Marucil
Pendekar Semprot
Chapter II
THE FIRST TIME
By : Marucil
Setelah perjalanan panjang, kami berhenti disebuah ladang rumput yang luas. Sepanjang mata kami memandang hanya warna hijau yang dapat tertangkap, begitu menyejukan dan sangat serasi dengan langit yang begitu membiru. Kuteduhkan Vespa Classic dibawah pohon beringin yang sangat rindang. Vespa yang telah menemani perjalanan kami selama ini. Kutinggalkan Vespa oranye kesayanganku dan mulai meninggalkannya. Kugenggam tangan lembutnya lalu kupandu menuju sebuah bukit kecil. Bukit yang konon terdapat sebuah ladang bunga dibaliknya.
Kami terus menyusuri ladang rumput ini sambil terus bergandengan tangan dan saling menatap senyum masing - masing.Jalan mulai sedikit mendaki, namun tidak sedikitpun menyurutkan niat kami untuk menikmati salah satu keindahan hasil karya sang Pencipta. Kini Ia menarik lenganku, ia begitu bersemangat. Sembari berlari ia sesekali menoleh kebelakang dan tersenyum kepadaku, senyum yang selama ini aku puja. Bukan karena senyumnya begitu indah, melainkan senyum darinya merupakan senyum penuh keikhlasan yang berasal dari hati terdalam.
Tak lama kami sudah berada diatas sebuah bukit kecil. Kami berhenti dan memandang kearah yang sama. Kami telah menemukan tempat yang selama ini kami cari. Tempat dimana beragam jenis Bunga tumbuh diatas tanahnya, tempat yang begitu indah yang menyajikan beribu warna. Hembusan angin membawa serta wangi dari hamparan bunga bunga yang tumbuh di lereng bukit sana. Sejenak kami menikmati pemandangan itu dari kejauhan. Kami sama sama memejamkan mata, merasakan setiap detail kenikmatan yang telah diberikan oleh sang Pencipta. Namun begitu aku membuka mata, Ia telah berlari menuju ladang bunga itu meninggalkanku seorang diri diatas bukit.
Ia terus berlari menuju sana, berlari dengan tawanya yang begitu riang. Ia menengadahkan wajahnya kearah langit, seraya beryukur atas apa yang telah ia rasakan saat ini. Akupun segera berlari, berusaha menyusulnya. Kini aku sudah sampai disampingnya. Kulihat keceriaan terpampang diseluruh wajahnya yang begitu bersinar. Tawa serta seruanya membuat hatiku damai, seolah tak pernah ada duka dalam kehidupan ini.
Sesampainya kami pada hamparan bunga yang begitu indah, aku langsung menggenggam kedua lengannya. Lalu kamipun berputar putar diatas jutaan bunga yang sangat cantik. Namun hanya ada satu kecantikan yang kupuja, yaitu kecantikan seorang wanita yang saat ini tengah bersamaku menikmati keindahan ini. Kami berdua mulai kehilangan keseimbangan hingga tubuh kami terhempas keatas tanah yang ditumbuhi berjuta bunga. Kini tubuhku sudah terbaring beralaskan kelopak - kelopak bunga yang berguguran dan Ia tepat berada diatas tubuhku.
Lalu kamipun saling memandang begitu dalam. Dari bawah sini kulihat wajahnya yang begitu cantik. Kubelai rambut pendeknya dan kuusap pipinya dengan begitu lembut. Ia tersenyum kepadaku. Dan perlahan - lahan matanya mulai terpejam. Wajahnya kini semakin mendekat kearah wajahku. Lalu kupejamkan juga Mataku dan bersiap menerima sebuah ciuman darinya. Bibir kami sudah saling bersentuhan sama lain.Ia mulai membuka bibirnya secara perlahan. Lalu tiba tiba mataku tersilaukan oleh cahaya matahari yang begitu menyakitkan mata.
THE FIRST TIME
By : Marucil
Setelah perjalanan panjang, kami berhenti disebuah ladang rumput yang luas. Sepanjang mata kami memandang hanya warna hijau yang dapat tertangkap, begitu menyejukan dan sangat serasi dengan langit yang begitu membiru. Kuteduhkan Vespa Classic dibawah pohon beringin yang sangat rindang. Vespa yang telah menemani perjalanan kami selama ini. Kutinggalkan Vespa oranye kesayanganku dan mulai meninggalkannya. Kugenggam tangan lembutnya lalu kupandu menuju sebuah bukit kecil. Bukit yang konon terdapat sebuah ladang bunga dibaliknya.
