah Hamil cenderung wangi dan begitu Khas, entah seperti apa aku mengungkapkannya.
Kamuuu Mau ngapaainn Baaass.. Serunya melihatku mendekatkan wajahku menuju lubang vaginaya yang sudah tak berhalang itu.
Achhhhhhhhh. Basssss ituu kaann jijiiikk. Jangaan dijilaatin gitu basss. Achhhhhhh
achhhhhhhhh
Nampaknya Mba Melan belum pernah mendapat oral Sex dari suaminya, Mas Hendrik. Terbukti ketika aku mulai memainkan lidahku disepanjang bibir vaginanya ia terus meracau dan menganggapnya hal itu sebagai perbuatan yang menjijikan. Namun perlahan ia mulai menyukai dan menikmati permaianan yang mungkin baru pertama kali ia rasakan.
Lidahku semakin dalam bergoyang, semakin kencang meliuk. Seiring dengan jemariku yang terus memainkan klentitnya yang tersembunyi dibalik rimbunya bulu jembut yang sengaja ia buat nge
punk. Ahh Benar seperti kabar yang aku dengar melalui internet bahwa Vagina orang hamil itu sungguh manis entahlah tapi itu yang kurasakan diujung lidahku yang semakin hangat oleh cairan kental dan panas didalam sana. Aku tak peduli ini cairan apa, terus saja lidahku menari indah didalam liangnya. Kulirik mataku keatas, kulihat wajah kenikmatan Mba Melan. Ia sungguh menikmati permainan lidahku walau tadi sempat ia menolaknya.
Achhhhhhhhhh
Kokkk Enaaaakk yah Baaasss Mas Hendrik aja gak pernah mau lohh, katanya Jijiiiik, tapi kamu begitu
Achhhhhhhhh
Auuhhhhhhhcchmmmmmmmm
Ouhhmmmmmm.
Mba Melan terus meremas payudaranya sendiri sembari tangan lainnya membelai si jabang bayi. Kini kedua kakinya ia letakan diatas pundaku. Semakin membuat wajahku terbenam didalam vaginanya. Kedua pahanya yang begitu besar menggepit dan menekan kepalaku, membuatku sedikit susah bernafas. Namun aku tak berhenti memberikannya yang terbaik. Memberikan jutaan rangsangan pada tempat dimana bayinya akan keluar beberapa minggu lagi. Mba Melan terus saja mendesah dan mengerang. Ingin sekali aku membekap mulutnya namun aku tak mampu. Aku khawatir ada orang yang mendengar suara desahan itu.
Achhhhhhh
Aeeehnnnn
Enaaaakkkk. Basss
achhhhhhh
Kini lidahku beralih menuju titik sejuta syaraf ditubuh wanita. Titik yang sebagian menyebutnya klentit, namun aku lebih suka menyebutnya dengan Itil. Terdengar begitu sexy. Kuhisap dengan kuat itilnya dengan bibirku menciptakan kerutan pada kulit disekitarnya
Sluurrrrppp
Begitu bunyinya. Kini aku masukan kedua tanganku kedalam dress hitamnya. Membelai dengan lembut perutnya yang besar. Merasakan tendangan demi tendangan dari sang jabang bayi. Rupanya calon putra dari Mba Melan turut merasakan rangsangan yang telah aku berikan. Tendangannya semakin terasa ditelapak tanganku. Lalu beberapa saat kemudian kurasakan bibir Vagina Mba Melan mulai terasa sangat berkedut. Kuyakin ia akan segera orgasme. Kemarilah, aku ingin merasakan orgasme dari seorang wanita hamil. Aku ingin merasakan setiap detirnya. Namun
MAMAAAA.. BYAANN PULAAAANGGGG.
Aku kaget begitu juga dengan Mba Melan yang tak kalah terkejutnya dariku. Aku langsung menarik kepalaku dari liang kenikmatannya. Segera Mba Melan merapihkan seluruh pakaiannya. Ia terpaksa melepas celana dalamnya dan buru buru ia memasukannya kedalam kantung celanaku. Bryan langsung masuk begitu saja kedalam. Untung saja kami berdua sigap dan bergegas mengambil sikap. Kalau tidak bisa menjadi sebuah bencana
Mama, Bryan Pulaang.. Ehh Ada Kak Bastiaaan juga ternyata Seru Bryan yang langsung berlari kearah kami begitu mengetahui aku ada disini. Ia langsung memintaku untuk menggendonya. Bryan memeluk tubuhku dengan eratnya, ia juga sedikit mencium pipiku.
Ehhh Si Jagoan kecil dah pulang, gimana tadi sekolahnyaa seruu gak Tanyaku
Seruu ka, tadi Bryan Jatuh pas Main perosotan kaak Sahut bocah ini
Terus Bryan nangis ngaak
Enggak dong, kan Bryan mau jadi Iron Man seperti aksen pigur yang kakak kasih kemaren, Bryan mau jadi Toni stalk. Serunya.
Nah Kalau mau jadi Iron Man, sekarang Bryan ganti baju dulu dong.. bau kecut ituuu Pinta Mba Melan
Ye, yang bau kecut itu Kak Bastian tahu mahh, tuh mukanya kak Bastian Bau asem terus banyak rambut nya lagi sahut Bryan dengan begitu polosnya
Akhirnya Bryan masuk kedalam kamarnya dilantai dua. Dan Aku dan Mba Melan begitu lega karena Bryan tidak sempat melihat pergumunanku dengan mamanya. Huuuhhh
Huuuuffttt, untung yah Bas, Si Bryan tadi gak ngelihat. Ujar Mba Melan sedikit memburu nafasnya
Iya Mba, aku kageet bangeet Untung aja tadi bisa sigap, kalau nggak bisa geger kemana mana
Tapi kamu kok suka banget sih jilatin memek kaya gitu, suami Mba mah boro2 mau ngelakuin kaya gitu, ini sampe jembut Mba pada nempel dimuka kamu hihihihi serunya sambil memunguti bulu jembutnya yang menempel di wajahku.
Hehehe, dah Biasa soalnya Mba. Lagian Memek Mba enak sih legit, udah gitu bulunya lebat lagi, aku suka banget Mba..
Huhh Legiit emang kue lapis.
Hahahaha ya udah deh aku pulang dulu aja deh, nanti Si Melly datang juga malah lebih ribet lagi. Kataku
Iya, kalau gitu Makasih yah Bas, kamu udah melampiaskan nafsu Mba selama ini. sayang waktunya gak tepat aja Sahutnya tersipu malu
Iya Mba, aku sih hanya melakukan yang menurut aku terbaik, yah syukur kalau mba suka mah, aku Cuma bisa kasih itu aja jawabku
Tapi kalau besok-besok ada waktu yang pas, Bastian mau gak kaya gitu lagi? Tanyanya sedikit malu
Hmmm, Iya Mba aku usahakan, hehe. Ini Mba CDnya Sahutku seraya memberikan celana dalam berenda kepada Mba Melan.
Akhirnya aku berpamitan pulang. Sebelum aku pulang Mba Melan sempat mencium bibirku lagi walau hanya sebentar. Aduh, tapi ada untungnya juga tadi si Bryan pulang, kalau tidak pasti sesuatu yang di harapkan pasti terjadi. Aku bejalan dengan dekup jantung yang masih begitu kencang. Kutinggalkan rumah Mba Melan dengan batangku yang masih sangat keras. Haduhh bagaimana caranya aku menenangkan si Junior lagi?