Kami terus menyusuri ladang rumput ini sambil terus bergandengan tangan dan saling menatap senyum masing - masing.Jalan mulai sedikit mendaki, namun tidak sedikitpun menyurutkan niat kami untuk menikmati salah satu keindahan hasil karya sang Pencipta. Kini Ia menarik lenganku, ia begitu bersemangat. Sembari berlari ia sesekali menoleh kebelakang dan tersenyum kepadaku, senyum yang selama ini aku puja. Bukan karena senyumnya begitu indah, melainkan senyum darinya merupakan senyum penuh keikhlasan yang berasal dari hati terdalam.
Tak lama kami sudah berada diatas sebuah bukit kecil. Kami berhenti dan memandang kearah yang sama. Kami telah menemukan tempat yang selama ini kami cari. Tempat dimana beragam jenis Bunga tumbuh diatas tanahnya, tempat yang begitu indah yang menyajikan beribu warna. Hembusan angin membawa serta wangi dari hamparan bunga bunga yang tumbuh di lereng bukit sana. Sejenak kami menikmati pemandangan itu dari kejauhan. Kami sama sama memejamkan mata, merasakan setiap detail kenikmatan yang telah diberikan oleh sang Pencipta. Namun begitu aku membuka mata, Ia telah berlari menuju ladang bunga itu meninggalkanku seorang diri diatas bukit.
Ia terus berlari menuju sana, berlari dengan tawanya yang begitu riang. Ia menengadahkan wajahnya kearah langit, seraya beryukur atas apa yang telah ia rasakan saat ini. Akupun segera berlari, berusaha menyusulnya. Kini aku sudah sampai disampingnya. Kulihat keceriaan terpampang diseluruh wajahnya yang begitu bersinar. Tawa serta seruanya membuat hatiku damai, seolah tak pernah ada duka dalam kehidupan ini.
Sesampainya kami pada hamparan bunga yang begitu indah, aku langsung menggenggam kedua lengannya. Lalu kamipun berputar putar diatas jutaan bunga yang sangat cantik. Namun hanya ada satu kecantikan yang kupuja, yaitu kecantikan seorang wanita yang saat ini tengah bersamaku menikmati keindahan ini. Kami berdua mulai kehilangan keseimbangan hingga tubuh kami terhempas keatas tanah yang ditumbuhi berjuta bunga. Kini tubuhku sudah terbaring beralaskan kelopak - kelopak bunga yang berguguran dan Ia tepat berada diatas tubuhku.
Lalu kamipun saling memandang begitu dalam. Dari bawah sini kulihat wajahnya yang begitu cantik. Kubelai rambut pendeknya dan kuusap pipinya dengan begitu lembut. Ia tersenyum kepadaku. Dan perlahan - lahan matanya mulai terpejam. Wajahnya kini semakin mendekat kearah wajahku. Lalu kupejamkan juga Mataku dan bersiap menerima sebuah ciuman darinya. Bibir kami sudah saling bersentuhan sama lain.Ia mulai membuka bibirnya secara perlahan. Lalu tiba tiba mataku tersilaukan oleh cahaya matahari yang begitu menyakitkan mata.
Cahaya matahari semakin menusuk mataku. Lalu perlahan aku mulai membuka mataku, namun setelah cahaya mulai membias baru aku sadari ternyata semua keindahan yang aku alami tadi hanyalah sebuah mimpi. Aku segera sadar dari semua itu dan segera membangkitkan tubuhku, lalu kureganggangkan seluruh sendi dialam tubuhku.
Aku tertawa sendiri, aku tertawa karena hal indah tadi hanyalah sebuah mimpi dalam tidurku. Namun, sejenak aku berfikir. Sudah beberapa kali ini aku memimpikan sesosok wanita yang sama, wanita yang selalu datang dalam mimpiku. Aku tidak pernah ingat betul sosok wanita itu karena setiap ia datang wajahnya selalu tertutup oleh pancaran cahaya. Namun aku yakin Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik.
Aku yakin itu!
Tapi siapakah wanita itu?
Menagap ia selalu datang menghampiri Mimpiku?
Apakah Ia adalah sebuah pertanda dari masa depanku?
Terakhir diubah: